e. Menetapkan prosedur dalam layanan f. Menetapkan fasilitas layanan
g. Menyiapkan kelengkapan administrasi
2. Pelaksanaan yang mencangkup kegiatan
a. Mengkomunikasikan rencana layanan konseling kelompok b. Mengorganisasikan kegiatan layanan konseling kelompok
c. Menyelenggarakan layanan konseling melalui tahap-tahap
3. Evaluasi yang mencangkup kegiatan
a. Menetapkan materi evaluasi b. Menyusun instrument evaluasi
c. Mengolah hasil aplikasi instrument
4. Analisis hasil evaluasi yang mencangkup kegiatan
a. Melakukan analisis b. Menafsirkan hasil analisis
5. Tindak lanjut yang mencangkup kegiatan
a. Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak pihak terkait b. melaksanakan rencana tindak lanjut
27
D. Penelitian yang Relavan
1. Dari hasil analisis data kelompok dengan menggunakan penghitungan SPSS 14.0 for windows evaluation diketahui Asymp. Sig 2 - tailed
mempunyai nilai sebesar 0,018 dan karena α = 0,05 , maka Asymp.
Sig 2 - tailed α 0,018 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Jadi, hipotesis penelitian yang berbunyi ”Hasil penelitian Desi Dwi
Hariyanti membuktikan terdapat perbedaan yang signifikan pada skor
27
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah berbasis integrasi Jakarta: Rajawali Pers,2013,h. 178.
motivasi belajar peserta didik antara sebelum dan sesudah penerapan konseling kelompok rational emotive
behavior” telah terbukti.
28
2. Hasil penelitian pada saat diperoleh nilai rata-rata sebesar 60,2 meni\\ngkat menjadi 101,3 atau mengalami peningkatan sebesar 40
Hal ini ditunjukkan juga dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh zhitung =-2,201 dan ztabel 0,05 = 0. Karena zhitung ztabel maka Ha
diterima, artinya
motivasi belajar
dapat ditingkatkan
dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada peserta didik kelas
VIII SMP Muhammadiyah 3 Metro Tahun Ajaran 20132014.
29
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting.
30
28
Desi Dwi Hariyanti, 2013 Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior bisa
Mengembangkan Motivasi Belajar Peserta didik Kelas Viii G Smp Yayasan Pendidikan 17 Surabaya, tersedia di : Http:www.ejournal.unesa.ac.idarticle932913article.pdf. di akses 14.30.
29
Beny Iskandar, 2013 Peningkatan Motivasi Belajar Peserta didik Dengan Menggunakan Layanan Konseling Kelompok Peserta didik Kelas VII
Smp Muhammadiyah
3 Metro,
tersedia di :
Http:ewintribengkulu.blogspot.com201504skripsi-bk-peningkatan-motivasi-belajar.html. di akses 14.30
30
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, Bandung : Alfabeta, 2012, h. 61.
Cara yang digunakan untuk menangani peserta didik motivasi belajar rendah adalah dengan cara memberikan layanan konseling kelompok dengan
Pendekatan rational
emotive behavior
therapy
REBT. Pendekatan
rational emotive
behavior therapy
REBT membantu konseli untuk belajar berpikir secara rasional, untuk mengubah pemikiran yang irasional, dan menggantikannya dengan pemikiran
yang lebih rasional, dan positif. Kesalahan berpikir di ekspresikan melalui tingkah laku yang negatif. Tingkah laku yang negatif mengindikasikan adanya pikiran,
pandangan dan keyakinan yang irasional.
Rational Emotive
Behavior Therapy
REBT dilakukan karena dianggap mampu untuk membantu peserta didik dengan Motivasi belajar rendah dengan tujuan mengubah pemikiran yang irasional
menjadi rasional.
Peneliti membuat kerangka berpikir seperti bagan dibawah ini:
Rendahnya Motivasi
Belajar peserta didik
Pemberian layanan konseling kelompok dengan
teknik REBT
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian
Meningkatnya motivasi belajar
rendah peserta didik
F. Hipotesis Penelitian