2.2. KINERJA
2.2.1. Pengertian Kinerja
Menurut Mangkunegara 2005 kinerja adalah hasil kerja secara kuantitas yang dicapai oleh anggota kelompok dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya. Menurut Griffin dalam Rivai,2005 kinerja merupakan salah satu
kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja. Kinerja sangat dipengaruhi oleh tujuan Rivai,2005. Sedangkan menurut Hersey dan
Blanchard dalam Rivai,2005 kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan,
seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif
untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Menurut Robbins dalam Rivai, 2005 kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability A, motivasi M dan kesempatan atau
opportunity O, yaitu kinerja = ƒA x M x O. artinya, kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai kinerja di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil dari usaha seseorang
untuk menyelesaikan sesuatu yang menjadi tujuannya.
2.2.2. Aspek-aspek Kinerja
Malayu S.P Hasibuan dalam Mangkunegara, 2005 mengemukakan bahwa aspek-aspek kinerja mencakup; kesetiaan, hasil kerja, kejujuran,
kedisiplinan, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan, dan tanggung jawab.
Sedangkan Husein Umar dalam Mangkunegara, 2005 membagi aspek-aspek kinerja meliputi; mutu pekerjaan, kejujuran anggota, inisiatif,
kehadiran, sikap, kerjasama, keandalan, pengatahuan tentang pekerjaan, tanggung jawab, dan pemanfaatan waktu kerja.
Menurut Mangkunegara 2005, aspek-aspek standar pekerjaan terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Aspek kuantitatif meliputi:
1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan 2. Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan
pekerjaan. 3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan.
4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja. Sedangkan aspek kualitatif meliputi:
1. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan. 2. Tingkat kemampuan dalam bekerja.
3. Kemampuan menganalisa data atau informasi, kemampuan atau kegagalan menggunakan mesin dan peralatan.
4. Kemampuan mengevaluasi keluhan atau keberatan konsumen.
Menurut Robbins dalam Rivai, 2005, aspek-aspek kinerja adalah aspek kemampuan ability, aspek motivasi motivation, dan aspek
kesempatan opportunity. 1. Aspek Kemampuan Ability
Menurut Keith dan Davis dalam Mangkunegara, 2005, secara psikologis kemampuan ability, anggota kelompok terdiri dari kemampuan potensial
IQ di atas rata-rata dan kemampuan aktual knowledge+skill. Artinya, anggota yang memiliki IQ di atas rata-rata 110 dengan pendidikan
yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan tugas sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
Oleh karena itu perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
2. Aspek motivasi Motivation Motivasi terbentuk dari sikap attitude seorang anggota dalam
mengharapkan situasi kerja Keith dan Davis dalam Mangkunegara, 2005.
Menurut Robbins 1992, seseorang yang termotivasi akan mempengaruhi gairah terbesar mereka untuk kinerja bila dibandingkan
dengan seseorang yang tidak termotivasi. Salah satu definisi dari motivasi adalah bersemangat untuk melakukan sesuatu, dan merupakan kondisi
yang disebabkan oleh kemampuan bertindak untuk kepuasan beberapa
kebutuhan. Pada dasarnya motivasi memperngaruhi kinerja, pengikut harus mengetahui secara jelas bagaimana inerja mereka akan diukur,
mereka harus percaya bahwa jika mereka antusias meningkatkan kapabilitas kinerja, mereka akan mendapatkan hasil yang memuaskan
dari organisasi. Motivasi seseorang mempengaruhi kepuasan dalam pekerjaannya,
namun hal ini akanmengarahkannya untuk lebih menyukai ketidakhadiran atau pengunduran diri dari pekerjaan Robbins, 1979
3. Aspek kesempatan Opportunity Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja tinggi yang sebagian
merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-rintangan yang mengendalakan karyawan itu. Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu,
bisa saja ada rintangan yang menjadi penghambat Rivai, 2005. Anggota mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kinerja mereka dari
lingkungan organisasi yang mendukung. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kinerja adalah; kondisi fisik meliputi sistem kerja,
peraturan, perlengkapan kerja; sistem upah; dan pelatihan Byers dan Rue dalam Mangkunegara, 2005.
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja