Keputihan fisiologis Kerangka Konseptual Hipotesis

2.2.2 Faktor Penyebab Keputihan

Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang normal fisiologis dan abnormal patologis. Beberapa ahli menjelaskan penyebab terjadinya keputihan sebagai berikut, yaitu :

a. Keputihan fisiologis

Menurut Sibagariang 2010 Penyebab keputihan fisiologis adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin, kemudian dijumpai pada waktu menarche karena pengaruh estrogen. Sedangkan menurut Manuaba 2009 penyebab lainnya adalah rangsangan birahi saat koitus yang menghasilkan sekret sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina akibat adanya pelebaran pembuluh darah di vulva. Keputihan normal juga dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10 - 16 menstruasi. Kelelahan fisik dan kejiwaan juga merupakan salah satu penyebab keputihan, ciri-cirinya adalah berwarna putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam, tidak berbau dan tidak menular karena tidak ada bibit penyakit.

b. Keputihan Patologis

Menurut Manuaba 2009, Guningham 2010 dan Mansjoer 2009 Keputihan patologis disebabkan oleh karena kelainan pada organ reproduksi wanita dapat berupa infeksi, adanya benda asing, dan penyakit lain pada organ reproduksi dapat dijelaskan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1 Infeksi Infeksi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Salah satu gejalanya adalah keputihan. Infeksi yang sering terjadi pada organ kewanitaan yaitu candidiasis, vaginitis, vaginosis bacterialis dan trichomoniasis. a. Candidiasis vaginalis Guningham 2010 menyatakan bahwa infeksi jamur pada vagina paling sering disebabkan oleh Candida albicans atau disebut juga Candidosis vulvovaginitis. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Mansjoer 2009 bahwa sekitar 25 wanita hamil ditemukan bakteri Candida albicans. Gejalanya adalah keputihan berwarna putih keju seperti kepala susukrim atau seperti susu yang pecah, tidak berbau atau berbau asam, pada dinding vagina biasanya dijumpai seperti gumpalan keju yang menempel disertai rasa gatal, kemerahan pada vulva pruritus vulva, bengkak, iritasi, dan rasa panas saat buang air kecil. Jamur Candida albican menyerang sel pada saluran vagina dan sel-sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke lapisan sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali jika kebersihan organ genitalia tidak di jaga. Selain itu menurut Jones 2009 Candida albicans tumbuh lebih cepat jika lingkungan mengandung glukosa di tambah dengan lingkungan yang hangat dan basah. Pada 5 wanita mengalami serangan berulang Candida vulvogaginitis. b. Vaginitis Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit atau jamur Manuaba, 2010. Infeksi ini sebagian besar terjadi Universitas Sumatera Utara karena hubungan seksual. Menurut Mansjoer 2009 penyebab dari vaginitis adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina. Dengan gejala cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva agak bengkak dan kemerahan, gatal, terasa tidak nyaman serta nyeri saat berhubungan seksual dan saat kencing pengeluaran cairan bernanah, pada permukaan luar tampak merah membengkak dan terdapat bintik-bintik merah. c. Vaginosis Bacterialis Penyebab ketiga keputihan adalah infeksi Gardnerella vaginalis, mobiluncus dan beberapa bacteroides yang termasuk flora normal dalam vagina yang melekat pada bagian dinding yang berinteraksi dengan bakteri anaerob Jones, 2009. Hampir sama dengan yang dikemukakan Guningham 2010 Vaginosis bacterialis terjadi karena maldistribusi flora normal vagina disebabkan jumlah lactobacillus yang menurun dan spesies jumlah berlebihan bakteri anaerob. Beberapa gejala yang khas dari Vaginosis bacterialis menurut Mansjoer 2009 seperti keputihan encer, dengan bau amis khas yang tajam terutama waktu berhubungan seksual dan berwarna abu-abu kotor, darah menstruasi berbau abnormal, dapat timbul rasa terbakar akibat iritasi pada vagina dan sekitarnya, serta kemerahan dan edema pada vulva dan jarang berbusa. Bau tersebut disebabkan adanya amino yang menguap bila cairan vagina menjadi basa. d. Trichomoniasis Berasal dari parasit yang disebut Trichomonas vaginalis. Gejala yang dapat terlihat menurut Jones 2009 seperti keputihan berwarna kuning atau Universitas Sumatera Utara kehijauan, berbau tidak enak dan berbusa, kecoklatan, biasanya disertai dengan gejala gatal dibagian labia mayora, dinding vagina kemerahan dan sembab kadang-kadang terbentuk abses kecil, strawberry appearance, nyeri saat kencing dan terkadang sakit pinggang. Trichomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah. Lain halnya menurut Owen 2005 meskipun biasanya juga ditularkan secara tidak langsung melalui handuk yang lembab, beberapa kasus pernah terjadi karena terinfeksi melalui air dari kolam renang. Waktu terjadinya infeksi yang paling umum adalah setelah menstruasi. 2. Adanya benda asing dan penyebab lain Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi bakteri atau organisme lain masuk melalui prosedur medis, saperti haid, abortus yang disengaja, pemasangan IUD, saat melahirkan, infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas Livoti, 2006.

2.2.3 Dampak Keputihan Terhadap wanita

Keputihan yang fisiologis tidak memberi dampak pada wanita karena tidak mengandung bibit penyakit namun keputihan yang memberi dampak pada wanita adalah keputihan yang berlebihan dan bersifat patologis karena telah terinfeksi oleh bakteri, jamur dan virus Livoti, 2006. Dengan adanya keputihan patologis ini wanita merasa tidak nyaman karena menunjukkan keluhan berbau tidak sedap, menimbulkan rasa gatal, warna keputihan berwarna kekuningan ataupun kuning kehijauan berbentuk kental dan Universitas Sumatera Utara vulva terasa seperti terbakar yang menunjukkan gejala dari suatu infeksi organ genitalia seperti vulvitis, vaginitis, servisitis dan penyakit radang panggul Pelvic Infiammantory Disease Manuaba, 1998.

2.2.4 Pencegahan Keputihan

Keputihan yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di lingkungan yang hangat dan basah maka untuk menjaga kebersihan organ genitalia eksterna sebaiknya merawat dan menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dengan benar. Menurut Kusmiran 2011 dan Sibagariang 2010 Untuk mencegah terjadinya keputihan dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Selalu menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dengan menjaganya agar tetap bersih dan kering. 2. Mengganti celana dalam minimal dua kali dalam sehari 3. Menggunakan air mengalir yang bersih untuk mencuci organ genitalia. 4. Mencukur atau merapikan rambut kemaluan untuk mencegah bakteri berkembang biak. 5. menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat. 6. Menggunakan celana dalam yang berbahan katun untuk menyerap keringat. 7. Hindari penggunaan celana ketat. 8. Biasakan mengganti pembalut sesering mungkin minimal 4-5 kali dalam sehari saat menstruasi. Sebaiknya menghindari terlalu sering memakai pantyliner pembalut tipis disaat tidak menstruasi. Universitas Sumatera Utara 9. Membiasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang. 10. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. 11. Hindari penggunaan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi. 12. Hindari penggunaan barang –barang yang memudahkan penularan bakteri dan jamur seperti meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya kepada orang lain. 13. Membersihkan bak mandi, gayung dan perlengkapan mandi secara teratur untuk mencegah perkembangbiakan bakteri dan jamur. 14. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya. Selain itu Livoti 2006 menjelaskan bahwa lebih baik menghindari penggunaan sabun atau cairan pembersih kewanitaan karena dapat mengganggu keseimbangan pH di vagina, tidak menggunakan sesuatu yang bisa mengiritasi vagina deodoran, spray dan lain-lain dan yang tak kalah penting adalah perhatikan kebersihan lingkungan seperti membersihkan bak mandi, ember,gayung, water torn, dan bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurnya kuman. Universitas Sumatera Utara

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah seseorang melakukan suatu pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan tejadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan pengecapan. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden . Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat di atas Notoadmodjo, 2007. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek di ketahui maka menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tesebut.

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo, 2007, tahap pengetahuan di dalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkat, yaitu : 1. Tahu Know Pengetahuan di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali Recall terhadap yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling Universitas Sumatera Utara rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahui dan dapat di interpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya. 3. Aplikasi Aplication Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. Dalam konteks atau kondisi yang lain. 4. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja seperti : pengelompokan, membedakan dan sebagainya. 5. Sintesis Syntesis Sintesis adalah suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi - formulasi yang ada misal : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan - rumusan yang telah ada. Universitas Sumatera Utara 6. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian - penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.

2.3.3 Cara Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto 2006 bahwa pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing – masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu : a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100 b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 – 75 c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai ≤ 55 Machfoed, 2010

2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu : 1. Usia Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan yang di dapat. Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri Universitas Sumatera Utara menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. 2. Pengalaman Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu. 3. Media Massa Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam – macam media massa. Media massa tersebut merupakan alat saluran channel untuk menyampaikan sejumlah informasi sehingga mempermudah masyarakat menerima pesan. Dengan demikian akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru Notoatmodjo, 2005. 4. Sosial Budaya Kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia. Setiap generasi selalu melanjutkan apa yang telah mereka pelajari dan juga apa yang mereka sendiri tambahkan dalam budaya tersebut. Kebudayaan juga sebagai jalan arah di dalam bertindak dan berfikir sesuai dengan pengalaman yang sudah dimilikinya. Dengan demikian seseorang akan bertambah pula pengetahuannya 5. Pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk Universitas Sumatera Utara menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. 6. Lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

2.4 Sikap

2.4.1. Pengertian Sikap Menurut Notoatmodjo 2003 Sikap adalah suatu tingkatan afeksi yang baik yang

bersifat positif maupun dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Sikap juga sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Sikap merupan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus objek dan tidak langsung terlihat yang berarti seseorang mempunyai kesiapan Universitas Sumatera Utara untuk bertindak , tetapi belum melakukan aktifitas yang disebabkan oleh penghayatan pada suatu objek Notoatmodjo, 2007. Menurut Allport dalam Notoatmodjo 2007 menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : a. Kepercayaan keyakinan ide dan konsep terhadap suatu objek artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek artinya bagaimana penilaian terkandung didalamnya faktor emosi orang tersebut terhadap objek. c. Kecenderungna untuk bertindak trend to behave artinya sikap adalah merupakan komponen ynag mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

2.4.2 Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, Menurut Notoatmodjo 2012 sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni sebagai berikut : 1. Menerimareceiving : Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2. Merespon responding : Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. 3. Menghargai valuing : Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain tetangga, saudaranya, dsb untuk Universitas Sumatera Utara menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4. Bertanggung Jawab responsible : Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

2.4.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sikap

Menurut Azwar 2005, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi pembentukan sikap pada manusia, antara lain : 1. Pengalaman pribadi. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain. 3. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Universitas Sumatera Utara 4. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu. 6. Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang - kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. 7. Umur dan Jenis Kelamin Umur dan jenis kelamin berpengaruh terhadap respon pada suatu objek dan kesiapan dan kesediaan yang merupakan faktor predisposisi terjadinya tindakan. Karena semakin bertambahnya umur seseorang bisa mengutarakan pendapat dan keyakinannya terhadap suatu objek. 8. Pola Asuh orang tua Menurut Koentjaraningrat 1997 dalam Tarmizi 2010, bentuk-bentuk pola asuh orangtua sangat erat hubungannya dengan kepribadian dan pembentukan sikap anak setelah menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsur-unsur watak seorang Universitas Sumatera Utara individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih - benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak.

2.5 Tindakan Praktik

2.5.1 Pengertian Tindakan Practice

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak Notoatmodjo, 2010. Sedangkan tindakan adalah suatu sikap yang terwujud bila didukung oleh faktor pendukung seperti fasilitas antara lain adanya sarana dan prasarana juga dukungan support dari pihak lain. 2.5.2 Tingkatan Tindakan Tindakan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan , yaitu : 1. Persepsi perception Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. 2. Respon Terpimpin Guided Respons Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua. 3. Mekanisme Mecanism Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. 4. Adaptasi Adaptation Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut Notoatmodjo , 2007 . Universitas Sumatera Utara

2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tindakan

Menurut Lawrence Green Notoatmodjo, 2010 bahwa perilaku terbentuk dari tiga faktor, yaitu : a. Faktor-faktor predisposisi predisposising factors yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. b.Faktor-faktor pemungkin enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. c. Faktor-faktor pendorong atau penguat reinforcing factors yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilkau masyarakat.

2.6 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, kerangka konsep menerangkan tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan fluor albus. Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Pada Mahasiswi Ekstensi Angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015 Variabel Independen Variabel Dependen 1. 1. Pengetahuan Tindakan mahasiswi tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Sikap Universitas Sumatera Utara

2.7 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep tersebut di atas dapat diambil hipotesis : 1. Ada hubungan pengetahuan dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015. 2. Ada hubungan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan sekali waktu untuk melihat hubungan antara variabel independent dan variabel dependent Hidayat, 2011.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan dari bulan Januari sampai bulan Agustus 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasisiwi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU berjumlah 757 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara angkatan 2013. Adapun besar sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus besar sampel uji hipotesis 1 sampel sebagai berikut Lemeshow,1997 : 30 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Jenis Keputihan pada Ibu Hamil Usia Gestasi 11-24 Minggu di RS Medirossa Cikarang Periode April-Juni 2013

0 30 76

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Ekstena di SMAN 90 Jakarta

3 18 125

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Ekstena di SMAN 90 Jakarta

1 6 125

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 15

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 8

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 1 21

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

1 1 4

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 44

Hubungan Pengetahuan Mengenai Kebersihan Genitalia Eksterna Dengan Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Mipa Uns

1 0 56