angka rata-rata 30-50 100.000 penduduk per tahun.
14
Jenis keganasan ini sangat jarang ditemukan di daratan Eropa dan Amerika Utara, yaitu dengan angka kejadian
kurang dari 1 di antara 100,000 penduduk
19
Menurut Roezin, dkk 2000 di Indonesia kejadian carcinoma nasopharynx hampir merata di setiap daerah. Di RSCM Jakarta ditemukan lebih dari 100 kasus
carcinoma nasopharynx setahun, di RS Hasan Sadikin Bandung rata-rata 60 kasus, di daerah Ujung Pandang penderita carcinoma nasopharynx sebanyak 25 kasus, di
daerah Palembang sebanyak 25 kasus, di daerah Denpasar sebanyak 15 kasus dan 11 kasus di Padang dan Bukittinggi.
20
c. Berdasarkan waktu
Data yang diperoleh dari registrasi kanker berdasarkan Patologi di Indonesia pada tahun 1991 menunjukkan adanya 1059 5,6 kasus carcinoma nasopharynx di
antara 18,770 kasus keganasan.
19
Di bagian THT RSUP. H. Adam Malik Medan selama 5 tahun 1997-2001 didapatkan 42 orang penderita carsinoma nasopharynx yang mendapat radioterapi.
14
2.5.2. Faktor Yang Mempengaruhi Carcinoma Nasopharynx a. Infeksi Virus Epstein Barr
21
Meskipun penelitian untuk mengetahui penyebab carcinoma nasopharynx
telah dilakukan di berbagai negara dan telah memakan biaya yang tidak sedikit, namun sampai sekarang belum berhasil. Carcinoma nasopharynx memiliki beberapa
Universitas Sumatera Utara
penyakit ini adalah multifaktor. Infeksi virus Epstein-Barr berperan penting dalam timbulnya carcinoma
nasopharynx. Virus dapat masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di nasofaring tanpa menimbulkan gejala dalam jangka waktu yang lama. Virus epstein barr merupakan
virus yang paling luas tersebar di dunia dan diperkirakan 99,9 anak-anak di negara yang sedang berkembang terinfeksi virus epstein barr pada usia 3 tahun sedangkan di
negara maju diperkirakan 80-90 dari seluruh penduduk telah terinfeksi virus epstein barr.
Dalam serum sebagian besar penderita carcinoma nasopharynx diidentifikasikan antibodi terhadap antigen virus Epstein barr terutama antibodi
terhadap virus capsid antigen IgA-VCA dengan titer tinggi yang berbeda bermakna dengan control. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara infeksi virus
Epstein barr dengan carcinoma nasopharynx. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sebelum muncul symptom carcinoma nasopharynx, IgA-VCA mungkin
meningkat dalam serum. Hal ini merupakan pertanda bahwa virus berperan dalm pertumbuhan carcinoma nasopharynx.
9
Virus epstein barr yang masuk ke tubuh melalui sel epitel pharynx yang merupakan reseptor virus Epstein Barr dan akan menginfeksi sel Limphosit B
sehingga sel ini akan membentuk lapisan antigen pada permukaannya. Adanya sel limphosit ini akan merangsang terbentuknya sel-sel lain yang mempunyai
kemampuan yang spesifik untuk membatasi infeksi Virus Epstein Barr terhadap sel
Universitas Sumatera Utara
gagal, maka akan terjadi infeksi Virus Epstein Barr yang fatal atau kronis.
22
Untuk mengaktifkan virus ini, dibutuhkan suatu mediator. Kebiasaan untuk
mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan
carcinoma nasopharynx. Mediator di bawah ini dianggap berpengaruh untuk timbulnya carcinoma nasopharynx yaitu :
a. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamin. b. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
c. Sering kontak dengan zat-zat yang dianggap karsinogen, seperti : benzopyrenen, benzoanthracene, gas kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan.
d. Ras dan keturunan e. Radang kronis di daerah nasofaring
b. Faktor KimiaLingkungan