13
dan mengganggu pelaksanaan pekerjaan mereka, seperti mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan
tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur, Widyastuti, 1999. Robin, 2001, memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis dimana
individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan Sunaryo, 2002.
2.1.3. Proses Stres
Dalam peristiwa stres, ada tiga hal yang saling terkait satu dengan yang lainnya Nasution, 2000.
a. Hal, peristiwa, kedaan, orang yang menjadi sumber stres stressor jika dipandang secara umum, hal-hal yang menjadi sumber stres dipahami sebagai rangsangan
stimulus. b. Orang yang mengalami stres the stessed, kita dapat memusatkan perhatian pada
tanggapan respons orang tersebut terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stres. Tanggapan orang tersebut terhadap sumber stres dapat mempengaruhi pada
psikologis dan fisiologis. Tanggapan ini disebut strain, yaitu tekanan atau tangangan yang dapat membuat pola pikir, emosi dan prilakunya kacau, dapat
membuat gugup dan gelisah. Secara fisiologis kegugupan dan kegelisahan itu dapat berpengaruh pada denyut jantung yang cepat, perut mual, mulut kering,
banyak keringat dan lain-lain. c. Hubungan antara orang yang stres dengan keadaan yang penuh stres merupakan
proses. Proses ini berpengaruh timbal balik dengan usaha penyesuaian dengan lingkungan stres proses fisik dan perilaku.
14
Kemampuan individu menahan stres berbeda-beda, hal tersebut bergantung pada :
a. Sifat dan hakikat stres, yaitu intensitas, lamanya, lokal, dan umum general. b. Sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.
2.1.4. Tingkatan Stres
Hans Selye 1936, dalam Nurmiati Amir Jiwa, Indonesian Psychiatric Quarterly : XXXII : 4 memperkenalkan suatu konsep tentang stres yang dikenal
dengan General Adaptation Syndrom. Ia menyatakan bahwa ada tiga fase yang dapat diidentifikasi bila seseorang terpapar stres, yaitu :
1. Reaksi tanda waspada, dalam keadaan bahaya timbul ketegangan atau ketakutan
tubuh memobilisasi sumber-sumber yang ada untuk meningkatan aktivitas mekanisme pertahanan. Terjadi peningkatan aktivitas sistem simpatis yang
mengakibatkan peninggian sekresi katekolamin. Tubuh dipersiapkan secara psikofisiologis untuk bereaksi dengan stres tersebut. Muncul reaksi emergensi
yang dikenal dengan melarikan diri atau menyerang.
2. Fase resistensi, terjadi resistensi terhadap stres. Tubuh berusaha beradaptasi
dengan stres. Mekanisme defensi bekerja secara maksimum untuk beradaptasi dengan stres. Pada fase ini juga biasanya individu mencoba berbagai macam
mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatasi stresor ini. Tubuh berusaha menyeimbangkan proses
fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali ke keadaan normal dan pada waktu yang sama pula tubuh mencoba
mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Apabila proses fisiologis telah teratasi maka gejala-gejala stres akan menurun, tubuh akan secepat mungkin berusaha
15
normal kembali karena ketahanan tubuh ada batasnya dalam beradaptasi. Jika stresor berjalan terus dan tidak dapat diatasiterkontrol maka ketahanan tubuh
untuk beradaptasi akan habis dan timbul berbagai keluhan pada individu.
3. Fase kelelahankepayahan, terjadi bila fungsi fisik dan psikologis seseorang
telah terganggu sebagai akibat selama fase resistensi. Bila reaksi ini berlanjut tanpa adanya pemulihan akan memacu terjadinya penyakit atau kemunduran dan
orang tidak dapat mengatasi tuntutan lingkungan yang dirasakan. Fase ini terjadi akibat reaksi tanda waspada datang terlalu kuat atau sering dan berlangsung
dalam waktu lama, kebutuhan energi untuk beradaptasi menjadi habis sehingga timbul kelelahan. Akibat yang ditimbulkan pada fase ini adalah ketidakmampuan
menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, binggung, dan panik.
Menurut Robert J.Van Amberg 1979, sebagaimana dikemukakan oleh Dadang Hawari 2001 bahwa tahapan stres sebagai berikut :
a. Stres tahap pertama paling ringan, yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam. b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman bowel discomfort, jantung
berdebar dan otot kaku. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
16
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur kadang-kadang diare, otot kaku, emosional, insomia, mudah terjaga dan
sulit tidur kembali middle insomnia, bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali late insomia, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari loyo, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan,
respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan
kecemasan. e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental physical and psyhological exhaustion, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya
rasa takut dan cemas, binggung, dan panik. f. Stres tahap keenam paling berat, yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar
keringat, loyo, seperti pinsan atau collaps.
17
2.1.5. Gejala Stres
Gejala stres menurut Beehr 1987 dibagi menjadi tiga gejala yakni : gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku.
Tabel 2.1. Gejala stres berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku. Gejala Psikologis
Gejala Fisik Gejala Perilaku
Kecemasan, ketegangan
Meningkatnya nadi dan tekanan darah
Menunda, menghindari pekerjaan
Binggung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi
adrenalin Produktivitas menurun
Memendam perasaan Gangguan lambung
Minuman keras Komunikasi tidak efektif
Mudah terluka Perilaku sabotase
Mengurung diri Mudah lelah fisik
Absensi meningkat Depresi Kematian
Banyakkurang makan
Merasa terasing Gangguan kardiovaskuler Nafsu
makan hilang
Kebosanan Gangguan pernafasan
Tindakan resiko tinggi Ketidakpuasan kerja
Sering berkeringat Kriminalitas
Lelah mental Gangguan kulit
Interpersonal tidak baik Menurunnya intelektual
Kepala pusing Cenderung bunuh diri
Hilang daya konsentrasi Kanker
Hilang kreatifitas Ketegangan otot
Hilang semangat hidup Sulit tidur
Menurut Anoraga 2001 gejala stres ringan sampai berat meliputi : a. Gejala badan :
Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, banyak keringat, gangguan pola tidur, lesu, kaku leher belakang sampai punggung, nafsu makan menurun dan lain-lain.
b. Gejala emosional : Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah menangis,
gelisah, dan putus asa. c. Gejala sosial :
18
Banyak merokok, minum alkohol, sering memeriksa pintu dan jendela, mudah bertengkar, menarik diri dan bunuh diri.
Cary Cooper dan Alison Straw 1995, mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini :
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembilit, letih yang tidak
beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah. 2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, tidak berdaya, tidak
mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak tertarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jernih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas,
hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain. 3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan,
cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, pemarah. Menurut Braham yang dikutip Charles 1997, gejala stres dapat berupa tanda-tanda :
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa
sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebih, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan
depresi, dudup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
19
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran
saja. 4. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang
lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara
berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain. Dari beberapa uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa stres merupakan suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya
terhadap suatu tuntutan eksternal lingkungan. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai
hasilnya, pada diri para pekerja berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
2.1.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja