Perbedaan Status Gizi dengan Pendapatan Orang Tua Murid TK Hj.

4-6 th 25 18 32 44,4 43,44 97 Berdasarkan pada tabel dapat dilihat bahwa pada golongan umur 4-6 tahun dengan berat badan 25 kg rata-rata protein yang diperoleh dari total makanan selama 2 hari 44,4 gr dengan tingkat konsumsi 97 dan masuk dalam kategori sedang.

4.1.2.4 Perbedaan Status Gizi dengan Pendapatan Orang Tua Murid TK Hj.

Isriati dengan Murid TK Satria Tama. Perbedaan status gizi murid TK Hj. Isriati dengan murid TK Satria Tama, menghasilkan taraf signifikansi 0.00 atau probabilitas dibawah 0.05 0.000.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau ada perbedaan status gizi murid TK Hj. Isriati dengan murid TK Satria Tama. Status gizi murid TK Hj. Isriati lebih baik dibanding status gizi murid TK Satria Tama. Tabel 29. Perbedaan Status Gizi TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama TK Brk Krng Normal Lebih Total 1 2 3 4 5 6 Hj. Isriati 4 6.9 31 53.4 23 39.7 58 100 Satria Tama 1 2.5 10 25 29 72.5 40 100 Jumlah 1 2.5 14 31.9 60 125.9 23 39.7 Pada tabel diatas dapat dilihat perbedaan status gizi antara TK Hj. Isriati dengan TK Satria Tama, dimana pada TK Hj. Isriati ada 4 responden atau 6.9 yang masuk kategori kurang, sedangkan pada TK Satria Tama ada 10 responden atau 25 yang menyatakan kurang. Pada TK Hj Isriati ada 31 responden yang menyatakan normal atau 53.4 dan pada TK Satria Tama ada 29 responden atau 72.5 yang menyatakan normal. Yang paling tinggi pada TK Hj. Isriati masuk dalam kategori lebih yaitu ada 23 responden atau 39.7, sedangkan pada TK Satria Tama ada 1 responden atau 2.5 yang masuk kategori buruk. 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 Presentase Buruk Kurang Normal Lebih Tingkat Status Gizi Hj. Isriati Satria Tama Grafik 5. Tingkat Status gizi TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama 4.2 Pembahasan Hasil penelitian terhadap 98 responden memperlihatkan ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan murid TK Hj. Isriati dengan TK Satria Tama. Pendapatan orang tua Tk Hj. Isriati sebagian besar masuk dalam kategori sangat tinggi yaitu 51.7, dan yang masuk dalam kategori sedang yaitu 10.3 dengan nilai mean 3.41 dan standart deviasi SD 0.67. Pada TK Satria Tama diperoleh pendapatan yang masuk kategori sedang 42.5 dan kategori rendah ada 57.5. Dengan nilai mean 1.42 dan nilai SD 0.50. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan lain yang menyebabkan orang-orang tidak mampu lagi membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan Sajogyo, 1994: 9. Pendapatan merupakan sebagai faktor ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap konsumsi pangan. jadi semakin tinggi pendapatan keluarga maka presentase pendapatan yang dialokasikan untuk pangan semakin sedikit. dan semakin rendah pendapatan keluarga maka presentase pendapatan yang dialokasikan untuk pangan semakin tinggi. hal ini dikarenakan semua hasil pendapatan digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan Suhardjo HR.1996: 10. Perbedaan pendapatan orang tua murid TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding dengan pendapatan orang tua murid TK Satria Tama juga dipengaruhi oleh jenis pekerjaan orang tua, dimana orang tua dari murid TK Hj. Isriati mayoritas mempunyai jenis pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil atau PNS ada 34.5, dan 29.3 sebagai karyawan BUMN dengan nilai mean 2.93 dan nilai SD yaitu 0.81. Sedangkan pada TK Satria Tama pekerjaan orang tua sebagian besar sebagai karyawan swasta ada 52.5 dan sebagai buruh ada 40. dan pegawai negeri sipil PNS hanya 5.1 dengan nilia mean 1.67 dan nilai SD 0.61. Dilihat dari jenis pekerjaan yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan orang tua pada murid TK Hj. Isriati yang paling tinggi bekerja sebagai pegawai negeri sipil sedangkan pekerjaan pada orang tua murid TK Satria Tama yang paling tinggi hanya bekerja sebagai buruh. hal ini yang membedakan pendapatan orang tua murid TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding dengan pendapatan orang tua murid TK Satria Tama. Perbedaan pengeluaran pangan pada murid TK Hj. Isriati dengan murid TK Satria Tama juga memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan, dimana pengeluaran pangan pada murid TK Hj. Isriati ada 51.7 yang dinyatakan dalam kategori pengeluaran tinggi. Dan 48.3 yang dinyatakan dalam kategori pengeluaran sangat tinggi dengan nilai mean 3,48 dan nilai SD 0.50, sedangkan pada TK Satria Tama ada 30 yang dinyatakan kategori pengeluaran rendah, dan 70 yang dinyatakan kategori pengeluaran sedang. dengan nilai mean 1.70 dan nilai SD 0.46. Pengeluaran pangan juga dipengaruhi oleh pengeluaran non pangan. Pengeluaran pangan dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga. seperti yang dikemukakan oleh Soegito 1985: 5 Tingkat konsumsi zat gizi seseorang dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan makanan dan sikap terhadap makanan. Tingkat ketersediaan makanan dipengaruhi oleh jenis dan jumlah bahan makanan yang tersedia. kemampuan atau daya beli serta jumlah anggota keluarga. Sedangkan sikap terhadap makanan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi dan faktor sosial budaya. Besarnya daya beli yang diperoleh dari hasil penelitian untuk TK Hj. Isriati yang dinyatakan kategori cukup memenuhi ada 20.7 dan dinyatakan dalam kategori tinggi dalam memenuhi kebutuhan ada 51.7, dengan nilai mean 3.06 dan nilai SD 0.69. Daya beli yang diperoleh dari TK Satria Tama yang dinyatakan dalam kategori cukup yaitu 57.5, dan 27.5 dinyatakan dalam kategori kurang, dengan nilai mean 1.87 dan nilai SD 0.64. Tingkat daya beli dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang melalui kualitas serta kuantitaas makanan. Kualitas makanan menunjukkan adanya semua zat gizi dalam makanan sedangkan kuantitas makanan menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Dilihat dari beberapa sebab yang mempengaruhi pengeluaran pangan seperti tingkat daya beli pangan untuk TK Hj. Isriati dapat memenuhi tingkat kebutuhan pangan sedangkan pada TK Satria Tama dalam memenuhi kebutuhan panga masih kurang, ini merupakan salah satu penyebab adanya perbedaan pengeluaran pangan. Berdasarkan hasil penelitian selain pendapatan dan pengeluaran pangan yang mempengaruhi status gizi anak. tingkat konsumsi energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Konsumsi energi dan protein yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi selama 2 hari dapat dilihat berapa besar kandungan energi dan protein yang dikonsumsi serta dapat dihitung angka kecukupan energi dan protein yang diperoleh. Konsumsi energi dan protein dalam penelitian ini memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan antara konsumsi energi dan protein murid TK Hj. Isriati dengan konsumsi energi dan protein murid TK Satria Tama. Konsumsi energi dan protein yang diperoleh dari murid TK Hj. Isriati paling tinggi untuk konsumsi energi masuk dalam kategori sedang yaitu 72.4 dan kategori baik ada 27.6. Dengan nilai mean 3.27 dan nilai SD ada 0.45. Sedangkan konsumsi protein yang masuk kategori sedang yaitu 74.1, kategori baik ada 29.5 dengan nilai mean 3.27 dan nilai SD 0.44. Pada TK Satria Tama untuk konsumsi energi yang paling tinggi masuk dalam kategori sedang ada 55 dan kategori baik ada 7.5. Dengan nilai mean 2.7 dan nilai SD ada 0.60 sedangkan untuk konsumsi protein yang paling tinggi masuk dalam kategori sedang 70. dan yang paling rendah masuk kategori kurang ada 30, dengan nilai mean 2.7 dan nilai SD 0.46. Perbedaan konsumsi energi dan protein juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua dimana pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi status gizi anak. Pendidikan orang tua pada murid TK Hj. Isriati rata-rata berpendidikan terakhir lulusan akademi atau perguruan tinggi yaitu 89.7 dan yang mempunyai pendidikan terakhir sekolah menengah atas SMA ada 10.3. Dengan nilai mean 3.89 dan nilai SD ada 0.30. Sedangkan pada TK Satria Tama pendidikan terakhir orang tua rata-rata lulusan SMA yaitu 55. dan pendidikan yang paling rendah lulusan SD ada 12.5, dengan nilai mean 2.42 dan nilai SD ada 0.71. Pendidikan orang tua terutama ibu sangat mempengaruhi perilaku anak dalam memilih makanan. Ibu yang berpendidikan tinggi tidak biasa berpantang atau tabu sedangkan ibu yang berpendidikan rentah lebih kuat mempertahankan tradisi- tradisi tertentu. Pendidikan ibu juga mempengaruhi perhatiannya kepada anak dalam tingkat konsumsi makanan. Konsumsi energi dan protein yang dibutuhkan tiap-tiap anak berbeda semua ini juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan orang tua, pola pemberian makan, serta praktek kesehatan. Pengetahuan orang tua yang baik sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan anak serta status gizi anaknya. Seperti yang dikemukakan Soegeng Santoso 2004: 41 bahwa kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang amat penting. Dalam hal ini pengetahuan orang tua dari murid TK Hj. Isriati kategori sangat baik ada 53.4, dengan nilai mean 3.68 dan nilai SD ada 0.46. Sedangkan pada TK Satria Tama tingkat pengetahuan orang tua yang masuk dalam kategori baik dan cukup ada 47.5, yang pengetahuan sangat baik hanya ada 5 dengan nilai mean 2.57 dan nilai SD 0.59. Selain pengetahuan orang tua yang mempengaruhi tingkat konsumsi energi dan protein yaitu pola konsumsi makanan juga cukup besar pengaruhnya terhadap pola konsumsi energi dan protein anak. Pola konsumsi makanan pada TK Hj. Isriati banyak menyatakan baik ada 46.6. dan yang dinyatakan sangat baik ada 43.1. Dengan nilai mean 3.32 dan nilai SD 0.65. Pada TK Satria Tama yang dinyatakan baik 47.5. dan yang dinyatakan cukup ada 30. Dengan nilai mean 2.92 dan nilai SD 0.72. Salah satu penyebab munculnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari. Praktek kesehatan juga mempengaruhi konsumsi energi dan protein selain pengetahuan orang tua dan pola konsumsi makanan. praktek kesehatan pada TK Hj. Isriati 53.4 sangat baik. Dengan nilai mean 3.48 dan nilai SD 0.59, sedangkan pada TK Satria Tama 47.5 dengan nilai mean 2.97 dan nilai SD 0.73. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi energi dan protein seperti tingkat pendidikan orang tua. pengetahuan orang tua, pola pemberian makan, serta praktek kesehatan pada TK Hj. Isriati lebih baik dibanding dengan TK Satria Tama, hal ini yang mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas dan kuantitas makanan dalam konsumsi energi dan protein anak. Tingkat konsumsi energi dan protein yang baik dapat mempengaruhi status gizi anak. Selain konsumsi energi dan protein yang mempengaruhi status gizi anak adalah pendapatan orang tua, dan pengeluaran pangan. Pada penelitian ini ada perbedaan yang signifikan antara status gizi TK Hj. Isriati dengan status gizi TK Satria Tama. Pada TK Hj. Isriati ada 53.4 yang masuk dalam kategori normal dan 6.9 yang masuk dalam kategori kurang dengan nilai mean 3.32 dan nilai SD 0.60. Sedangkan status gizi pada TK Satria Tama 72.5 masuk dalam kategori normal dan 2.5 masuk kategori buruk dengan nilai mean 2.70 dan nilai SD 0.51. Rata-rata status gizi antara murid TK Hj. Isriati dengan TK Satria Tama 61.2 dinyatakan dalam kategori normal.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini. antara lain sebagai berikut : 1 Penilaian status gizi yang digunakan hanya antropometri, peneliti tidak menilai dengan menggunakan status gizi yang lain seperti biokomia, klinis, maupun biofisik. Sedangkan metode food recall hanya digunakan untuk mengetahui tingkat konsumsi energi dan protein yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi. 2 Faktor penganggu seperti faktor genetik, latar belakang sosial budaya, dan riwayat penyakit tidak dapat secara khusus diteliti satu-persatu. 3 Penelitian ini menggunakan recall 24 jam yang menuntut responden untuk mengingat kembali semua makanan yang telah dikonsumsi selama 1 hari untuk menghitung besarnya sumbangan konsumsi energi dan protein dari makanan yang dikonsumsi anak. sehingga kerjasama dengan keseriusan responden sangat menentukan hasil yang diperoleh.