a. Gejala akibat tumor yang mengadakan infiltrasiLymphadenopathy Servikal
Melalui aliran pembuluh lymph, sel-sel carcinoma dapat sampai di kelenjar limfe leher dan tertahan disana karena memang kelenjar ini merupakan pertahanan
agar sel-sel kanker tidak langsung mengalir ke bagian tubuh yang lebih jauh. Lymphadenopathy servikal merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang
ke dokter.
24
b. Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar
1. Perluasan ke atas Tumor meluas ke intra-kranial menjalar sepanjang fosa medialis. Perluasan ke
atas sering ditemukan di Indonesia. 2. Perluasan ke belakang
Tumor meluas ke belakang secara ekstra-kranial sepanjang fosa posterior. Tumor dapat mengenai otot dan menyebabkan kekakuan otot-otot rahang sehingga
terjadi kesulitan dalam membuka mulut trismus.
c. Gejala akibat metastase
Sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama aliran getah bening mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasopharynx seperti tulang terutama femur, hati
dan paru. Hal ini merupakan stadium akhir dan prognosis sangat buruk.
Universitas Sumatera Utara
Persoalan diagnostik sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher, sehingga pada tumor primer yang tersembunyi pun tidak
akan sulit ditemukan. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :
2.7.1. Pemeriksaan Nasopharynx
Pemeriksaan tumor primer di nasopharynx dapat dilakukan dengan cara rinoskopi posterior tidak langsung, dan nasofaringoskopi langsung, serta
fibernasofaringoskopi.
9
2.7.2. Pemeriksaan Radiologi
Tujuan utama pemeriksaan radiology adalah untuk memberikan diagnosis yang lebih pasti pada kecurigaan adanya carcinoma pada daerah nasopharynx,
menetukan lokasi yang lebih tepat dari carcinoma tersebut, mencari dan menentukan luasnya penyebaran carcinoma ke jaringan sekitarnya. Pemeriksaan yang dilakukan
dengan pemeriksaan “CT Scan”.
15
2.7.3. Biopsi Nasopharynx
Bisa dilakukan dengan anastesi bius lokal ataupun dengan anastesi umum.
9
2.7.4. Pemeriksaan Patologi
Sebahagian besar penderita carcinoma nasopharynx ditemukan dengan pembesaran kelenjar getah bening di leher. Untuk membuktikan pembesaran kelenjar
getah bening merupakan metastasis carcinoma nasopharynx dilakukan pemeriksaan sitologi biopsy aspirasi kelenjar getah bening. Biopsi bedah dihindari karena dapat
mempercepat invasi ke organ sekitarnya.
9
Universitas Sumatera Utara
14
Klasifikasi gambaran histopatologi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe, yaitu :
1. Carcinoma sel skuamosa berkeratinisasi Keratinizing Squamous Cell Carcinoma.
Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi baik, sedang dan buruk. 2. Carcinoma non-keratinisasi Non-keratinizing Carcinoma.
Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi Skuamosa tanpa jembatan intersel. Pada umumnya batas sel cukup jelas.
3. Carcinoma tidak berdiferensiasi Undifferentiated Carcinoma. Pada tipe ini sel tumor secara individu memperlihatkan inti yang
vesikuler, berbentuk oval atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya batas sel tidak terlihat dengan jelas.Tipe tanpa diferensiasi dan
tanpa keratinisasi mempunyai sifat yang sama, yaitu bersifat radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi tidak begitu radiosensitif.
Klasifikasi gambaran histopatologi terbaru yang direkomendasikan oleh WHO pada tahun 1991, hanya dibagi atas 2 tipe, yaitu :
1. Carcinoma sel skuamosa berkeratinisasi Keratinizing Squamous Cell Carcinoma.
2. Carcinoma non-keratinisasi Non-keratinizing Carcinoma. Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi berdiferensiasi dan tak berdiferensiasi.
2.9. Penetuan Stadium
25
Universitas Sumatera Utara
Menurut UICC edisi ke V th 1997 dengan klasifikasi TNM Stadium Carcinoma nasopharynx ditentukan sbb:
T : Menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan perluasannya. T1 : Tumor terbatas pada nasofaring
T2 : Tumor meluas ke orofaring dan atau fosa nasal a. T2a : Tanpa perluasan ke parafaring
b. T2b : Dengan perluasan ke parafaring T3 : Invasi ke struktur tulang dan atau sinus paranasal
T4 : Tumor meluas ke intrakranial dan atau mengenai saraf otak, fosa infratemporal hipofaring atau orbita
N : Menggambarkan kelenjar limfe regional N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar
N1 : Terdapat pembesaran kelenjar ipsilateral 6 cm N2 : Terdapat pembesaran kelenjar bilateral 6 cm
N3 : Terdapat pembesaran kelenjar 6 cm atau ekstensi ke supraklavikular. M : Menggambarkan metastasis jauh
M0 : Tidak ada metastasis jauh M1 : Terdapat Metastasis jauh
Stadium I :
T1, N0, M0
Stadium IIA :
T2a, N0, M0
Universitas Sumatera Utara
T1, N1, M0 atau T2a, N1, M0 atau T2b, N0-1, M0
Stadium III :
T1-2, N2, M0 atau T3, NO-2, M0
Stadium IVA :
T4, N0-2, M0
Stadium IVB :
Tiap T, N3, M0
Stadium IV C :
Tiap T, Tiap N, M1
2.10. Pencegahan