Menyimak Prosa Fiksi Majas

13 Kreativitas

4. Penokohan

Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan me- ngembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter tokoh-tokohnya, pengarang dapat menggunakan teknik berikut. a. Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang. b. Teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui: 1 penggambaran fisik dan perilaku tokoh; 2 penggambaran lingkungan kehidupan tokoh; 3 penggambaran bahasa yang digunakan para tokoh; 4 pengungkapan jalan pikiran tokoh; dan 5 penggambaran oleh tokoh lain.

5. Point of View atau Sudut Pandang

Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam, yaitu: a. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam cerita yang bersangkutan. Biasanya, tokoh tersebut menggunakan kata ganti aku. b. Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.

6. Amanat

Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak di- sampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat disimpan rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk menemukan amanat, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf, tetapi harus membaca keseluruhan cerita sampai tuntas.

7. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis pe- makai bahasa. Keraf, 1991: 113. Ruang lingkup gaya bahasa meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas, dan penghematan kata. Berikut terdapat sebuah cerpen. Mintalah salah seorang teman Anda untuk membaca cerpen ini, sedangkan teman-teman yang lain menyimak dengan baik. Pada awalnya, Bu Kristin enggan menerima tawaran Neni. Sudah cukup matang rasanya ia me- mikirkan cara pemasaran baju-bajunya. Apalagi, Bu Kristin membuat sedemikian rupa sehingga model- model baju buatannya pas benar dengan selera pasar. Buat apa lagi diorderkan ke orang lain? Malah berat di ongkos, pikirnya. Tapi bukan Neni namanya kalau menyerah pada tolakan pertama. Mulutnya sangat bo- ros mengubar. Isi kepalanya sibuk menghitung-hitung laba. Kalau saya dapat komisi 10 persen saja sudah lumayan. Yah, itung-itung buat nambah kebutuhan dapur, begitu pikirnya. Karena itulah, begitu gigihnya Neni menawarkan jasa baiknya kepada Bu Kristin. Coba hitung saja kalau Anda menggaji seorang karyawan khusus pemasaran, berapa gajinya se- bulan. Usaha konveksi Bu Kristin kan masih kecil- kecilan, apa iya perlu tenaga pemasaran khusus. Belum lagi fasilitas yang dimintanya. Sudahlah Bu, serahkan saja kepada saya. Nanti Anda tinggal memikirkan model-model yang sedang berkembang. Enak, kan, Bu? begitu cara Neni meyakinkan Bu Kristin. Bukan itu saja, Neni lantas membeberkan ke- berhasilannya dalam bisnis jual-beli berlian. Men- ceritakan luasnya pergaulan dan banyaknya kenalan di mana-mana. Kalau sehari saya bisa menjual 5 potong, dalam sebulan sudah 125 potong. Ya, kan, Bu? Dipotong komisi buat saya 10, Bu Kristin masih mendapat untung banyak. Perputaran uang cepat, Bu Kristin tidak perlu bercapai-capai memikirkan pemasaran. Pokoknya, Bu Kristin mikir produksi saja, soal pemasaran tahunya beres. Gede Mulut