1.2 Rumusan Masalah
Banyak wanita tidak mengetahui bagaimana mengidentifikasi, menangani atau mencegah masalah  organ  genitalia  secara  tepat  dan  kurangnya  keterbukaan  dari  wanita  termasuk
mahasiswi  kesehatan  masyarakat  yang  seharusnya  lebih  mengetahui  tentang permasalahan kesehatan salah satunya permasalahan kesehatan  reproduksi yang dialami
yaitu  keputihan.  Ditambah  lagi  dengan  kurangnya  kesadaran  akan  pentingnya  tindakan yang  benar  saat  membersihkan  organ  genitalia  eksterna.  Berdasarkan  latar  belakang
diatas peneliti me rumuskan permasalahan yaitu “Apakah ada hubungan pengetahuan dan
sikap  dengan  tindakan  kebersihan  organ  genitalia  eksterna  sebagai  upaya  pencegahan keputihan pada mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015?
”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1   Tujuan Umum
Untuk  mengetahui  hubungan  pengetahuan  dan  sikap  dengan  tindakan  kebersihan  organ genitalia  eksterna  sebagai  upaya  pencegahan  keputihan  pada  mahasiswi  angkatan  2013
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015
1.3.2   Tujuan Khusus
1.  Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi angkatan 2013 tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.
2.  Untuk  mengetahui  sikap  mahasiswi  angkatan  2013  tentang  kebersihan  organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.
3.  Untuk  mengetahui  tindakan  mahasiswi  angkatan  2013  tentang  kebersihan  organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.
Universitas Sumatera Utara
4.  Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia  eksterna  sebagai  upaya  pencegahan  keputihan  pada  mahasiswi  angkatan
2013. 5.  Untuk  mengetahui  hubungan  sikap  dengan  tindakan  kebersihan  organ  genitalia
eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013.
1.4.1 Manfaat Penelitian
1.  Bagi Fakultas, dapat memberikan informasi kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat USU  mengenai  gambaran  pengetahuan,  sikap  dan  tindakan  mahasiswi  tentang
kebersihan organ genitalia eksterna sebagai pencegahan keputihan. 2.  Sebagai  bahan  masukan  kepada  mahasiswa,  terutama  mahasiswa  wanita  Fakultas
Kesehatan  Masyarakat  USU  agar  dapat  menjaga  dan    merawat  kebersihan  organ genitalia eksterna dengan benar sebagai upaya pencegahan keputihan.
3.  Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan kebersihan organ genitalia eksterna.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam  bab  ini  memaparkan  berkaitan  dengan  teori-teori  diantaranya  adalah kebersihan organ genitalia eksterna pada wanita, perawatan organ genitalia eksterna yang
baik dan benar dan keputihan.
2.1 Kebersihan Organ Genitalia Eksterna
Pada bagian ini akan dibahas tentang kebersihan organ genitalia eksterna dengan materi anatomi organ genitalia wanita dan perawatan organ genitalia eksterna  yang baik
dan benar pada wanita.
2.2.1   Anatomi Genitalia Eksterna pada Wanita
Genitalia berarti alat kandungan. Genitalia eksterna dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat dilihat wanita dalam posisi litotomi. Menurut  Mochtar 1998 dan
Manuaba 2010 ada beberapa bagian  genitalia eksterna yaitu: a.  Mons veneris ialah daerah yang menggunung di atas simfisis , yang akan ditumbuhi
rambut kemaluan pubes apabila wanita beranjak dewasa. b.  Bibir besar kemaluan  labia mayora berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk
lonjong,  yang  pada  wanita  menjelang  dewasa  ditumbuhi  juga  oleh  pubes  lanjutan dari mons veneris.
c.  Bibir  kecil  kemaluan  labia  minora  ialah  bagian  dalam  dari  bibr  besar  yang berwarna merah jambu.
d.  Klentit  klitoris  identik  dengan  penis  pada  pria  ,  kira-kira  sebesar  kacang  hijau sampai cabe rawit  dan ditutupi oleh frenulum klitoris.  Glans klitoris  berisi  jaringan
yang dapat berereksi, sifatnya amat sensitif karena memiliki serabut saraf.
9
Universitas Sumatera Utara
e.  Vulva adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai  dari  klitoris,  kanan  kiri  dibatasi  bibir  kecil,  sampai  ke  belakang  dibatasi
perineum. f.
Vestibulum terletak di bawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli kanan dan kiri.
g.  Introitus vagina adalah pintu masuk ke vagina. h.  Selaput  dara  hymen  merupakan  selaput  yang  menutupi  introitus  vagina.  Biasanya
berlubang membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata atau fimbra. i.
Lubang  kemih  orifisium  uretra  ekterna  adalah  tempat  keluarnya  air  kemih  yang terletak  di  bawah  klitoris.  Di  sekitar  lubang  kemih  bagian  kiri  dari  kanan  didapati
lubang kelenjar skene. j.
Perineum terletak di antara vulva dan anus.
Gambar 2.1 Anatomi Organ Genitalia Ekterna
Universitas Sumatera Utara
2.1.2  Perawatan Organ Genitalia Eksterna yang Baik dan Benar
Secara  umum,  menjaga  kesehatan  berawal  dari  menjaga  kebersihan.  Hal  ini  juga berlaku  bagi  kesehatan  organ-organ  seksual,  termasuk  organ  genitalia  eksterna.  Karena
itu  kita  harus  merawatnya,  menurut  Baradero  2007  dan  Livoti  2006  perawatan kebersihan organ genitalia eksterna antara lain dengan cara :
1  Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah buang air kecil dan buang air besar. 2  Membersihkan  vagina  dengan  cara  membasuh  bagian  di  antara  vulva  bibir  vagina
secara  hati-hati,  menggunakan  air  bersih  dan  sabun  yang  lembut  mild  setiap  habis buang  air  kecil,  buang  air  besar  dan  ketika  mandi.  Jika  alergi  dengan  sabun  yang
lembut  sekalipun,  bisa  membasuhnya  dengan  air  hangat.  Ini  dimaksudkan  untuk membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar vagina.
3  membasuh  yang  benar  adalah  dari  arah  depan  vagina  ke  belakang  anus,  jangan terbalik, karena bakteri yang ada di sekitar anus akan terbawa masuk ke vagina.
4  Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari. 5  Hindari celana ketat karena dapat  menyebabkan  permukaan organ reproduksi mudah
berkeringat. Hindari menggunakan celana yang ketat pada lipat paha dan paha. 6  Sebaiknya  kenakan  pakaian  dalam  yang  terbuat  dari  bahan  katun  100  karena
menyerap keringat dengan baik. 7  Menggunakan  handuk  atau  waslap  yang  kering  dan  bersih  untuk  mengeringkan
vagina. 8  Dianjurkan untuk mencukur  merapikan rambut kemaluan,jika tidak wilayah rahasia
kita berpotensi ditumbuhi jamur, bakteri maupun virus yang dapat menimbulkan gatal cara  menjaga  kebersihan  saat  menstruasi.  Pada  saat  menstruasi,  kebersihan  wilayah
Universitas Sumatera Utara
kewanitaan  kita  harus  lebih  dijaga  karena  kuman  masuk  dan  dapat  menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.
9  Mengganti pembalut sesering mungkin. Untuk menjaga kebersihan gantilah pembalut secara  teratur  4  sampai  5  kali  sehari  atau  setelah  buang  air  kecil  dan  mandi  untuk
menghindari  pertumbuhan  bakteri.  Setiap  4  atau  5  jam  sekali  pembalut  usahakan diganti.  Sebaiknya  pilih  pembalut  yang  lembut,  dapat  menyerap  dengan  baik,  tidak
mengandung  bahan  yang  membuat  alergi  misalnya  parfum  atau  gel  dan  dapat melekat dengan baik pada pakaian dalam
10  Meghindari  penggunaan  sabun  atau  cairan    pembersih  kewanitaan  karena  dapat mengganggu  keseimbangan pH  di vagina yang akan mematikan bakteri laktobasillus
bakteri baik  dan bakteri pathogen bakteri merugikan akan tumbuh subur. 11  Tidak memakai sesuatu yang bisa mengiritasi organ genitalia eksterna seperti parfum,
sabun  berparfum, daodoran dan spray
2.2 Keputihan
2.2.1   Pengertian Keputihan
Keputihan  leukorea,  white  discharge,  fluor  albus  yaitu  cairan  putih    yang keluarnya cairan dari liang senggama vagina secara berlebihan yang berasal dari sekresi
vulva,  cairan  vagina,  sekresi  serviks,  sekresi  uterus  atau  sekresi  tuba  faloppi  yang dipengaruhi  ovarium.  Keputihan  ada  yang  normal  fisiologis  dan  ada  pula  yang
abnormal patologis. Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan salah satu gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita Manuaba, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2   Faktor Penyebab Keputihan
Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang normal  fisiologis  dan  abnormal  patologis.  Beberapa  ahli  menjelaskan  penyebab
terjadinya keputihan sebagai berikut, yaitu :
a. Keputihan fisiologis
Menurut  Sibagariang  2010  Penyebab  keputihan  fisiologis  adalah  faktor hormonal,  seperti  bayi  baru  lahir  sampai  umur  kira-kira  10  hari  disebabkan  pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin, kemudian dijumpai pada waktu menarche karena pengaruh estrogen.
Sedangkan menurut Manuaba 2009 penyebab lainnya adalah rangsangan birahi saat koitus yang menghasilkan sekret sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding
vagina  akibat  adanya  pelebaran  pembuluh  darah  di  vulva.  Keputihan  normal  juga  dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari
ke 10 - 16 menstruasi. Kelelahan fisik dan kejiwaan juga merupakan  salah satu penyebab keputihan, ciri-cirinya adalah berwarna putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan
udara, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam, tidak berbau dan tidak menular karena tidak ada bibit penyakit.
b. Keputihan Patologis
Menurut  Manuaba  2009,  Guningham  2010  dan  Mansjoer  2009  Keputihan patologis  disebabkan  oleh  karena  kelainan  pada  organ  reproduksi  wanita  dapat  berupa
infeksi,  adanya  benda  asing,  dan  penyakit  lain  pada  organ  reproduksi  dapat  dijelaskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 Infeksi Infeksi  adalah  masuknya  bibit  penyakit  kedalam  tubuh.  Salah  satu  gejalanya
adalah  keputihan.  Infeksi  yang  sering  terjadi  pada  organ  kewanitaan  yaitu  candidiasis, vaginitis, vaginosis bacterialis dan trichomoniasis.
a. Candidiasis vaginalis
Guningham  2010  menyatakan  bahwa  infeksi  jamur  pada  vagina  paling sering  disebabkan  oleh  Candida  albicans  atau  disebut  juga  Candidosis
vulvovaginitis.  Sesuai  dengan  yang  dijelaskan  oleh  Mansjoer  2009  bahwa sekitar 25  wanita hamil ditemukan bakteri Candida albicans. Gejalanya adalah
keputihan  berwarna  putih  keju  seperti  kepala  susukrim  atau  seperti  susu  yang pecah,  tidak  berbau  atau  berbau  asam,  pada  dinding  vagina  biasanya  dijumpai
seperti gumpalan keju  yang menempel disertai rasa gatal, kemerahan pada vulva pruritus vulva, bengkak, iritasi, dan rasa panas saat buang air kecil.
Jamur    Candida  albican  menyerang  sel  pada  saluran  vagina  dan  sel-sel kulit  vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke lapisan sel  yang lebih dalam
dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali jika kebersihan organ genitalia tidak  di  jaga.  Selain  itu  menurut  Jones  2009  Candida  albicans  tumbuh  lebih
cepat  jika  lingkungan  mengandung  glukosa  di  tambah  dengan  lingkungan  yang hangat  dan  basah.  Pada  5    wanita  mengalami  serangan  berulang  Candida
vulvogaginitis. b.
Vaginitis Vaginitis  merupakan  infeksi  pada  vagina  yang  disebabkan  oleh  berbagai
bakteri,  parasit  atau  jamur  Manuaba,  2010.  Infeksi  ini  sebagian  besar  terjadi
Universitas Sumatera Utara
karena  hubungan  seksual.  Menurut  Mansjoer  2009  penyebab  dari  vaginitis adalah pertumbuhan bakteri  normal  yang berlebihan pada vagina. Dengan gejala
cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva agak  bengkak  dan  kemerahan,  gatal,  terasa  tidak  nyaman  serta  nyeri  saat
berhubungan  seksual  dan  saat  kencing  pengeluaran  cairan  bernanah,  pada permukaan luar tampak merah membengkak dan terdapat bintik-bintik merah.
c. Vaginosis Bacterialis
Penyebab  ketiga  keputihan  adalah  infeksi  Gardnerella  vaginalis, mobiluncus  dan  beberapa  bacteroides  yang  termasuk  flora  normal  dalam  vagina
yang  melekat  pada  bagian  dinding  yang  berinteraksi  dengan  bakteri  anaerob Jones,  2009.  Hampir  sama  dengan  yang  dikemukakan    Guningham  2010
Vaginosis bacterialis terjadi karena maldistribusi flora normal vagina disebabkan jumlah  lactobacillus  yang  menurun  dan  spesies  jumlah  berlebihan  bakteri
anaerob. Beberapa  gejala  yang  khas  dari  Vaginosis  bacterialis    menurut  Mansjoer
2009 seperti keputihan encer, dengan bau amis khas yang tajam terutama waktu berhubungan  seksual  dan  berwarna  abu-abu  kotor,  darah  menstruasi  berbau
abnormal,  dapat  timbul  rasa  terbakar  akibat  iritasi  pada  vagina  dan  sekitarnya, serta  kemerahan  dan  edema  pada  vulva  dan  jarang  berbusa.  Bau  tersebut
disebabkan adanya amino yang menguap bila cairan vagina menjadi basa. d.
Trichomoniasis Berasal  dari  parasit  yang  disebut  Trichomonas  vaginalis.  Gejala  yang
dapat  terlihat    menurut  Jones  2009  seperti  keputihan  berwarna  kuning  atau
Universitas Sumatera Utara
kehijauan,  berbau  tidak  enak  dan  berbusa,  kecoklatan,  biasanya  disertai  dengan gejala  gatal  dibagian  labia  mayora,  dinding  vagina  kemerahan  dan  sembab
kadang-kadang  terbentuk  abses  kecil,  strawberry  appearance,  nyeri  saat kencing dan terkadang sakit pinggang.
Trichomoniasis  merupakan  penyakit  infeksi  protozoa  yang  disebabkan oleh  Trichomonas  vaginalis,  biasanya  ditularkan  melalui  hubungan  seksual  dan
sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah. Lain halnya menurut Owen 2005  meskipun  biasanya  juga  ditularkan  secara  tidak  langsung  melalui  handuk
yang  lembab,    beberapa  kasus  pernah  terjadi  karena  terinfeksi  melalui  air  dari kolam  renang.  Waktu  terjadinya  infeksi  yang  paling  umum  adalah  setelah
menstruasi. 2. Adanya benda asing dan penyebab lain
Infeksi  ini  timbul  jika  penyebab  infeksi  bakteri  atau  organisme  lain  masuk melalui  prosedur  medis,  saperti  haid,  abortus  yang  disengaja,  pemasangan  IUD,  saat
melahirkan,  infeksi  pada  saluran  reproduksi  bagian  bawah  yang  terdorong  sampai  ke serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas Livoti, 2006.
2.2.3   Dampak Keputihan Terhadap wanita
Keputihan  yang  fisiologis  tidak  memberi  dampak  pada  wanita  karena  tidak mengandung bibit penyakit namun keputihan yang memberi dampak pada wanita  adalah
keputihan  yang  berlebihan  dan  bersifat  patologis  karena  telah  terinfeksi  oleh  bakteri, jamur  dan  virus  Livoti,  2006.  Dengan  adanya  keputihan  patologis  ini  wanita  merasa
tidak nyaman karena menunjukkan keluhan berbau tidak sedap, menimbulkan rasa gatal, warna  keputihan  berwarna  kekuningan  ataupun  kuning  kehijauan  berbentuk  kental    dan
Universitas Sumatera Utara
vulva terasa seperti terbakar  yang menunjukkan gejala dari suatu infeksi organ genitalia seperti  vulvitis,  vaginitis,  servisitis  dan  penyakit  radang  panggul  Pelvic  Infiammantory
Disease Manuaba, 1998.
2.2.4   Pencegahan Keputihan
Keputihan  yang  disebabkan  oleh  jamur  lebih  cepat  berkembang  di  lingkungan yang  hangat  dan  basah  maka  untuk  menjaga  kebersihan  organ  genitalia  eksterna
sebaiknya  merawat  dan  menjaga  kebersihan  organ  genitalia  eksterna  dengan  benar. Menurut Kusmiran 2011 dan Sibagariang 2010 Untuk mencegah terjadinya keputihan
dapat dilakukan sebagai berikut : 1.  Selalu menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dengan menjaganya agar tetap
bersih dan kering. 2.  Mengganti celana dalam minimal dua kali dalam sehari
3.  Menggunakan air mengalir yang bersih untuk mencuci organ genitalia. 4.  Mencukur  atau merapikan rambut kemaluan untuk mencegah bakteri berkembang
biak. 5.  menggunakan  pakaian  dalam  yang  terbuat  dari  katun  serta  tidak  menggunakan
pakaian dalam yang ketat. 6.  Menggunakan celana dalam yang berbahan katun untuk  menyerap keringat.
7.  Hindari penggunaan celana ketat. 8.  Biasakan mengganti pembalut sesering mungkin minimal 4-5 kali dalam sehari saat
menstruasi.  Sebaiknya  menghindari  terlalu  sering  memakai  pantyliner  pembalut tipis disaat tidak menstruasi.
Universitas Sumatera Utara
9.  Membiasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
10. Penggunaan  cairan  pembersih  vagina  sebaiknya  tidak  berlebihan  karena  dapat mematikan flora normal vagina.
11. Hindari penggunaan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
12. Hindari  penggunaan  barang –barang  yang  memudahkan  penularan  bakteri  dan
jamur  seperti meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya kepada orang lain. 13. Membersihkan  bak  mandi,  gayung  dan  perlengkapan  mandi  secara  teratur  untuk
mencegah perkembangbiakan bakteri dan jamur. 14. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap
dudukan kloset sebelum menggunakannya. Selain  itu  Livoti  2006  menjelaskan  bahwa  lebih  baik  menghindari  penggunaan
sabun atau cairan  pembersih kewanitaan karena dapat mengganggu  keseimbangan pH di vagina,  tidak  menggunakan  sesuatu  yang  bisa  mengiritasi  vagina  deodoran,  spray  dan
lain-lain  dan  yang  tak  kalah  penting  adalah  perhatikan  kebersihan  lingkungan  seperti membersihkan bak mandi, ember,gayung, water torn, dan bibir kloset dengan antiseptik
untuk menghindari menjamurnya kuman.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Pengetahuan
2.3.1   Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan  adalah  hasil  dari  tahu  dan  ini  tejadi  setelah  seseorang  melakukan suatu pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan tejadi melalui panca indra
manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan pengecapan. Sebagian besar
pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.
Pengukuran  pengetahuan  dapat  dilakukan  dengan  wawancara  atau  angket  yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden .
Kedalaman  pengetahuan  yang  ingin  kita  ketahui  atau  kita  ukur  dapat  kita  sesuaikan
dengan tingkat-tingkat di atas  Notoadmodjo, 2007.
Pengetahuan  seseorang  tentang  suatu  obyek  mengandung  dua  aspek  yaitu  aspek positif  dan  aspek  negatif.  Kedua  aspek  inilah  yang  akan  menentukan  sikap  seseorang
terhadap  obyek  tertentu.  Semakin  banyak  aspek  positif  dari  obyek  di  ketahui  maka menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tesebut.
2.3.2   Tingkat Pengetahuan
Menurut  Notoadmodjo,  2007,  tahap  pengetahuan  di  dalam  domain  kognitif terdiri dari 6 tingkat, yaitu :
1.  Tahu Know Pengetahuan  di  artikan  sebagai  mengingat  suatu  materi  yang  telah  di  pelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali Recall    terhadap  yang  spesifik  dari  seluruh  bahan  yang  di  pelajari  atau  rangsangan
yang  telah  di  terima,  oleh  sebab  itu  tahu  ini  merupakan  tingkat  pengetahuan  paling
Universitas Sumatera Utara
rendah.  Kata  kerja  untuk  mengukur  bahwa  orang  tahu  tentang  apa  yang  dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2.  Memahami Comprehension Memahami  diartikan  sebagai  suatu  kemampuan  untuk  menjelaskan  secara  benar
tentang  obyek  yang  di  ketahui  dan  dapat  di  interpretasikan  materi  tersebut  secara benar.  Orang  telah  paham  terhadap  obyek  atau  materi  harus  dapat  menjelaskan,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya. 3.  Aplikasi  Aplication
Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari  pada  situasi  atau  kondisi  real  sebenarnya.  Aplikasi  di  sini  dapat  di  artikan
sebagai  aplikasi  atau  penggunaan  hukum-hukum,  rumus,  metode,  prinsip,  dan sebagainya. Dalam konteks atau kondisi yang lain.
4.  Analisis  Analysis Analisis  adalah  suatu  kemampuan  untuk  menjabarkan  materi  atau  suatu  obyek  ke
dalam  komponen-komponen,  tetapi  masih  di  dalam  suatu  struktur  organisasi  tersebut dan  masih  ada  kaitannya  satu  sama  lain.  Kemampuan  analisis  ini  dapat  di  lihat  dari
penggunaan kata kerja seperti : pengelompokan, membedakan dan sebagainya. 5.  Sintesis Syntesis
Sintesis  adalah  suatu  kemampuan  meletakkan  atau  menghubungkan  bagian-bagian  di dalam  suatu  bentuk  keseluruhan  yang  baru.  Sintesis  adalah  suatu  kemampuan  untuk
menyusun  formulasi  -  formulasi  yang  ada  misal  :  dapat  menyusun,  dapat merencanakan,  dapat  meringkas,  dapat  menyesuaikan  dan  sebagainya  terhadap  suatu
teori atau rumusan - rumusan yang telah ada.
Universitas Sumatera Utara
6.  Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau  penilaian
terhadap  suatu  materi  atau  obyek.  Penilaian  -  penilaian  itu  berdasarkan  suatu  kriteria yang telah ada.
2.3.3    Cara Pengukuran Pengetahuan
Menurut  Arikunto  2006  bahwa  pengukuran  pengetahuan  dapat  diperoleh  dari kuesioner  atau  angket  yang  menanyakan  isi  materi  yang  ingin  diukur  dari  subyek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat  kita  sesuaikan  dengan  tingkat  pengetahuan  tersebut  diatas.  Sedangkan  kualitas
pengetahuan pada masing – masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring
yaitu : a.  Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76
– 100 b.  Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56
– 75 c.  Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai
≤ 55  Machfoed, 2010
2.3.4  Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu : 1.  Usia
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan yang di dapat. Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan  yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia
madya,  individu  akan  lebih  berperan  aktif  dalam  masyarakat  dan  kehidupan  sosial serta  lebih  banyak  melakukan  persiapan  demi  suksesnya  upaya  menyesuaikan  diri
Universitas Sumatera Utara
menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. 2.  Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan  dengan  cara  mengulang  kembali  pengetahuan  yang  diperoleh  dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu. 3.  Media Massa
Dengan  masuknya  teknologi  akan  tersedia  pula  bermacam –  macam  media  massa.
Media  massa  tersebut  merupakan  alat  saluran  channel  untuk  menyampaikan sejumlah  informasi  sehingga  mempermudah  masyarakat  menerima  pesan.  Dengan
demikian  akan  mempengaruhi  pengetahuan  masyarakat  tentang  inovasi  baru Notoatmodjo, 2005.
4.  Sosial Budaya Kebudayaan  berpindah  dari  setiap  generasi  manusia.  Setiap  generasi  selalu
melanjutkan  apa  yang  telah  mereka  pelajari  dan  juga  apa  yang  mereka  sendiri tambahkan  dalam  budaya  tersebut.  Kebudayaan  juga  sebagai  jalan  arah  di  dalam
bertindak  dan  berfikir  sesuai  dengan  pengalaman  yang  sudah  dimilikinya.  Dengan demikian seseorang akan bertambah pula pengetahuannya
5.  Pendidikan. Pendidikan  adalah  suatu  usaha  untuk  mengembangkan  kepribadian  dan  kemampuan
didalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses  belajar,  makin  tinggi  pendidikan  seeorang  makin  mudah  orang  tersebut  untuk
Universitas Sumatera Utara
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan  informasi,  baik  dari  orang  lain  maupun  dari  media  massa.  Semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.  Pengetahuan  sangat  erat  kaitannya  dengan  pendidikan  dimana  diharapkan
seseorang  dengan  pendidikan  tinggi,  maka  orang  tersebut  akan  semakin  luas  pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang  yang berpendidikan rendah
tidak  berarti  mutlak  berpengetahuan  rendah  pula.  Peningkatan  pengetahuan  tidak mutlak  diperoleh  dipendidikan  formal,  akan  tetapi  juga  dapat  diperoleh  pada
pendidikan non formal. 6.  Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis,  maupun  sosial.  Lingkungan  berpengaruh  terhadap  proses  masuknya
pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena  adanya  interaksi  timbal  balik  ataupun  tidak  yang  akan  direspon  sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
2.4 Sikap
2.4.1.  Pengertian Sikap Menurut Notoatmodjo 2003 Sikap adalah suatu tingkatan afeksi yang baik yang
bersifat  positif  maupun  dalam  hubungannya  dengan  objek-objek  psikologis.  Sikap  juga sebagai  tingkatan  kecenderungan  yang  bersifat  positif  atau  negatif  yang  berhubungan
dengan objek psikologi. Sikap merupan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
stimulus  objek  dan  tidak  langsung  terlihat  yang  berarti  seseorang  mempunyai  kesiapan
Universitas Sumatera Utara
untuk  bertindak  ,  tetapi  belum  melakukan  aktifitas    yang  disebabkan  oleh  penghayatan pada suatu objek Notoatmodjo, 2007.
Menurut  Allport  dalam  Notoatmodjo  2007  menjelaskan  bahwa  sikap mempunyai 3 komponen pokok  yaitu :
a.  Kepercayaan  keyakinan  ide  dan  konsep  terhadap  suatu  objek  artinya  bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
b.  Kehidupan  emosional  atau  evaluasi  emosional  terhadap  suatu  objek  artinya bagaimana  penilaian  terkandung  didalamnya  faktor  emosi  orang  tersebut  terhadap
objek. c.  Kecenderungna  untuk  bertindak  trend  to  behave    artinya  sikap  adalah  merupakan
komponen ynag mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
2.4.2  Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, Menurut Notoatmodjo 2012 sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni sebagai berikut :
1.  Menerimareceiving  :  Menerima  diartikan  bahwa  orang  subjek  mau  dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
2.  Merespon  responding  :  Memberikan  jawaban  apabila  ditanya,  mengerjakan  dan menyelesaikan tugas  yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu
usaha  untuk  menjawab  pertanyaan  atau  mengerjakan  tugas  yang  diberikan.Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3.  Menghargai  valuing : Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan  orang  lain  terhadap  suatu  masalah  adalah  suatu  indikasi  sikap  tingkat  tiga,
misalnya  seorang  mengajak  ibu  yang  lain    tetangga,  saudaranya,  dsb  untuk
Universitas Sumatera Utara
menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang  gizi  adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4.  Bertanggung Jawab  responsible : Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya  dengan  segala    resiko  adalah  mempunyai  sikap  yang  paling  tinggi.
Misalnya  seorang  ibu  mau  menjadi  akseptor  KB,  meskipun  mendapatkan  tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
2.4.3   Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sikap
Menurut  Azwar  2005,  ada  beberapa  faktor  yang  dapat  memengaruhi pembentukan sikap pada manusia, antara lain :
1.  Pengalaman pribadi. Apa  yang  telah  dan  sedang  kita  alami  akan  ikut  membentuk  dan  mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial. 2.  Pengaruh orang lain yang dianggap penting.
Orang  lain  di  sekitar  kita  merupakan  salah  satu  diantara  komponen  sosial  yang  ikut mempengaruhi  sikap  kita.  Seseorang  yang  dianggap  penting,  seseorang  yang  kita
harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak  ingin  kita  kecewakan  atau  seseorang  yang  berarti  khusus  bagi  kita  akan
mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.
3.  Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dimana kita hidup  dan dibesarkan mempunyai  pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap kita.
Universitas Sumatera Utara
4.  Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar,  majalah  dan  lain-lain  mempunyai  pengaruh  besar  dalam  pembentukan  opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. 5.  Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam  pembentukan  sikap  dikarenakan  keduanya  meletakkan  dasar  pengertian  dan
konsep moral dalam arti individu. 6.  Pengaruh faktor emosional
Tidak  semua  bentuk  sikap  dipengaruhi  oleh  situasi  lingkungan  dan  pengalaman pribadi seseorang, kadang - kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari  oleh  emosi  yang  berfungsi  sebagai  penyaluran  frustasi  atau  pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
7.  Umur dan Jenis Kelamin Umur dan jenis kelamin berpengaruh terhadap respon pada suatu objek dan kesiapan
dan kesediaan yang merupakan faktor predisposisi terjadinya tindakan. Karena semakin bertambahnya umur seseorang bisa mengutarakan pendapat dan
keyakinannya terhadap suatu objek. 8.  Pola Asuh orang tua
Menurut Koentjaraningrat 1997 dalam Tarmizi 2010, bentuk-bentuk pola asuh orangtua sangat erat hubungannya dengan kepribadian dan pembentukan sikap anak
setelah menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsur-unsur watak seorang
Universitas Sumatera Utara
individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih - benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak.
2.5 Tindakan Praktik
2.5.1   Pengertian Tindakan Practice
Sikap  adalah  kecenderungan  untuk  bertindak  Notoatmodjo,  2010.    Sedangkan
tindakan adalah suatu sikap  yang terwujud  bila  didukung oleh  faktor pendukung seperti fasilitas    antara  lain  adanya  sarana  dan  prasarana  juga    dukungan  support    dari  pihak
lain. 2.5.2  Tingkatan Tindakan
Tindakan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan , yaitu : 1.  Persepsi perception
Mengenal  dan  memilih  berbagai  objek  sehubungan  dengan  tindakan  yang  akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.
2.  Respon Terpimpin Guided Respons Dapat  melakukan  sesuatu  sesuai  dengan  urutan  yang  benar  sesuai  dengan  contoh
adalah indikator praktik tingkat dua. 3.  Mekanisme Mecanism
Apabila  seseorang  telah  melakukan  sesuatu  dengan  benar  secara  otomatis,  atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
4. Adaptasi Adaptation
Adaptasi  adalah  suatu  praktik  atau  tindakan  yang  sudah  berkembang  dengan  baik. Artinya,  tindakan  itu  sudah  dimodifikasinya  sendiri  tanpa  mengurangi  kebenaran
tindakannya tersebut  Notoatmodjo , 2007 .
Universitas Sumatera Utara
2.5.3   Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tindakan
Menurut  Lawrence  Green  Notoatmodjo,  2010  bahwa  perilaku  terbentuk  dari tiga faktor, yaitu :
a. Faktor-faktor  predisposisi  predisposising  factors  yang  terwujud  dalam  pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b.Faktor-faktor  pemungkin  enabling  factors,  yang  terwujud  dalam  lingkungan  fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
c. Faktor-faktor  pendorong  atau  penguat  reinforcing  factors  yang  terwujud  dalam  sikap dan  perilaku  petugas  kesehatan  atau  petugas  lain,  yang  merupakan  kelompok  referensi
dari perilkau masyarakat.
2.6 Kerangka Konseptual
Dalam  penelitian  ini,  kerangka  konsep  menerangkan  tentang  hubungan pengetahuan  dan  sikap  dengan  tindakan  kebersihan  organ  genitalia  eksterna  sebagai
upaya pencegahan keputihan fluor albus.
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Pada Mahasiswi  Ekstensi Angkatan 2013
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015
Variabel Independen Variabel Dependen
1.  1.
Pengetahuan
Tindakan mahasiswi
tentang  kebersihan  organ genitalia  eksterna  sebagai
upaya pencegahan
keputihan
Kebersihan Organ  Genitalia  Eksterna
Sebagai  Upaya  Pencegahan
Sikap
Universitas Sumatera Utara
2.7 Hipotesis