Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Penelitian yang relevan

sebagai sumber belajar dengan menerapkan pendekatan jelajah alam sekitar dapat mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Fadlia, 2012 menunjukkan bahwa pembuatan jurnal belajar dalam pendekatan JAS berpengaruh baik terhadap hasil belajar baik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perlu dilaksanakan penelitian dengan judul “pembelajaran IPA berpendekatan JAS Jelajah Alam Sekitar materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah siswa.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu; 1 Apakah pembelajaran IPA berpendekatan JAS Jelajah Alam Sekitar efektif terhadap hasil belajar siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya? 2 Apakah pembelajaran IPA berpendekatan JAS Jelajah Alam Sekitar efektif terhadap karakter ilmiah siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk; 1 Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran IPA berpendekatan JAS terhadap hasil belajar siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. 2 Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran IPA berpendekatan JAS terhadap karakter ilmiah siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengembangan pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah serta bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis, di antaranya: 1 Bagi siswa, diharapkan mendapat pengalaman belajar yang bermakna dengan objek belajar berupa lingkungan, mampu meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa, serta meningkatkan hasil belajar dan karakter ilmiah siswa. 2 Bagi Guru, diharapkan dapat mengetahui pendekatan, metode serta media pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan. Menambah pengetahuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. 3 Bagi Sekolah, diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran Sains IPA. 4 Bagi Peneliti, berguna untuk memperoleh pengetahuan baru tentang pembelajaran IPA berpendekatan JAS dapat digunakan dalam pembelajaran IPA SMP kelas VII serta mengetahui metode dan strategi pembelajaran yang tepat.

1.5 Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran judul penelitian maka perlu dijelaskan penegasan istilah. Adapun penegasan istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1.5.1 Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip tetapi juga merupakan proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung bagi siswa untuk mengembanngkan kompetensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar melalui kerja atau metode ilmiah BSNP, 2006. Kriteria pembelajaran IPA yang baik sesuai Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan KTSP tidak cukup bersumber dari buku, tetapi juga penggunaan alat praktek dan pemanfaatan lingkungan sekitar Widiyatmoko, 2013. Pada penelitian ini pembelajaran IPA mempelajari peristiwa atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar secara sistematis, dan guru dalam membelajarkan IPA tidak hanya memberikan teori, konsep atau prinsip tetapi juga merupakan proses penemuan yang dilakukan oleh siswa melalui proses ilmiah.

1.5.2 Pendekatan JAS Jelajah Alam Sekitar

Pendekatan JAS merupakan salah satu pendekatan yang memanfaatkan lingkungan sekitar baik lingkungan fisik, sosial, budaya, mental, teknologi dan simulasinya sebagai objek belajar IPA yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah Mulyani et al., 2008. Pembelajaran menekankan pada kegiatan belajar yang dikaitkan dengan situasi nyata, sehingga mampu membuka wawasan berpikir siswa, pengalaman belajar bermakna, dan hasil belajarnya lebih berdaya guna Husamah, 2013. Pada penelitian ini pelaksanaan pembelajaran IPA berpendekatan JAS yaitu pembelajaran dengan memanfaatkan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung menggunakan media seperti gambar atau video sebagai sumber belajar dengan prinsip pembelajaran bermakna, berpusat pada siswa yang dipelajari melalui kerja ilmiah, dimana siswa diberi pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi atau eksperimen maupun cara yang lainnya.

1.5.3 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya

Materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan materi yang terdapat pada kelas VII semester II. Kompetensi dasar yang akan dicapai pada pembelajaran materi ini yaitu siswa mampu menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai konsep lingkungan, satuan-satuan dalam ekosistem, saling ketergantungan dan pola interaksi yang disesuaikan dengan kurikulum KTSP SMP. Indikator pencapaian kompetensi materi ini adalah mengidentifikasi komponen dan satuan-satuan organisasi ekosistem serta menyatakan matahari sebagai sumber energi utama; menghitung kepadatan populasi suatu ekosistem; menjelaskan pengertian rantai, jaring-jaring dan piramida makanan; menyajikan diagram rantai makanan dan jaring-jaring makanan; melakukan percobaan tentang saling ketergantungan antar komponen ekosistem dan membedakan pola interaksi makhluk hidup dalam ekosistem.

1.5.4 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Achmad Anni, 2011. Pada penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar atau ranah kognitif pengetahuan. Ranah kognitif berkaitan dengan pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual yang terbagi menjadi enam tingkatan yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi atau mensintesis dan mencipta.

1.5.5 Karakter Ilmiah

Karakter ilmiah merupakan suatu sikap atau perilaku ilmiah yang ditunjukkan oleh siswa selama dan setelah melakukan kegiatan pembelajaran Winarti, 2011. Karakter ilmiah terbentuk karena pembiasaan ketika melakukan kerja ilmiah dan metode ilmiah selalu menerapkan prinsip sikap ilmiah. Melalui kebiasaan atau habits ini maka sikap ilmiah siswa selama pembelajaran dapat menjadi sebuah karakter ilmiah Machin, 2014. Karakter-karakter ilmiah dalam penelitian ini ada lima yaitu rasa ingin tahu, jujur, percaya diri, disiplin dan toleransi. 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Pembelajaran IPA

Pembelajaran merupakan suatu proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar. Menurut Gagne 1985 sebagaimana dikutip oleh Achmad Anni 2011 menyatakan bahwa Hasil belajar itu memberikan kemampuan siswa untuk melakukan berbagai penampilan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen, yaitu tujuan atau kompetensi, materi, metode dan evaluasi. Perkembangan kognitif dalam Teori Piaget Achmad Anni, 2011 menyatakan bahwa perkembangan anak pada usia SMP 11-13 tahun sebagai berikut; 1 Anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit. 2 Guru dalam pembelajaran menciptakan suasana eksplorasi dan penemuan, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan minat belajarnya sesuai dengan kemampuan intelektualnya. 3 Penerapan metode pembelajaran yang digunakan hendaknya lebih mengarah pada konstruktivisme, artinya siswa lebih banyak dihadapkan pada problem solving atau persoalan-persoalan aktual yang dekat dengan kehidupan mereka serta dilakukan pembimbingan dalam menyusun hipotesis. Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang bidang kajiannya berupa peristiwa atau kejadian dan fenomena yang terjadi di alam. Belajar IPA diharapkan dapat menjadikan siswa untuk memahami dirinya sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari BSNP, 2006. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami lingkungan sekitar secara ilmiah. Guru dalam membelajarkan IPA tidak hanya memberikan konsep, prinsip atau fakta tetapi mengajak siswa untuk mencari tahu mengenai kejadian alam yang terjadi di lingkungan secara sistematis. Hakikat pembelajaran IPA Hotimah, 2008 ada empat unsur yaitu IPA sebagai; 1 Sikap, artinya sikap rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. 2 Proses, artinya prosedur pemecahan masalah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. 3 Produk, artinya berupa fakta, prinsip, teori dan hukum. 4 Aplikasi, artinya penerapan dari metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pelajaran IPA di SMP MTs BSNP, 2006 bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut; 1 Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2 Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3 Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4 Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi. 5 Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. 6 Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7 Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya berorientasi pada Sistem Pendidikan Nasional, yaitu mengembangkan kemampuan akademik dan interaksi sosial. Pemilihan model, pendekatan dan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru bertujuan agar tercipta iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam sehingga terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.

2.1.2 Pendekatan JAS

Jelajah Alam Sekitar JAS merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan lingkungan sekitar kehidupan siswa baik lingkungan fisik, mental, sosial, teknologi maupun budaya sebagai objek belajar IPA yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah Marianti, 2005 dalam Yuniastuti, 2013. Kegiatan belajar siswa melalui kerja atau metode ilmiah scientific methode yang dirancang agar siswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip. Observasi dan proses ilmiah dalam pembelajaran IPA mampu membuat hasil belajar lebih bermakna dan kemampuan observasi memunculkan permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa Olivera, 2010 dalam Alimah et al., 2014. Tahapan-tahapan metode ilmiah Kemendikbud, 2013 yaitu; 1 Mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah; 2 Merumuskan masalah; 3 Mengajukan atau merumuskan hipotesis; 4 Mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data; dan 5 Menarik kesimpulan serta mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Ciri-ciri pembelajaran IPA berpendekatan JAS Marianti, 2005 dalam Mulyani, 2008 yaitu 1 pembelajaran selalu dikaitkan dengan lingkungan sekitar secara langsung atau tidak langsung menggunakan media; 2 selalu ada kegiatan peramalan hipotesis, pengamatan dan penjelasan; 3 ada laporan untuk dikomunikasikan baik berupa lisan, tulisan, foto, atau audiovisual; 4 pembelajaran menyenangkan sehingga meningkatkan minat belajar siswa lebih lanjut. Dasar yang terkandung di dalam pembelajaran dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar adalah agar siswa mendapat kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia nyata. Situasi nyata yang dikaitkan dalam kegiatan pembelajaran mampu membuka wawasan berpikir, pengalaman belajar bermakna, dan hasil belajarnya lebih berdaya guna Husamah, 2013. Komponen-komponen pendekatan JAS Mulyani et al., 2008 adalah sebagai berikut: 1 Eksplorasi Ketika melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya, seseorang akan berinteraksi dengan fakta yang ada di lingkungan sehingga menemukan pengalaman dan sesuatu yang menimbulkan pertanyaan atau masalah. Adanya masalah manusia akan melakukan kegiatan berpikir untuk mencari pemecahan masalah. Lingkungan yang dimaksud di sini tidak hanya lingkungan fisik saja, tetapi juga meliputi lingkungan sosial, budaya dan teknologi. 2 Konstruktivisme Siswa mengartikan pelajaran yang disampaikan guru berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya. Pengetahuan sebagai suatu proses pembentukan konstruksi yang terus menerus, terus berubah dan berkembang. 3 Proses Sains Proses sains atau proses kegiatan ilmiah dimulai ketika seseorang mengamati sesuatu yang menarik perhatian, kemudian akan memunculkan pertanyaan atau permasalahan. Dari pertanyaan dan permasalahan tersebut maka siswa akan berpikir sehingga menghasilkan suatu pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah bersifat rasional dan teruji sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. 4 Masyarakat Belajar learning community Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, antara yang tahu dengan yang belum tahu. 5 Edutainment IPA merupakan salah satu kajian ilmu strategis untuk dapat memahami tentang fenomena alam. Edutainment dimana dalam pendekatannya melibatkan unsur utama ilmu dan penemuan ilmu, keterampilan berkarya, kerjasama, permainan yang mendidik, kompetisi, tantangan dan sportivitas dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran JAS dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, tidak membosankan, sehingga siswa belajar dengan bersemangat. 6 Asesmen Autentik Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Asesmen dilakukan selama proses pembelajaran, terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran, bukan hanya pada akhir periode pembelajaran saja. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata-mata dari hasil. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPA berpendekatan JAS ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain sebagai berikut: 1 Kegiatan siswa akan lebih menarik dan tidak membosankan, sehingga motivasi belajar akan lebih tinggi, 2 Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan pada situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami, 3 Kegiatan siswa akan lebih komprehensif dan aktif sebab dilakukan dengan metode atau kerja ilmiah yang sistematis seperti mengamati, menanya dan mengkomunikasi, 4 Sumber belajar siswa akan lebih kaya sebab lingkungan yang dipelajari dapat beranekaragam, dan 5 Belajar menyatu dengan alam disertai kerja ilmiah mampu menumbuhkan karakter ilmiah dan cinta lingkungan. Jadi pembelajaran JAS dilaksanakan dengan mengeksplorasi sumber daya alam dan eksplorasi pengetahuan siswa yang dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, tidak membosankan sehingga siswa belajar dengan bersemangat. Aktivitas siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang menuntut siswa aktif dan bersifat menyenangkan Dalyono, 2008. Pembelajaran JAS menekankan pada siswa yang aktif dan kritis, pembelajaran berpusat pada siswa, dan dipandu oleh guru yang kreatif.

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Achmad Anni 2011 hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Menurut Sudjana 2008 hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar tampak sebagai perubahan tingkah laku pada siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah Achmad Anni, 2012 yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik yang dikenal dengan Taksonomi Bloom. Pada penelitian ini, hasil belajar yang akan diukur hanya pada prestasi belajar atau ranah kognitif pengetahuan. Ranah kognitif merupakan ranah yang berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan dan keterampilan berpikir. Ranah kognitif mengurutkan kemampuan berpikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl 2002 menjelaskan ranah kognitif terbagi menjadi enam tingkatan atau level yang dikenal sebagai C1 sampai C6, yaitu remembering mengingat, understanding memahami, applying menerapkan, analyzing menganalisis, evaluating mengevaluasi dan creating mencipta. Dimensi proses kognitif menurut Kreathwol 2002, yaitu; 1 Remembering mengingat, berupa recognizing mengenali dan recalling mengingat. Kegiatan yang dilakukan antara lain; mengenali, membuat daftar, menggambarkan, menyebutkan, mendefinisikan, mengingat kembali, dan menunjukkan. 2 Understanding memahami adalah menerangkan idea tau konsep. Kegiatan yang dilakukan berupa; menafsirkan, mengelompokkan, memberi contoh, meringkas, menarik inferensi, membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menentukan dan menjelaskan atau menerangkan. 3 Applying menerapkan adalah menggunakan informasi dalam situasi lain. Kegiatan yang dilakukan antara lain; menjalankan, menerapkan, melaksanakan, menggunakan dan mengimplementasikan; 4 Analyzing menganalisis adalah mengolah informasi untuk memahami sesuatu dan mencari hubungan. Kegiatan yang dilakukan berupa membandingkan, menguraikan, mengorganisir, menata ulang, mengajukan pertanyaan dan menemukan makna tersirat; 5 Evaluating evaluasi adalah menilai suatu keputusan atau tindakan. Kegiatan yang dilakukan berupa memeriksa, membuat hipotesis, bereksperimen dan mengkritik dan memberi penilaian. 6 Creating mencipta adalah menghasilkan ide-ide baru, produk, atau cara memandang terhadap sesuatu. Kegiatan yang dilakukan berupa merumuskan, mendesain, membuat, dan memproduksi. Pada penelitian ini hasil belajar yang akan diukur adalah prestasi belajar atau ranah intelektual kognitif dan pengamatan aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Ranah intelektual kognitif atau prestasi belajar berkaitan erat dengan aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung, baik kegiatan fisik maupun mental. Kegiatan pembelajaran tidak bisa terlepas dari aktivitas yang terjadi pada siswa, sehingga dapat ditegaskan bahwa keaktifan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.

2.1.4 Karakter Ilmiah

Karakter sering juga disamakan dengan moralitas, budi pekerti atau watak. Karakter dapat didefinisikan sebagai tindakan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu objek, sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Menurut Afrizon 2012 yang dikutip oleh Machin 2014 menyatakan bahwa karakter adalah disposisi seseorang yang relatif stabil, yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika utama seperti menghargai atau menghormati, bertanggung jawab, jujur, adil dan peduli. Menurut Winarti 2011 kriteria karakter antara lain; stabilitas pola perilaku, kesinambungan dalam waktu dan koherensi cara berpikir dalam bertindak. Karakter menjadi sebuah hal penting dalam pendidikan Mohammad, 2011 menyatakan bahwa sekolah merupakan institusi yang menjadi media internalisasi nilai-nilai budaya ke dalam sikap dan perilaku siswa, sehingga semua kegiatan pembelajaran diarahkan pada pembentukan karakter, penanaman nilai budaya dan pengembangan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Setiap kegiatan pendidikan diarahkan pada pendidikan karakter, karena karakter merupakan modal dasar bagi generasi muda untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila Winarti, 2011. Fungsi pendidikan karakter yaitu mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa Pancasila, meliputi mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia berhati baik, pikiran baik dan berperilaku baik; membangun bangsa yang berkarakter Pancasila dan mengembangkan potensi siswa agar menjadi warga negara yang percaya diri, bangga pada bangsa dan menghargai warga negara lain. Pendidikan karakter pada satuan pendidikan terdapat 18 nilai-nilai karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional Kemendiknas, 2011 yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut harus terintegrasi di setiap mata pelajaran, yang disesuaikan dengan kondisi wilayah dan kebutuhannya. Nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPA dikenal dengan karakter ilmiah. Karakter ilmiah ini merupakan sikap yang ada pada diri seorang ilmuan atau akademis ketika menghadapi masalah-masalah ilmiah melalui metode ilmiah. Proses pemerolehan pengetahuan produk melalui metode ilmiah dan akan membentuk sikap ilmiah yang sangat berperan dalam pembentukan kepribadian atau karakter ilmiah Winarti, 2012. Karakter ilmiah yang akan ditumbuhkembangkan merujuk pada 18 nilai pendidikan karakter dalam Kemendiknas 2011 yaitu 1 rasa ingin tahu, 2 jujur, 3 percaya diri, 4 disiplin dan 5 toleransi. Penilaian karakter dilakukan melalui pengamatan siswa ketika melakukan kegiatan pembelajaran IPA. Penilaian kompetensi karakter atau sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap siswa sebagai hasil dari suatu program pembelajaran. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian dari pembelajaran adalah refleksi cerminan pemahaman dan kemajuan sikap siswa secara individual. Acuan penilaian atau indikator merupakan acuan yang digunakan untuk mengetahui ketercapaian suatu kompetensi. Indikator kompetensi sikap atau karakter ilmiah tersedia pada Tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Indikator Penilaian Sikap Karakter Ilmiah Sikap atau Karakter Ilmiah Indikator Rasa ingin tahu Adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak ketahui. a. Aktif bertanya b. Memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru c. Antusias mencari jawaban d. Membaca banyak sumber belajar e. Memperhatikan dengan seksama objek yang diamati Jujur Adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. a. Melaporkan data atau informasi sesuai objek pengamatannya b. Berkata benar c. Tidak melakukan plagiat mengambilmenyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber dalam mengerjakan setiap tugas d. Tidak mencontek dalam mengerjakan tugasulanganujian e. Mengakui kesalahan atau kekurangannya Percaya diri Adalah kondisi mental atau psikologis seseorang yang memberi keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. a. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu b. Berani presentasi di depan kelas c. Berani bertanya d. Berani menjawab pertanyaan e. Mampu membuat keputusan dengan cepat Disiplin Adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. a. Datang tepat waktu b. Melakukan kegiatan sesuai dengan waktu yang ditentukan c. Mengumpulkan tugas tepat waktu d. Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar Toleransi Adalah sikap dan tindakan yang menghargai keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan. a. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat b. Tidak memaksakan pendapat pada orang lain c. Mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun tanpa membeda-bedakan. d. Bersedia terbuka dan menerima masukan atau gagasan dari orang lain. Dimodifikasi dari Kemendikbud, 2013

2.1.5 Karakteristik materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya

Materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan materi IPA pada kelas VII semester genap. Materi ini terdapat pada Standar Kompetensi SK 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem, dan Kompetensi Dasar KD 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. Sub materi yang terkait yaitu konsep lingkungan, komponen penyusun ekosistem, satuan-satuan organisasi dalam ekosistem, saling ketergantungan dan pola interaksi antar komponen biotik. Karakteristik materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan salah satu materi IPA yang objek dan sumber belajarnya berkaitan dengan lingkungan sekitar, sehingga untuk mempelajari materi tersebut perlu melibatkan siswa dengan alam secara langsung. Pembelajaran dengan menjelajah alam sekitar atau menggunakan simulasinya yaitu dengan mengajak siswa mengenal objek, gejala, permasalahan yang ada di lingkungan kemudian siswa menelaah dan menemukan simpulan atau konsep mengenai materi yang dipelajari. Siswa dihadapkan pada permasalahan aktual yang dekat dengan kehidupan mereka. Guru menciptakan kondisi pembelajaran dengan nuansa eksplorasi dan penemuan, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan minat belajarnya sesuai dengan kemampuan intelektualnya. Jadi, media atau sumber belajar tidak monoton yang hanya menggunakan buku teks, tetapi memanfaatkan potensi lingkungan sekitar sebagai objek dan sumber belajar yang kongkrit. Metode pembelajaran dengan sumber belajar yang kongkrit menurut Teori Piaget Achmad Anni, 2011 tepat digunakan dalam membelajarkan IPA di SMP kelas VII, karena anak pada usia tersebut sudah mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit. Lingkungan sekitar dijadikan sebagai objek dan sumber belajar yang relevan, sehingga siswa akan mendapat pengalaman belajar yang bermakna, termotivasi dalam kegiatan belajar selanjutnya, mampu mengkaitkan permasalahan yang ada di lingkungan dengan konsep atau teori, serta mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pencapaian kompetensi baik sikap, pengetahuan dan keterampilan akan didapat siswa manakala dalam pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya ini menggunakan sumber belajar yang kongkrit lingkungan sekitar siswa dengan melalui kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah merupakan ciri khusus dalam mempelajari ilmu sains. Kegiatan dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Siswa melakukan kegiatan atau aktivitas secara langsung dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu mengamati lingkungan, menemukan masalah, menyusun hipotesis, melakukan pengumpulan data dan menguji hipotesis, kemudian mengkomunikasikan hasil penemuannya. Kegiatan seperti itu didapat dengan melakukan jelajah alam sekitar, apabila kegiatan pembelajaran dalam mempelajari IPA khususnya materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya ini hanya menggunakan pembelajaran di kelas dan buku teks, maka hakikat IPA sebagai sikap, proses, produk dan aplikasi menjadi tidak terlaksana.

2.2 Penelitian yang relevan

Penelitian pembelajaran IPA berpendekatan JAS materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya ini merujuk pada berbagai penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan. Pembelajaran JAS dapat mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebagaimana yang dilaporkan oleh Sari et al., 2012 yang memanfaatkan kebun sebagai sumber belajar dengan menerapkan pendekatan JAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 74-100 aktivitas siswa tergolong aktif dan sangat aktif, serta 75 siswa mencapai nilai KKM. Menurut Yuanita et al., 2014 yang menerapkan model investigasi kelompok dalam pembelajaran IPA dengan pendekatan JAS, menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran tergolong aktif dan sangat aktif, serta 85 siswa mencapai KKM. Pembelajaran IPA berpendekatan JAS juga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, dan meningkatkan keterampilan proses sains sebagaimana dalam penelitian Fadlia, 2012 yang menggunakan jurnal belajar dan pendekatan JAS dalam membelajarkan materi ekosistem. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembuatan jurnal belajar dalam pendekatan JAS berpengaruh terhadap hasil belajar baik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian yang dilakukan Yuniastuti, 2013 menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan pendekatan jelajah alam sekitar dapat meningkatkan keterampilan proses siswa dalam melakukan praktikum biologi, khususnya mengenai dampak pencemaran lingkungan, serta meningkatkan hasil belajar. Menurut Abdul et.al., 2013 yang menerapkan model studi lapangan dengan memanfaatkan lingkungan sekolah mampu mengarahkan siswa untuk memaksimalkan kemampuan belajar dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam belajar. Pembelajaran JAS juga efektif untuk pembentukan karakter ilmiah siswa dalam proses pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Sari, Y. et al., 2013 yang menerapkan metode quantum teaching pada pendekatan jelajah alam sekitar JAS berbasis karakter dan konservasi.

2.3 Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

“Analisis Hasil Belajar IPA Siswa Pada Konsep Hubungan Antar Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw”.

0 7 162

PENGARUH PEMBUATAN JURNAL BELAJAR DALAM PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM

2 23 201

Pemanfaatan Perkebunan Karet Sebagai Sumber Belajar Materi Ekosistem Berpendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) di SMPN 1 Pabelan Salatiga

0 10 147

Bab 03 – Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya – 1 Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya

0 0 1

Efektivitas Penerapan Metode PBI (Problem Based Instruction) pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk hidup Dengan Pendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar) pada Siswa kelas VIII.

0 0 1

Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) pada Materi Jamur Kelas X SMA Negeri 1 Semarang.

0 0 79

Pengembangan Bahan Ajar Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS).

0 0 1

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Model Group Investigation (GI) pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup Di SMP Negeri 3 Teras.

0 0 1

PENGARUH PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

0 1 8

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNY

0 0 160