Tema Puisi Komunikatif Dalam Berbahasa Indonesia Kelas 12 Nani Darmayanti 2008

3 Kreativitas Penyair menyadarkan kita bahwa gadis kecil berkaleng kecil itu harus dihargai, diperhatikan, dan ditolong. Ia juga manusia yang mem- punyai martabat yang sama seperti kita. Martabat gadis itu lebih tinggi daripada menara katedral, artinya martabat gadis itu dapat juga menjadi lebih tinggi daripada orang-orang kaya atau orang beriman sekalipun.

2. Nada dan Suasana Puisi

Di samping tema, puisi juga mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, pro- tes, menggurui, memberontak, main-main, serius sungguh-sungguh, patriotik, belas kasih memelas, takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor bergurau, mencemooh, karismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya. Duniamu yang lebih tinggi dari menata katedral Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal Jiwa begitu murni, terlalu murni Untuk bisa membagi dukaku Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil Bulan di atas itu, tak ada yang punya Dan kotaku, ah kotaku Hidupnya tak lagi punya tanda Suara, 1956 Sumber: www.mualaf.com Nada kagum, misalnya, terdapat dalam puisi Perempuan- Perempuan Perkasa Hartoyo Andangjaya dan Diponegoro Chairil Anwar. Nada main-main, misalnya, terdapat dalam puisi Biarin Yudhistira ANM Massardi dan Shang Hai Sutardji Calzoum Bachri. Nada Patriotik, misalnya, terdapat dalam puisi Karawang Bekasi Chairil Anwar dan Pahlawan Tak Dikenal Toto Sudarto Bactiar. Nada pasrah, misalnya, dapat kita jumpai dalam puisi Derai-Derai Cemara Chairil Anwar berikut. Seputar Sastra Bagaimana cara meng- apresiasi suatu karya sastra? Mengapresiasi karya sastra memerlukan waktu. Seseorang perlu membaca, memahami, menikmati, menghargai, dan menilai karya sastra tersebut. Untuk melakukan semua itu, diperlukan langkah-langkah berikut. 1. Pembaca mempersiapkan keterlibatan jiwanya. 2. Pembaca memahami dan menghargai penguasaan sastrawan terhadap cara- cara penyajian pengalaman sampai mencapai tingkat penghayatan yang pekat. 3. Pembaca menemukan pengalaman yang didapatkannya dari karya sastra dengan pengalaman kehidupan nyata yang dihadapinya. Sumber: Teori apresiasi puisi, Herman J. Waluyo Derai-Derai Cemara Cemara menderai sampai jauh Hari terasa akan jadi malam Ada beberapa dahan di tingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam. 4 Komunikatif dalam Berbahasa Indonesia untuk Tingkat Unggul Kelas XII Aku sekarang orangnya bisa tahan Sudah lama bukan kanak lagi Tapi ada suatu bahan Yang bukan dasar perhitungan kini. Hidup hanya menunda kekalahan Tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu, Ada yang tetap tidak diucapkan Sebelum pada akhirnya kita menyerah. KerikilTajam, 1946 Penyakit telah menggerogoti tubuh Chairil Anwar sehingga ia menyadari bahwa kematian akan datang kepadanya. Gambaran hidupnya yang dihantam penyakit tersembunyi digambarkan dalam lirik di tingkap merapuhdipukul angin yang terpendam . Ia pasrah meskipun di saat menjelang kematiannya, ada yang belum diucapkan. Kematian disebutnya sebagai kekalahan yang selalu ditunda.

3. Perasaan

Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat kita tangkap jika puisi itu dibaca keras dalam pem- bacaan puisi atau deklamasi. Membaca puisi atau mendengarkan pem- bacaan puisi dengan suara keras akan lebih membantu kita mengetahui perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. Perasaan yang menjiwai puisi dapat merupakan perasaan gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal. Perasaan sedih yang mendalam diungkapkan oleh Chairil Anwar dalam Senja di Pelabuhan Kecil, J.E. Tatengkeng dalam Anakku, Agnes Sri Hartini dalam Selamat Jalan Anakku, dan Rendra dalam Orang-Orang Rangkas Bitung.

4. Amanat Puisi

Amanat, pesan, atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca atau pendengar setelah membaca atau mendengar pembacaan puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca atau pendengar. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh terhadap amanat puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca atau pendengar terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang pembaca atau pendengar, amanat tidak dapat dilepaskan dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair. Perhatikan puisi Doa Chairil Anwar berikut . Doa Kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namaMu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh CayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku di pintu-Mu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling Deru Campur Debu, 1959 Tokoh Sastra CHAIRIL ANWAR Penyair ini dilahirkan di Medan, 26 Juli 1922, meninggal 28 April 1949 di Jakarta. Berpendidikan HIS dan MULO tidak tamat. Chairil Anwar bersama Asrul Sani, Rivai Apin, dan seniman lain ikut mendirikan Gelanggang Seniman Merdeka 1946. Ia menjadi redaktur Gelanggang ruang budaya Siasat, 1948–1949 dan redaktur Gema Suasana 1949. Kumpulan sajaknya: Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Putus 1949, Deru Campur Debu 1949, Tiga Menguak Takdir kumpulan sajak, bersama Asrul Sani dan Rival Apin, 1950, Aku Ini Binatang Jalang 1986, dan Derai-Derai Cemara 1999. Sajak-sajaknya yang lain serta sejumlah tulisannya yang lain dihimpun oleh H.B. Jassin dalam Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 1956. Selain menulis sajak, Chairil Anwar juga banyak menerjemahkan karya-karya asing. Di antaranya: Pulanglah Dia Si Anak Hilang karya Andre Gide, 1948 dan Kena Gempur novel terjemahan, 1950. Kemudian, oleh H.B. Jassin ia dinobatkan sebagai pelopor Angkatan 45.