PEMBELAJARAN IPA BERPENDEKATAN JAS (JELAJAH ALAM SEKITAR) MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KARAKTER ILMIAH SISWA

(1)

i

PEMBELAJARAN IPA BERPENDEKATAN JAS (JELAJAH

ALAM SEKITAR) MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP

DENGAN LINGKUNGANNYA TERHADAP HASIL BELAJAR

DAN KARAKTER ILMIAH SISWA

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

oleh

Sri Wahyuningsih 4001411028

JURUSAN IPA TERPADU

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

iv

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing utama Parmin, M. Pd.

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMP Negeri 1 Larangan tentang pembelajaran IPA menunjukkan bahwa hasil belajar dan keaktifan siswa rendah, dan ketuntasan belajar secara klasikal <60%. Pembelajaran belum menumbuhkan karakter ilmiah siswa, dan lingkungan sekitar sekolah belum termanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran IPA berpendekatan JAS materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah siswa di SMP Negeri 1 Larangan. Desain penelitian ini adalah quasy experimental design yaitu nonequivalent control group design. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil belajar dan karakter ilmiah siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Ketuntasan belajar klasikal kelas eksperimen sebesar 88,89% sedangkan kelas kontrol 79.41%. Uji N-gain diperoleh nilai gain kelas eksperimen 0,56 dan kontrol 0,45 sehingga keduanya termasuk peningkatan sedang. Analisis uji t signifikansi 5% menghasilkan thitung 1,65 dan ttabel 2,00 artinya hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan. Persentase karakter ilmiah kelas eksperimen 100% siswa berkarakter baik dan sangat baik, sedangkan pada kelas kontrol 82,35% siswa berkarakter baik. Analisis uji t signifikansi 5% diperoleh thitung 12,47 dan ttabel 2,00 artinya karakter ilmiah siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA berpendekatan JAS kurang efektif terhadap hasil belajar dan efektif terhadap karakter ilmiah siswa materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Kata kunci: Pembelajaran IPA, Pendekatan JAS, Hasil belajar, Karakter ilmiah.


(5)

v

Belajar dan Karakter Ilmiah Siswa. Skripsi. Jurusan IPA Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing utama Parmin, M. Pd.

Based on observations and interviews in SMP Negeri 1 Larangan about science learning shows that both of the student’s learning result and their activity are low with mastery learning outcome <60%. The learning is not encourage to improve the students’ scientific characters, as well as the environment around the school has not been utilized as a source of learning. The aim of this research is to describe the effectiveness of science teaching with JAS approach about creature interaction with the environment on learning outcomes and student scientific character. This research method is quasy experimental design, with a nonequivalent control group design. The sampling technique was purposive sampling. Data collection techniques obtained with written tests, questionnaires and observation sheet. The results showed that the learning outcomes and scientific character of the experimental class students better than the control class. Mastery learning classical experimental class at 88.89% 79.41% while the control class. Test N-gain values obtained experimental class gain control 0.56 and 0.45 so that both include a modest increase. T test analysis of significance of 5% yield tcount 1,65 and ttable 2,00 means the cognitive experimental class and control class there is no significant difference. Percentage character class scientific experiment 100% students of good character and very good, whereas the control group 82.35% students of good character. T test analysis of significance of 5% obtained t 1.29 and 1.67 ttable means scientific character of students in the experimental class is better than the control class. Based on these results, it can be concluded that the JAS approach less effective science teaching on learning outcomes and effective on student scientific character material beings interaction with the environment.

Keyword: Science Learning; JAS Approach; Learning Result and Scientific Characters


(6)

vi

Segala sesuatu yang kita kerjakan kemarin, saat ini dan esok merupakan ladang pahala, lakukan dengan senang dan ikhlas maka pekerjaan seberat apapun akan terasa ringan.

Pekerjaan hebat dilakukan tidak dengan kekuatan, tetapi dilakukan dengan ketekunan, kegigihan disertai dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih dalam mengerjakannya.

Persembahan teruntuk keluarga tercinta:

1. Untuk Bapak tercinta, Bapak Akhmad terima kasih untuk semangat dan do’anya;

2. Untuk Ibu tercinta, Ibu Suharti terima kasih untuk do’a, cinta dan kasih sayang yang tulus diberikan kepada ananda;

3. Untuk Kakakku tersayang, Mba Wiwi dan Mas Aziz terima kasih untuk semangat, dukungan dan motivasinya;

4. Serta untuk keponakanku Fathan dan Dheaz, terima kasih untuk senyuman manis sebagai penyemangat yang luar biasa, serta

5. Teman-teman Prodi Pendidikan IPA 2011 yang telah mengukir kenangan dan perjuangan bersama.


(7)

vii

hidayah-Nya. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW semoga kita menjadi umat yang mendapatkan syafa’atnya kelak.

Pada kesempatan ini penulis dengan penuh syukur mempersembahkan skripsi dengan judul “Pembelajaran IPA Berpendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya terhadap Hasil Belajar dan Karakter Ilmiah Siswa.” Skripsi ini tersusun dengan baik berkat bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh banyak pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian kepada penulis.

2. Prof. Dr. Sudarmin, M.Si selaku Ketua Jurusan IPA Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu kelancaran penulisan skripsi. 3. Parmin, M.Pd selaku dosen pembimbing terima kasih atas bimbingan, arahan,

dan semangat yang diberikan kepada penulis.

4. Sri Sukaesih, M.Pd sebagai penguji utama yang telah memberikan saran dan masukan yang berguna bagi penyempurnaan skripsi ini.

5. Novi Ratna Dewi, M.Pd sebagai penguji 1 yang telah memberikan saran dan masukan yang berguna bagi penyempurnaan skripsi ini.

6. Fuad Andriyanto, S.Pd sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Larangan yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah. 7. Ibu Nur Rohmah, S.Pd sebagai guru mata pelajaran IPA yang telah

memberikan do’a, semangat, bimbingan, dan berkenan membantu pelaksanaan penelitian.

8. Siswa kelas 7E, 7F, 7G, 7H , dan 8H SMP Negeri 1 Larangan yang telah membantu proses penelitian.


(8)

viii

kelancaran serta kesuksesan dalam pengerjaan skripsi ini.

11. Seluruh mahasiswa Pendidikan IPA 2011yang telah memberikan semangat, inspirasi dan kenangan yang indah selama menempuh pendidikan bersama.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Mei 2015


(9)

ix

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

ABSTRAK………..……...… iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………. v

PRAKATA ………….……… vii

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL ..………... ……... xi

DAFTAR GAMBAR ………...…….... xii

DAFTAR LAMPIRAN ……..………..…….….. xiii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Rumusan Masalah ………. 4

1.3. Tujuan Penelitian ……….. 4

1.4. Manfaat Penelitian ………. 5

1.5. Penegasan Istilah ……….. . 5

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis ………... 8

2.2 Penelitian yang Relevan ……… 19

2.3 Kerangka Berpikir ………...….. 20

2.4 Hipotesis ……… 22

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 23

3.2 Populasi dan Sampel ………. 23

3.3 Variabel Penelitian……… 24

3.4 Desain Penelitian ……….. 24

3.5 Prosedur Penelitian……… 25


(10)

x

4.1 Hasil Penelitian ……….…..….. 42

4.2 Pembahasan ………..… 48

5. PENUTUP 5.1 Simpulan ……….……. 58

5.2 Saran ………...….……… 58

DAFTAR PUSTAKA………..…. 59


(11)

xi

2.1. Indikator Penilaian Sikap (Karakter Ilmiah) ……….. 17

3.1. Jumlah Populasi Penilaian ……….. 23

3.2. Rincian Kegiatan pada Kelas Eksperimen ……… 28

3.3. Rincian Kegiatan pada Kelas Kontrol ……….. 28

3.4. Rekapitulasi hasil analisis butir soal …..……… 33

3.5. Hasil analisis normalitas populasi ………. 35

3.6 Hasil analisis normalitas pre test dan post test ………. . 36

3.7 Hasil analisis homogenitas pre test dan post test ………..………. 38

3.8 Kriteria Skor Karakter Ilmiah dengan Teknik Penilaian Diri …………..….. 39

3.9. Kriteria Nilai Karakter Ilmiah ………. 39

3.10. Kriteria Persentase Angket Tanggapan Siswa dan Guru ……….. 41

4.1. Hasil AnalisisNilai Akhir Siswa ……… 42 ……… 42

4.2 Perbandingan Nilai Pre Test-Post Test Kelas Eksperimen dan Kontrol …… 44

4.3 Hasil Analisis N-Gain ……… 44

4.4 Hasil Analisis Data Kriteria Karakter Ilmiah Siswa ……….. 45

4.5. Hasil Analisis Peningkatan Karakter Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen ...…. 46

4.6. Hasil Analisis Peningkatan Karakter Ilmiah Siswa Kelas Kontrol ………..46

4.7. Hasil Analisis Kategori Aspek Karakter Ilmiah Klasikal ……… 47


(12)

xii

3.1. Desain Nonequivalent Control Group Design ……….. 25 4.1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ………. 43 4.2. Perbedaan Rata-rata Nilai Klasikal Karakter Ilmiah ………. 46


(13)

xiii

2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) kelas eksperimen ……… 64

3. Silabus kelas kontrol ………... 74

4. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) kelas kontrol ………... 76

5. Rubrik dan lembar observasi karakter ilmiah ……….. 85

6. Angket penilaian diri karakter ilmiah ………...……….. 87

7. Kisi-kisi dan angket tanggapan siswa ……….. 88

8. Kisi-kisi dan angket tanggapan guru ……….. 90

9. Analisis soal uji coba ……….. 92

10. Kisi-kisi soal pre test dan post test ………. 95

11. Soal pre test………. 96

12. Analisis normalitas dan homogenitas populasi ……… 103

13. Analisis normalitas dan homogenitas nilai pre test ……….. 109

14. Analsis normalitas dan homogenitas nilai post test………... 112

15. Analisis nilai akhir dan ketuntasan belajar klasikal……….. 115

16. Analisis uji t hasil belajar……… 118

17. Analisis uji N-Gain ……….120

18. Analisis penilaian karakter ilmiah ………... 122

19. Analisis uji t karakter ilmiah……….. 128

20. Hasil perbandingan karakter ilmiah ……….. 130

21. Peningkatan karakter ilmiah ……….. 132

22. Kategori aspek karakter ilmiah masing-masing kelas ……….. 133

23. Analisis tanggapan siswa dan guru ………. 134

24. Contoh LKS dan LDS yang dikerjakan siswa ……… 136

25. Contoh angket penilaian diri yang diisi siswa……… 146

26. Contoh angket tanggapan siswa yang diisi siswa ………. 147

27. Angket tanggapan yang sudah diisi guru ……….. 148


(14)

(15)

1

Ilmu pengetahuan alam (IPA) tidak hanya berupa kumpulan pengetahuan yang menyangkut fakta, konsep, atau prinsip tetapi juga merupakan proses penemuan. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu mengenai kejadian atau peristiwa alam yang terjadi di lingkungan sekitar secara sistematis, sehingga pemanfaatan lingkungan sekitar merupakan bagian penting dalam pembelajaran IPA (BSNP, 2006). Guru IPA bertanggung jawab dalam mengembangkan dan memanfaatkan segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, karena memanfaatkan sumber belajar dapat membantu dan memberikan kesempatan belajar yang kongkrit bagi siswa.

Lingkungan sekitar dapat digunakan sebagai sumber belajar yang relevan dan lebih menarik bagi siswa. Menjelajah alam sekitar berarti mengajak siswa untuk mempelajari masalah-masalah yang dekat dengan kehidupannya, dengan demikian mereka akan memperoleh pengalaman nyata dan bukan abstrak (Sari et al., 2012). Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan lingkungan sekitar kehidupan siswa baik lingkungan fisik, mental, sosial, teknologi maupun budaya sebagai objek belajar IPA yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti, 2005 dalam Yuniastuti, 2013). Pemilihan pendekatan pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, materi pembelajaran dan potensi lingkungan sekolah.

Potensi lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran JAS seperti sekolah memiliki kebun atau taman, dekat dengan hutan atau sawah. Penggunaan objek lingkungan sekitar baik berupa objek langsung atau simulasinya (gambar atau video), membuat siswa belajar lebih bermakna karena dihadapkan pada objek belajar kongkrit (Marianti, 2005 dalam Fadlia, 2012). Karakteristik anak pada tingkat SMP kelas VII (usia 11-13 tahun) menurut teori Piaget (Achmad & Anni, 2011) menyatakan bahwa pada tahap ini anak mampu


(16)

mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit. Karakteristik materi pembelajaran interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan materi yang sumber belajarnya lebih banyak di alam, sehingga untuk mempelajari materi tersebut pembelajaran perlu dilibatkan dengan lingkungan alam.

Jelajah Alam Sekitar (JAS) dapat diterapkan pada anak SMP karena sesuai dengan karakteristik siswa dan sesuai untuk materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Beberapa manfaat penerapan pendekatan JAS menurut Mulyani et al., (2008) antara lain; kegiatan belajar siswa lebih menarik, komprehensif, tidak membosankan, meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan, hakikat belajar menjadi lebih bermakna, sumber belajar beranekaragam, belajar IPA melalui metode ilmiah mampu menumbuhkan karakter ilmiah. Pendekatan JAS bercirikan memanfaatkan lingkungan sekitar dan simulasinya sebagai sumber belajar melalui kerja dan metode ilmiah, serta diikuti pelaksanaan belajar yang berpusat pada siswa (Mulyani et al., 2008).

Menurut Sujarwanta (2012), pembelajaran dengan menggunakan metode ilmiah yaitu menggali pengetahuan melalui kegiatan mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, melaksanakan eksperimen, mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain dengan menggunakan keterampilan berpikir, dan menggunakan sikap ilmiah seperti ingin tahu, hati-hati, objektif, dan jujur. Pembelajaran IPA tidak dapat dipisahkan dari metode ilmiah, karena metode ilmiah merujuk pada proses-proses pencarian IPA yang dilakukan oleh siswa (Winarti, 2011). Kegiatan pembelajaran IPA dengan prinsip metode ilmiah menuntut siswa untuk bersikap ilmiah.

Pembiasaan bersikap ilmiah dalam proses belajar IPA dapat menjadikan suatu karakter ilmiah bagi siswa setelah mengikuti pembelajaran. Sejalan dengan desain kurikulum IPA yang tidak hanya memberi penekanan kepada penguasaan konsep, pengembangan keterampilan berpikir, dan pemahaman prinsip-prinsip dasar, tetapi juga pemupukan sikap ilmiah (seperti rasa ingin tahu, jujur dan percaya diri) dan nilai-nilai melalui pengalaman belajar yang relevan dengan siswa. Guru dalam membelajarkan IPA juga harus berprinsip pada hakikat IPA


(17)

yaitu IPA sebagai sikap, proses, produk dan aplikasi. Keempat hal tersebut harus ada di setiap pembelajaran IPA, sehingga sudah menjadi tugas guru IPA untuk benar-benar menyiapkan segala komponen pembelajaran, memperhatikan aspek perkembangan siswa, karakteristik materi dan memanfaatkan potensi wilayah sebagai sumber belajar.

Potensi wilayah di SMP N 1 Larangan terdapat hutan dan persawahan di samping sekolah, namun belum termanfaatkan sebagai sumber belajar. Pembelajaran IPA biasanya menggunakan text book sehingga kegiatan belajar menjadi monoton, membosankan, dan aktivitas belajar siswa rendah. Pembelajaran juga belum mendorong pemupukan karakter ilmiah secara optimal, karena pembelajaran tidak melalui proses ilmiah seperti siswa mencari tahu, mengamati, dan menyimpulkan sendiri, tetapi lebih mengutamakan siswa untuk menerima materi dari guru. Hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 1 Larangan pada bulan Oktober 2014 dan Januari 2015, mendapat fakta-fakta mengenai pembelajaran IPA yang terjadi di kelas antara lain; rasa percaya diri dalam berbicara di kelas kurang terlatih, dan siswa masih ada rasa takut untuk bertanya kepada guru sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA rendah. Keaktifan siswa yang rendah akan berdampak pada hasil belajar yang rendah yaitu ketuntasan belajar klasikal <60%.

Kegiatan pembelajaran IPA kurang memberikan kesempatan siswa untuk mengeksplor pengetahuan dan keterampilan berpikirnya, dan keingintahuan siswa terhadap permasalahan atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar kurang. Konsep-konsep IPA diberikan langsung kepada siswa, sehingga pembelajaran menjadi tidak bermakna. Artinya siswa mengalami kesulitan mengkaitkan antara konsep dengan kejadian alam yang terjadi di sekitar lingkungannya. Pembelajaran IPA dapat menjadi bermakna, ketika pembelajaran dilakukan dengan mengajak siswa melihat, mengamati dan mengenal objek belajar secara langsung. Pengalaman langsung memungkinkan siswa menjadi lebih memahami masalah yang dipelajari sehingga hasil belajar yang ingin dicapai dapat terwujud.

Penerapan pendekatan JAS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menurut Sari et al., 2012 yang menyatakan bahwa pemanfaatan kebun


(18)

sebagai sumber belajar dengan menerapkan pendekatan jelajah alam sekitar dapat mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Fadlia, 2012 menunjukkan bahwa pembuatan jurnal belajar dalam pendekatan JAS berpengaruh baik terhadap hasil belajar baik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perlu dilaksanakan penelitian dengan judul “pembelajaran IPA berpendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar) materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah siswa.”

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu;

(1) Apakah pembelajaran IPA berpendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar) efektif terhadap hasil belajar siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya?

(2) Apakah pembelajaran IPA berpendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar) efektif terhadap karakter ilmiah siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya?

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk;

(1) Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran IPA berpendekatan JAS terhadap hasil belajar siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.

(2) Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran IPA berpendekatan JAS terhadap karakter ilmiah siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.


(19)

1.4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengembangan pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah serta bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis, di antaranya:

(1) Bagi siswa, diharapkan mendapat pengalaman belajar yang bermakna dengan objek belajar berupa lingkungan, mampu meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa, serta meningkatkan hasil belajar dan karakter ilmiah siswa. (2) Bagi Guru, diharapkan dapat mengetahui pendekatan, metode serta media

pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan. Menambah pengetahuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

(3) Bagi Sekolah, diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran Sains (IPA).

(4) Bagi Peneliti, berguna untuk memperoleh pengetahuan baru tentang pembelajaran IPA berpendekatan JAS dapat digunakan dalam pembelajaran IPA SMP kelas VII serta mengetahui metode dan strategi pembelajaran yang tepat.

1.5

Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran judul penelitian maka perlu dijelaskan penegasan istilah. Adapun penegasan istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1.5.1 Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan


(20)

pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip tetapi juga merupakan proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung bagi siswa untuk mengembanngkan kompetensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar melalui kerja atau metode ilmiah (BSNP, 2006). Kriteria pembelajaran IPA yang baik sesuai Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) tidak cukup bersumber dari buku, tetapi juga penggunaan alat praktek dan pemanfaatan lingkungan sekitar (Widiyatmoko, 2013). Pada penelitian ini pembelajaran IPA mempelajari peristiwa atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar secara sistematis, dan guru dalam membelajarkan IPA tidak hanya memberikan teori, konsep atau prinsip tetapi juga merupakan proses penemuan yang dilakukan oleh siswa melalui proses ilmiah.

1.5.2 Pendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar)

Pendekatan JAS merupakan salah satu pendekatan yang memanfaatkan lingkungan sekitar baik lingkungan fisik, sosial, budaya, mental, teknologi dan simulasinya sebagai objek belajar IPA yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Mulyani et al., 2008). Pembelajaran menekankan pada kegiatan belajar yang dikaitkan dengan situasi nyata, sehingga mampu membuka wawasan berpikir siswa, pengalaman belajar bermakna, dan hasil belajarnya lebih berdaya guna (Husamah, 2013).

Pada penelitian ini pelaksanaan pembelajaran IPA berpendekatan JAS yaitu pembelajaran dengan memanfaatkan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung (menggunakan media seperti gambar atau video) sebagai sumber belajar dengan prinsip pembelajaran bermakna, berpusat pada siswa yang dipelajari melalui kerja ilmiah, dimana siswa diberi pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi atau eksperimen maupun cara yang lainnya.

1.5.3 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya

Materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan materi yang terdapat pada kelas VII semester II. Kompetensi dasar yang akan dicapai pada pembelajaran materi ini yaitu siswa mampu menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai konsep lingkungan, satuan-satuan dalam ekosistem, saling


(21)

ketergantungan dan pola interaksi yang disesuaikan dengan kurikulum KTSP SMP. Indikator pencapaian kompetensi materi ini adalah mengidentifikasi komponen dan satuan-satuan organisasi ekosistem serta menyatakan matahari sebagai sumber energi utama; menghitung kepadatan populasi suatu ekosistem; menjelaskan pengertian rantai, jaring-jaring dan piramida makanan; menyajikan diagram rantai makanan dan jaring-jaring makanan; melakukan percobaan tentang saling ketergantungan antar komponen ekosistem dan membedakan pola interaksi makhluk hidup dalam ekosistem.

1.5.4 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Achmad & Anni, 2011). Pada penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar atau ranah kognitif (pengetahuan). Ranah kognitif berkaitan dengan pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual yang terbagi menjadi enam tingkatan yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi atau mensintesis dan mencipta.

1.5.5 Karakter Ilmiah

Karakter ilmiah merupakan suatu sikap atau perilaku ilmiah yang ditunjukkan oleh siswa selama dan setelah melakukan kegiatan pembelajaran (Winarti, 2011). Karakter ilmiah terbentuk karena pembiasaan ketika melakukan kerja ilmiah dan metode ilmiah selalu menerapkan prinsip sikap ilmiah. Melalui kebiasaan atau habits ini maka sikap ilmiah siswa selama pembelajaran dapat menjadi sebuah karakter ilmiah (Machin, 2014). Karakter-karakter ilmiah dalam penelitian ini ada lima yaitu rasa ingin tahu, jujur, percaya diri, disiplin dan toleransi.


(22)

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Pembelajaran IPA

Pembelajaran merupakan suatu proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar. Menurut Gagne (1985) sebagaimana dikutip oleh Achmad & Anni (2011) menyatakan bahwa Hasil belajar itu memberikan kemampuan siswa untuk melakukan berbagai penampilan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen, yaitu tujuan atau kompetensi, materi, metode dan evaluasi. Perkembangan kognitif dalam Teori Piaget (Achmad & Anni, 2011) menyatakan bahwa perkembangan anak pada usia SMP (11-13 tahun) sebagai berikut;

1) Anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit.

2) Guru dalam pembelajaran menciptakan suasana eksplorasi dan penemuan, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan minat belajarnya sesuai dengan kemampuan intelektualnya.

3) Penerapan metode pembelajaran yang digunakan hendaknya lebih mengarah pada konstruktivisme, artinya siswa lebih banyak dihadapkan pada problem solving atau persoalan-persoalan aktual yang dekat dengan kehidupan mereka serta dilakukan pembimbingan dalam menyusun hipotesis.

Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang bidang kajiannya berupa peristiwa atau kejadian dan fenomena yang terjadi di alam. Belajar IPA diharapkan dapat menjadikan siswa untuk memahami dirinya sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006). Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar


(23)

menjelajahi dan memahami lingkungan sekitar secara ilmiah. Guru dalam membelajarkan IPA tidak hanya memberikan konsep, prinsip atau fakta tetapi mengajak siswa untuk mencari tahu mengenai kejadian alam yang terjadi di lingkungan secara sistematis.

Hakikat pembelajaran IPA (Hotimah, 2008) ada empat unsur yaitu IPA sebagai;

(1) Sikap, artinya sikap rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

(2) Proses, artinya prosedur pemecahan masalah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

(3) Produk, artinya berupa fakta, prinsip, teori dan hukum.

(4) Aplikasi, artinya penerapan dari metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan pelajaran IPA di SMP/ MTs (BSNP, 2006) bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut;

(1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

(2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

(3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

(4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.

(5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.

(6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.


(24)

(7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya berorientasi pada Sistem Pendidikan Nasional, yaitu mengembangkan kemampuan akademik dan interaksi sosial. Pemilihan model, pendekatan dan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru bertujuan agar tercipta iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam sehingga terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. 2.1.2 Pendekatan JAS

Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan lingkungan sekitar kehidupan siswa baik lingkungan fisik, mental, sosial, teknologi maupun budaya sebagai objek belajar IPA yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti, 2005 dalam Yuniastuti, 2013). Kegiatan belajar siswa melalui kerja atau metode ilmiah (scientific methode) yang dirancang agar siswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip. Observasi dan proses ilmiah dalam pembelajaran IPA mampu membuat hasil belajar lebih bermakna dan kemampuan observasi memunculkan permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa (Olivera, 2010 dalam Alimah et al., 2014). Tahapan-tahapan metode ilmiah (Kemendikbud, 2013) yaitu;

(1) Mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah); (2) Merumuskan masalah;

(3) Mengajukan atau merumuskan hipotesis;

(4) Mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data; dan

(5) Menarik kesimpulan serta mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Ciri-ciri pembelajaran IPA berpendekatan JAS (Marianti, 2005 dalam Mulyani, 2008) yaitu (1) pembelajaran selalu dikaitkan dengan lingkungan sekitar secara langsung atau tidak langsung (menggunakan media); (2) selalu ada kegiatan peramalan (hipotesis), pengamatan dan penjelasan; (3) ada laporan untuk


(25)

(4) pembelajaran menyenangkan sehingga meningkatkan minat belajar siswa lebih lanjut. Dasar yang terkandung di dalam pembelajaran dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar adalah agar siswa mendapat kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia nyata.

Situasi nyata yang dikaitkan dalam kegiatan pembelajaran mampu membuka wawasan berpikir, pengalaman belajar bermakna, dan hasil belajarnya lebih berdaya guna (Husamah, 2013). Komponen-komponen pendekatan JAS (Mulyani et al., 2008) adalah sebagai berikut:

(1) Eksplorasi

Ketika melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya, seseorang akan berinteraksi dengan fakta yang ada di lingkungan sehingga menemukan pengalaman dan sesuatu yang menimbulkan pertanyaan atau masalah. Adanya masalah manusia akan melakukan kegiatan berpikir untuk mencari pemecahan masalah. Lingkungan yang dimaksud di sini tidak hanya lingkungan fisik saja, tetapi juga meliputi lingkungan sosial, budaya dan teknologi.

(2) Konstruktivisme

Siswa mengartikan pelajaran yang disampaikan guru berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya. Pengetahuan sebagai suatu proses pembentukan (konstruksi) yang terus menerus, terus berubah dan berkembang.

(3) Proses Sains

Proses sains atau proses kegiatan ilmiah dimulai ketika seseorang mengamati sesuatu yang menarik perhatian, kemudian akan memunculkan pertanyaan atau permasalahan. Dari pertanyaan dan permasalahan tersebut maka siswa akan berpikir sehingga menghasilkan suatu pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah bersifat rasional dan teruji sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.


(26)

(4) Masyarakat Belajar (learning community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, antara yang tahu dengan yang belum tahu.

(5) Edutainment

IPA merupakan salah satu kajian ilmu strategis untuk dapat memahami tentang fenomena alam. Edutainment dimana dalam pendekatannya melibatkan unsur utama ilmu dan penemuan ilmu, keterampilan berkarya, kerjasama, permainan yang mendidik, kompetisi, tantangan dan sportivitas dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran JAS dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, tidak membosankan, sehingga siswa belajar dengan bersemangat.

(6) Asesmen Autentik

Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Asesmen dilakukan selama proses pembelajaran, terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran, bukan hanya pada akhir periode pembelajaran saja. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata-mata dari hasil. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa.

Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPA berpendekatan JAS ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain sebagai berikut:

(1) Kegiatan siswa akan lebih menarik dan tidak membosankan, sehingga motivasi belajar akan lebih tinggi,

(2) Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan pada situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami,

(3) Kegiatan siswa akan lebih komprehensif dan aktif sebab dilakukan dengan metode atau kerja ilmiah yang sistematis seperti mengamati, menanya dan mengkomunikasi,

(4) Sumber belajar siswa akan lebih kaya sebab lingkungan yang dipelajari dapat beranekaragam, dan


(27)

(5) Belajar menyatu dengan alam disertai kerja ilmiah mampu menumbuhkan karakter ilmiah dan cinta lingkungan.

Jadi pembelajaran JAS dilaksanakan dengan mengeksplorasi sumber daya alam dan eksplorasi pengetahuan siswa yang dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, tidak membosankan sehingga siswa belajar dengan bersemangat. Aktivitas siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang menuntut siswa aktif dan bersifat menyenangkan (Dalyono, 2008). Pembelajaran JAS menekankan pada siswa yang aktif dan kritis, pembelajaran berpusat pada siswa, dan dipandu oleh guru yang kreatif.

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Achmad & Anni (2011) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Menurut Sudjana (2008) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar tampak sebagai perubahan tingkah laku pada siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah (Achmad & Anni, 2012) yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik yang dikenal dengan Taksonomi Bloom. Pada penelitian ini, hasil belajar yang akan diukur hanya pada prestasi belajar atau ranah kognitif (pengetahuan).

Ranah kognitif merupakan ranah yang berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan dan keterampilan berpikir. Ranah kognitif mengurutkan kemampuan berpikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl (2002) menjelaskan ranah kognitif terbagi menjadi enam tingkatan atau level yang dikenal sebagai C1 sampai C6, yaitu remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analyzing (menganalisis), evaluating (mengevaluasi)dan creating (mencipta).


(28)

Dimensi proses kognitif menurut Kreathwol (2002), yaitu;

(1) Remembering (mengingat), berupa recognizing (mengenali) dan recalling (mengingat). Kegiatan yang dilakukan antara lain; mengenali, membuat daftar, menggambarkan, menyebutkan, mendefinisikan, mengingat kembali, dan menunjukkan.

(2) Understanding (memahami) adalah menerangkan idea tau konsep. Kegiatan yang dilakukan berupa; menafsirkan, mengelompokkan, memberi contoh, meringkas, menarik inferensi, membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menentukan dan menjelaskan atau menerangkan. (3) Applying (menerapkan) adalah menggunakan informasi dalam situasi lain.

Kegiatan yang dilakukan antara lain; menjalankan, menerapkan, melaksanakan, menggunakan dan mengimplementasikan;

(4) Analyzing (menganalisis) adalah mengolah informasi untuk memahami sesuatu dan mencari hubungan. Kegiatan yang dilakukan berupa membandingkan, menguraikan, mengorganisir, menata ulang, mengajukan pertanyaan dan menemukan makna tersirat;

(5) Evaluating (evaluasi) adalah menilai suatu keputusan atau tindakan. Kegiatan yang dilakukan berupa memeriksa, membuat hipotesis, bereksperimen dan mengkritik dan memberi penilaian.

(6) Creating (mencipta) adalah menghasilkan ide-ide baru, produk, atau cara memandang terhadap sesuatu. Kegiatan yang dilakukan berupa merumuskan, mendesain, membuat, dan memproduksi.

Pada penelitian ini hasil belajar yang akan diukur adalah prestasi belajar atau ranah intelektual kognitif dan pengamatan aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Ranah intelektual kognitif atau prestasi belajar berkaitan erat dengan aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung, baik kegiatan fisik maupun mental. Kegiatan pembelajaran tidak bisa terlepas dari aktivitas yang terjadi pada siswa, sehingga dapat ditegaskan bahwa keaktifan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.


(29)

2.1.4 Karakter Ilmiah

Karakter sering juga disamakan dengan moralitas, budi pekerti atau watak. Karakter dapat didefinisikan sebagai tindakan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/ objek, sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Menurut Afrizon (2012) yang dikutip oleh Machin (2014) menyatakan bahwa karakter adalah disposisi seseorang yang relatif stabil, yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika utama seperti menghargai atau menghormati, bertanggung jawab, jujur, adil dan peduli. Menurut Winarti (2011) kriteria karakter antara lain; stabilitas pola perilaku, kesinambungan dalam waktu dan koherensi cara berpikir dalam bertindak.

Karakter menjadi sebuah hal penting dalam pendidikan (Mohammad, 2011) menyatakan bahwa sekolah merupakan institusi yang menjadi media internalisasi nilai-nilai budaya ke dalam sikap dan perilaku siswa, sehingga semua kegiatan pembelajaran diarahkan pada pembentukan karakter, penanaman nilai budaya dan pengembangan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Setiap kegiatan pendidikan diarahkan pada pendidikan karakter, karena karakter merupakan modal dasar bagi generasi muda untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (Winarti, 2011).

Fungsi pendidikan karakter yaitu mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa (Pancasila), meliputi mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia berhati baik, pikiran baik dan berperilaku baik; membangun bangsa yang berkarakter Pancasila dan mengembangkan potensi siswa agar menjadi warga negara yang percaya diri, bangga pada bangsa dan menghargai warga negara lain. Pendidikan karakter pada satuan pendidikan terdapat 18 nilai-nilai karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional (Kemendiknas, 2011) yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,


(30)

mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut harus terintegrasi di setiap mata pelajaran, yang disesuaikan dengan kondisi wilayah dan kebutuhannya.

Nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPA dikenal dengan karakter ilmiah. Karakter ilmiah ini merupakan sikap yang ada pada diri seorang ilmuan atau akademis ketika menghadapi masalah-masalah ilmiah melalui metode ilmiah. Proses pemerolehan pengetahuan (produk) melalui metode ilmiah dan akan membentuk sikap ilmiah yang sangat berperan dalam pembentukan kepribadian atau karakter ilmiah (Winarti, 2012). Karakter ilmiah yang akan ditumbuhkembangkan merujuk pada 18 nilai pendidikan karakter dalam Kemendiknas (2011) yaitu (1) rasa ingin tahu, (2) jujur, (3) percaya diri, (4) disiplin dan (5) toleransi. Penilaian karakter dilakukan melalui pengamatan siswa ketika melakukan kegiatan pembelajaran IPA.

Penilaian kompetensi karakter atau sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap siswa sebagai hasil dari suatu program pembelajaran. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian dari pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap siswa secara individual. Acuan penilaian atau indikator merupakan acuan yang digunakan untuk mengetahui ketercapaian suatu kompetensi. Indikator kompetensi sikap atau karakter ilmiah tersedia pada Tabel 2.1 sebagai berikut:


(31)

Tabel 2.1 Indikator Penilaian Sikap (Karakter Ilmiah)

Sikap atau Karakter Ilmiah Indikator

Rasa ingin tahu

Adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak ketahui.

a. Aktif bertanya

b.Memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru

c. Antusias mencari jawaban d.Membaca banyak sumber belajar

e. Memperhatikan dengan seksama objek yang diamati

Jujur

Adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

a. Melaporkan data atau informasi sesuai objek pengamatannya

b.Berkata benar

c. Tidak melakukan plagiat

(mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas

d.Tidak mencontek dalam mengerjakan tugas/ulangan/ujian

e. Mengakui kesalahan atau kekurangannya Percaya diri

Adalah kondisi mental atau psikologis seseorang yang memberi keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak.

a. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu

b. Berani presentasi di depan kelas c. Berani bertanya

d. Berani menjawab pertanyaan

e. Mampu membuat keputusan dengan cepat

Disiplin

Adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

a. Datang tepat waktu

b. Melakukan kegiatan sesuai dengan waktu yang ditentukan

c. Mengumpulkan tugas tepat waktu

d. Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar

Toleransi

Adalah sikap dan tindakan

yang menghargai

keberagaman latar

belakang, pandangan, dan keyakinan.

a. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat

b. Tidak memaksakan pendapat pada orang lain

c. Mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun tanpa membeda-bedakan. d. Bersedia terbuka dan menerima masukan

atau gagasan dari orang lain. (Dimodifikasi dari Kemendikbud, 2013)


(32)

2.1.5 Karakteristik materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya Materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan materi IPA pada kelas VII semester genap. Materi ini terdapat pada Standar Kompetensi (SK) 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem, dan Kompetensi Dasar (KD) 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. Sub materi yang terkait yaitu konsep lingkungan, komponen penyusun ekosistem, satuan-satuan organisasi dalam ekosistem, saling ketergantungan dan pola interaksi antar komponen biotik. Karakteristik materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan salah satu materi IPA yang objek dan sumber belajarnya berkaitan dengan lingkungan sekitar, sehingga untuk mempelajari materi tersebut perlu melibatkan siswa dengan alam secara langsung.

Pembelajaran dengan menjelajah alam sekitar atau menggunakan simulasinya yaitu dengan mengajak siswa mengenal objek, gejala, permasalahan yang ada di lingkungan kemudian siswa menelaah dan menemukan simpulan atau konsep mengenai materi yang dipelajari. Siswa dihadapkan pada permasalahan aktual yang dekat dengan kehidupan mereka. Guru menciptakan kondisi pembelajaran dengan nuansa eksplorasi dan penemuan, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan minat belajarnya sesuai dengan kemampuan intelektualnya. Jadi, media atau sumber belajar tidak monoton yang hanya menggunakan buku teks, tetapi memanfaatkan potensi lingkungan sekitar sebagai objek dan sumber belajar yang kongkrit.

Metode pembelajaran dengan sumber belajar yang kongkrit menurut Teori Piaget (Achmad & Anni, 2011) tepat digunakan dalam membelajarkan IPA di SMP kelas VII, karena anak pada usia tersebut sudah mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit. Lingkungan sekitar dijadikan sebagai objek dan sumber belajar yang relevan, sehingga siswa akan mendapat pengalaman belajar yang bermakna, termotivasi dalam kegiatan belajar selanjutnya, mampu mengkaitkan permasalahan yang ada di lingkungan dengan konsep atau teori, serta mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pencapaian kompetensi baik sikap, pengetahuan dan keterampilan akan didapat siswa manakala dalam pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan


(33)

lingkungannya ini menggunakan sumber belajar yang kongkrit (lingkungan sekitar siswa) dengan melalui kegiatan ilmiah.

Kegiatan ilmiah merupakan ciri khusus dalam mempelajari ilmu sains. Kegiatan dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Siswa melakukan kegiatan atau aktivitas secara langsung dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu mengamati lingkungan, menemukan masalah, menyusun hipotesis, melakukan pengumpulan data dan menguji hipotesis, kemudian mengkomunikasikan hasil penemuannya. Kegiatan seperti itu didapat dengan melakukan jelajah alam sekitar, apabila kegiatan pembelajaran dalam mempelajari IPA khususnya materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya ini hanya menggunakan pembelajaran di kelas dan buku teks, maka hakikat IPA sebagai sikap, proses, produk dan aplikasi menjadi tidak terlaksana.

2.2

Penelitian yang relevan

Penelitian pembelajaran IPA berpendekatan JAS materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya ini merujuk pada berbagai penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan. Pembelajaran JAS dapat mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebagaimana yang dilaporkan oleh Sari et al., 2012 yang memanfaatkan kebun sebagai sumber belajar dengan menerapkan pendekatan JAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 74%-100% aktivitas siswa tergolong aktif dan sangat aktif, serta >75% siswa mencapai nilai KKM. Menurut Yuanita et al., 2014 yang menerapkan model investigasi kelompok dalam pembelajaran IPA dengan pendekatan JAS, menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran tergolong aktif dan sangat aktif, serta >85% siswa mencapai KKM.

Pembelajaran IPA berpendekatan JAS juga dapat meningkatkan hasil belajar (ranah kognitif, afektif dan psikomotorik), dan meningkatkan keterampilan proses sains sebagaimana dalam penelitian Fadlia, 2012 yang menggunakan jurnal belajar dan pendekatan JAS dalam membelajarkan materi ekosistem. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembuatan jurnal belajar dalam pendekatan JAS berpengaruh terhadap hasil belajar baik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian yang dilakukan Yuniastuti, 2013 menunjukkan bahwa


(34)

penerapan pembelajaran dengan pendekatan jelajah alam sekitar dapat meningkatkan keterampilan proses siswa dalam melakukan praktikum biologi, khususnya mengenai dampak pencemaran lingkungan, serta meningkatkan hasil belajar.

Menurut Abdul et.al., 2013 yang menerapkan model studi lapangan dengan memanfaatkan lingkungan sekolah mampu mengarahkan siswa untuk memaksimalkan kemampuan belajar dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam belajar. Pembelajaran JAS juga efektif untuk pembentukan karakter ilmiah siswa dalam proses pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Sari, Y. et al., 2013 yang menerapkan metode quantum teaching pada pendekatan jelajah alam sekitar (JAS) berbasis karakter dan konservasi.

2.3

Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang mengkaji atau mempelajari fenomena dan gejala alam yang terjadi di lingkungan dengan proses ilmiah, sehingga lingkungan sekitar dapat dijadikan objek atau sumber belajar yang relevan dan lebih menarik bagi siswa. Mempelajari alam sekitar berarti mengajak siswa untuk mengenal lebih dekat segala permasalahan yang ada di lingkungannya. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pengamatan akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya. Guru harus mampu memilih pendekatan dan sumber belajar dengan mempertimbangkan potensi wilayah, karakteristik siswa dan materi pelajaran.

Materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan materi yang sumber belajarnya lebih banyak di alam, sehingga dalam pembelajaran materi ini maka perlu memanfaatkan alam sekitar dan simulasinya sebagai objek dan sumber belajar. Objek yang kongkrit ini sesuai untuk mengembangkan keterampilan kognitif siswa, karena karakteristik siswa pada usia SMP kelas VII (11-13 tahun) sudah mampu menggunakan logika berpikir secara baik namun masih menggunakan objek yang kongkrit. Sekolah SMP Negeri 1 Larangan


(35)

memiliki potensi wilayah yaitu sekolah dekat dengan hutan, lingkungan persawahan, dan sungai.

Potensi lingkungan belum termanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran IPA ini, sesuai dengan hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran biasanya menggunakan text book sehingga kegiatan belajar menjadi monoton, membosankan, aktivitas belajar siswa rendah, dan pemupukan karakter ilmiah kurang tercemin karena pembelajaran tidak melalui proses ilmiah atau metode ilmiah. Keaktifan siswa yang rendah akan berdampak pada hasil belajar yang rendah yaitu ketuntasan belajar klasikal <60%.

Hasil belajar yang rendah disebabkan oleh aktivitas siswa yang rendah di dalam proses pembelajaran, sehingga diperlukan suatu pendekatan yang mampu mengaktifkan siswa (student center), belajar bermakna, eduatainment, yang dilakukan melalui proses ilmiah. Pendekatan dengan kelebihan tersebut dikenal dengan pendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar). Penerapan pendekatan JAS ini diharapkan efektif digunakan dalam pembelajaran IPA materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah siswa. Gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA mempelajari fenomena dan gejala alam yang terjadi di lingkungan.

Objek dan sumber belajar materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya,

lebih banyak di alam.

Pembelajaran IPA berpendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar) materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah siswa.

Hasil yang diharapkan:

Pembelajaran IPA berpendekatan JAS di SMP Negeri 1 Larangan efektif terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah siswa

Hasil observasi;

a. Lingkungan alam belum dimanfaatkan sebagai sumber belajar

b. Hasil belajar dan keaktifan siswa rendah (ketuntasan belajar klasikal <60%) c. Pembelajaran belum mendorong pemupukan karakter ilmiah (melalui proses sains),

banyak siswa yang takut untuk bertanya, kurang percaya diri. d.

Guru memilih pendekatan dan sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik materi, siswa

dan potensi wilayah.

Kelebihan JAS: Pembelajaran berpusat pada siswa,

belajar bermakna, edutainment, dilakukan melalui

kerja dan metode ilmiah, mampu menumbuhkan karakter ilmiah.


(36)

2.4

Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir maka hipotesis pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA berpendekatan JAS efektif terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.


(37)

23

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes yang beralamatkan di Jalan Raya Barat Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. Adapun waktu pelaksanaannya adalah pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang diajar oleh guru yang sama yaitu 7E, 7F, 7G, dan 7H di SMP Negeri 1 Larangan semester genap tahun ajaran 2014/ 2015. Berikut ini merupakan data jumlah siswa pada masing-masing kelas.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian

Kelas Jumlah Siswa

7E 35

7F 36

7G 34

7H 36

Populasi penelitian seperti yang termuat pada Tabel 3.1 mempunyai kesamaan dalam hal berikut:

1) Siswa-siswi berada dalam tingkatan kelas yang sama, yaitu kelas VII SMP Negeri 1 Larangan tahun ajaran 2014/2015.

2) Siswa-siswi berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap tahun ajaran 2014/2015.

3) Siswa-siswi diajar oleh guru yang sama, memiliki jumlah jam pelajaran yang sama, media dan kurikulum yang seragam.

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan


(38)

tertentu yaitu pertimbangan guru (Sugiyono, 2009). Pemilihan sampel dengan pertimbangan guru untuk lebih meyakinkan keadaan populasi maka diuji dengan uji normalitas dan homogenitas. Uji tersebut digunakan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal dan bersifat homogen. Berdasarkan uji tersebut dan pertimbangan guru maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua kelas yaitu kelas VIIG dan VIIH. Kelas 7H sebagai kelompok eksperimen dan kelas 7G sebagai kelompok kontrol.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA berpendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar).

(2) Variabel terikat

Variabel terikat yaitu variabel sebagai akibat adanya variabel bebas, pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar dan karakter ilmiah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Larangan pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.

3.4 Desain Penelitian

Desain ini adalah penelitian eksperimen dengan bentuk quasy experimental design yaitu nonequivalent control group design. Pengambilan subjek penelitian tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2009). Hal ini karena secara alami siswa telah terbentuk dalam satu kelompok atau satu kelas sehingga perlakuan dilakukan terhadap seluruh subjek yang berada dalam kelompok tersebut. Kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah kelompok yang dianggap seragam. Keseragaman kelompok tersebut diketahui dengan melakukan uji homogenitas terhadap populasi. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol didasarkan atas uji homogenitas dan pertimbangan yang diberikan oleh guru mata pelajaran IPA SMP Negeri 1 Larangan. Gambar desain penelitian dengan nonequivalent control group design menurut Sugiyono, 2007 sebagai berikut;


(39)

O1 Xe O2

O3 O4

Gambar 3.1. Desain Nonequivalent Control Group Design Keterangan:

O1 : keadaan awal kelompok eksperimen, dan dilakukan pre test. O3 : keadaan awal kelompok kontrol, dan dilakukan pre test.

Xe : perlakuan atau treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen yaitu pembelajaran IPA berpendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). O2 : kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan Xe dan dilakukan post test O4 : kelompok kontrol setelah diberi perlakuan Xk dan dilakukan post test

Pendekatan yang diterapkan pada kelompok eksperimen adalah pendekatan JAS, sedangkan pada kelompok kontrol dengan pembelajaran yang biasanya dilakukan oleh guru yang disebut pendekatan ekspositori. Pendekatan ekspositori adalah bentuk pendekatan yang berorientasi pada siswa, yang menekankan pada pemberian materi secara maksimal kepada siswa. Siswa tidak dituntut untuk melakukan proses penemuan, tetapi bahan-bahan terkait dengan materi pelajaran sudah disiapkan oleh guru (Afifi, 2012).

3.5 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu: 3.5.1 Persiapan

a. Tahap awal sebelum melakukan penelitian adalah melakukan observasi awal dengan teknik pengamatan dan wawancara guru mata pelajaran IPA untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar IPA di SMP Negeri 1 Larangan. Hasil observasi dan wawancara mengenai pembelajaran IPA menunjukkan bahwa pembelajaran biasanya menggunakan text book, kegiatan atau aktivitas belajar siswa rendah, siswa takut untuk bertanya Kelas Eksperimen


(40)

kepada guru, lingkungan sekitar sekolah belum termanfaatkan sebagai objek dan sumber belajar serta ketuntasan klasikal <60%.

b. Merumuskan masalah penelitian dan mencari studi pustaka kemudian menyusun proposal penelitian.

c. Menyusun instrumen penelitian, berupa perangkat pembelajaran seperti Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas eksperimen dan kelas kontrol, LKS (Lembar Kegiatan Siswa) kelas eksperimen, LDS (Lembar Diskusi Siswa) kelas kontrol, instrumen penilaian berupa instrumen tes (soal evaluasi) dan non tes berupa lembar observasi karakter ilmiah; angket penilaian diri karakter ilmiah dan tanggapan siswa.

d. Menyusun kisi-kisi dan kunci jawaban instrumen penilaian dan mengkonsultasikan pada dosen pembimbing dan guru.

e. Mengujicobakan soal uji coba yang telah dikonsultasikan dengan dosen dan guru. Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah soal layak digunakan sebagai alat pengambilan data atau tidak. Uji coba soal dilakukan pada kelas VIII H di SMP Negeri 1 Larangan pada tanggal 16 Maret 2015.

f. Menganalisis hasil uji coba, pada instrumen tes yang berupa soal evaluasi dianalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal.

3.5.2 Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 Maret sampai 2 April 2015. a. Melakukan uji homogenitas dan normalitas awal pada populasi agar

mendapatkan populasi yang berdistribusi normal dan homogen yang berguna untuk menentukan sampel penelitian yang akan digunakan dengan menggunakan nilai UTS. Kemudian dilakukan juga Uji homogenitas dan normalitas sampel ini didapatkan dari data pre test. Jadi sebelum melaksanakan pembelajaran maka dilakukan tes pre test terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan awal dari masing-masing kelompok.


(41)

b. Melaksanakan pembelajaran sebanyak 5 kali pertemuan berdasarkan RPP yang telah disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikatornya.

c. Memberikan treatment atau perlakuan adalah tahap memberikan perlakuan dengan pelaksanaan pembelajaran IPA berpendekatan JAS kepada kelas eksperimen. Pembelajaran pada kelas eksperimen dengan pendekatan JAS yang lebih mengutamakan pengamatan objek atau sumber belajar secara langsung (mengamati lingkungan sekitar langsung). Sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan yaitu dengan pembelajaran IPA berpendekatan ekspositori yang lebih mengutamakan pemberian materi atau konsep kepada siswa.

d. Melakukan pengamatan atau observasi untuk menilai karakter siswa selama mengikuti pembelajaran IPA materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.

e. Memberikan tes akhir (post test) kepada kelompok eksperimen dan kontrol lalu membandingkan hasilnya untuk mengetahui keefektifan pendekatan JAS terhadap hasil belajar (ranah kognitif). Post test adalah tes yang diberikan kepada sampel setelah mendapat materi pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah diberikan kepada siswa.

f. Memberikan angket karakter ilmiah kepada seluruh sampel untuk mengetahui karakter ilmiah setelah diberi perlakuan.

g. Memberikan angket tanggapan kepada siswa untuk mengetahui tanggapan mengenai pembelajaran IPA berpendekatan JAS materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.

Rincian kegiatan yang dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 sebagai berikut:


(42)

Tabel 3.2 Rincian Kegiatan pada Kelas Eksperimen Pertemuan Hari, Tanggal Jam

Pelajaran Kegiatan Pembelajaran

1 Kamis, 19 Maret 2015

3 jam a. Pre test

b. Pembelajaran IPA dengan menjelah alam sekitar yaitu hutan dan sungai di sekitar sekolah materi komponen penyusun ekosistem.

c. Pengamatan terhadap karakter ilmiah siswa 2 Senin, 23 Maret

2015

2 jam a. Pembelajaran IPA dengan pengamatan terhadap gambar satuan penyusun ekosistem serta menjelajah ke hutan untuk mengetahui kepadatan populasi sub materi satuan-satuan penyusun ekosistem

b. Pengamatan terhadap karakter ilmiah siswa 3 Kamis, 26 Maret

2015

3 jam a. Pembelajaran IPA dengan sub materi saling ketergantungan ekosistem dengan mengamati gambar jaring-jaring dan piramida makanan dan tugas pembuatan kecambah kacang

b. Pengamatan terhadap karakter ilmiah siswa 4 Senin, 30 Maret

2015

2 jam a. Pembelajaran IPA dengan sub materi pola interaksi yaitu dengan mengamati gambar pola interaksi b. Pengamatan terhadap karakter ilmiah siswa 5 Kamis, 2 April

2015

3 jam a. Post test

b. Pengumpulan tugas karya (piramida dan jaring-jaring makanan)

c. Pengisian angket penilaian diri dan tanggapan

Tabel 3.3 Rincian Kegiatan pada Kelas Kontrol Pertemuan Hari,

Tanggal

Jam

pelajaran Kegiatan Pembelajaran

1 Rabu, 18

Maret 2015

3 jam a. Pre test

b. Pembelajaran IPA sub materi komponen penyusun ekosistem

c. Pengamatan terhadap karakter ilmiah siswa

2 Senin, 23

Maret 2015

2 jam a. Pembelajaran IPA dengan pengamatan terhadap gambar-gambar sub materi satuan- satuan penyusun ekosistem

b. Pengamatan terhadap karakter ilmiah siswa

3 Rabu, 25

Maret 2015

3 jam a. Pembelajaran IPA dengan sub materi saling ketergantungan dalam ekosistem yaitu dengan mengamati gambar

b. Pengamatan terhadap karakter ilmiah siswa

4 Senin, 30

Maret 2015

2 jam a. Pembelajaran IPA dengan sub materi pola interaksi yaitu dengan mengamati gambar dan kartu gambar


(43)

Pertemuan Hari, Tanggal

Jam

pelajaran Kegiatan Pembelajaran

b. Pengamatan terhadap karakter ilmiah siswa

5 Rabu, 1

April 2015

3 jam a. Post test

b. Pengumpulan tugas karya (piramida makanan dan jaring-jaring makanan)

c. Pengisian angket penilaian diri 3.5.3 Penyusunan Laporan

a. Analisis adalah tahap pengumpulan dan pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Hasil dari analisis data tersebut diharapkan dapat menjawab hipotesis peneliti.

b. Membuat kesimpulan dan saran berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, sehingga dapat diketahui pendekatan JAS efektif diterapkan pada pembelajaran IPA materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah siswa.

3.6 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar dan karakter ilmiah. Sebelumnya telah dilakukan dokumentasi terhadap daftar nama siswa dan nilainya. Dokumentasi juga dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung (video) untuk mengetahui kegiatan yang terkait dengan komponen pendekatan JAS.

Data diperoleh dari;

(1) Hasil belajar diambil dengan menggunakan tes tertulis berupa pre test, post test, lembar kerja siswa (LKS), LDS dan tugas kelompok.

(2) Karakter ilmiah siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi, angket dan penilaian diri.

(3) Angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPA berpendekatan JAS.

3.7

Uji Instrumen Tes

Uji instrumen tes yang digunakan berkaitan dengan soal uji coba yang diuji validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Soal uji coba berjumlah 50 soal pilihan ganda, diujikan pada siswa kelas 8 yaitu siswa yang


(44)

sudah pernah mendapatkan materi pembelajaran yang bersangkutan. Analisis validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal uji coba dapat dilihat pada Lampiran 9.

(1) Validitas Butir Soal

Menurut Arikunto (2012) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk mengetahui validitas soal digunakan rumus korelasi. Pada penelitian ini bentuk soal berupa pilihan ganda sehingga menghitung validitas soal pilihan ganda dengan rumus korelasi yang digunakan adalah rumus korelasi biserial, yaitu :

Keterangan :

= koefisien korelasi biserial

Mp = rata-rata skor peserta didik yang menjawab benar Mt = rata-rata skor seluruh peserta didik

P = proporsi peserta didik yang menjawab benar q = 1 – p

Menurut Arikunto (2012), item-item yang mempunyai koefisien korelasi lebih besar dari rtabel termasuk item yang tidak valid perlu direvisi atau tidak digunakan. Jika harga r hitung > r tabel maka item soal yang diujikan memiliki kriteria valid.

(2) Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan memiliki taraf kepercayaan tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2012). Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas soal pilihan ganda secara keseluruhan menggunakan rumus K-R.20;


(45)

Keterangan :

= reliabilitas soal secara keseluruhan

St2 = varians skor total M = rata-rata skor total n = jumlah butir soal

Kriteria pengujian reliabilitas tes yaitu nilai r11 dikonsultasikan dengan harga r tabel, jika rhitung > rtabel maka item tes yang diuji cobakan bersifat reliabel (Arikunto, 2012). Hasil analisis reliabilitas menunjukkan bahwa rhitung dengan harga sebesar 0.81 dan rtabel 0.35 (dengan jumlah responden N= 32 dan taraf signifikansi 5%). Harga rhitung dibandingkan dengan harga rtabel, hasilnya menunjukkan bahwa rhitung > rtabel ini berarti soal bersifat reliabel.

(3) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2012). Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda adalah dengan menghitung perbedaan dua rata-rata yaitu antara rata-rata kelompok atas dengan rata-rata kelompok bawah. Rumus yang digunakan adalah:

J

B

J

B

B B

A A

D 

Keterangan :

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar (Arikunto, 2012).


(46)

Klasifikasi daya pembeda :

D = 0,00 - 0,20 maka daya pembeda jelek D = 0,21 - 0,40 maka daya pembeda cukup D = 0,41 - 0,70 maka daya pembeda baik D = 0,71 - 1,00 maka daya pembeda baik sekali

Bila D negatif, semua tidak baik. Jadi butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang.

(4) Tingkat Kesukaran Butir

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usahanya, sedangkan soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Arikunto, 2012). Rumus tingkat kesukaran butir yang digunakan adalah sebagai berikut;

B N TK

Keterangan :

TK : tingkat kesukaran

B : jumlah siswa yang menjawab benar butir soal N : jumlah siswa yang mengikuti tes

Kriteria tingkat kesukaran butir (Arikunto, 2012) sebagai berikut: 0,00 ≤ TK ≤ 0,30 kriteria soal sukar

0,30 < TK ≤ 0,70 kriteria soal sedang 0,70 < TK ≤ 1,00 kriteria soal mudah.


(47)

Rekapitulasi hasil analisis butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut: Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal

Nomor Validitas Daya pembeda Tingkat kesukaran Keterangan Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria

1 0,39 Valid 0,25 Cukup 0,56 Sedang Dipakai

2 0,61 Valid 0,38 Cukup 0,44 Sedang Dipakai

3 0,54 Valid 0,44 Baik 0,66 Sedang Dipakai

4 0,51 Valid 0,25 Cukup 0,25 Sukar Dipakai

5 0,41 Valid 0,25 Cukup 0,38 Sedang Dipakai

6 0,53 Valid 0,38 Cukup 0,44 Sedang Dipakai

7 0,37 Valid 0,25 Cukup 0,81 Mudah Dipakai

8 0,42 Valid 0,25 Cukup 0,31 Sedang Dipakai

9 0,57 Valid 0,25 Cukup 0,44 Sedang Dipakai

10 0,48 Valid 0,44 Baik 0,47 Sedang Dipakai

11 0,64 Valid 0,25 Cukup 0,19 Sukar Dipakai

12 0,56 Valid 0,50 Baik 0,75 Mudah Dipakai

13 0,38 Valid 0,31 Cukup 0,47 Sedang Dipakai

14 0,47 Valid 0,31 Cukup 0,53 Sedang Dipakai

15 0,43 Valid 0,25 Cukup 0,56 Sedang Dipakai

16 0,52 Valid 0,44 Baik 0,59 Sedang Dipakai

17 0,50 Valid 0,31 Cukup 0,28 Sukar Dipakai

18 0,46 Valid 0,44 Baik 0,66 Sedang Dipakai

19 0,53 Valid 0,31 Cukup 0,66 Sedang Dipakai

20 0,37 Valid 0,31 Cukup 0,53 Sedang Dipakai

21 0,38 Valid 0,31 Cukup 0,59 Sedang Dipakai

22 0,38 Valid 0,44 Baik 0,28 Sukar Dipakai

23 0,37 Valid 0,44 Baik 0,53 Sedang Dipakai

24 0,42 Valid 0,31 Cukup 0,53 Sedang Dipakai

25 0,36 Valid 0,31 Cukup 0,41 Sedang Dipakai

*data selengkapnya dapat di lihat di Lampiran 9

Berdasarkan hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda soal dan tingkat kesukaran, maka soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang dinyatakan valid, reliabel, sedangkan tingkat kesukaran butir soal dilihat komposisinya antara sedang, mudah dan sukar serta daya pembeda soal antara cukup, baik dan baik sekali. Hasil analisis digunakan untuk menentukan soal yang pada penelitian ini dengan dasar seluruh indikator materi harus terwakili. Soal yang digunakan pada penelitian ini adalah soal pilihan ganda berjumlah 25 butir soal untuk tes pre test dan post test, dengan soal yang sama namun penomoran pada soal diganti atau diacak.


(48)

3.8

Metode Analisis Data

3.8.1 Analisis Data Awal

Data awal yang akan dianalisis yaitu nilai UTS populasi pada kelas eksperimen maupun kontrol yang akan diuji lebih lanjut dengan uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk menyatakan apakah data berasal dari distribusi normal atau tidak. Statistika yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah uji chi-kuadrat, yakni sebagai berikut;

dimana:

Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi hasil yang diharapkan k = jumlah kelas interval

Data dapat dikatakan berdistribusi normal jika x2hitung < x2tabel dengan dk = k-1 untuk nilai x2tabel pada taraf signifikansi 5% (Sudjana, 2005).

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data mempunyai varian yang sama atau berbeda. Jika data mempunyai varians yang sama maka data tersebut dikatakan homogen. Uji yang digunakan untuk menghitung homogenitas populasi adalah uji Bartlett dengan langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

1. Menentukan varian gabungan :

             ) 1 ( ) 1 ( 2 2 ni i S ni s

2. Menentukan harga satuan B dengan rumus : (log 2)( 1) i n S

B

3. Menentukan statistik chi-kuadrat ( 2

x ) (ln10)

( 1)log ]

2 2 i S ni B

x   

Keterangan:

x2 = besarnya homogenitas

ni = jumlah responden masing-masing kelompok B = koefisien Bartlett

Si2 = varians gabungan dari semua sampel

k i 1 2 2

Ei

Ei

Oi

χ


(49)

Data dikatakan homogen jika x2hitung < x2tabel dengan dk = k-1 pada taraf signifikansi 5% (Sudjana, 2005). Hasil perhitungan normalitas dan homogenitas populasi kelas VII di SMP Negeri 1 Larangan adalah sebagai berikut;

Tabel 3.5 Hasil Analisis Normalitas Populasi

Kelas X2hitung X2tabel Keterangan Kriteria Data

7E 9.50

11.07

X2hitung<X2tabel Berdistribusi normal 7F 10.12 X2hitung<X2tabel Berdistribusi normal 7G 10.98 X2hitung< X2tabel Berdistribusi normal 7H 10.82 X2hitung< X2tabel Berdistribusi normal *Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa populasi berdistribusi normal kemudian diuji homogenitas untuk mengetahui anggota populasi bersifat homogen dengan menggunakan uji Bartlett. Hasil analisis uji homogenitas dengan X2hitung sebesar 7,09 yang dibandingkan dengan harga X2tabel 7,82 (dengan dk=k-1 dan taraf signifikansi 5%) sehingga X2hitung < X2tabel dan Ho diterima artinya anggota populasi berdasarkan nilai UTS bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis normalitas dan homogentis populasi, dapat diketahui bahwa populasi berangkat dari keadaan homogen atau sama dan mempunyai distribusi normal. Hasil analisis data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil analisis tersebut dan pertimbangan guru maka dipilih kelas 7G dan 7H sebagai sampel dalam penelitian ini.

3.8.2 Analisis Uji Homogenitias dan Normalitas Pre Test dan Post Test Nilai pre test dan post test dilakukan uji normalitas dan homogenitas karena data tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut dengan uji t dan uji N-gain. Uji normalitas digunakan untuk menyatakan apakah data berasal dari distribusi normal atau tidak. Statistika yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah uji chi-kuadrat, yakni sebagai berikut;

dimana:

Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi hasil yang diharapkan

k

i 1

2 2

Ei

Ei

Oi

χ


(50)

k = jumlah kelas interval

Data dapat dikatakan berdistribusi normal jika x2hitung < x2tabel dengan dk = k-1 untuk nilai x2tabel pada taraf signifikansi 5% (Sudjana, 2005).

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data nilai kedua kelas mempunyai varian yang sama atau berbeda. Jika data mempunyai varians yang sama maka data tersebut dikatakan homogen. Hipotesis statistika yang digunakan adalah sebagai berikut;

Ho : σ12 = σ22 Ha : σ12 ≠σ22

Uji yang digunakan untuk menghitung homogenitas sampel adalah uji kesamaan dua rata-rata atau uji F sebagai berikut;

F =

Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika Fhitung≥F(α);(nb-1),(nk-1), dengan α = 5% dan dk=n-1 untuk masing-masing pembilang dan penyebut (Sudjana, 2005). Hasil analisis normalitas dan homogenitas pre test dan post test adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6 Hasil Analisis Normalitas Pre Test dan Post Test

Kelas X2hitung X2tabel Keterangan Kriteria Data

Pre Test 7G 10.11 11.07 X

2

hitung<X2tabel Berdistribusi normal 7H 9.10 11.07 X2hitung<X2tabel Berdistribusi normal

Post Test 7G 9.66 11.07 X2hitung<X2tabel Berdistribusi normal 7H 11.05 11.07 X2hitung<X2tabel Berdistribusi normal *Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13

Tabel 3.7 Hasil Analisis Homogenitas Pre Test dan Post Test

Fhitung Ftabel Keterangan Kriteria Data

Pre Test 1.26 1.80 Fhitung≤Ftabel Homogen

Post Test 1.68 1.80 Fhitung≤Ftabel Homogen

Hasil analisis uji normalitas dan homogenitas data pre test maupun post test menunjukkan bahwa menunjukkan hasil bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal dan homogen. Hasil tersebut dapat menjadi ketentuan data pre test dan post test dapat diuji dengan statistik parametrik diantaranya uji beda atau uji t dan uji N-gain.


(51)

3.8.3. Analisis Data Hasil Belajar

Data hasil belajar kognitif yaitu dengan menghitung nilai akhir pada kelas eksperimen dan kontrol diperoleh dari:

1) Nilai pre test dan post test (25 soal pilihan ganda)

2) LKS untuk kelompok eksperimen dan LDS untuk kelompok kontrol sebagai nilai harian (NH)

3) Tugas kelompok.

Data tersebut digunakan untuk menghitung nilai akhir yang didapat oleh siswa sebagai berikut;

Nilai Akhir = Mencari persentase ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai berikut: P =

Keterangan:

P = persentase ketuntasan klasikal belajar

F = jumlah siswa tuntas belajar secara individual (nilai N = jumlah total siswa (Sudijono, 2009).

Analisis data nilai akhir dan persentase ketuntasan belajar klasikal pada kelas eksperimen maupun kontrol dapat dilihat pada Lampiran 15. Hasil belajar kognitif pada kelompok kontrol dan eksperimen kemudian dianalisis dengan menggunakan uji t, data yang digunakan diperoleh dari nilai post test untuk mengetahui perbedaan hasil belajar diantara kedua kelompok tersebut. Hipotesis untuk haisl belajar dengan uji t adalah sebagai berikut:

Hipotesis:

Ho : µ1 = µ2, tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara kedua kelompok Ha : µ1≠ µ2, terdapat perbedaan hasil belajar antara kedua kelompok

Menurut Sudjana (2005) data yang diperoleh dari data hasil belajar kognitif dianalisis menggunakan rumus uji t sebagai berikut;


(52)

2 1 2 1 1 1 n n S x x t    Dengan 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 2 1 1       n n S n S n S Keterangan : 1

x

= rata-rata kelompok eksperimen

2

x

= rata-rata kelompok kontrol

1

n

= jumlah subyek kelompok eksperimen

2

n

= jumlah subyek kelompok kontrol

2 1

S = varians kelompok eksperimen

2 2

S = varians kelompok kontrol

2

S

= varian gabungan (Sudjana, 2005)

Ho diterima jika -t(1-1/2α)(n1+n2-2)<thitung<t(1-1/2α)(n1+n2-2) dengan taraf signifikansi 5% dan dk=(n1+n2)-2 dan tolak Ho apabila sebaliknya. Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol diuji dengan uji N-gain yang diperoleh dari data pre test dan post test. Analisis N-gain dapat dilihat pada Lampiran 16.

Rumus yang digunakan untuk uji N-gain adalah sebagai berikut:

N gain =

Hasil N-gain ini kemudian diklasifikasikan sesuai kriteria sebagai berikut: Kriteria tinggi apabila : N-gain ≥ 0,7

Kriteria sedang apabila : 0,7 < N-gain ≤ 0,3

Kriteria rendah apabila : N-gain < 0,3 (Sugiyono, 2012) 3.8.4. Analisis Data Karakter Ilmiah

Analisis data karakter ilmiah didapat dari lembar observasi dan angket penilaian diri menggunakan pola skala Likert sedangkan jurnal berupa catatan guru. Ketentuan skor dan kriteria skor dapat dilihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut;


(53)

Tabel 3.8 Kriteria Skor Karakter Ilmiah dengan Teknik Penilaian Diri Skor Kriteria Skor

4 Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

3 Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan

2 Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan

1 Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan (Kemendikbud, 2013).

Rumus untuk mencari nilai adalah

Tabel 3.9 Kriteria Nilai Karakter Ilmiah

Nilai Kriteria

81,25 < x ≤ 100 Sangat baik

62,50 < x ≤ 81,25 Baik

43,75 < x ≤ 62,50 Cukup

25,00 ≤ x ≤ 43, 75 Kurang

(Arikunto, 2012)

Tiap aspek karakter ilmiah juga dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap aspek dalam satu kelas tersebut. Rumus yang digunakan yaitu :

Rata-rata skor tiap aspek =

Dari tiap aspek dalam penilaian karakter ilmiah dapat dikategorikan sebagai berikut:

Kategori sangat tinggi dengan rata-rata nilai 3,4 < x ≤ 4,0; tinggi dengan rata-rata nilai 2,8 < x ≤ 3,4; sedang dengan rata-rata nilai : 2,2 < x ≤ 2,8; rendah dengan rata-rata nilai : 1,6 < x ≤ 2,2 dan sangat rendah dengan rata-rata nilai: 1,0 ≤ x ≤ 1,6 (Kemendikbud, 2013).

Perbedaan karakter ilmiah pada kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah melakukan pembelajaran dianalisis dengan uji t dengan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis:

Ho : µ1 = µ2, tidak terdapat perbedaan karakter ilmiah antara kedua kelompok Ha : µ1≠ µ2, terdapat perbedaan karakter ilmiah antara kedua kelompok


(54)

Rumus untuk menghitung uji t adalah sebagai berikut: 2 1 2 1 1 1 n n S x x t    Dengan 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 2 1 1       n n S n S n S Keterangan : 1

x

= rata-rata kelompok eksperimen

2

x

= rata-rata kelompok kontrol

1

n

= jumlah subyek kelompok eksperimen

2

n

= jumlah subyek kelompok kontrol

2 1

S = varians kelompok eksperimen

2 2

S = varians kelompok kontrol

2

S

= varians gabungan

Tolak Ho jika thitung>t(1-1/2α)(n1+n2-2) dengan taraf signifikansi sebesar 5% dan dk=(n1+n2)-2. Analisis uji t data karakter ilmiah siswa terdapat pada Lampiran 19.

3.8.5. Analisis Data Tanggapan Siswa dan Guru

Data tanggapan siswa dan guru mengenai pembelajaran IPA berpendekatan JAS dengan instrumen berupa angket yang diukur menggunakan skor dengan dua alternatif jawaban yaitu jawaban “Ya” skor 1 dan jawaban “Tidak” skor 0.

Jumlah skor yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan rumus; P =

Keterangan:

P = persentase skor yang diperoleh F = skor yang diperoleh


(1)

(2)

Lampiran 29

DOKUMENTASI

Siswa mengerjakan soal pre test Siswa melakukan kegiatan menghitung kepadatan populasi di hutan sekolah


(3)

Siswa mengamati komponen ekosistem hutan sekolah Siswa menjelajah alam di hutan sekolah

Siswa mengerjakan Lembar Kegiatan siswa Tugas kelompok membuat perkecambahan

Siswa maju untuk menuliskan pendapatnya


(4)

Lampiran 30


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

“Analisis Hasil Belajar IPA Siswa Pada Konsep Hubungan Antar Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw”.

0 7 162

PENGARUH PEMBUATAN JURNAL BELAJAR DALAM PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM

2 23 201

Pemanfaatan Perkebunan Karet Sebagai Sumber Belajar Materi Ekosistem Berpendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) di SMPN 1 Pabelan Salatiga

0 10 147

Bab 03 – Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya – 1 Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya

0 0 1

Efektivitas Penerapan Metode PBI (Problem Based Instruction) pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk hidup Dengan Pendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar) pada Siswa kelas VIII.

0 0 1

Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) pada Materi Jamur Kelas X SMA Negeri 1 Semarang.

0 0 79

Pengembangan Bahan Ajar Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS).

0 0 1

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Model Group Investigation (GI) pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup Di SMP Negeri 3 Teras.

0 0 1

PENGARUH PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

0 1 8

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNY

0 0 160