masalah kesehatan jiwa yang sedang dihadapinya dan berusaha untuk mengatasinya.
C. Pembahasan
Adapun hasil dari penyelesaian masalah yang dilakukan di ruang cempaka dengan menggunakan pendekatan MPKP dapat dibahas sebagai berikut :
a. Pilar I Management Approach Pada pilar I MPKP mahasiswa membuat rencana kerja harian yang
dilakukan sebagai suatu penilaian kinerja perawat di ruang cempaka, selain itu dilakukan penyegaran tentang cara pembuatan rencana kerja
harian yang efektif, yang mengacu pada tindakan keperawatan berdasarkan masalah keperawatan tiap pasien. Hal ini sesuai dengan fungsi manajemen
perencanaan. Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilakukan oleh kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana sesuai dengan perannya
masing-masing, yang dibuat untuk setiap shift Keliat Akemat, 2009. b. Pilar III Professional Relationship
Mahasiswa PBLK melakukan sosialisasi case conference yang dikelola dan tindak lanjut dari kegiatan ini dapat dijadwalkan secara rutin.
Mahasiswa PBLK juga melakukan case conference bersama perawat di ruangan cempaka yaitu salah satu kasus kelolaan mahasiswa PBLK.
Menurut Keliat Akemat 2009, konferensi kasus adalah diskusi kelompok tentang kasus asuhan keperawatan pasien atau keluarga yang
dilakukan dua kali dalam sebulan, meliputi kasus pasien terbaru, pasien
Universitas Sumatera Utara
yang tidak ada perkembangan, pasien pulang, pasien yang meninggal, dan pasien dengan masalah yang jarang ditemukan.
c. Pilar IV Patient Care Delivery Pada pilar IV, mahasiswa PBLK melakukan asuhan keperawatan pada
pasien kelolaan. Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis dimulai dari pengkajian, diagnosa,
rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi keperawatan Craven Hirnle, 2000 dalam Keliat Akemat, 2009.
Mahasiswa juga melakukan TAK berdasarkan tiga diagnosa terbanyak yang ada di ruang cempaka. TAK adalah salah satu tindakan keperawatan
untuk pasien gangguan jiwa. Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Adapun tujuan TAK adalah untuk
mengembangkan stimulasi kognitif, sensoris, orientasi realitas dan sosialisasi. Selain itu, mahasiswa juga membuat leaflet sebagai bahan
untuk mempermudah pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga. Pendidikan kesehatan kepada individu keluarga adalah pendidikan
kesehatan yang diberikan kepada keluarga seorang pasien. Pendidikan kesehatan keluarga jenis ini merupakan bagian dari asuhan keperawatan
pasien anggota keluarga yang sedang dirawat. Materinya adalah cara mengatasi masalah-masalah keperawatan yang dialami oleh pasien yang
bisa dilakukan oleh keluarga baik di rumah sakit maupun di rumah. Pendidikan kesehatan kelompok keluarga adalah pendidikan kesehatan
yang diberikan kepada sekelompok keluarga pasien yang dirawat di rumah
Universitas Sumatera Utara
sakit. Tujuannya kegiatan ini adalah memberdayakan keluarga sebagai self help group
. Dari kegiatan ini satu keluarga bisa sharing satu dengan lainnya tentang pengalamannya merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Kegiatan ini difasilitasi oleh perawat sebagai narasumber dan fasilitator sehingga keluarga-keluarga dapat saling
menguatkan dan belajar cara merawat anggotanya yang mengalami gangguan jiwa.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Landasan Teori 1. Definisi harga diri rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal
diri Keliat, 1998. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan
interpersonal yang buruk. Harga diri meningkat bila diperhatikandicintai dan dihargai atau
dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Harga diri tinggipositif ditandai dengan ansietas yang rendah,
efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi
secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara
negatif dan menganggap sebagai ancaman Yoseph, 2009.
2. Proses terjadinya harga diri rendah
Berdasarkan hasil riset Malhi 2008, dalam http:www.tqm.com menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai
Universitas Sumatera Utara