Tinjauan Pustaka EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

commit to user 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi

Pengertian prestasi yang dikemukakan oleh para ahli sangatlah bervariasi. Hal tersebut antara lain dikarenakan latar belakang dan sudut pandang yang berbeda-beda dari para ahli itu sendiri. Akan tetapi perbedaan tersebut justru dapat saling melengkapi pengertian dari prestasi itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 895 dinyatakan Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Dalam pengertian ini prestasi merupakan hasil suatu usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksanaan usaha tersebut. Sedangkan Sutratinah Tirtonagoro 2001: 43 menyatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dalam bentuk symbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil usaha yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai prestasi pada penelitian ini yaitu bukti atau hasil yang telah dicapai setelah diadakan usaha sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan dari batas usaha tersebut.

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah salah satu unsur utama dalam proses pendidikan formal di sekolah. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dekat dengan apa yang disebut belajar. Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan- commit to user 11 perubahan dalam pengetahuan, keterampian, dan nilai sikap, sehingga dapat memecahkan masalah- masalah yang sedang dan akan dihadapi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Winkel 2004: 59 bahwa, “Belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”. Menurut Ismet 2010 terdapat banyak definisi tentang konstruktivisme, yaitu “the theory constructivisme according to which each child builds his own knowledge from the inside, through his own mental activity, in interactive with the environment”. Pendapat Ismet tersebut mempunyai pengertian bahwa menurut teori konstruktivisme mengajak anak untuk membangun pengetahuannya sendiri dari dalam dirinya, melalui aktivitas mental. Selain beberapa pendapat mengenai definisi belajar tersebut, Sumadi Suryabrata 1995: 249 menyebutkan bahwa hal pokok dalam kegiatan yang disebut “belajar” adalah sebagai berikut: 1 Belajar itu membawa perubahan dalam arti behavioural changes, aktual, maupun potensial. 2 Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. 3 Perubahan itu terjadi karena adanya usaha dengan sengaja Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar didefinisikan sebagai suatu proses menginternalisasi, membentuk kembali, atau membentuk pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang telah commit to user 12 dimilik yang melibatkan aktivitas mental atau psikis seseorang yang menyebabkan terjadinya suat perubahan kearah yang lebih baik. c . Pengertian Prestasi Belajar Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi belajar merupakan suatu hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan, sikap serta ketrampilan berkat pengalaman dan latihan yang dinyatakan dalam perubahan tingkah laku. Sutratinah Tirtenegoro 2001: 43 mengatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan mengetahui prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas, apakah anak tersebut tergolong kelompok anak pandai, sedang atau kurang. Prestasi anak ini dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, atau kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai oleh anak dalam periode tertentu. Sedang Zainal Arifin 1990: 3 menyatakan bahwa, “Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah manusia karena sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang kamampuannya masing-masing”. Zainal Arifin juga mengemukakan bahwa prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: 1 Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. 2 Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3 Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. commit to user 13 4 Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5 Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap kecerdasan anak didik. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil dari usaha yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol. Di dalam penelitian ini prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka.

d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 723 disebutkan bahwa, “Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”. Wood 1999: 171 menyatakan bahwa beberapa peneliti seperti Confrey dan Labinowicz telah memperoleh pandangan yang membangun dan berpendapat bahwa siswa akan memahami matematika dengan baik jika siswa dengan aktif terlibat dalam proses pembelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh semua siswa karena pelajaran lainnya tidak bisa terlepas dari matematika. Huntley : 329. Purwoto 2003: 12-13 mengemukakan bahwa, “Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”. commit to user 14 Sedangkan R. Soejadi 2000: 11 mengemukakan bahwa ada beberapa definisi dari matematika, yaitu sebagai berikut: 1 Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 2 Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3 Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4 Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5 Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6 Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Menurut Lawson 2000: 26 “A major aim mathematics education is to devise ways of encouraging students to take more active role s in acquiring, experimenting with, and using the mathematical ideas and procedures that are included in the school curriculum”. menyatakan bahwa tujuan utama dari pembelajaran matematika adalah untuk menemukan jalan yang memberikan harapan siswa untuk melakukan banyak peranan dengan kecakapan, mengadakan percobaan dengan atau menggunakan ide-ide secara matematis dan prosedural yang dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran, logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat, dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisasi. Berdasarkan pengertian prestasi belajar matematika yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika pada penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar matematika yang commit to user 15 menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan kecakapan baru yang dinyatakan dengan symbol, angka, atau, huruf.

2. Model Pembelajaran

Tujuan utama pembelajaran adalah mendorong siswa untuk belajar. Pembelajaran merupakan upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan pembelajaran meliputi model, media, dan peralatan yang diperlukan dalam penyampaian informasi dalam proeses pembelajaran. Pengaturan atau pemilihan model, media atau peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau mendesainnya. Dengan demikian, model pembelajaran adalah bagian dari proses pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Menurut Jouce, Weil dan Calhoun 2000: 10 model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola yang digunakan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya sebagai pembelajaran. Siswa tidak hanya menguasai materi perihal pengetahuan dan keterampilan melainkan juga harus memperoleh peningkatan kemampuan untuk menghadapi tugas-tugas di masa depan dan untuk keperluan belajar mandiri. Dick dan Carey 1990: 1 menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga pesetra didik dapat mengusai isi pelajaran atau Borich dan Houston dalam Toeti Soekamto dan Udin Syaripudin Winata putra 1997: 151 istilah model digunakan dalam pengertian yang sama untuk menggambarkan commit to user 16 keseluruhan prosedur yang sistematis kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendapat lain dikemukakan oleh Gagne 2000: 114-115 peristiwa pembelajaran mencakup Sembilan tahapan yaitu: 1 Membangkitkan perhatian, 2 Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa, 3 Membangkitkan ingatan dari pemahaman awal atau hasil belajar terdahulu, 4 Menyajikan rangsangan, 5 Menyediakan arahan belajar, 6 Memancing tampilan siswa, 7 Memberikan balikan, 8 Menilai hasil belajar siswa, 9 Meningkatkan perolehan hasil belajarretensi dan transfer. Sembilan tahapan peristwa belajar tersebut dapan menunjangmendukung proses internal dari belajar dan keberhasilan pembelajaran. Untuk menentukan atau memilih model pembelajaran, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan, kemudian model pembejaran yang dipandang efesien dan efektif dipiliih,kreteria lain dalam memilih model pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik, dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Tidak ada model pembelajaran yang paling baik untuk semua materi pembelajaran. Semua model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga yang paling penting adalah perlunya guru mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi, tujuan, sumber, kemampuan, pengetahuan sebelumnya, umur peserta didik dan alat pembelajaran yang tersedia. Jocye, Weil dan Calhoun 2000: 16-18 mengemukakan bahwa tiap model pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita yang sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama guru dengan commit to user 17 siswa. Sangat sulit untuk menentukan suatu model pembelajaran yang sempurna, yang dapat menyelesaikan semua masalah pembelajaran sehingga dapat membantu siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Gaya mengajar yang dimilki guru banyak dipengaruhi oleh situasi,kondisi, kebutuhan siswa, dan tujuan yang hendak dicapai. Model pembelajaran yang dipilih oleh guru harus mengarahkan pembelajaran menjadi efektif. Pembelajara yang efektif menurut Dunne dan Wragg 1996: 12-14 mempunyai dua karakteristik. 1 Pembelajaran efektif memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat meliputi fakta, keterampilan,nilai-nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. 2 Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang diakui keandalannya oleh mereka yang berkompeten memberikan penilai seperti guru-guru, pengawas, tutor, dan juga siswa Keterandalan itu sendiri antara lain adalah dapat diterapkannya keterampilan penggunaan model pembelajaran secara konsisten pada tempat dan waktu yang berbeda.

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran Kooperatif menciptakan interaksi yang asah,asih dan auh sehingga tercipta masyarakat belajar Learning Community. Siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa. Selanjutnya Armstrong, Scott 1998 mengatakan “Teams members may a work on the worksheets in pairs, b commit to user 18 take turns quizzing each other, c discuss problems as a group, or duse whatever strategies they wich to learn the assigned material”. Artinya anggota kelompok diperbolehkan a mengerjakan lembar kerja secara berpasangan, b membuat giliran kuis satu sama lain, c mendiskusikan masalah di dalam kelompok, atau d mengunakan strategi apa saja untuk belajar materi yang ditugaskan. Menurut Rossetti dan Nembhard 1998: 68 menyatakan bahwa “Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang dirancang untuk memotivasi minat siswa dan membantu mengingat tentang gagasan-gagasan atau ide yang dilakukan di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih”. Jadi keberhasilan mengajar dalam model pembeljaran ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. Beberapa karakteristik cooperative learning menurut Rossetti dan Nembhard 1998: 68 antara lain: a. Positive interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain dalam kelompok serta positif. b. Face-to-Face Promotive Interaction, proses yang melibatkan siswa dalam proses belajar yang mengharuskan siswa untuk belajar dengan satu sama lain. c. Individual accountabilityPersonal Responsibility, yaitu setiap individu dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi kelompok. commit to user 19 d. Collabortive Skills, yaitu suatu kebutuhan untuk mengajarkan kepada siswa tentang bagaimana siswa berfungsi dalam suatu kelompok. Siswa harus mempunyai pemahaman berkelompok, metode pendengaran yang aktif, pengendalian konflik, dan ketrampilan sosial lainnya agar diskusi berlangsung secara efektif. e. Group processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama. Adapun langkah-langkah cooperative learning adalah sebagai berikut: 1. Guru merancang pengajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pengajaran yang ingin dicapai. 2. Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam kelompok kecil. 3. Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun secara kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar. 4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Menurut Arends, 2001: 322-326 pembelajaran kooperatif mempunyai 4 variasi, yaitu: a. STAD StudentTeams-Achievement Divisions Dalam penerapan STAD, guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan anggota kelompok telah menguasai materi tersebut. Akhirnya, seluruh siswa diberi kuis dengan materi yang commit to user 20 sama. Pada waktu kuis, siswa tidak dapat saling membantu satu sama lain, dan nilai kuis tersebut yang dipakai untuk menentukan skor individu maupun kelompok. b. Jigsaw Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok kecil yang heterogen dengan menggunakan kelompok ‘asal’ dan kelompok ‘ahli’. Setiap kelompok ‘asal’ diberi tugas untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dari materi yang diberikan. Kemudian setiap siswa yang mempelajari topik yang sama saling bertemu dan membentuk kelompok ‘ahli’ untuk bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu siswa tersebut kembali ke kelompok ‘asal’ untuk menyampaikan informasi yang diperoleh. Akhirnya setiap siswa diberi kuis secara individu. Penilaian dan penghargaan yang digunakan pada Jigsaw sama dengan STAD. c. Grup Investigation GI. Grup Investigation Investigasi Kelompok adalah metode pembelajaran kooperatif di mana setiap siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelidiki topik tertentu yang dipilih. Tipe ini merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling kompleks yang paling sulit untuk diterapkan. Setiap kelompok membuat rencana kegiatan pembelajaran dan kemudian melaksanakannya. Akhirnya setiap kelompok mempresentasikan hasilnya. Dalam teknik ini, penghargaan tidak diberikan. commit to user 21 d. Structural Approach Pendekatan Struktural. Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok mengerjakan lembar kerja siswa, saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama dalam kelompok. Pendekatan struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan. Pendekatan tersebut memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola kreatif siswa. Galligan 2006: 20-21 menyatakan bahwa kreativitas itu penting dalam semua aspek pembaharuan dan kemajuan budaya, memerlukan imajinasi, disiplin dan dukungan. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan tersebut menghendaki siswa bekerja sama saling membantu dalam kelompok kecil. Ada dua tipe yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu: 1 Think-Pair-Share TPS, yaitu suatu pendekatan yang bertujuan memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Pendekatan ini mempunyai tiga tahapan penting, yaitu berpikir Thinking, berpasangan Paring, dan berbagi Sharing. Informasi lebih lanjut mengenai tipe ini akan dibahas pada paragraph selanjutnya. 2 Number-Head-Together NHT, yaitu suatu pendekatan yang melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran. Pendekatan ini bertujuan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. Pendekatan struktural Nurmber-Head-Together terdiri dari empat langkah utama, yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab. commit to user 22

b. Model Pembelajaran TPS

TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland. Model pembelajaran TPS memberikan kepada siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Dalam menerapkan model pembelajaran TPS Frank Lyman dalam Arends, 2001: 325-326 menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Thinking berpikir Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. 2. Pairing berpasangan Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada langkah pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan. 3. Sharing berbagi Guru meminta pasangan-pasangan siswa tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka diskusikan dengan cara bergantian pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai beberapa siswa telah mendapat kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi disesuaikan commit to user 23 dengan waktu yang tersedia. Pada langkah ini akan menjadi efektif apabila guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain. Berdasarkan langkah-lngkah di atas peneliti menggunakan langkah- langkah pengembangan sebagai pengembangan sebagai berikut: 1. Guru mengorganisasi kelas untuk belajar dan mengarahkan siswa untuk mempersiapkan materi yang telah dipelajari di rumah. 2 Guru mengingatkan siswa pada materi prasyarat dan memberikan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari siswa. 3 .Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan anggota 2 orang untuk tiap kelompok. 4 .Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan atau masalah dan mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas secara mandiri. 5. Guru memanggil pasangan tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan jawabannya pada seluruh anggota kelas dari hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa siswa mendapat kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia. 6. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. commit to user 24 Secara rinci fase-fase tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Kegiatan Pendahuluan: a. Guru memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Guru mengingatkan siswa tentang materi prasyarat berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti a. Guru membagikan LKS yang berisikan pertanyaan atau masalah dan mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas secara mandiri untuk beberapa saat. b. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa lain untuk mendikusikan apa yng telah dipikirkan nya pada langkah pertama. c. Siswa berpikir bersama untuk menentukan jawaban dari pertanyaan guru berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara mandiri. d. Guru memantau siswa dalam kerja bersama dan memberikan motivasi sekaligus melatih keterampilan kooperatif. e. Guru memanggil pasangan tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan jawabannya pada seluruh kelas dari hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa pasangan siswa mendapat kesempatan untuk melaporkan. commit to user 25 3. Kegiatan Penutup Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang teah dipelajari dan memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe “TPS” adalah sebagai berikut: Kelebihan: 1. Adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah akan meningkatkan keterampilan sosial siswa. 2. Baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif. 3. Kemungkinan siswa lebih mudah memahami konsep dan memperoleh kesimpulan. 4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan Kelemahan: 1. Siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang kurang pandai. 2. Diskusi tidak akan berjalan lancar jika siswa hanya menyalin pekerjaan siswa yang pandai. . Kelebihan tersebut dapat terjadi apabila ada tanggung jawab individual anggota kelompok, artinya keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar individual semua anggota kelompok. Selain itu diperlukan adanya pengakuan commit to user 26 kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat melihat bahwa kerjasama untuk saling membantu teman dalam satu kelompok sangat penting. Sedangkan kelemahan yang ada dapat diminimalisir dengan peran guru yang senantiasa meningkatkan motivasi siswa yang lemah agar dapat berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk berlajar bersama, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.

c. Model Pembelajaran STAD

Student Team Achievement Division STAD, merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E, Slavin 2008 di Universitas Jonn Hopkins, AS. Tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana terdiri dari empat fase, yaitu: 1. Presentasi kelas Pada komponen ini, guru memberikan materi dengan mengemukakan konsep-konsep, keterampian-keterampilan dengan menggunakan buku siswa, buku guru, bahan untuk audio visual dan sebagainya. Guru harus mampu mendesain materi pembelajaran untuk mode pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu guru menyiapkan Lembar Kerja siswa LKS untuk masing- masing kompetensi dasar. 2. Kelompok Belajar Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok heterogen dengan jumlah anggota 4-5 orang siswa. Pada pembentukan kelompok guru harus memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosial, etnik, serta tingkat kemampuan akademik siswa dalam keanggotaan commit to user 27 kelompok. Fungsi utama kelompok belajar ini adalah siswa belajar dalam kelompoknya serta mempersiapkan anggotanya untuk belajar dengan baik dalam menghadapi tes individu.. Kelompok-kelompok belajar merupakan hakekat belajar yang sangat penting dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh kelompok untuk melakukan hal terbaik untuk kelompoknya, seperti saling memberikan semangat, dukungan, perhatian dan penghargaan diri untuk keberhasilan belajar. Setelah guru mempresentasikan materi, masing-masing kelompok bertemu untuk mendiskusikan, membandingkan jawaban dan mengoreksi jika ditemukan salah persepsi dari lembar kerja atau materi lain. 3. Evaluasi Belajar Setelah guru mempresentasikan satu materi pokok bahasan, kemudian dilakukan evaluasi perorangan dengan tujuan untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar. 4. Skornilai peningkatan perorangan atau kelompok. Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. 1 Skor Perkembangan Individu Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. Menurut Slavin 2009: 159 Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki commit to user 28 kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya. Berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksud agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun perhitungan skor perkembangan individu adalah: Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu SKOR KUIS POIN KEMAJUAN Lebih dari 10 poin dibawah skor skor awal 5 10 – 1 poin dibawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20 Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 Nilai sempurna tidak berdasarkan skor awal 30 2 Skor Perkembangan Kelompok Langkah pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu serta memberikan sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan paa rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompok. Menurut Slavin 2009: 160 Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan individu dan hasilnya dibagi sesuai dengan kelompok. Pemberian penghargaan berdasarkan commit to user 29 perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. Tiga macam tingkatan penghargaan diberikan berdasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai berikut: Tabel 2.2 Skor Perkembangan Kelompok Kriteria Penghargaan 15 TIM BAIK 16 TIM SANGAT BAIK 17 TIM SUPER Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Sugianto 2007: 14 : 1. Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4-5 orang siswa. Tiap memiliki anggota yang heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan akademik tinggi, sedang, rendah 2. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik LKS dan kemudian saling membantu untuk mengusai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama kelompok. 3. Secara individual atau kelompok, tiap minggu atau dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. 4. Tiap siswa dan tiap kelompok dievaluasi dan diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar dan kepada siswa secara individu atau kelompok yang commit to user 30 meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua kelompok memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran koopertif tipe STAD adalah adalah sebagai berikut: Kelebihan: 1. Dapat memberikan keuntungan baik pada siswa yang pndai maupun yang kurang pandai dalam kemampuan akademiknya. 2. Siswa belajar untuk saling menghargai satu sama lain meskipun berbeda latar belakang 3. Mengajarkan pada siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi 4. Materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih lama. Kelemahan: 1. Membutuhkan banyak waktu dalam persiapan pembelajaran 2. Tidak semua siswa aktif dalam diskusi kelompoknya

3. Gaya Belajar a. Pengertian Gaya belajar

Setiap siswa mempunyai cara atau sikap yang berbeda-beda dan hal tersebut selalu dilakukannya dalam belajar. Hal tersebut sesuai dengan beberapa pendapat dari beberapa ahli. NASSP dalam Gobai 2005: 2 menyatakan bahwa “Gaya belajar atau Learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk commit to user 31 pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar”. Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat De Porter dan Hernacki, 1999: 110-112 yang merumuskan bahwa, “Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”. Gaya belajar ini berkaitan dengan pribadi seseorang yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat perkembangannya. Sedangkan Winkel 1996: 147 mengemukakan bahwa, ”Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa. Cara khas ini bersifat individual yang kerapkali tidak disadari dan sekali terbentuk dan cenderung bertahan terus”. Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar siswa adalah cara belajar yang khas, bersifat konsisten, kerapkali tidak disadari yang merupakan kombinasi dari bagaimana siswa tersebut menyerap dan mengatur serta mengolah informasi. Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui oleh guru dan siswa. Hal ini akan memudahkan bagi siswa untuk belajar maupun guru untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Siswa akan dapat belajar dengan dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat.

b. Macam-macam Gaya Belajar

Sriyono 1992: 4 menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima informasi ke dalam empat tipe yaitu tipe mendengarkan, tipe penglihatan, tipe merasakan dan tipe motorik. Sedangkan De Porter dan Hernacki, commit to user 32 1999: 112-113 mengolongkan gaya belajar berdasarkan cara menerima informasi dengan mudah modalitas ke dalam tiga tipe yaitu gaya belajar tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Selanjutnya sesuai dengan pembagian tipe gaya belajar, orang dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu orang bertipe visual, auditorial, dan kinestetik. 1 Auditorial De Porter dan Hernacki 1999: 118 mengemukakan ciri-ciri siswa yang bertipe auditorial dapat dirangkum bahwa: Orang-orang yang bertipe auditorial memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1. Mudah terganggu oleh keributan. 2. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan. 3. Dapat mengulang kembali atau menirukan nada dan birama, dan warna suara. 4. Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar. 5. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekarjaan yang bersifat visualisasi, seperti memotong bagian-bagian sehingga sesuai satu sama lain. Sriyono 1992: 4 menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe mendengarkan dapat menerima dengan baik setiap informasi dengan mendengarkan”. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa auditorial dalam belajar yaitu mengusahakan menghindari kebisingan atau suara-suara yang mengganggu, memutarkan musik-musik tenang tanpa lirik, mengajak berdiskusi untuk memahami suatu pelajaran. commit to user 33 2 Visual De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike 1999: 116 mengemukakan ciri-ciri siswa yang bertipe visual dapat dirangkum bahwa: Orang-orang yang bertipe visual memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1. Perilaku rapi, teratur,teliti terhadap detail. 2. Lebih mudah dalam mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar. 3. Mengingat dengan asosiasi visual. 4. Lebih suka membacakan daripada dibacakan. 5. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya. Sriyono 1992: 4 menyatakan bahwa, “Siswa yang memiliki gaya belajar tipe penglihatan dapat menerima informasi dengan baik bila ia melihat langsung”. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa visual dalam belajar yaitu menyediakan alat peraga seperti bagan, gambar, flow chart, atau alat-alat eksperimen yang dibuat sendiri, membantunya untuk menuliskan hal-hal yang penting dalam materi yang dipelajari dan memberi kesempatan untuk mengobservasi 3 Kinestetik De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike 1999: 118-120 mengemukakan ciri-ciri siswa yang bertipe kinestetik dapat dirangkum bahwa: Orang-orang yang bertipe kinestetik memiliki ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1. Selalu berorientasi pada fisik, banyak gerak. 2. Berbicara dengan perlahan. commit to user 34 3. Belajar melalui manipulasi dan praktek. 4. Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot dengan mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca. 5. Ingin melakukan segala sesuatu. Sriyono 1992: 4 menyatakan bahwa,”Siswa yang bertipe motorik akan menerima informasi dengan baik bila ia melakukan sendiri secara langsung”. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa kinestetik dalam belajar yaitu menyediakan alat peraga yang nyata untuk belajar seperti balok- balok, miniatur, patung peraga, membiarkan dia menyentuh sesuatu yang berhubungan dengan pelajarannya, memberi kesempatan untuk mempraktekkan apa yang dipelajarinya, memberi kesempatan untuk berpindah tempat.

B. Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IX SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

4 54 248

Eksperimentasi pembelajaran Matematika dengan menggunakan model struktural “Think Pair Share” pada materi pokok bentuk akar dan pangkat ditinjau dari gaya belajar Matematika siswa

0 3 121

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG KELAS IX SMP N.1 SIEMPAT NEMPU T.A 2016/2017.

0 2 29

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING KOOPERATIF (PISK) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 MOJOLABAN.

0 1 21

Eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share (tps) dan tipe team assisted individualization (tai) dengan pendekatan saintifik pada materi bangun ruang sisi lengkung ditinjau dari kecerdasan spasial smp negeri se-kabupaten Groboga

0 0 17

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DAN TIPE ROUNDTABLE PADA MATERI BANGUN DATAR DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA SMP NEGERI KELAS VII DI KABUPATEN BREBES.

0 0 16

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEME

0 0 19

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING, PAIR CHECKS, DAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR | Muawanah | 6481 13764 1 SM

0 0 12

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION DAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN BEKERJA SAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN KARANGANYAR |

0 1 13

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING, PAIR CHECKS (PC), DAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20142015 TESIS Disusun unt

0 0 16