Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Pendapatan Orang Tua, pada Murid TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama Kota Semarang

(1)

PERBEDAAN STATUS GIZI DITINJAU DARI PENDAPATAN

ORANG TUA PADA MURID TK Hj. ISRIATI DAN

TK SATRIA TAMA KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar sarjana kesehatan masyarakat

Oleh

Nama Mahasiswa : Dhian Tri Ratna

NIM : 6450401018

Program Studi : Gizi Kesehatan Masyarakat Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005


(2)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005 SARI

Dhian Tri Ratna. Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Pendapatan Orang Tua, pada Murid TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama Kota Semarang.

Usia Taman kanak-kanak yaitu antara umur 4-6 tahun termasuk golongan masyarakat yang disebut kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat, dan memerlukan zat–zat gizi dalam jumlah yang relatif besar. Gizi merupakan salah satu komponen dari lingkungan yang memegang peranan penting dalam kesehatan dan tumbuh kembang anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi ditinjau dari pendapatan orang tua, pengeluaran pangan, konsumsi energi dan protein murid TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama.

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 98 responden diambil secara purposive sampling, dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Metode pengumpulan data menggunakan metode penelitian deskriptif. Pengambilan data dengan mengukur BB/U dan pembagian kuesioner yang berisi indikator pengeluaran pangan dan non pangan, pendapatan orang tua, daya beli rumah tangga, pola pemberian makan, praktek kesehatan, dan pengetahuan orang tua. Analisis data menggunakan analisis univariat meliputi gambaran karakteristik responden umur, jenis kelamin, status gizi, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan pengeluaran non pangan. Analisis bivariat menggunakan uji U Mann Wihtney untuk mengetahui seberapa besar perbedaan status gizi murid TK Hj. Isriati dengan murid TK Satria Tama.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan orang tua murid TK Hj. Isriati dengan pendapatan orang tua Murid TK Satria Tama menghasilkan taraf signifikansi 0.00 atau probabilitas dibawah 0.05 (0.00<0.05), ada perbedaan yang signifikan antara pengeluaran pangan murid TK Hj. Isriati dengan murid TK Satria Tama menghasilkan taraf signifikansi 0.00 atau probabilitas dibawah 0.05 (0.00<0.05), ada perbedaan yang signifikan antara konsumsi energi dan protein murid TK Hj. Isriati dengan murid TK Satria Tama, dimana menghasilkan taraf signifikansi 0.00 atau probabilitas dibawah 0.05 (0.00<0.05), dan ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dari kelompok pendapatan tinggi dalam hal ini murid TK Hj. Isriati dengan status gizi dari kelompok pendapatan rendah atau TK Satria Tama menghasilkan taraf signifikansi 0.00 atau probabilitas diatas 0.05 (0.00>0.05).


(3)

Saran yang dapat diberikan yaitu memberikan pengertian kepada orang tua murid agar tidak hanya memberikan sumber karbohidrat kepada anaknya. Dan memberikan pengertian kepada orang tua murid untuk mengalokasikan pendapatannya sesuai dengan kebutuhan gizi anaknya.


(4)

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Pada Hari : Selasa

Tanggal : 30 Agustus 2005

Panitia Ujian

Ketua Panitia, Sekretaris,

Drs. Sutardji, M.S. dr. Oktia Woro KH, Mkes. NIP.130 523 506 NIP. 131 695 159

Dosen Penguji,

1. Drs. Herry Koesyanto, M.S ( Ketua) NIP. 131 571 549

2. Ir. Bambang Triatma, Msi (Anggota) NIP. 131 781 325

3. dr. Yuni Wijayanti (Anggota) NIP. 132 296 578


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Kesalahan Dibutuhkan Untuk Meraih Sukses!

Kesalahan adalah bagian penting dalam proses belajar. Jangan pernah menghukum sebuah kesalahan, namun belajarlah darinya (Stepher R. Covey, 2000: 5).

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk :

• Orang tuaku Bapak Djoko Setyo Budi dan Ibu Sugiarti, Mas Andre S, Mas Aditya N, dan adikku N. Vita serta keluargaku tercinta

• Teman-temanku dan sahabatku : Endah, Wahyu, Halim, Sari, Adi S • Teman-teman IKM angkatan 2001


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Pendapatan Orang Tua Pada Murid TK Hj. Isriati dan Murid TK Satria Tama Kota Semarang, sebagai salah satu syarat yang diperlukan unuk memperoleh derajat Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Kesehatan Masyarakat pada program studi Gizi Kesehatan Masyarakat.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi, kepada :

1) Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Drs. Sutardji, M.S yang telah memberikan ijin penelitian.

2) Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, Ibu dr. Oktia Woro K.H, M Kes yang telah memberikan ijin penelitian.

3) Bapak Ir. Bambang Triatma, M Si, dosen pembimbing I, atas bimbingan, kritik, dan saran dalam penyelesaian skripsi

4) Ibu dr. Yuni Wijayanti, dosen pembimbing II, atas bimbingan, kritik, dan saran dalam penyelesaian skripsi

5) Ibu Fatkhul Barkah, Kepala Sekolah TK Hj. Isriati yang telah memberikan ijin penelitian

6) Ibu Budiastuti, Kepala Sekolah TK Satria Tama yang telah memberikan ijin penelitian


(7)

7) Segenap staf pengajar TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

8) Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan, yang telah memberikan dukungan dalam proses penelitian 9) Bapak, Ibu, kakak dan adikku tercinta yang telah memberi dorongan dan

bantuan baik materiil maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10)Teman-temanku dan sahabatku Endah, Wahyu, Halim, Sari, Ulfa, Krissa, Adi, Priyanto, Ian, Bambang, Ninik A, Umi I, Sunu (terima kasih atas bantuan anda selama proses penelitian dan penyusunan skripsi).

11) Rekan-rekan mahasiswa IKM angkatan 2001 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga amal baik dari semua pihak, mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhirnya disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan saran-saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Semarang, 2005 Peneliti


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

SARI ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Penegasan Istilah ... 5

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 2.1Landasan Teori ... 7

2.1.1 Status Gizi ... 7

2.1.2Penilaian Status Gizi ... 8

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 10

2.1.4 Taman Kanak-kanak ... 18

2.1.5 Antropometri ... 24

2.1.6 Indeks Antropomatri ... 27

2.17 Metode Food Recall 24 Jam ... 31


(9)

2.1 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ………. 36

3.2 Definisi Operasional ………. 37

3.3 Populasi Penelitian ... 37

3.4 Sampel Penelitian... 38

3.5 Variabel Penelitian ... 38

3.6 Rancangan Penelitian ... 39

3.7 Teknik Pengambilan Data ... 39

3.8 Prosedur Penelitian ... 44

3.9 Instrumen Penelitian ... 46

3.10Pengolahan dan Analisis Data... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Data ... 52

4.1.1 Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian... 52

4.1.2 Hasil Analisis Data... 62

4.2 Pembahasan... 69

4.3 Keterbatasan Penelitian... 75

BAB V SIMPUALAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 76

5.2 Saran... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan

(per orang per hari) anak umur 3-6 tahun ... 8

2. Gabungan Indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB... 30

3. Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur... 52

4. Distribusi Frekuensi Responden menurut Jenis Kelamin ... 53

5. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah TK. Hj. Isriati... 53

6. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah TK. Satria Tama... 54

7. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ayah TK Hj. Isriati ... 54

8. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ayah TK Satria Tama ... 55

9. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu TK. Hj. Isriati ... 55

10. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu TK. Satria Tama ... 56

11. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu TK Hj. Isriati ... 56

12. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu TK Satria Tama ... 57

13. Distribusi Frekuensi Pola Pemberian Makan TK Hj. Isriati ... 57

14. Distribusi Frekuensi Pola Pemberian Makan TK Satria Tama ... 58

15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua TK Hj. Isriati... 58

16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua TK Satria Tama... 59

17. Distribusi Frekuensi Praktek Kesehatan Murid TK Hj. Isriati... 59

18. Distribusi Frekuensi Praktek Kesehatan Murid TK Satria Tama... 60

19. Distribusi Frekuensi Daya Beli TK Hj. Isriati ... 60

20. Distribusi Frekuensi Daya Beli TK Satria Tama ... 60

21. Distribusi Frekuensi Pengeluaran Non Pangan TK Hj. Isriati ... 61

22. Distribusi Frekuensi Pengeluaran Non Pangan TK Satria Tama ... 61

23. Perbedaan Pendapatan antara TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama... 62

24. Perbedaan Pengeluaran (Rp) untuk Energi dan Protein antara TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama... 63

25. Perbedaan Konsumsi Energi antara TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama... 65


(11)

26. Prosentase Sumbangan Energi dari Makanan Terhadap

Konsumsi Energi Anak ... 66 27. Perbedaan Konsumsi Protein antara

TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama... 66 28. Prosentase Sumbangan Protein dari Makanan Terhadap

Konsumsi Protein Anak ... 67 29. Perbedaan Status Gizi TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama ... 68


(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

1. Hubungan Timbal Balik antara Gizi Kurang dan Diare ……….. 16

2. Zat Gizi dan Fungsi Utamanya………. 17

3. Kerangka Teori Penelitian ……… 34


(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman 1. Perbedaan Pendapatan Orang Tua TK Hj. Isriati

dan TK Satria Tama ... 63 2. Perbedaan Pengeluaran Pangan

TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama... 64 3. Perbedaan Konsumsi Energi TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama ... 65 4. Perbedaan Konsumsi Protein TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama ... 67 5. Perbedaan dan Status Gizi TK Hj. Isriati


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 80

2. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 81

3. Nilai-nilai r Product Moment ... 82

4. Kuesioner Penelitian ... 83

5. Hasil Rekapitulasi Kuesioner... 92

6. Hasil Pengukuran Status Gizi Murid TK ... 95

7. Hasil Recall 2 X 24 jam Murid TK... 97

8. Baku Berat Badan Menurut Umur 48 – 84 Bulan... 99

9. Hasil SPSS Uji Mann – Whitney Test ... 100

10. Hasil SPSS Distribusi Frekuensi TK. Hj. Isriati ... 103

11. Hasil SPSS Distribusi Frekuensi TK Satria Tama ... 107

12. Surat Keputusan Pembimbing Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang... 111

13. Permohonan Ijin Penelitian ... 112

14. Surat Rekomendasi Kesbanglinmas Kota Semarang ... 113

15. Surat Ijin Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang ... 114

16. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 115

17. Dokumentasi Penelitian ... 116

18. Daftar Nama Murid Dalam Penelitian Status Gizi... 120


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak taman kanak-kanak (TK) merupakan ciri khas yaitu sedang dalam proses tumbuh kembang. Ia banyak melakukan kegiatan jasmani, dan mulai akif berinteraksi dengan lingkungan sosial maupun sekitarnya. Mereka ini merupakan kelompok anak prasekolah berumur 3-6 tahun yang peka terhadap pendidikan dan penanaman kebiasaan hidup yang sehat (Soegeng Santoso, 2004: 43)

Pada usia 4-6 tahun pembentukan dasar kemampuan otak dan kesehatan anak sebaik–baiknya paling tepat untuk diterapkan. Selama masa prasekolah seorang anak membutuhkan zat tenaga satu setengah kali kebutuhannya ketika masih bayi. Sewaktu masih bayi ia membutuhkan 900 Kalori. Setelah berumur 1 tahun ia membutuhkan zat tenaga senilai 1.200 Kalori. Antara 4-6 tahun kebutuhan zat tenaga sudah meningkat lagi menjadi 1.600 Kalori (Wied Harry Apriadji,1991: 2).

Gizi yang baik akan turut berperan dalam pencegahan terjadinya berbagai macam penyakit infeksi dan dapat mendukung tumbuh kembang anak yang optimal. Anak usia taman kanak–kanak yaitu 4-6 tahun termasuk golongan masyarakat yang disebut kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat, dan memerlukan zat–zat gizi


(16)

dalam jumlah yang relatif besar. Khususnya untuk anak usia ini, sedang dalam masa perkembangan (non fisik) dimana mereka sedang dibina untuk mandiri, berperilaku menyesuaikan dengan lingkungan, peningkatan berbagai kemampuan dan berbagai perkembangan lain yang membutuhkan fisik yang sehat. Maka kesehatan yang baik, merupakan hal yang utama untuk tumbuh kembang yang optimal bagi seorang anak. Kondisi ini hanya dapat dicapai melalui proses pendidikan dan pembiasan serta penyediaan kebutuhan yang sesuai, khususnya melalui makanan sehari–hari bagi seorang anak (Soegeng Santoso, 2004: 88).

Tingkat konsumsi zat gizi seseorang, menurut Soegito (1985) dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan makanan dan sikap terhadap makanan. Tingkat ketersediaan makanan dipengaruhi oleh jenis dan jumlah bahan makanan yang tersedia, kemampuan atau daya beli serta jumlah anggota keluarga. Sedangkan sikap terhadap makanan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi dan faktor sosial budaya.

Menurut Wied Harry Apriadji (1991: 6) tingkat konsumsi gizi dipengaruhi oleh daya beli, latar belakang, sosial budaya, tingkat pendidikan, dan pengetahuan gizi serta jumlah anggota keluarga. Hubungan konsumsi pangan (dalam hal ini energi dan protein) dan status gizi masyarakat dengan status ekonomi rumah tangga, memperlihatkan kecenderungan bahwa semakin tinggi pengeluaran rumah tangga maka semakin tinggi pula konsumsi energi dan protein perhari (Suharjo, 1992:11)


(17)

Anak–anak yang berhasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah, sangat rawan terhadap gizi kurang. Mereka mengkonsumsi makanan (energi dan protein) lebih rendah dibanding anak–anak dari keluarga berada (Ali Khomsan, 2003: 11).

Rendahnya pendapatan merupakan rintangan lain yang menyebabkan orang-orang tidak mampu lagi membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Ada pula keluarga-keluarga yang sebenarnya mempunyai penghasilan akan tetapi sebagian anaknya mengalami gizi kurang, hal ini disebabkan karena cara mengatur belanja keluarga yang kurang baik. Ada juga keluarga yang membeli bahan pangan dalam jumlah cukup tetapi karena kurang pandai memilih tiap jenis pangan yang dibeli berakibat kurangnya mutu dan keragaman pangan yang diperoleh. Diantara keluarga dengan penghasilan cukup atau lebih masih banyak yang belum terbiasa membuat perencanaan pengeluaran keluarga sehingga hasilnya lebih acak-acakan (Sajogyo, 1994: 9).

TK. Hj. Isriati merupakan TK yang berdiri di bawah yayasan Badan Wakaf, mayoritas muridnya beragama Islam. Letak TK. Hj. Isriati ditengah kota yaitu jalan Pandanaran no.56 Semarang, muridnya berjumlah 250 anak. Sedangkan TK. Satria Tama letaknya dipinggir kota yaitu jalan Cilosari Barat daerah Tambak Lorok kecamatan Semarang Timur, muridnya berjumlah 80 anak. Sehubungan dengan uraian tersebut perlu adanya penelitian yang dapat menggambarkan bagaimana status gizi pada murid TK. Hj. Isriati dan TK. Satria Tama apabila ditinjau dari pendapatan orang tua. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari


(18)

Pendapatan Orang Tua pada Murid TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama Kota Semarang”.

1.2 PERMASALAHAN

Setelah mengamati dan memahami uraian diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1). Adakah perbedaan pendapatan orang tua murid TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding pendapatan orang tua pada murid TK Satria Tama?

2). Adakah perbedaan pengeluaran pangan murid TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding murid TK Satria Tama ?

3). Adakah perbedaan konsumsi energi dan protein murid TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding murid TK Satria Tama ?

4). Adakah perbedaan status gizi murid TK dari kelompok pendapatan orang tua tinggi lebih baik dibanding dari kelompok pendapatan orang tua rendah ? 1.3 TUJUAN PENELITIAN

1) Mengetahui perbedaan pengeluaran pangan anak TK ditinjau dari pendapatan orang tua dengan membuktikan dugaan bahwa pendapatan orang tua TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding TK Satria Tama.

2) Mengetahui konsumsi energi dan protein anak TK ditinjau dari pengeluaran pangan dengan membuktikan dugaan bahwa pengeluaran pangan anak TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding anak TK Satria Tama.


(19)

3) Mengetahui status gizi anak TK ditinjau dari konsumsi energi dan protein dengan membuktikan dugaan bahwa konsumsi energi dan protein anak TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding anak TK Satria Tama.

4) Mengetahui status gizi anak TK ditinjau dari pendapatan orang tua dengan membuktikan dugaan bahwa pendapatan orang tua anak TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding TK Satria Tama.

1.4 Penegasan Istilah

Berdasarkan judul penelitian “ Perbedaan Status Gizi Anak Ditinjau dari Pendapatan Orang Tua pada Murid TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama Kota Semarang”. Adapun penegasan istilah untuk menghindari kesalahan dan penafsiran bagi pembaca sebagai berikut :

1.4.1 Tumbuh Kembang

Tumbuh kembang merupakan proses yang berkaitan dengan perubahan ukuran atau perubahan angka atau nilai pada materi tubuh yang berhubungan dengan aspek diferensiasi bentuk atau fungsi kapasitas fisiologis badan atau organ tubuh, termasuk perubahan emosi atau sosial (Soegeng Santoso, 2004: 42).

1.4.2 Zat gizi

Satuan-satuan yang menyusun bahan makanan atau bahan-bahan dasar. Pada umumnya bahan makanan telah mengandung zat gizi yaitu kabohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Soegeng Santoso, 2004: 89).

1.4.3 Kecukupan gizi

Banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan. Kecukupan gizi tergantung oleh beberapa hal yaitu umur, jenis kelamin, aktivitas,


(20)

berat dan tinggi badan, genetika serta keadaan hamil, menyusui (Soegeng Santoso, 2004: 127).

1.4.4 Bahan makanan

Sesuatu yang dibeli, dimasak, dan disajikan, sebagai hidangan untuk dikonsumsi. Bahan makanan dapat diperoleh dari berbagai sumber dan bentuk, yaitu sayuran, daging, dan buah. (Soegeng Santoso, 2004: 102).

1.5Kegunaan Hasil Penelitian 1.5.1 Ilmu Pengetahuan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam meningkatkan taraf kesehatan dan gizi masyarakat pada umumnya dan anak sekolah pada khususnya.

1.5.2 Masyarakat

Menambah pengetahuan kepada masyarakat khususnya orang tua mengenai arti pentingnya status gizi kepada anak serta lebih memperhatikan pola pemberian makanan.

1.5.3 Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat UNNES

Memberikan informasi kepada mahasiswa IKM UNNES tentang perbedaan pendapatan orang tua, pengeluaran (Rp) untuk energi dan protein, konsumsi energi dan protein yang terkait terhadap status gizi anak dapat dijadikan refrensi dalam penelitian lanjutan dan penyempurnaan penelitian yang ada.


(21)

Menambah pengetahuan penulis dibidang pendidikan gizi khususnya status gizi anak sekolah

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Status Gizi

2.1.1.1 Definisi Status Gizi

Status gizi (nutrition status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu ( I Dewa Nyoman Supariasa, 2001: 18). Sedangkan menurut Reksodikusumo (1989) status gizi sebagai tanda-tanda atau penampilan yang dikaitkan oleh keadaan keseimbangan gizi disatu pihak dan pengeluaran organisme dipihak lain yang terlihat melalui variabel gizi.

2.1.1.2 Keadaan Gizi Anak Taman kanak-kanak

Seorang anak usia TK sedang mengalami masa tumbuh kembang yang amat pesat. Pada masa ini proses perubahan fisik emosi, dan sosial anak berlangsung dengan cepat. Proses ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dari diri sendiri maupun lingkungannya.

Kebutuhan energi dan protein anak umur 4-6 tahun lebih besar dari anak umur 1-3 tahun karena pada umur 4-6 tahun anak mengalami proses tumbuh kembang yang pesat, pada umur 4-6 tahun belum dibedakan kebutuhan energi dan


(22)

protein anak laki-laki dan anak perempuan karena pada umur 4-6 tahun penambahan tinggi badan belum begitu menonjol. Adapun kebutuhan yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi bagi umur 3-6 tahun tertera pada tabel 1.

Tabel 1

Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan (per orang per hari) Anak umur 3-6 tahun

Golongan umur Berat Tinggi Energi Protein

1 2 3 4 5

1-3 tahun 4-6 tahun

12 18

90 110

1250 1750

23 32

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 1998 dalam I Dewa Nyoman Supariasa,2001

2.1.2 Penilaian Status Gizi

2.1.2.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung di bagi menjadi 4, yaitu : 1) Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. 2) Klinis


(23)

Metode ini sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat, karena didasarkan atas perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral, atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys ). Survei ini untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih dari zat gizi. Digunakan juga untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

3) Biokimia

Penilaian dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan darah, urin, tinja dan beberapa jaringan tubuh seperti hati, dan otot. Metode ini digunakan sebagai peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi malnutrisi yang lebih parah.

4) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik yaitu dengan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.


(24)

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 yaitu: 1). Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentivikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2). Statistik Vital

Metode ini menganalisi data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan penyebab lainnya yang berhubungan dengan gizi. Pengunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

3). Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupahkan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001: 20).

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi 2.1.3.1 Pengetahuan Orang Tua


(25)

1). Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2). Setiap orang hanya cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu

menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal, pemeliharaan, dan energi.

3). Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehinga penduduk dapat belajar menggunakan pangan yang baik bagi kebutuhan gizi.

Kurangnya pengetahuan dan salah satu konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum di setiap negara di dunia. Salah satu penyebab munculnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan unuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003: 25). Pengetahuan tentang kandungan zat gizi dalam berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi (Sjahmien Moehji, 2003: 6).

2.1.3.2 Tingkat Pendidikan Orang Tua

Perhatian orang tua terutama ibu kepada anak sangat mempengaruhi tingkat konsumsi makanan pada anak. Hal ini juga didukung dengan pendidikan ibu yang dapat mempengaruhi perilaku anak dalam memilih makanan. Menurut Masri Singarimbun (1995) bahwa pendidikan ibu memberikan pengaruh terhadap perilaku perwataan anak, khususnya tanggung jawab dalam memilih makanan. Ibu yang berpendidikan tinggi tidak membiasakan diri untuk berpantang atau tabu tehadap bahan atau makanan yang ada. Masyarakat dengan pendidikan yang


(26)

rendah lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit untuk menerima pembaharuan.

2.1.3.3 Faktor ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi tumbuh kembang anak dan status gizinya melalui kesiapan ekonomi keluarga dalam mengasuh anak. Kesiapan ekonomi keluarga antara lain tergantung besar kecilnya pendapatan keluarga dan pengeluaran keluarga.

2.1.3.3.1 Pendapatan Orang Tua

Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun hasil sendiri (Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers, 1982: 20). Sedangkan menurut Bayu Wijayanto,dkk (1999: 5) pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja.

Pendapatan sebagai faktor ekonomi mempunyai pengaruh terhadap konsumsi pangan. Nils Aria J (1990: 280) menyatakan jika pendapatan meningkat, proporsi pengeluaran terhadap total pengeluaran menurun, tetapi pengeluaran absolut untuk makanan meningkat. Hukum ini tidak berlaku untuk kelompok miskin yang mengeluarkan absolutnya untuk makanan sudah sangat rendah sehingga jika terjadi peningkatan pendapatan, maka proporsi untuk makanpun meningkat. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka presentase pendapatan yang dialokasikan untuk pangan semakin sedikit, dan semakin rendah pendapatan keluarga maka presentase pendapatan yang dialokasikan untuk pangan


(27)

semakin tinggi, hal ini dikarenakan semua hasil pendapatan digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan (Suhardjo HR, 1996: 10).

Nils Aria J (1990: 292) juga menyebutkan bahwa jika terjadi kenaikan pendapatan, maka yang dibeli akan lebih bervariasi atau berubah. Mereka yang mempunyai pendapatan sangat rendah cenderung akan membeli karbohidrat, sementara yang lebih mampu akan cenderung membeli makanan lain seperti protein dan vitamin. Tingkat pendapatan akan dipengaruhi pola kebiasaan makan yang selanjutnya berperan dalam prioritas penyediaan pangan berdasarkan nilai ekonomi dan nilai gizinya. Macam–macam pendapatan menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1982: 66) yaitu:

1. Pendapatan yang berupa uang yaitu penghasilan yang berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa.

2. Pendapatan berupa barang yaitu penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterimakan dalam bentuk barang atau jasa.

Sedangkan pendapatan menurut perolehannya dapat dibedakan menjadi: 1. Pendapatan kotor

yaitu pendapatan yang diperoleh belum dikurangi pengeluaran dan biaya-biaya lainnya.

2. Pendapatan bersih

yaitu pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi pengeluaran dan biaya- biaya lainnya.(Faisal,1984: 265)


(28)

Bagi mereka pendapatan sangat rendah hanya dapat memenuhi kebutuhan pangan pokoknya berupa sumber karbohidrat yang merupakan prioritas pangan utama. Apabila tingkat pendapatan meningkat maka pangan prioritas kedua berupa sumber protein murah dapat dipenuhi.

2.1.3.3.2 Pengeluaran Keluarga

Pengeluaran merupakan indikator yang lebih banyak digunakan untuk memperkirakan pendapatan tetap, karena merupakan faktor yang dominan dalam menentukan konsumsi rumah tangga, semakin tinggi pula konsumsi energi, protein dan lemak.

Disamping itu nampak pula kecenderungan makin tinggi pengeluaran, semakin rendah prevalensi gizi kurang untuk balita. Dengan demikian tingkat pengeluaran rumah tangga sangat erat kaitannya dengan pemenuhan kecukupan energi dan zat gizi rumah tangga, juga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsinya (Suharjo HR, 1996 : 194).

2.1.3.4 Tingkat Daya Beli Pangan

Tingkat daya beli pangan dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang yang tergantung pada konsumsi makannya. Konsumsi makanan juga ditentukan oleh kualitas serta kuantitas makanan. Kualitas makanan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam susunan makanan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas makanan menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh.


(29)

Latar belakang sosial budaya serta kebiasaan dalam masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Misalnya hal kebersihan, kesehatan, dan pendidikan. Tata cara yang diberlakukan masyarakat tidak selalu sesuai dengan syarat-syarat kebersihan dan kesehatan. Demikian juga sikap dan pandangan atau cara berpikir suatu masyarakat belum tentu sesuai dengan kondisi masyarakat yang lebih luas.

2.1.3.6 Jumlah Anak Dalam Keluarga

Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat mempengaruhi tingkat konsumsi makanan yang dimakannya. Hubungan laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi di antara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya yang paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Sebagian memang demikian, sebab apabila besar kelurga bertambah maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda memerlukan pangan yang relatif lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua. Tahun-tahun awal anak-anak yang biasanya meliputi satu hingga enam tahun adalah yang paling rawan gizi. Kurang energi dan protein (KEP) berat akan sedikit dijumpai bila jumlah anggota keluarganya lebih kecil (Suhardjo, 2003: 23).


(30)

Masalah gizi yang berkaitan dengan anak TK adalah penyakit gizi kurang, umur anak TK yaitu 3-5 tahun, maka anak ini dikelompokkan dalam anak balita (bawah lima tahun). Anak balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga memperlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kg berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Soegeng Santoso, 2004: 71).

Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Penyakit infeksi pada anak-anak dengan kwashiorkor atau marasmus sering didapatkan pada taraf yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan si penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Gizi kurang dan diare sering dihubungkan satu sama lain, walaupun diakui bahwa sulit menentukan kelainan yang mana terjadi lebih dulu, gizi kurang, diare atau sebaliknya (Soegeng Santoso, 2004: 84).

Infeksi Kekebalan

Rendah

Alergi

Definisi Gigi Kerusakan

Diare kronis Insufisiensi

Pancreas

Kolonisasi kuman di usus kecil


(31)

Gambar1. Hubungan timbal balik antara gizi kurang dan diare.

Sumber: Sri Kardjati, Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita, 1985 (Soegeng Santoso, 2004: 84).

2.1.3.8 Konsumsi Energi dan Protein

Konsumsi energi dan protein sangat diperlukan bagi setiap orang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh secara biologis, psikologis, maupun sosial. Agar dapat menjalankan berbagai fungsi tubuh dan aktivitas sehari-hari diperlukan sejumlah tenaga atau energi yang meliputi :

1) Energi luar yaitu yang diperlukan untuk bekerja, berjalan, mengangkat barang dan lain-lain yang memerlukan kegiatan otot.

2) Energi dalam yaitu energi yang diperlukan untuk pekerjaan alat-alat tubuh seperti ginjal, jantung, alat pernapasan.

3) Energi yang diperlukan untuk pembentukan jaringan baru, untuk berbagai proses metabolik dan untuk memanaskan badan.


(32)

Karbohidrat

Air Lemak

Mineral

Vitamin

Regulasi Proses Pertumbuhan dan

mempertahankan Sumber Energi


(33)

Gambar 2. Zat Gizi dan Fungsi Utamanya (Yayuk Farida, 2004: 49).

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembentuk bagi senyawa tubuh, bahan pembentuk asam amino esensial, metabolisme normal lemak, menghemat protein, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus (terutama serat), meningkatkan konsumsi protein, mineral, dan vitamin B. Pangan sumber karbohidrat adalah beras, ubi jalar, singkong, kentang, pisang, sagu, dan gandum. Sedangkan protein merupakan zat gizi yang paling banyak erdapat dalam tubuh. Protein merupakan bagian dari semua semua sel-sel hidup. Hampir setengah jumlah protein erdapat di otot, seperlima terdapat ditulang, sepersepuluh terdapat di kulit, sisanya terdapat dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai beberapa fungsi sebagi berikut :

1) Membentuk jaringan baru dalam masa perumbuhan dan perkembangan tubuh. 2) Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang

rusak, atau mati.

3) Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme serta antibodi yang diperlukan.

4) Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam iga kompartemen yaiu intraseluler, ekstraseluler, dan intravaskuler.

5) Mempertahankan kenetralan (asam-basa) tubuh (Yayuk Farida, 2004: 52). 2.1.4 Taman Kanak- kanak.

Taman kanak-kanak merupakan awal dari pengenalan anak dengan suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum, di luar keluarga. TK merupakan insitusi yang disamping memberikan kesempatan bermain sambil belajar kepada


(34)

anak, juga mendidik anak untuk mandiri, bersosialisasi dan memperoleh berbagai keterampilan anak. Salah satu aspek yang dibina pada anak TK adalah penjagaan kesehatan melalui makan makanan sehat. Di TK, anak juga diajarkan tata cara makan yang benar di samping perilaku memilih makanan yang berguna bagi dirinya (Soegeng Santoso, 2004: 41).

2.1.4.1 Anak Usia TK

Anak–anak TK (prasekolah) di Indonesia berusia 4-6 tahun. Pada masa ini pertumbuhan relatif lebih lambat dibandingkan dengan tahun pertama dan perkembangan lebih tinggi daripada usia remaja dan dewasa (Soenarto, 1996 : 2). Pada masa ini pertumbuhan berat badan rata–rata 2 kg untuk setiap tahun, sedangkan rata–rata kenaikan tinggi badannya 6-8 cm tiap tahun. Kenaikan otaknya lebih kurang 0,15 gr tiap 24 jam (Soetiningsih, 1995 : 23).

Perkembangan anak juga didefinisikan sebagai perubahan psikofisis sebagai hasil proses pematangan fungsi–fungsi psikis dan fisis yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam kurun waktu tertentu menuju kedewasaan (Satoto, 1990 : 12).

Tumbuh kembang anak optimal tergantung pada potensi biologiknya tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan yaitu faktor genetik, lingkungan bio-psikososial dan perilaku.


(35)

Pengelompokan lingkungan fisikobio- psikososial atas 4 macam : 1. Lingkungan keluarga

Adalah aspek–aspek persiapan fisik, mental, dan sosial. Aspek–aspek ini berkaitan dengan lingkungan keluarga , pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kemampuan, dan waktu untuk membina gizi, perumahan dan lingkungan pemukiman.

2. Lingkungan perlindungan anak

Adalah aspek–aspek yang mencakup antara lain promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

3. Lingkungan pemukiman

Meliputi aspek–aspek geografis, iklim, komunikasi, jumlah penduduk, kegiatan ekonomi, pelayanan sosial, sanitasi, pendidikan, produksi pengolahan,

penyimpanan, distribusi bahan makanan, budaya nilai sosial, agama, keamanan, stabilitas serta kebijaksanaan pemerintah.

4. Lingkungan stimulasi / pendidikan

Adalah pemberian stimulasi/rangsangan untuk perkembangan fisik/motorik, perkembangan emosi, perkembangan sosial,perkembangan intelektual yang dapat terjadi di sekolah maupun dalam masyarakat (Soegeng Santoso, 2004 : 43)

Peran lingkungan setelah dalam bidang gizi adalah mempengaruhi pola makan anak–anak, oleh karena sekolah merupakan tempat anak tinggal beberapa jam setiap hari. Faktor lingkungan sekolah yang berperan dalam gizi anak antara lain pengetahuan baru guru tentang makanan dan gizi serta praktek makan


(36)

disekolah (Gani.N, 1992 : 5). Dalam hal ini guru dituntut untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik diluar lingkungan keluarga memasuki pendidikan dasar serta bertujuan untuk membentuk meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

2.1.4.2Makanan Sehat Untuk Anak Usia TK

Seorang anak makanan dapat dijadikan media untuk mendidik anak supaya dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik, juga untuk menentukan jumlah makanan yang cukup dan bermutu. Dengan demikian dapat dibina kebiasaan yang baik tentang waktu makan dan melalui cara pemberian makan yang teratur anak biasa makan pada waktu yang lazim dan sudah mudah ditentukan (Soegeng Santoso, 2004: 89).

Syarat-syarat makanan khusus anak TK adalah sebagai berikut :

a) Porsi makanan tidak terlalu besar, untuk anak yang banyak makannya dapat diberikan tambahan makanan.

b) Makanan cukup basah karena berkuah (tidak terlalu kering) agar mudah ditelan anak.

c) Potongan makanan dan ukuran makanan cukup kecil sehingga mudah dimasukkan ke dalam mulut anak dan mudah dikunyah.

d) Tidak berduri atau bertulang kecil.

e) Sedikit atau tidak terasa pedas, asam, dan berbumbu tajam. f) Bersih, rapi, dan menarik dari segi warna dan bentuk.


(37)

g) Cukup bervariasi bahan dan jenis hidangannya sehingga anak tidak bosan dan anak belajar mengenal berbagai jenis bahan makanan dan hidangan.

h) Gunakan alat makan dengan ukuran yang sesuai untuk anak TK, tidak berbahaya (dapat pecah dan tajam seperti kaca), dapat dibersihkan dan disimpan dengan mudah dan baik (Soegeng Santoso,2004: 149).

Tujuan memberi makanan pada anak adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang cukup dalam kelangsungan hidupnya, pemulihan kesehatan sesudah sakit, untuk aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Dengan memberikan makan, maka anak juga dididik agar dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang serta menentukan jumlah makanan yang cukup dan bermutu. 2.1.4.3 Masalah Makan pada Anak Usia TK.

Masalah makan pada anak pada umumnya adalah masalah kesulitan makan. Hal ini penting diperhatikan karena dapat menghambat tumbuh kembang yang optimal pada anak. Kesulitan makan adalah ketidakmampuan untuk makan dan menolak makanan tertentu.

Permasalahan pada anak TK adalah bahwa pada usia ini seorang anak masih merupakan golongan konsumen pasif yaitu belum dapat mengambil dan memilih makanan sendiri. Mereka juga masih sukar diberikan pengertian tentang makanan di samping kemampuan menerima berbagai jenis makanan juga masih terbatas. Dikaitkan dengan kesehatan, maka pada usia ini anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi terutama apabila kondisinya kurang gizi.

Penyebab kesulitan makan pada anak menurut Palmer dan Horn yang dikemukakan oleh Samsudin (1985) antara lain :


(38)

1. Kelainan neuro-motorik

Kelainan neuro-motorik ini berupa retardasi mental, kelainan otot, inkoordinasi alat-alat tubuh, kelainan esophagus (saluran menelan)

2. Kelainan congenital

Kelainan ini berhubungan dengan alat pencernaan seperti lidah, saluran pencernaan. Menyebabkan anak mengalami kesulitan untuk makan sehingga menimbulkan muntah-muntah. Kelainan jantung bawaan mengakibatkan masukan kalori yang kurang adekuat disebabkan hipermetabolisme, infeksi yang berulang.

3. Kelainan gigi-geligi

Ketidaksempurnaan gigi yaitu tanggal akan menyulitkan anak mengunyah makanan dan anak merasa sakit pada giginya sehingga segan untuk makan. 4. Penyakit infeksi akut dan menahun

Pada infeksi akut saluran napas bagian atas, sering menimbulkan kurang nafsu makan (anorexia) dan sulit menelan. Infeksi ini mempersukar anak untuk menerima makanan.

5. Defisiensi nutrien

Defisiensi golongan nutrien yang pokok seperti kalori dan protein menimbulkan gejala anorexia karena produksi enzim pencernaan dan asam lambung yang kurang dan anak dalam keadaan apatis. Demikian juga anemia defisiensi zat besi.


(39)

Kekeliruan pengelolaan orang tua dalam mengatur makan anaknya yang bersikap terlalu melindungi dan memaksakan anak makan terlalu banyak melebihi keperluan anak. Juga apabila anak terlalu jauh dari ibunya, dapat terjadi tidak ada nafsu makan. Perasaan takut berlebihan pada makanan juga dapat menyebabkan anak tidak mau makan (Soegeng Santoso,2004: 100). 2.1.4.4 Upaya Mengatasi Makan pada Anak

Akibat dari kesulitan makan jelas akan berpengaruh terhadap gizi seorang anak. Karena itu perlu diusahakan upaya untuk mengatasi kesulitan makan ini. Upaya terpenting adalah dengan menghilangkan penyebab kesulitan psikologik. makanan. Mungkin diperlukan latihan, pengobatan, pendekatan psikologis, dan cara-cara lain Secara garis besar dapat dilakukan adalah upaya dietetik dan upaya a) Upaya dietetik yaitu upaya ini berhubungan dengan pengaturan makanan yaitu

merancang makanan. b) Upaya psikologik

Hubungan emosional antara anak dan ibu hendaknya baik. Ibu perlu sabar, tenang, dan tekun. Adakan suasana makan yang menyenangkan anak, bersih, dan berikan pujian apabila anak melakukan cara makan dengan baik serta cukup makan.

2.1.5 Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh.


(40)

Dapat diartikan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001: 36). Adapun keunggulan dari antropometri gizi adalah sebagai berikut :

a) Prosedur sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sample yang besar.

b) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran antropometri

c) Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan, dan dibuat di daerah setempat.

d) Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibekukan.

e) Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.

f) Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang sudah jelas.

g) Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.


(41)

a) Tidak sensitive

Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waku singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe. b) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat

menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri.

c) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validias pengukuran antropometri gizi.

d) Kesalahan ini terjadi karena: 1. pengukuran

2. perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan 3. analisis dan asumsi yang keliru.

e) Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: 4. latihan petugas yang tidak cukup

5. kessalahan alat atau alat tidak ditera 6. kesulitan pengukuran.

Beberapa hal yang mendasari penggunaan antropometri :

a) Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas, dan mikrotoa.

b) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengn mudah dan objektif.

c) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain yang telah dilatih sebelumnya.


(42)

e) Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut of points) dan baku rujukan yang sudah pasti.

f) Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua negara menggunakan antropomeri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan (sceening) status gizi (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001: 37).

2.1.6 Indeks Antropometri

Penggunaan antropometri lebih praktis, cukup teliti, mudah dilakukan oleh siapa saja dan dibekali latian sederhana. Dalam praktek, antropometri yang sering digunakan adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB), panjang badan (PB), kadang-kadang digunakan pula lingkar lengan atas (LILA) atau lingkar kepala (LK). Indikator–indikator antropometri yang ada distandarisasikan berdasar umur dan jenis kelamin (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001 : 56).

2.1.6.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB / U)

Berat badan (BB) menggambarkan masa tubuh (otot dan lemak). Berat badan menurut umur merupakan ukuran yang baik untuk mengetahui keadaan gizi anak–anak, terutama anak golongan umur 0-5 tahun (Balita). Ukuran ini juga memberi gambaran yang baik tentang pertumbuhan anak.

Kelebihan dari penggunaan (BB/ U) yaitu : 1). Alat mudah didapat dan murah

2). Pemeriksaan mudah dan dimengerti oleh masyarakat umum 3). Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek


(43)

4). Dapat mendeteksi kegemukan

Kelemahan dari penggunaan (BB / U) yaitu :

1). Mengakibatkan kekeliruan interprestasi gizi bila terjadi udema .

2). Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk anak dibawah 5 tahun. 3). Dapat terjadi pengukuran yang salah, misal pada pengaruh pakaian atau pada saat penimbangan (I Dewa N yoman Supariasa, 2001 : 56)

2.1.6.2 Indeks BB menurut TB(BB/TB)

Indeks BB / TB merupakan indikator yang baik untuk indikator menyatakan status gizi saat ini, terlebih bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Oleh karena itu Indeks BB / TB disebut juga indikator status gizi yang independent terhadap umur. Karena Indeks BB / TB yang dapat memberikan gambaran tentang proporsi berat badan relatif terhadap tinggi badan, maka dalam penggunaannya Indeks ini merupakan Indikator kekurusan.

Kelebihan dari penggunaan (BB / TB) yaitu: 1). Bebas terhadap pengaruh umur dan ras

2). Dapat membedakan keadaan gizi anak dalam penelitian berat badan relatif terhadap tinggi badan kurus, gemuk, cukup dan keadaan marasmus serta lainnya.

Kelemahan dari penggunaan (BB / TB) yaitu:

1).Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek atau cukup tinggi badan, karena faktor umur tidak diperhatikan


(44)

2). Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok anak balita

3). Kesalahan dalam membaca hasil pengukuran sering terjadi (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001 : 58)

2.1.6.3 Indeks TB menurut umur (TB / U) yaitu

Tinggi badan dapat dipakai sebagai patokan untuk menilai keadaaan gizi yang lalu maupun sekarang. Disamping tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dapat dihubungkan dengan berat badan maupun terhadap lingkar lengan atas (Djiteng Roedjito, 1989 : 72). Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan Bengoa dalam Supariasa (2001) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping menggambarkan status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi.

Keuntungan dari penggunaan (TB/U) yaitu: 1). Baik untuk menilai status gizi masa lampau

2). Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa Kelemahan dari penggunaan (TB/U) yaitu:


(45)

1). Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun

2). Pengukuran relaif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan orang untuk melakukannya.

3). Ketepatan umur sulit didapat. 2.1.6.4 Lingkar Lengan Atas (LILA)

Lingkar lengan atas (LILA) memberi gambaran hasil kumpulan komponen–komponen tulang, otot dan tebal lemak subkulis. LILA lebih ditunjukkan untuk pemeriksaan cepat (rapid screening) dalam situasi darurat yang ditempat itu tidak ada alat timbang yang praktis untuk lapangan sehingga penimbangan sukar dilakukan. Dibanding dengan cara BB terhadap TB,ukuran LILA sebagai Indeks malnutrisi lebih peka untuk kasus – kasus marasmus dari pada kuesioner.

Kelemahan Indeks LILA adalah:

1). Tidak dapat memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas

2). Sering mengalami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak dalam keadaan takut dan tegang

3). Memerlukan pembedaan golongan umur (I Dewa Nyoman.S, 2001 : 59). 2.1.6.5 Gabungan Indeks BB / U, TB / U, dan BB / TB .

Untuk memperoleh gambaran status gizi masa kini maupun masa lampau WHO merumuskan penggunaan gabungan Indeks Antropometri yaitu : BB / U, TB / U, dan BB / TB sebagai berikut :


(46)

TABEL 2. GABUNGAN INDEKS BB / U, TB / U, dan BB / TB

BB / TB BB / U TB / U STATUS GIZI Normal Normal Normal Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Normal Tinggi Rendah Rendah Normal Tinggi Normal Tinggi Rendah Normal Tinggi Tinggi Normal Tinggi Rendah Rendah Tinggi

Baik, pernah kurang gizi Baik

Jangkung, baik Buruk

Buruk, kurang Kurang

Lebih, kemungkinan kegemukan Lebih, pernah kurang gizi Lebih, tetapi tidak kegemukan

Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa, dkk,2001 Cara menghitung status gizi dengan Z –score

1.Bila “ nilai riel “ hasil pengukuran > = “ nilai median “ BB/U, TB/U, BB/TB, maka rumusnya :

Upper SD median nilai -riil nilai score Z =

2.Bila “ nilai riel “ hasil pengukuran < “nilai median “ BB/U, TB/U, BB/TB, maka rumusnya :

Lower

SD

median

nilai

-riil

nilai

score

Z

=

Adapun kategori status gizi BB /U :

Gizi Lebih : > + 2 SD = BB Lebih


(47)

Gizi Kurang : -3 sampai dengan < -2 SD = BB rendah Gizi buruk : < -3 SD = BB sangat rendah

(Baku Antropometri WHO NCHS, 2002: 1)

Dalam pemantauan status gizi penduduk, penggunaan gabungan tiga tersebut diatas akan sangat bermanfaat dalam proses perumusan kebijaksanaan, perencanaan maupun program gizi.

2.1.7 Metode Food Recall 24 jam

Prinsip dari meode recall 24 jam , dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini responden menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu menurut Sanjur(1997) yang dikutip oleh I Dewa Nyoman Supariasa (2001: 94). Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam adalah sebagai berikut: 1 Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua

makanan atau minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu, kemudian petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram).

2 Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).


(48)

3 Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang dianjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupasn Gizi (AKG) untuk Indonesia.

Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihannya sebagai berikut :

1) Mudah melaksanakannya serta tidak membebani responden

2) Biaya relatif murah karena tidak memperlukan peralatan khusus dan tempat yang luas

3) Cepat, sehingga banyak mencakup banyak responden 4) Dapat digunakan unuk responden yang buta huruf

5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

Kekurangan dalam metode recall 24 jam sebagai berikut :

1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari bila hanya dilakukan recall satu hari.

2) Ketepatan sangat tergantung pada daya ingat responden.

3) The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate). 4) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih atau terampil dalam

menggunakan alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.

5) Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian. Keberhasilan metode recall 24 jam ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat


(49)

meningkatkan mutu data recall 24 jam dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut). Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1X24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif menggambarkan kebiasaan makanan individu (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001: 94).

Pendapatan Orang Tua

Pengeluaran Rp/Rt/Bln

Peng. Untuk non Pangan

Latar Belakang Sosial Budaya

Pembelian Atau Pemilihan Jenis Dan Jumlah Pangan

Pengetahuan Orang Tua tentang Gizi Daya Beli RT

untuk Pangan

Tingkat Pendidikan

Orang Tua Peng. Untuk

Pangan

Ketersediaan (Jumlah Dan Jenis)Makanan Dalam RT

Derajat Kesehatan Intake Makanan

Intake Gizi (Jumlah Dan Mutu Gizi Gizi)

Status Gizi Faktor Genetik Penyakit Infeksi


(50)

Gambar 3. Kerangka Teori Penelitian Keterangan: Rp : rupiah

Rt : rumah tangga Bln : bulan 2.2 HIPOTESIS

Pengertian hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2002: 64). Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1). Ada perbedaan pendapatan orang tua murid TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding pendapatan orang tua pada murid TK Satria Tama

2). Ada perbedaan pengeluaran pangan murid TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding murid TK Satria Tama

3). Ada perbedaan konsumsi energi dan protein murid TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding murid TK Satria Tama

4). Ada perbedaan status gizi murid TK dari kelompok pendapatan orang tua tinggi lebih baik dibanding dari kelompok pendapatan orang tua rendah


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep

Dalam penelitian kerangka konsep yang diperoleh sebagai berikut :

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa status gizi anak dalam hal ini murid TK dapat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi energi dan protein. Sedangkan konsumsi energi dan protein sendiri juga dipengaruhi besarnya pengeluaran pangan yang bersumber dari biaya yang dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan pangan keluarga dalam satu hari. Pengeluaran pangan dapat dipengaruhi oleh pendapatan orang tua. Melalui kerangka konsep ini diharapkan nampak perbedaan status gizi murid TK ditinjau dari pendapatan orang tua mereka.

Status Gizi Murid Tk

Konsumsi Energi Pendapatan

Orang Tua


(52)

3.2 Definisi Operasional

Bagian ini menjelaskan kerangka alur pemikiran dari penelitian yang dilakukan. Dalam kerangka konsep ini, masing-masing variable dijelaskan sebagai devinisi operasional, sehingga penelitian dapat dijalankan dengan jelas dan teratur.

No Variabel Penelitian

Definisi Operasional Ukuran Skala 1. Status gizi Keadaan tubuh sebagai

akibat konsumsi makan yang diukur secara antropomeri dengan indeks BB/U

Lebih : > + 2 SD Normal : -2 s/d + 2 SD Kurang : -3 s/d < -2 SD Buruk : <-3 SD

Ordinal

2. Pendapatan orang tua

Jumlah pendapatan

tetap dan sampingan dari suami

istri dalam setiap bulannya dibagi dengan jumlah anggota keluarga dan diukur dalam rupiah. SangatTinggi:> 1.271.000 Tinggi:850.000-1.271.000 Sedang:663.000-850.000 Rendah: <663.000. Ordinal 3. Pengeluaran pangan Jumlah yang dikeluarkan untuk belanja pangan perbulan oleh keluarga

dibagi dengan jumlah anggota keluarga dan dinyatakan dalam rupiah

Sangat tinggi : > 30.000 Tinggi : 20.000-30.000 Sedang : 10.000-20.000 Rendah : < 10.000

Ordinal

4. Konsumsi energi dan protein

Jumlah kandungan energi dan protein yang dikonsumsi selama satu hari dalam makanan

Baik : ≥ 100% AKG Sedang : 80-90% AKG Kurang : 70-80% AKG Defisit : < 70% AKG


(53)

3.3 Populasi penelitian.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Soekidjo.N, 2002 : 79). Pada populasi penelitian ini adalah seluruh murid TK.Hj. Isriati dengan jumlah 250 murid sedangkan TK Satria Tama berjumlah 80 murid. Dengan total populasi 330 murid.

3.4Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo. N, 2002 : 79). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengambilan sample adalah non random sampling dengan teknik proposive sampling. Proposive sampling adalah teknik penentuan sample dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu.

Jumlah sampel dalam penelitian ini 98 responden, sebagai responden adalah murid TK yang berlaku sebagai sample (untuk mengetahui status gizi) dan orang tua dari sample (untuk mengetahui penghasilan dan pengeluaran keluarga).

3.5 Variable Penelitian

Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit,dan sebagainya (Soekidjo.N, 2002: 70). Menurut Sugiyono (2002: 3) Variabel bebas adalah merupakan variable yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat).


(54)

Sedangkan variable terikat adalah variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas (Independen).

Variable Bebas Variable Terikat

1. Pendapatan orang tua Pengeluaran (Rp) Untuk Energi Dan Protein 2. Pengeluaran (Rp) untuk Konsumsi Energi dan protein

energi dan protein

3. Konsumsi energi dan protein Status Gizi 4. Pendapatan orang tua Status Gizi 3.6 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian explanatory research ,karena hubungan antara variable–variabelnya dijelaskan melalui pengujian hipotesa (Masri Singarimbun, 1995: 5). Dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan cross sectional yaitu mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan cara mengumpulakan data secara sekaligus pada suatu saat (point time). Artinya subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja terhadap variabel subjek pada saat penelitian (Soekidjo Notoadmojo, ).

3.7Teknik Pengambilan Data

Data merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap penelitian. Pengambilan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis data sebagai berikut :

3.7.1 Data Primer

Data primer yaitu bila pengambilan data dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran (Eko Budiarto, 2001: 5) Data primer diambil melalui beberapa cara sebagai berikut :


(55)

3.7.1.1Metode Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum atau kepentingan orang banyak (Soekidjo Notoadmojo, 2002: 112). Pengedaran angket atau kuesioner berupa daftar pertanyaan berisi formulir-formulir diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban baik berisi tanggapan maupun informasi.

Data yang dikumpulkan berdasarkan persepsi yang diperoleh dari jawaban responden. Dalam penelitian ini anget diberikan secara langsung kepada responden yang menjadi subjek peneliti.

Alasan menggunakan metode angket karena metode angket mempunyai beberapa kelebihan antara lain :

1). Efisien

⇒ karena tidak membutuhkan waktu yang lama bagi peneliti dalam mendapatkan jawaban pada responden.

2). Dapat dijawab dengan cepat oleh responden tanpa menggangu aktifitas responden

3). Responden dapat menjawab dengan tenang tanpa adanya intervensi 4). Semua responden menerima pertanyaan dan pernyataan yang sama.

Penilaian angket dengan menggunakan skala Likert dipakai untuk tingkat kesepakatan seseorang terhadap sejumlah pertanyaan berkaitan dengan suatu konsep tertentu dengan membuat rentangan jawaban skor 1 sampai 4 untuk tiap


(56)

pertanyaan dengan kategori tertentu, atau pertanyaan-pertanyaan yang dipakai dibedakan dalam pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.

Berdasarkan aturan Skala Likert yang dikemukaan diatas, kategori jawaban disusun sebagai berikut :

Alternatif Jawaban Positif(+) Negatif(-) Selalu

Sering

Jarang/Kadang-kadang Tidak pernah

4 3 2 1

1 2 3 4

Cara pemberian dan pengumpulan kuesioner yaitu :

1) Meminta izin kepada Kepala Sekolah TK. Hj. Isriati dan TK. Satria Tama dengan membawa surat keterangan penelitian dari Universitas.

2) Sebelum kuesioner diberikan kepada sample, kuesioner diuji cobakan terlebih dahulu pada responden.

3) Setelah kuesioner valid dan reliable baru diadakan penelitian

4) Memberikan kuesioner kepada sample yang ditujukan untuk orang tua murid 5) Pengisian sample diberi waktu 7 hari

6) Setalah 7 hari kuesioner dikumpulkan.

Angket atau kuesioner yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari : 1) Kuesioner A : Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi


(57)

¾ Identitas responden :

- Anak : jenis kelamin, nama anak, berat badan dan tinggi badan anak. - Orang tua : nama ayah dan ibu,alamat, umur, pekerjaan, pendidikan

terakhir.

¾ Data-data yang terkait dengan pendapatan orang tua meliputi pengeluaran untuk pangan dan non pangan, pendapatan keluarga, serta daya beli. Dan status gizi meliputi pola pemberian pangan, pengetahuan orang tua, praktek kesehatan dan pola pencarian kesehatan

Kuesioner ini bersifat tertutup dalam pilihan ganda dengan alternatif jawaban yang disediakan untuk pertanyaan memiliki kategori sebagai berikut : kurang, cukup, lebih, sangat lebih atau tidak ada, kadang-kadang, ada, selalu ada.

2) Kuesioner B

Kuesioner B berupa recall 2 x 24 jam, untuk mengetahui konsumsi makanan murid TK selama sehari. Recall dilakukan dua kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-urut).

Dalam penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Data merupakan penggambaran variable yang diteliti, dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Benar tidaknya tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpul data. Pengambilan data pada penelitian ini digunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian.


(58)

Dalam rangka untuk mempermudah penyusunan kuesioner sebagai instrumen maka perlu dibuat kerangka pengembangan instrumen penelitian. Kerangka pengembangan tersebut dapat dilihat dalam bentuk matrik sebagai berikut :

Matrik Variabel Penelitian Variabel Penelitian Indikator No.Item Instrumen Keterangan Pendapatan Orang Tua 1)Pengeluaran Pangan 2)Pengeluaran non pangan 3)Daya beli

rumah tangga 4)Pendapatan keluarga 1,2,3,4 5,6 7,8 9,10,11,12,13

Jumlah = 13

Status Gizi 1)Pola pemberian makan

2)Praktek kes. dan pola pencarian kesehatan 3)Pengetahuan orang tua 14,15,16 17,1819,2021,22,23 24,25.26

Jumlah = 13

3.7.1.2Pengukuran

Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pengukuran berat badan (BB) responden. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan injak (Bathroom scale) Adapun macam dan prosedur pengukuran yang dilakukan adalah sebagai berikut :


(59)

1) Timbangan diletakkan di tempat yang datar (rata) sehingga tidak goyang. 2) Anak memakai pakaian seminimal mungkin, sepatu maupun isi kantong

harus dilepas.

3) Pada saat ditimbang anak berdiri tepat ditengah timbangan dan menghadap ke depan.

3.7.1.3Pengamatan (Observasi)

Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 93). Pengamatan dalam penelitian ini yaitu melihat kondisi dan keadaan lokasi TK tersebut.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu bila pengumpulan data yang diinginkan diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan tidak dilakukan oleh peneliti sendiri (Eko Budiarto, 2001: 5). Adapun data sekunder yang dimaksud adalah daftar nama siswa murid kelas A dan kelas B TK Hj. Isriati dan TK. Satria Tama tahun ajaran 2004/2005 untuk mengetahui jumlah anggota dalam populasi.

3.8Prosedur Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap : 3.8.1 Tahap Persiapan

Pengumpulan data dimulai dengan mempersiapkan atau menyusun angket atau kuesioner, kemudian dilakukan uji coba kuesioner tersebut. Setelah diuji coba, butir-butir pertanyaan yang tidak valid dibuang. Tahap selanjutnya


(60)

kuesioner diperbanyak untuk dibagikan kepada responden. Sedangkan untuk mengukur berat badan, sebelum alat digunakan alat ditera terlebih dahulu di Dinas Metrologi. Pengumpulan data dimulai setelah melakukan perijinan di Dinas Kesbanglinmas, dan Dinas Pendidikan Nasional.

3.8.2 Tahap Pelaksanaan

Pengumpulan data dilakukan 1 minggu. Tahap pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

3.8.2.1 Kuesioner A, Kuesioner B (lembar recall 2 X 24 jam)

3.8.2.1.1 Petunjuk Pengisian TK Hj. Isriati

1) Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Sekolah TK Hj. Isriati, peneliti melakukan konfirmasi kepada guru kelas A dan kelas B

2) Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian dan tata cara pengisian kuesioner.

3) Untuk TK Hj. Isriati pengisian kuesioner diberikan kepada anak untuk diberikan kepada orang tua.

4) Orang tua dalam hal ini ibu diharapkan mengisi sesuai petunjuk yang ada. 5) Untuk lembar recall pada TK. Hj. Isriati diberi petunjuk pengisian daftar

recall.

3.8.2.1.2 Petunjuk Pengisian TK. Satria Tama

1) Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Sekolah TK Satria Tama, peneliti melakukan konfirmasi kepada guru kelas A dan kelas B.


(61)

2) Peneliti membuat surat undangan kepada orang tua murid untuk menghadiri proses pengisian kuesioner.

3) Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian dan tata cara pengisian kuesioner.

4) Responden dibagikan kuesioner dan diminta mengisi sesuai petunjuk.

5) Pada saat pengumpulan data peneliti dibantu oleh beberapa rekan (satu kelas dibantu oleh 3-4 orang). Hal ini dilakukan untuk membantu responden apabila masih terdapat ketidakfahaman dalam mengisi kuesioner, serta membantu responden mengingat (untuk recall)

3.8.2.2 Pengukuran Berat Badan (BB)

1) Pengukuran dilakukan di ruang guru secara bergantian. 2) Peneliti mencatat nama murid dan hasil pengukuran. 3.9 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cepat, lengkap, sistematis. Sehingga mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2002: 136). Instrumen yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Alat ukur berat badan (timbangan)yaitu : timbangan digital atau timbangan berdiri digunakan untuk anak yang sudah dapat berdiri, dengan tingkat ketelitian 0,1 kg digunakan untuk mengukur berat badan (BB).


(62)

2. Alat ukur tinggi badan (microtois) dengan ketelitian 0,5 cm digunakan untuk mengukur tingi badan (TB) responden.

3. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu.(Soekdjo Notoatmodjo, 2002: 116).

4. Metode Food Recall 24 Jam

Metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden ibu atau pengasuh (bila anak masih kecil) disuruh menceritakan semua yang dimakan selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh. Recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang–ulang dan harinya tidak berturut–turut. Beberapa peneliti menunjukan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut–turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (I Dewa Nyoman. S, 2002 : 94).

3.10 Pengolahan dan Analisis Data 3.10.1 Pengolahan Data

Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian saling berhubungan. Dalam pengumpulan data digunakan alat pengumpul data atau instrumen penelitian. Instrumen ini disusun sedemikian rupa sehingga


(63)

menghasilkan data yang mudah diolah. Langkah-langkah pengolahan data antara lain :

1) Editing

Suatu kegiatan untuk memeriksa kembali segala kelengkapan dan kebenaran data yang telah terkumpul.

2) Coding

suatu kegiatan memberi tanda atau kode tertentu terhadap data yang telah diedit dengan tujuan mempermudah pembuatan table.

3) Tabulating

Suatu kegiatan untuk menyusun data kedalam table sehingga memudahkan untuk menganalisanya.

Dalam penyusunan data perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a) Memasukkan data yang penting dan benar- benar diperlukan.

b) Hanya memilih data yang tidak bias. 3.10.2 Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisa dengan cara menggunakan analisa deskriptif dan melalui proses komputerisasi.

3.10.2.1 Analisis Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini meliputi analisa deskriptif dilakukan dengan membuat tabel dan distribusi frekuensi data seperti umur responden, jenis kelamin, jenis pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, praktek kesehatan, pengetahuan orang tua, tingkat daya beli, dan pengeluaran non pangan.


(64)

3.10.2.2 Analisis Bivariat

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariate yang dilakukan dalam dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 188). Analisa ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara variabel bebas dengan variabel terikat agar dapat menentukan tingkat perbedaan antara variabel tersebut.

3.10.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 3.10.3.1 Uji Validitas

Adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat–tingkat kevalidan atau kesasihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sasih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2002: 144).

Rumus yang digunakan adalah produckt moment Rumus I : dengan nilai simpangan.

∑ ∑

=

) )( ( R

2

2 y

x y

χ

Keterangan :

R : Koefisien korelasi product moment

X -X =

x

y y y= −


(65)

Y : skor rata- rata dari Y N : jumlah sample

Rumus II : dengan angga kasar

}

{

}

{

2 2 2 2 2

) ( ) ( ) ( ) ( Y X N X X N Y X XY N R Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =

(Suharsimi Arikunto, 2002 : 144 - 146)

Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner penelitian dari 28 butir kuesioner yang diuji cobakan terdapat 26 butir yang valid. 26 butir yang ada 13 butir yang diuji kevalidannya, karena 13 butir sisanya merupakan pertanyaan yang bersifat deskriptif. 13 butir yang valid memiliki rxy > r tabel = 0,456 pada α = 5% dengan

N = 20, selanjutnya butir yang valid tersebut diurutkan kembali dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

3.10.3.2 Uji Reliabilitas

Adalah suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Dalam teknik mencari reliabilitas digunakan rumus alpha, yaitu :

Rumus : ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ Σ ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

= 22

11 1 1 t b k k r σ σ


(66)

Keterangan : =

11

r reabilitas =

k banyaknya butir pertanyaan

=

Σ

2

b

σ

jumlah varians butir =

2

t

σ varians total

Sedangkan untuk mencari varians butir dengan rumus :

Ν Ν Χ ∑ − Χ ∑ = 2 2 2 ) ( b σ Keterangan : = 2 b

σ variasi butir =

ΣΧ jumlah skor butir

N = jumlah responden (Suharsimi Arikunto, 2002: 17).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh harga r19 = 0,918 > r table = 0,456 pada α = 5% dengan N = 20, dengan demikian kuesioner tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data.

3.10.3.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji U Mann Wihtney Test, uji ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sample independen bila data berbentuk ordinal (Sugiyono, 2002: 148).


(67)

(

)

1 1

1 2 1

1 R

2 1 n n n n

U = + + −

Keterangan:

n1 : Jumlah sampel 1 n2 : Jumlah sampel 2 U1 : Jumlah peringkat 1


(68)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Diskripsi Data

4.1.1 Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Karakteristik Responden

Adapun responden yang digunakan pada penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

4.1.1.1 Umur Responden

Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah murid TK Hj. Isriati dan murid TK Satria Tama Kota Semarang. Dari 98 responen yang diteliti sebanyak 3% berusia 4,5 tahun, 29 responden (29,6%) berusia 5 tahun, 1% berusia 5,4 tahun, 15 responden (15,3 %) berusia 5,5 tahun, 1% berusia 5,8 tahun, 1% berusia 5,9 tahun, 48 responden (49%) berusia 6 tahun.

Tabel 3.

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur No. Umur

Responden Jumlah

Prosentase (%)

1 2 3 4

1. 4,5 tahun 3 3,1

2. 5 tahun 29 29,6

3. 5,4 tahun 1 1

4. 5,5 tahun 15 15,3

5. 5,8 tahun 1 1


(69)

7. 6 tahun 48 49 Total 98 100% Mean=5,47

SD=0,57

4.1.1.2 Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian di TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama diberi informasi mengenai jenis kelamin pada anak laki-laki ada 53 responden (54,1%) sedangkan pada anak perempuan ada 45 responden (45,9%).

Tabel 4.

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)

1 2 3 4

1. Laki-laki 53 54,1

2. Perempuan 45 45,9

Total 98 100% Mean=0,54

SD=0,50

4.1.1.3 Pendidikan Ayah

Berdasarkan tingkat pendidikan ayah responden diperoleh informasi bahwa untuk pendidikan ayah dari murid TK. Hj. Isriati memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) ada 3,4%. Akademi dan Perguruan Tinggi ada 56 responden (96,6%).


(70)

Tabel 5.

Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah Murid TK. Hj. Isriati No. Pendidikan

Ayah

Jumlah Prosentase (%)

1 2 3 4

1. SMA 2 3,4

2. Akademi/ PT 56 96,6

Total 58 100% Mean=3,96

SD=0,18

Pendidikan Ayah murid TK Satria Tama memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) ada 5%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada 16 responden (40 %) Sekolah Menengah Atas (SMA) ada 22 responden (55%).

Tabel 6.

Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah Murid TK Satria Tama

No. Pendidikan Ayah Jumlah Prosentase(%)

1 2 3 4

1. SD 2 5

2. SMP 16 40

3. SMA 22 55

Total 40 100%

Mean=2,5 SD=0,59


(71)

4.1.1.4 Pekerjaan Ayah

Berdasarkan jenis pekerjaan ayah responden diperoleh informasi bahwa untuk pekerjaan ayah pada murid TK Hj. Isriati swasta (36,2%) ada 21 responden, Pegawai Negeri Sipil (PNS) ada 20 responden (34,5%), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ada 17 responden (29,3%).

Tabel 7.

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ayah Murid TK Hj. Isriati

No. Pendidikan Ayah Jumlah Prosentase(%)

1 2 3 4

1. SWASTA 21 36,2

2. PNS 20 34,5

3. BUMN 17 29,3

Total 58 100%

Mean=2,93 SD=0,81

Pekerjaan ayah murid TK Satria Tama memiliki jenis pekerjaan buruh (40%) ada 16 responden, swasta (52,5%) ada 21 responden, PNS ada 7,5 %.

Tabel 8.

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ayah Murid TK Satria Tama

No. Pendidikan Ayah Jumlah Prosentase(%)

1 2 3 4

1. BURUH 16 40

2. SWASTA 21 52,5

3. PNS 3 7,5

Total 40 100%


(1)

Gambar 3. Lokasi TK Hj. Isriati


(2)

(3)

(4)

DAFTAR NAMA MURID TK Hj. ISRIATI DALAM PENELITIAN STATUS GIZI DITINJAU DARI PENDAPATAN

ORANG TUA

No. No.

Nama JK UMUR BB TB

Nama JK UMUR BB TB

1 Veda P 6 23 115 30 Fadil L 5,5 18 105,5

2 Luthvan L 6 27 116 31 Ryar L 6 18 112

3 Ricardo L 5 25 114 32 Rafli L 6 24 112

4 Rifki L 5 29 109 33 Lisa P 6 30 122

5 Elmira P 5,5 18 110 34 Alhaidar L 5 22 108

6 Yogi L 5 27 114 35 Yanfa L 5,5 22,5 109

7 Arti L 6 29,5 123,5 36 Fia P 5 20 105,5

8 Nadira P 5 23 114,5 37 Dhea P 5 18 102,5

9 Rafi L 5 25 120 38 Kendy L 6 25,5 121

10 Febi P 5,4 18 106,5 39 Ardito L 6 25 118

11 Safri L 4 29 125 40 Alfan L 5,5 21 111,5

12 Qeis L 5 30 120 41 Ryan L 5 19 113

13 Dafa L 5 25 117 42 Abi L 6 19,5 108

14 Yusuf L 6 39 129 43 Nia P 6 25 107

15 Pradita L 5 34 125 44 Alya P 6 23 110,5

16 Budiastuti P 6 25 124 45 Vira P 5 19 102,5

17 Brilian P 5 29 120 46 Jaya L 5,5 35 123,5

18 Nadira P 6 18 113,5 47 Hanip L 6 22 119

19 Haidar. L 6 25 117,5 48 Taufik L 6 40 104,5

20 Navila L 5,5 28 121,5 49 Ilza L 5 25,5 109

21 Safira. P 6 18 109,8 50 Divara P 5 24 111,5

22 Nafisah P 6 21 116 51 Bintang L 6 25 113

23 Regita P 6 24 114 52 Nadia P 5 19 114,5

24 Afia P 5,5 31 116,5 53 Saza P 5,5 26 115

25 Miller L 6 20 109,5 54 Ima P 6 21 106,5

26 Tara P 4,5 19 112 55 Rona P 6 25 110,5

27 Tandi L 6 26 113,5 56 Armando L 6 33 123,5

28 Tiki P 5,5 20 105 57 Fian L 6 47,5 136,5


(5)

DAFTAR NAMA MURID TK SATRI TAMA DALAM PENELITIAN STATUS GIZI DITINJAU DARI PENDAPATAN ORANG TUA

No. Nama JK UMUR BB TB

1 Wanda P 5 12 100

2 Ian L 5,5 14 103

3 Alvaro L 5 13 100

4 Faris .H L 6 17 107

5 Redi L 6 15,5 102

6 Shella P 5 15 104

7 Wahyu P. L 6 15 102

8 Handi L 6 18 111

9 Rian L 6 18,5 110

10 Rika P 6 18 110

11 Evi P 6 18,5 112

12 Devia P 4,5 14 102

13 Topan L 6 13,5 102

14 Dicky L 5,5 16 110

15 Layla P 5,5 17 112

16 Mita P 6 18 112

17 M. Dimas L 6 18 115

18 Hafidh.Z L 6 14 100

19 Anisa P 5,8 14 109

20 Rafli L 4 14 105

21 Roni ( S) L 5,9 16 110 22 Roni.H L 6 14 110

23 Dina P 6 16,5 105

24 Aida P 6 15 103

25 Siti P 5,5 16 110

26 Michael L 6 16 120

27 Bijah .N P 5 15 108

28 Bella P 4 17 109

29 Fahmi L 5 13 108

30 Ony P 5 12 98

31 Bagas L 5 19 115

32 Anila P 5 16 110

33 Rohana P 5,5 15 105

34 Rizki P 5 18 104

35 Anissa P 5 14 110

36 Eric L 4,5 14 99

37 Arief L 4 14,5 107

38 Umi P 5 16 112

39 Septiana P 4 13 102


(6)

Daftar Tim Peneliti

Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Pendapatan Orang Tua, Pengeluaran

(Rp) untuk Energi dan Protein pada Murid TK Hj. Isriati dan

TK Satria Tama Kota Semarang

No. Nama

Pekerjaan

1.

Wahyu Nuryati

Mahasiswa IKM UNNES

2.

Endah Tri Cahyo .U

Mahasiswa IKM UNNES

3.

Tri Yuni Ulfa.H

Mahasiswa IKM UNNES

4.

Adi Subiantoro

Mahasiswa IKM UNNES

5.

L. Sunu. W

Mahasiswa IKM UNNES

6.

Sapti Nugraheni.S S

Mahasiswa IKM UNNES

7.

Halim Surasih

Mahasiswa IKM UNNES

8.

Dhian Tri Ratna

Mahasiswa IKM UNNES