Hasil penelitian Hotmaida 2005 di RSUP Haji Adam Malik Medan, ditemukan penderita carcinoma nasopharynx yang bertempat tinggal di luar Medan
sebesar 58,9 dan yang bertempat tinggal di Medan sebesar 41,1 .
12
6.3. Keluhan Utama Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Carcinoma
Nasopharynx Berdasarkan Keluhan Utama di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2002-2007
17,9 10,4
9 9
6
47,7
Adanya benjolan di leher Perdarahan dari hidung epistakis
Sakit kepala Benjolan dileher+epistakis
Telinga berdenging tinnitus Benjolan dileher+sakit kepala
Berdasarkan gambar 6.10 dapat dilihat proporsi penderita carcinoma nasopharynx berdasarkan keluhan utama yang terbanyak adalah adanya benjolan di
leher yaitu 47,7 dan paling sedikit adalah benjolan dileher+sakit kepala sebesar 6. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hotmaida 2005 di RSUP
Haji Adam Malik Medan yang menemukan bahwa penderita carcinoma nasopharynx datang berobat dengan keluhan utama adalah benjolan di leher yaitu 68,6.
12
Hal ini disebabkan karena penderita lebih banyak mencari pengobatan setelah merasakan adanya benjolan di leher dan mengganggu aktivitas, gejala lain seperti
Universitas Sumatera Utara
merupakan gejala penyakit yang lain.
6.4. Stadium Klinis Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Carcinoma
Nasopharynx Berdasarkan Stadium Klinis di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2002-2007
50,8 35,8
10,4 3
Stadium III Stadium II
Stadium IV Stadium I
Berdasarkan gambar 6.11 dapat dilihat proporsi penderita carcinoma nasopharynx yang terbanyak pada stadium III yaiu 50,8 dan paling sedikit adalah
pada stadium I sebesar 3. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hotmaida 2005 di RSUP
Haji Adam Malik Medan yang menemukan penderita carcinoma nasopharynx terbanyak datang berobat pada stadium III sebesar 52,4.
12
Hal ini disebabkan karena gejala carcinoma nasopharynx yang tidak khas seperti telinga berdenging, sakit kepala sehingga penderita menganggap gejala ini
hanya penyakit biasa. Setelah adanya benjolan di leher yang dirasakan mengganggu aktivitas membuat penderita datang berobat. Keluhan ini merupakan gejala carcinoma
nasopharynx stadium lanjut yaitu stadium III dan IV.
Universitas Sumatera Utara
Nasopharynx Berdasarkan Letak Carcinoma di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2002-2007
34,3 26,9
1,5
37,3
Tidak tampak Kiri
Kanan Kanan+kiri
Berdasarkan gambar 6.12 dapat dilihat proporsi penderita carcinoma nasopharynx terbanyak dengan letak carcinoma Tidak tampak sebesar 37,3 dan
paling sedikit adalah kanan+kiri sebesar 1,5. Letak carcinoma yang tidak tampak disebabkan karena adanya penderita yang
berobat tanpa adanya keluhan benjolan di leher. Hal ini sangat baik karena penderita berobat ketika carcinoma nasopharynx yang dideritanya belum sampai pada stadium
lanjut. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Hotmaida 2005 di RSUP Haji
Adam Malik Medan yang menemukan proporsi letak carcinoma yang terbanyak pada penderita carcinoma nasopharynx adalah kanan+kiri sebesar 41,9.
12
Universitas Sumatera Utara
Nasopharynx Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2002-2007
38,8 7,4
6
41,8 6
Lain-lain Radioterapi
Kemoterapi Operasi
Radioterapi + Kemoterapi
Berdasarkan gambar 6.13 dapat dilihat bahwa proporsi penatalaksanaan medis yang terbanyak pada penderita carcinoma nasopharynx adalah Lain-lain sebesar
41,8 dan yang paling sedikit adalah operasi dan radioterapi+kemoterapi sebesar 6.
Kategori lain-lain disini adalah penatalaksanaan medis yang hanya berupa pemeriksaan Biopsi dan CT Scan. Hasil ini disebabkan karena mahalnya biaya jenis
penatalaksanaan medis yang dilakukan untuk penderita carcinoma nasopharynx sehingga banyak penderita yang tidak mampu untuk melakukan penatalaksanaan
medis yang ada. Penatalaksanaan medis yang dilakukan berupa Radioterapi ataupun
Kemoterapi pada penderita carcinoma nasopharynx stadium lanjut juga tidak dapat dilakukan hanya sekali saja. Hal ini harus dilakukan berulang kali sehingga
membunuh dari pertumbuhan sel kanker yang ada pada tubuh penderita.
Universitas Sumatera Utara
Lama rawatan rata-rata penderita carcinoma nasopharynx di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2002-2007 memiliki nilai mean 6,81 dengan lama rawatan
tersingkat 1 hari dan lama rawatan yang terpanjang 60 hari. Lama rawatan yang singkat disebabkan oleh adanya pasien yang datang dalam
keadaan kritis sehingga tidak dapat tertolong lagi dan juga mahalnya biaya rumah sakit juga menjadi salah satu alasan yang mendasar.
Lama rawatan terpanjang disebabkan karena biaya rumah sakit yang ditanggung oleh perusahaan tempat bekerja sehingga pasien tidak perlu memikirkan
biaya saat dirawat di rumah sakit Lama rawatan rata-rata yang meninggal karena carcinoma nasopharynx di
Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2002-2007 adalah 6,22 hari dengan lama rawatan terpanjang adalah 18 hari dan terpendek adalah 1 hari.
Lama rawatan yang panjang pada pasien yang meninggal karena pasien dirawat dengan keadaan yang tidak berangsur baik melainkan semakin memburuk
sehingga akhirnya meninggal. Lama rawatan yang pendek pada pasien yang meninggal karena pasien datang
kerumah sakit dalam keadaan kritis sehingga tidak dapat tertolong lagi.
Universitas Sumatera Utara
Nasopharynx Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2002-2007.
13,5
14,9
71,6 Pulang berobat jalan
Pulang atas permintaan sendiri Meninggal
Berdasarkan gambar 6.14 dapat dilihat bahwa proporsi keadaan penderita carcinoma nasopharynx sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan sebesar 71,6,
pulang atas permintaan sendiri yaitu sebesar 14,9 dan CFR carcinoma nasopharynx yaitu 13,5.
Penderita yang pulang atas permintaan sendiri biasanya disebabkan oleh pertimbangan ekonomi, keadaan kesehatan yang tidak menunjukkan perubahan
sehingga dianggap perlu untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik, dan dari segi pelayanan kesehatan dari rumah sakit itu sendiri yang dianggap kurang baik.
CFR pada penderita carcinoma nasopharynx di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2002-2007 sebesar 13,5 dengan proprosi pada tahun 2002 sebesar 9
, tahun 2003 sebesar 12,5 , tahun 2004 sebesar 9, tahun 2005 sebesar 7,6 , tahun 2006 sebesar 26,7 dan tahun 2007 sebesar 11 . CFR paling tinggi terdapat
Universitas Sumatera Utara
kasus tertinggi.
6.9. Distribusi Proporsi Tingkat Pendidikan Penderita Carcinoma