103
Zipur I Dhira Dharma ini sudah melambangkan suatu tingkah laku atau perilaku sosial sebagai masyarakat Indonesia.
4.2.6 Fungsi Reaksi Jasmani
Merriam 1964:224 berpendapat bahwa fungsi lain dari musik pada masyarakat adalah sebagai pengiring dan perangsang reaksi jasmani. Reaksi-
reaksi ini dapat kita lihat mulai dari mengetuk-ngetukkan tangan atau kaki hingga pada taraf yang lebih lanjut yakni gejala kesurupan.
Pada pelaksanaan upacara misalnya, pada bagian pembahasan fungsi musik sebelumnya, yakni sebagai pengungkapan emosional telah disebutkan bahwa
musik dapat menimbulkan rasa hormat ataupun rasa nasionalisme para militer baik kepada Negara ataupun para pahlawan. Dengan demikian ketika lagu
Indonesia Raya dikumandangkan, semua para anggota militer akan mengankat tangan untuk menghormat bendera. Mengangkat tangan untuk menghormat
bendera jelas merupakan sebagai suatu respon dari fisik manusia sehingga dapat dikatakan sebagai reaksi jasmani. Masih dalam konteks upacara, biasanya
sebelum upacara dimulai upacara pada setiap hari senin misalnya, ketika para anggota militer akan memasuki lapangan upacara, marching band akan dimainkan
terlebih dahulu. Ketika marching band dimainkan, maka para anggota militer akan ikut bersorak sorai misalnya ikut bernyanyi ataupun menyanyikan yel-yel sambil
berlari mengikuti marching band menuju lapangan upacara. Penulis menilai bahwa dengan dimainkannya marching band tersebut, maka musik telah
Universitas Sumatera Utara
104
menimbulkan rasa semangat bagi para militer sehingga mereka dapat berlari dan bersorak-sorai menuju lapangan.
Diluar konteks upacara, penulis juga menemukan beberapa kejadian yang dapat digolongkan ke dalam fungsi reaksi jasmani ini. Ketika melakukan display,
seperti biasa permainan musik marching band ini dijadikan sebagai iringan musik bagi para mayoret dan pemain bass drum untuk melakukan atraksi. Atraksi ini
bisa berupa melemparkan tongkat atau stick mayoret ke udara setinggi-tingginya. Atau para pemain bass drum yang memutar-mutarkan badannya sambil
memainkan alat musiknya hingga melemparkannya kepada pemain lain untuk saling bertukar alat musik. Selain itu, mengingat display ini merupakan sebuah
kegiatan yang secara khusus memang untuk dipertontonkan untuk kalangan masyarakat, maka ketika atraksi dilakukan penulis juga menemukan adanya
sambutan dari para penonton yang turut memberikan semangat dan dukungan. Reaksi yang dapat dilihat pada kejadian ini diantaranya adanya masyarakat yang
menyoraki dengan berteriak, ataupun dengan bertepuk tangan. Dalam kejadian ini penulis berpendapat bahwa ketika musik menimbulkan
pengungkapan emosional yaitu pada upacara ini misalnya rasa hormat, kejadian itu dilanjutkan kembali dengan adanya respon fisik yakni mengangkat tangan
dengan menghormat bendera misalnya. Atau ketika munculnya rasa semangat ketika akan berbaris menuju lapangan upacara, maka kemudian kita akan melihat
respon fisik yang muncul yakni berlari sambil bersorak-sorai.
Universitas Sumatera Utara
105
4.2.7Fungsi yang Berkaitan dengan Norma-norma Sosial
Musik yang disampaikan bertujuan untuk pengendalian sosial dengan mengkritik orang-orang yang menyeleweng dari falsafah dan adat istiadat
setempat, dan fungsi ini merupakan salah satu fungsi yang utama Merriam 1964:225. Disini Merriam memfokuskan pada lirik-lirik lagu yang memainkan
peran dalam kontrol sosial. Dalam kaitan ini ia menyinggung mengenai lagu-lagu yang digunakan pada saat upacara-upacara peresmian dan lagu-lagu yang pusat
perhatiannya terhadap kelayakan dan ketidaklayakan. Meskipun fungsi ini sangat berhubungan dan berkaitan erat dengan sebuah
upacara tradisional, namun dalam hal ini penulis juga menemukan fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial pada permainan yang ditampilkan oleh
marching band Yon Zipur I Dhira Dharma. Memang dalam proses penyajiannya, marching band ini tidak memiliki lirik lagu. Sebaliknya, marching band ini justru
memiliki perangkat nuansanya sendiri yang mengungkapkan nilai-nilai sosial dan keagamaan. Pada upacara Pedang Pora misalnya, dalam proses pelaksanaan
upacara ini, ketika mempelai hendak memasuki ruang resepsi pernikahan hingga naik menuju pelaminan akan diiringi oleh permainan musik marching band.
Selama melakukan upacara ini, para anggota upacara akan melakukan gerakan- gerakan yang memiliki symbol dan makna tersendiri. Pada saat itu juga seorang
pemandu upacara akan menyampaikan makna dari setiap gerakan tersebut. Misalnya ketika melakukan formasi berbanjar, formasi ini memiliki makna bahwa
semua peserta upacara yakni adik-adik perwira dari mempelai laki-laki turut
Universitas Sumatera Utara
106
bersukacita menghantarkan sang mempelai ke gerbang kebahagiaan dalam menempuh bahtera hidup yang baru. Kemudian ketika membentuk formasi
melingkar, kemudian para pembawa pedang akan menghunuskan pedangnya kearah atas kepala sang mempelai sehingga membentuk sebuah payung. Hal ini
memiliki makna bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan selalu melindungi kedua mempelai dalam menghadapi berbagai rintangan hidup dalam memulai bahtera
hidup yang baru. Selain itu, pemberian seperangkat pakaian persit yang dilakukan oleh istri daripada komandan batalyon kepada mempelai perempuan merupakan
simbol bahwa secara resmi mempelai perempuan telah menjadi anggota satuan batalyon tempat dimana mempelai laki-laki ditugaskan atau ditempatkan. Dari
ketiga makna tersebut dapat kita lihat bahwa terdapat nilai moral dan nilai keagamaan yang disampaikan secara jelas.
4.2.8 Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial dan Upacara Agama