commit to user 36
Hasil penelitian yang terkait adalah metode pembelajaran penggunaan metode ” Think- Pair- Share” TPS menimbulkan pengaruh yang positif sehingga
menghasilkan prestasi yang lebih baik. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada perlakuannya yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe TPS,
perbedaan dengan penelitian di atas dalam penelitian ini ditinjau dari gaya belajar matematika siswa.
C. Kerangka Berpikir.
Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa menunjukkan penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya model
pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran dan faktor dalam diri yaitu gaya belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran ini didapatkan
adanya proses kebersamaan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Model pembelajaran kooperatif terdapat interaksi antar siswa dalam kelompoknya
maupun interaksi antara siswa dan guru sebagai pengajar sehingga dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Interaksi
dalam kelompok ini akan berjalan dengan baik jika dalam setiap kelompok mempunyai kemampuan yang heterogen.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share TPS, merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari dua siswa dengan
commit to user 37
kemampuan yang berbeda, belajar dalam satu kelompok untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran, setelah guru menyampaikan
pelajaran. Kemudian diadakan presentasi masing-masing kelompok ke depan untuk melihat pengetahuan yang dicapai siswa. Dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS ini, pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Selain itu,
diharapkan siswa akan merasa mudah didalam belajar matematika, karena mereka saling berdiskusi dan saling berinteraksi.
Student Team Achievement Divisions STAD, merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan paling mudah dipahami
Slavin, 2009: 143. Guru yang menggunakan STAD menyajikan informasi akademis baru kepada siswa setiap minggu atau secara regular, baik melalui
informasi verbal atau teks. Siswa dikelas tertentu dibagi menjadi beberapa kelompoktim belajar secara heterogen, anggota-anggota tim menggunakan
worksheets atau alat belajar lain untuk menguasai berbagai materi pelajaran dan kemudian saling membantu untuk mempelajari berbagai materi melalui tutoring,
saling memberikan kuis, atau melaksanakan diskusi tim. Secara individual, siswa diberi kuis mingguan atau dua mingguan tentang materi pelajaran. Kuis-kuis
diberi skor dan masing-masing individu diberi “skor kemajuan”. Skor kemajuan dilihat dari seberapa banyak skor itu bertambah dari rata-rata skor sebelumnya.
Melalui penerapan model pembelajaran TPS pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akan lebih bermakna dan penguasaan siswa terhadap suatu materi
pelajaran akan lebih banyak dibandingkan siswa yang diajarkan dengan
commit to user 38
menggunakan model pembelajaran STAD, karena dalam model pembelajaran TPS dimana tiap kelompok hanya berjumlah dua orang, maka setiap siswa dituntut
untuk aktif secara penuh dalam berdiskusi dan memecahkan masalah yang diberikan untuk masing-masing kelompok, sehingga diduga bahwa prestasi
belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran TPS lebih baik dari prestasi belajar matematika siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Selain model pembelajaran, gaya belajar siswa merupakan salah satu
faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus memperhatikan karakteristik gaya belajar siswa.
Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih senang belajar dengan melihat atau membaca daripada mendengarkan, biasanya mereka ini menyukai penyajian
informasi yang runtut. Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan penjelasan dari guru daripada membaca, mereka mengandalkan
kemampuan mendengar dan mengingat. Sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik suka belajar melalui gerakan, cenderung tidak suka mendengarkan
ceramah, dan lebih bisa belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Selama pelajaran, mereka mungkin saja gelisah jika tidak bisa leluasa bergerak
dan mengerjakan sesuatu Dari uraian di atas diduga siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan gaya
belajar visual maupun kinestetik. Model pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Gaya belajar siswa juga memiliki
commit to user 39
pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Karena perbedaan gaya belajar siswa maka ada kemungkinan bahwa suatu model pembelajaran matematika tidak selalu
cocok untuk semua siswa. Suatu model pembelajaran mungkin cocok untuk siswa dengan gaya belajar visual, tetapi tidak cocok untuk siswa dengan gaya belajar
auditorial dan kinestetik, dan sebaliknya. Siswa dengan gaya belajar kinestetik bisa belajar terutama jika terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran
matematika seperti belajar kelompok. Sehingga diduga model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan prestasi lebih baik pada siswa dengan gaya
belajar kinestetik daripada siswa dengan gaya belajar auditorial dan visual. Sedangkan siswa dengan gaya belajar visual lebih suka membaca dan siswa
dengan gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan seperti ceramah. Sehingga diduga model pembelajaran STAD memberikan prestasi belajar lebih
baik pada siswa dengan gaya belajar auditorial dan visual daripada siswa dengan gaya belajar kinestetik.
D. Hipotesis Penelitian