88
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Menambah jumlah variabel independen, dalam penelitian ini peneliti meneliti
4 variabel hendaknya untuk peneliti berikutnya dapat meneliti lebih dari 4 variabel dan haruslah diluar dari variabel yang telah para peneliti – peneliti
terdahulu teliti. 2.
Peneliti berikutnya disarankan menambah variabel lain yang berkaitan erat secara teori terhadap kinerja manajerial, serta memperluas ruang lingkup
penelitian, agar hasil penelitian dapat diperluas dan menghasilkan penelitian yang lebih bervariasi.
Universitas Sumatera Utara
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengendalian Intern
Pengendalian intern adalah sistem yang meliputi organisasi semua metode dan ketentuan yang terorganisasi dalam suatu perusahaan untuk
melindungi harta miliknya, memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi serta meningkatkan efisiensi usaha. Pengendalian intern menurut
Arens dan Loebbecke 2008 adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel satuan usaha lainnya yang
dirancang untuk mendapatkan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan.Tujuan pengendalian intern adalah menjamin
manajemen perusahaan agar: a. Tujuan perusahaan yang ditetapkan dapat tercapai.
b. Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya. c. Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat
menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja peusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan
Universitas Sumatera Utara
21
sebagai pedoman dalam perencanaan. Dalam lingkungan perusahaan pengendalian intern didefinisikan sebagai suatu proses yang diberlakukan
oleh pimpinan dewan direksi, dan manajemen secara keseluruhan yang dirancang untuk memberikan suatu keyakinan akan tercapainya tujuan
perusahaan. COSO mendefinisikan pengendalian intern sebagai
berikut:“Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a keandalan pelaporan keuangan, b efektivitas dan
efisiensi operasi, dan c kepatuhan tehadap hukum dan peraturan yang berlaku.”
Definisi Pengendalian Intern yang dikemukakan Mulyadi 2002 yaitu: “Segala sesuatu yang meliputi semua cara-cara yang digunakan oleh
pimpinan perusahaan untuk mengawasimengendalikan perusahaan. Dalam pengertian pengendalian intern meliputi : Struktur organisasi,
formulir-formulir dan prosedur pembukuan dan laporan Administrasi, budget dan standart pemeriksaan intern dan sebagainya”.
2.1.1.1. Elemen Pengendalian Intern
Terdapat lima komponen pengendalian intern menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway
CommissionCOSO yang meliputi lingkungan pengendalian control environment, penilaian resiko risk assessment, prosedur
Universitas Sumatera Utara
22
pengendalian control procedure, pemantauan monitoring, serta informasi dan komunikasi information and communication.
1 Lingkungan Pengendalian Control Environment Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para
manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen manajemen tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama
dalam perseroan dan gaya operasi manajemen manajemen yang progresif atau yang konsevatif, struktur organisasi terpusat serta
praktik kepersonaliaan. Lingkungan pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern
yang lain. 2 Penilaian Resiko Risk Assesment
Setiap organisasi memiliki resiko, dalam kondisi apapun yang namanya resiko pasti muncul dalam setiap aktivitas baik
aktivitas yang berkaitan dengan bisnis maupun non bisnis. Suatu resiko yang telah diidentifikasi dapat dianalisis dan dievaluasi
sehingga dapat diperkirakan intensitas dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk meminimalkan resiko yang muncul.
3 Prosedur Pengendalian Control Procedure
Universitas Sumatera Utara
23
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan
mencegah atau mendeteksi terjadinya kesalahan dan ketidakberesan. Prosedur pengendalian meliputi hal-hal sebagai
berikut: a.
personil yang kompeten, mutasi tugas, dan cuti wajib b.
pelimpahan tanggung jawab c.
pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait d.
pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan asset, dan operasional.
4 Pemantauan Monitoring Pemantauan adalah proses penilaian kinerja pengendalian
internal sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian untuk
menentukan apakah pengendalian intern beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan untuk menentukan apakah pengendalian
intern tersebut memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.
5 Informasi dan Komunikasi Information and Communication Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang
penting dari pengendalian intern perusahaan.Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian resiko, prosedur pengendalian,
dan monitoring diperlukan oleh manajemen operasional dan
Universitas Sumatera Utara
24
menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan- peraturan yang berlaku pada perusahaan.Informasi juga diperlukan
dari pihak eksternal.Manajemen juga dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal.Hukum,
peristiwa, dan kondisi yang berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal.
2.1.1.2. Efektivitas Pengendalian Intern
Efektivitas adalah kemampuan untuk melakukan hal yang tepat atau untuk menyesuaikan sesuatu dengan baik, hal ini
mencakup pemilihan sasaran yang paling tepat dan pemilihan metode yang sesuai untuk mencapai sasaran tersebut
Handoko,1996.
Efektivitas sistem pengendalian intern diartikan sebagai kemampuan sistem pengendalian intern yang direncanakan dan
diterapkan agar mampu mewujudkan tujuannya yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku, serta efektivitas dan efisiensi operasi.Tercapainya tujuan tersebut diwujudkan dalam bentuk adanya unsur-unsur
sistem pengendalian intern dalam pengelolaan koperasi secara efektif dan efisiensi.
Universitas Sumatera Utara
25
2.1.2. Good Corporate Governance
Pengertian dari Good Corporate Governance GCG tidak lain merupakan pengelolaan bisnis yang melibatkan kepentingan stakeholders
serta penggunaan sumber daya yang berprinsipkan keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas Wardani, 2010, hal tersebut dalam
keberadaannya penting dikarenakan oleh dua hal. Pertama, cepatnya perubahan yang berdampak pada persaingan global. Kedua, karena
semakin banyak dan kompleksitas stakeholders termasuk struktur kepemilikan bisnis. Kedua, hal tersebut menyebabkan resiko terhadap
bisnis yang menuntut antisipasi peluang, dan ancaman dalam strategi termasuk sistem pengendalian yang prima.
Definisi atas Good Corporate Governance GCG sendiri telah mengalami penyesuaian dari tahun ke tahun seiring dengan kemajuan
jaman dan perekonomian dimana Good Corporate Governance GCG menjadi suatu hal yang semakin penting, pengertian dalam Cadbury
Committee 1992 ialah: “A set of rules that define the relationship between shareholders,
managers, creditors, the goverment, employees and other internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities.”
Good Corporate Governance GCG dibutuhkan dalam rangka meminimalisir kesalahan antar hubungan yang terjalin dari pihak-pihak
yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
26
Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dalam
bisnis.Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah sistem pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi strategis
dan operasional bisnis serta berbasis informasi.Good Corporate Governance memberikan kontribusi yang dapat dijadikan sebagai
alternatif penting untuk meningkatkan kualitas proses bisnis melalui informasi yang dihasilkan serta peranannya sebagai performance driver,
performance measurement. Proses bisnis diperbaiki secara tepat dan akurat apabila diperoleh informasi yang akurat dan komprehensif tentang apa
yang harus diperbaiki termasuk apa yang harus dilakukan.
2.1.2.1. Manfaat Good Corporate Governance
Dengan menerapkan Good Corporate Governance bagi suatu perusahaan, beberapa manfaat yang dapat diambil adalah :
a Memberikan kontribusi terciptanya kesejahteraan masyarakat,
pegawai, dan stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang baik dalam menghadapi tantangan kedepannya.
b Meningkatkan legitimasi perusahaan yang dikelola dengan
terbuka, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan. c
Adanya pengakuan dan perlindungan hak dan kewajiban stakeholders.
Universitas Sumatera Utara
27
d Adanya suatu pendekatan yang terpadu berdasarkan kaidah-
kaidah demokrasi, pengelolaan, dan partisipasi perusahaan secara legitimate.
e Menciptakan daya tarik kepada investor baik lokal maupun
asing untuk meyakinkan kepada investor bahwa investasi aman dan dapat dikelola secara efisien, terbuka dengan dukungan
proses yang dapat dipertanggungjawabkan. f
Meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas pemakaian sumber daya perusahaan.
Dengan diterapkannya Good Corporate Governance secara konsisten, konsekuen dan penuh dengan komitmen diharapkan
perusahaan akan menjadi lebih handal karena secara umum manfaat lainnya adalah:
1 Entitas bisnis akan menjadi efisien.
2 Meningkatkan kepercayaan publik.
3 Menjaga going concern perusahaan.
4 Dapat mengukur target kinerja manajemen perusahaan.
5 Mengurangi resiko manajemen.
2.1.2.2. Prinsip Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip utama dari Good Corporate Governance GCG yang menjadi indikator, sebagaimana yang telah dirancang
oleh The Indonesian Intitute of Corporate Governance IICG,
Universitas Sumatera Utara
28
2009 dan Organization for Economic Cooperation and Development OECD, 2004 yaitu:
a Fairness Keadilan
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan perundangan yang
berlaku.Fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam
perusahaan. b
DisclosureTransparency KeterbukaanTranparansi Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Pengungkapan
informasi merupakan hal penting sehingga semua pihak yang berkepentingan tahu pasti apa yang telah dan bisa terjadi.
Laporan tahunan perusahaan harus memuat berbagai informasi yang diperlukan, demikian pula perusahaan yang go public.
c Accountabillity Akuntabilitas
Accountability akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga
pengelolaannya berjalan secara efektif. Bila prinsip accountability akuntabilitas ini diterapkan secara efektif,
maka perusahaan akan terhindar dari agency problem benturan kepentingan peran.
Universitas Sumatera Utara
29
d Responsibility Responsibilitas
Prinsip responsibility diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari adanya
wewenang, menyadari akan adanya tanggungjawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi
professional, dan menjunjung etika serta memelihara bisnis yang sehat.
e Independency Independen
Adanya masing-masing organ perusahaan yang tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain
merupakan salah satu bentuk independensi dalam suatu perusahaan.
2.1.2.3. Penerapan Good Corporate Governance GCG pada BUMN
Good Corporate Governance GCG di Indonesia dikenal pada tahun 1997 saat krisis ekonomi menerpa, banyak perusahaan
yang kemudian tidak mampu bertahan. Menyadari situasi ini, Good Corporate Governance GCG yang buruk disinyalir menjadi salah
satu alasan, maka pemerintah melalui Kementrian BUMN mulai memperkenalkan Good Corporate Governance GCG agar dapat
menjadi landasan operasional perusahaan.Pemerintah mendorong
Universitas Sumatera Utara
30
perusahaan di Indonesia untuk menerapkannya dengan membuat peraturan-peraturan yang terkait.
2.1.3. Budaya Organisasi
Menurut Denison 1990, mengemukakan bahwa ada empat prinsip integratif mengenai hubungan timbal balik antara budaya organisasi dan
efektifitas kerja organisasi. Keempat prinsip ini diberi nama empat sifat utama main cultural traits yang menyangkut keterlibatan involvement,
konsistensi concistency, adaptabilitas adaptibility, dan misi mission. Keempat sifat utama tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Keterlibatan involvement
Keterlibatan merupakan faktor kunci dalam budaya organisasi.Keterlibatan yang tinggi dari anggota organisasi berpengaruh
terhadap kinerja organisasi khususnya menyangkut manajemen, strategi organisasi, struktur organisasi, biaya-biaya transaksi dan sebagainya.Nilai-
nilai, norma-norma dan tradisi organisasi merupakan konsensus bagi anggota organisasi untuk melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan
organisasi.Keterlibatan dalam hubungan antara efektivitas bukanlah hal baru karena telah banyak literature yang membahasnya.Gagasan pokoknya
adalah efektivitas organisasi merupakan fungsi dari tingkat keterlibatan dan partisipasi para anggota organisasi. Konsep ini mengemukakan
bahwatingkat keterlibatan dan partisispasi yang tinggi menciptakan kesadaran akan kepemilikian sense of ownership dan tanggung jawab
Denison dan Mishra, 1988. Dari kesadaran ini timbul komitmen yang
Universitas Sumatera Utara
31
lebih besar pada organisasi dan kebutuhan yang lebih sedikit akan sistem control yang ketat. Indikator keterlibatan meliputi:
1. Empowerment
Individu memiliki kekuasaan, inisiatif dan kemampuan untuk mengatur kerja mereka sendiri, hal ini menciptakan rasa memiliki dan
tanggung jawab terhadap keberlangsungan organisasi. 2.
Team Orientation Nilai diterapkan saat bekerja sama dalam mencapai tujuan. Organisasi
bergantung pada upaya tim dalam mencapai tujuan tersebut. 3.
Capability Development Organisasi secara kontinue melakukan investasi dalam membentuk
mengembangkan kemampuan karyawan dengan tujuan untuk mempertahankan kompetisi dan memenuhi kebutuhan bisnis.
B. Konsistensi concistency
Konsistensi menyangkut keyakinan, nilai-nilai, symbol danperaturan-peraturan yang mempunyai pengaruh terhadap
kinerjaorganisasi khususnya menyangkut metode melakukan bisnis, perilakukaryawan dan tindakan-tindakan bisnis lainnya Pascale, 1984:
Weick, 1987, dalam Denison dan Mishra, 1989. Penelitian menunjukkan efektivitas terjadi karena organisasi
tersebut konsisten dan terintegrasi secara baik.Sikap perilaku seseorang berakar pada sekumpulan nilai-nilai inti bersama, para pemimpin, dan
anggota dilatih pada pencapaian kesepakatan walaupun mereka
Universitas Sumatera Utara
32
mempunyai perbedaan sudut pandang.Organisasi dengan sifat-sifat seperti ini mempunyai budaya yang khusus dan kuat secara signifikan
mempengaruhi sikap perilaku anggota pada kemampuan mereka dalam mencapai kesepakatan dan melakukan tindakan-tindakan terkoordinasi.
Teori konsistensi mengatakan bahwa makna bersama memiliki dampak positif karena para anggota organisasi bekerja berdasarkan
kerangka kerja bersama mengenai nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang membentuk dasar mereka berkomunikasi. Indikator konsistensi
adalah 1
Coordination and Integration Departemen dan unit-unit kerja memungkinkan organisasi untuk
bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama. 2
Agreement Organisasi mampu mencapai kesepakatan dalam menghadapi sebuah
issue kritis meliputi derajat kesepakatan dan kemampuan untuk menyelesaikan perbedaan yang terjadi.
3 Core Values
Anggota organisasi membagikan seperangkat nilai yang mereka anut, hal ini menciptakan identitas dan ekspektasi.
C. Adaptabilitas adaptibility
Ada tiga aspek adaptabilitas yang mempunyai dampakeketifitas organisasi, yaitu kemampuan untuk menyadari danbereaksi pada
lingkungan eksternal, kemampuan untuk bereaksipada lingkungan internal,
Universitas Sumatera Utara
33
dan kemampuan untuk bereaksi padapelanggan internal maupun eksternal.Ketiga aspektersebut merupakan hasil perkembangan dari
asumsi-asumsi, nilai-nilai, dan norma-norma dasar yang memberikan struktur dan arah bagi organisasi.
Orang yang telah terintegrasi dengan baik sering sangat sulit untuk dirubah.Integrasi kedalam dan adaptasi keluar dapat menjadi
rintangan.Organisasi yang dapat beradaptasi digerakkan oleh pelanggannya, mengambil resiko dan belajar dari kesalahannya, dan
mempunyai kemampuan serta pengalaman untuk menciptakan perubahan. Mereka terus menerus meningkatkan kemampuan organisasi utnuk
memberikan nilai yang berharga bagi pelanggannya.Organisasi yang memiliki ciri tersebut dikatakan sebagai organisasi yang memiliki
adaptabilitas karena indikator adaptabilitas adalah kemampuan menciptakan perubahan, fokus pada pelanggan, kemampuan organisasi
untuk belajar. Budaya yang dapat membantu organisasi mengantisipasi dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan, akan diasosiasikan dengan kinerja superior dalam periode waktu yang panjang. Budaya yang
demikian disebut budaya adaptif yang membantu organisasi terhadap lingkungan yang berubah dengan memungkinkannya mengidentifikasi dan
mengeksploitasi peluang-peluang baru Schein, 1985: dalam Denison dan Mishra, 1989. Para anggota percaya bahwa mereka dapat menata secara
Universitas Sumatera Utara
34
efektif masalah baru dan peluang yang mereka temui serta siap menanggung resiko.Indikator adaptabilitas adalah sebagai berikut:
a Creating Change
Organisasi dapat menciptakan perubahan yang adaptive. Organisasi mampu membaca lingkungan bisnis, bereaksi secara cepat pada
perubahan perubahan dan mengantsipasi kemungkinan perubahan masa depan.
b Customer Focus
Organisasi memahami dan bereaksi pada keinginan konsumen dan mengantisipasi kebutuhan masa depan dari konsumen. Hal ini
merefleksikan derajat semangat organisasi untuk memberikan kepuasan konsumen.
c Organizational Learning
Organisasi menerima, menerjemahkan, menginterpretasi sinyal lingkungan menjadi sebuah kesempatan yang dapat menumbuhkan
inovasi, keinginan untuk menambah wawasan dan mengembangkan kemampuan organisasi.
D. Misi Mission
Penghayatan misi memberikan dua pengaruh besar pada fungsiorganisasi, yaitu:
1 Menentukan manfaat dan makna dengan cara mendefinisikan peran
sosial dan sasaran sosial dan sasaran eksternal bagi institusi serta mendefinisikan peran individu berkenaan dengan peran institusi.
Universitas Sumatera Utara
35
2 Memberikan kejelasan arah atau aturan. Kesadaran akan misi
memberikan arah dan sasaran yang jelas yang berfungsi untuk mendefinisikan serangkaian tindakan yang tepat bagi organisasi dan
para anggotanya. Organisasi yang berhasil mempunyai arah dan tujuan yang jelas
didefinisikan dalam tujuan organisasi dan sasaran strategis dan tercermin dalam visi tentang akan bagaimana organisasi dimasa depan. Jika visi
menggambarkan aspirasi organisasi dan akan seperti apa, maka misi menggambarkan organisasi dalam melakukan usaha, melayani pelanggan
dan keahlian yang perlu dikembangkan untuk mencapai visi organisasi. Indikator misi adalah sebagai berikut:
1 Strategic Direction Intents
Rencana yang dimiliki oleh organasasi untuk make theirmark. Strategi yang jelas dimaksudkan untuk membawa tujuan organisasi dan
menjelaskan bagaimana cara mereka dapat memberi kontribusi guna mencapai tujuan organisasi tersebut.
2 Goals Objectives
Sekumpulan tujuan yang jelas dimana tujuan tersebut memiliki hubungan dengan visi, misi, dan strategi dan menyediakan arahan yang
jelas dalam pekerjaan. 3
Vission
Universitas Sumatera Utara
36
Organisasi berbagi pandangan tentang keinginan mereka di masa depan. Merupakan wujud dari core values dan menjadi gambaran “heart and
mind” sebuah organisasi juga menyediakan petunjuk dan arahan.
2.1.4. Audit Manajemen
Audit manajemen seringkali diartikan sama dengan audit operasional. Pengertian sederhana dari audit manajemen adalah investigasi
dari suatu organisasi dalam semua aspek kegiatan manajemen dari yang paling tinggi sampai dengan ke bawah dan pembuatan laporan audit
mengenai efektifitasnya atau dari segi profitabilitas dan efisiensi kegiatan bisnisnya. Sedangkan pengertian sederhana audit operasional adalah
uraian aktifitas perusahaan yang sistematis dalam hubungannya dengan tujuan untuk melihat, mengidentifikasikan peluang perbaikan, atau
mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan. Jelas kedua pengertian serupa karena pemeriksaan manajemen dilakukan saat manajemen
beroperasi. Ada beberapa pendapat mengenai definisi audit manajemen, di
antaranya, Willy Susilo 2002 menyatakan bahwa : Audit manajemen adalah audit terhadap manajemen suatu organisasi secara keseluruhan
untuk menilai unsur-unsur manajemen apakah telah direncanakan, dijalankan dan dikendalikan dengan prinsip-prinsip manajemen yang baik
dan benar sehingga organisasi melalui fungsi-fungsinya dapat mencapai tujuan yang direncanakan yang mencakup dimensi PQCDSME –
Productivity produktivitas – Quality mutu – Cost biaya – Delivery
Universitas Sumatera Utara
37
waktu penyampaian – Safety keselamatan – Morale etos kerja – Enviroment lingkungan – secara efektif dan efisien. Sedangkan Sukrisno
Agoes 2004 dikemukakan bahwa: Audit manajemen, disebut juga operasional audit, audit fungsional, audit sistem, adalah suatu pemeriksaan
terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi
tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
2.1.4.1. Tujuan Audit Manajemen
Audit manajemen sangat berperan bagi perusahaan dalam menilai aktivitas dari sudut pandang efisiensi, efektivitas dan
kehematan.Dalam melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengendalian agar lebih
memusatkan perhatiannya pada pencapaian tujuan-tujuan perusahaan yang meliputi sasaran strategi, auditor manajemen dapat
mengembangkan teknik-teknik pemeriksaan yang semakin baik dan juga dapat memberikan pertimbangan bagi manajemen dalam
pengambilan keputusan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Menurut AICPA yang dikutip oleh Amin Widjaja 2000 dalam
bukunya menyatakan sebagai berikut: “Tujuan pelaksanaan audit manajemen adalah untuk memeriksa dan menilai operasi perusahaan
serta prosedur pelaksanaannya, juga menyangkut pemberian informasi kepada manajemen tentang masalah-masalah operasi yang diperlukan
Universitas Sumatera Utara
38
untuk melakukan koreksi dalam peningkatan, penghematan dan produktivitas.”
2.1.4.2. Audit Manajemen Fungsi Sumber Daya Manusia
Sumber daya yang penting dan membutuhkan perhatian lebih adalahsumber daya manusia.Sumber daya manusia penting karena
mempengaruhiefektifitas organisasi, serta merupakan fungsi pokok perusahaan dalammenjalankan bisnis dan meningkatkan nilai tambah
perusahaan.Secara umum fungsi sumber daya manusia memegang peranan dan tanggung jawab penting dalam memasok sumber daya
manusia yang memenuhi kualifikasi sesuai dengan keunggulan bersaing sebuah usaha.Sumber daya manusia adalah asset organisasi yang paling
penting dan membuat sumber daya organisasi lainnya bekerja. Bagian fungsi sumber daya manusia dituntut mengambil tindakan atau
pemilihan yang cermat dan tepat untuk mencapai suatu sasaran dan
target yang telah ditentukan.
Audit manajemen sumber daya manusia bertujuan untuk menilaiapakah kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur dan
aktivitas sumber daya manusia telah memenuhi tujuan perusahaan dan berjalan secara efektif dengan mendeteksi masalah-masalah dalam
proses pekerjaanaktivitas yang telah dilakukan. Dengan proses audit yang penulis lakukan ini diharapkan dapat membantu manajemen dalam
mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam perusahaan terutama dari segi sumber daya manusianya.
Universitas Sumatera Utara
39
Audit manajemen harus mengetahui penyebab yang
menimbulkan masalah tersebut dengan mengumpulkan dan
menganalisis data yang relevan, kemudian mencari cara-cara untuk mengurangi dampak yang akanditimbulkan dari masalahmasalah
tersebut. Penelitian hanya berfokus pada fungsi sumber daya manusia untuk menilai dan menganalisis program-program pada fungsi tersebut
serta menindaklanjuti masalah-masalah yang ada sehingga auditor dapat menentukan rekomendasi perbaikan yang akan diberikan kepada
manajemen.
2.1.5. Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas organisasi Sumadiyah dan Susanta,
2004.Kinerja manajerial didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen, yaitu seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
yang meliputi perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan Mahoney, et al.
dalam Handoko 1996. 1
Perencanaan, merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program,
prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Tanpa rencana manajer tidak dapat mengetahui
bagaimana mengorganisasikan orang dan sumber daya yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
40
secara efektif, serta manajemen hanya mempunyai peluang kecil untuk mencapai sasaran atau mengetahui adanya penyimpangan secara dini.
2 Investigasi, merupakan suatu proses pengendalian yang tarafnya lebih
tinggi dimana dalam taraf investigasi sudah ada indikasi adanya suatu penyimpangan sehingga diperlukan adanya suatu penyelidikan.
3 Pengkoordinasian, merupakan proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan
kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah dari suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa adanya
koordinasi dalam suatu organisasi maka individu akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi sehingga mereka akan
mulai mengejar kepentingan sendiri yang sering merugikan pencapaian organisasi secara keseluruhan.
4 Evaluasi, merupakan tindakan yang memberikan penilaian dan
pengukuran secara objektif terhadap hasil-hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan yang telah direncanakan apakah sudah sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. 5
Pengawasan, merupakan penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. 6
Pemilihan Staf, memiliki karyawan yang cakap dan terampil dalam suatu organisasi merupakan suatu hal yang mutlak, sehingga dalam
melaksanakan pemilihan staf yang akan berperan serta dalam pengelolaan usaha, manajemen harus bersikap selektif dan memilih staf
Universitas Sumatera Utara
41
yang sesuai dengan kualifikasi yang seharusnya dimiliki dalam posisi yang ditawarkan.
7 Negosiasi, merupakan bagian dari kegiatan usaha yang berkaitan dengan
melakukan tawar menawar dengan pihak luar separti pemasok untuk pemenuhan kebutuhan usaha. Kemampuan melakukan negosiasi
merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki oleh seorang manajer, hal ini karena kemampuan negosiasi akan sangat diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaannya dalam menghadapi orang lain serta untuk menyelesaikan suatu masalah.
8 Perwakilan, merupakan kegiatan untuk menghadiri pertemuan-
pertemuandengan perusahaan lain, memberikan penerangan ataupun penjelasankepada masyarakat serta mempromosikan keberadaan
perusahaan yang dipimpinnya kepada masyarakat. Pengukuran kinerja manajerial merupakan suatu proses yang harus
dilakukan dalam pengendalian manajemen. Pengukuran tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan valid tentang
perilaku dan kinerja anggota organisasi.
2.2. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu NO
Nama Peneliti
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1. Astuty
2014 Variabel Independen
• Audit
Manajemen •
Lokus Kendali Hasil penelitian menunjukkan
bahwa audit manajemen dan lokus kendali berpengaruh
terhadap kinerja manajerial. Apabila keduanya semakin
Universitas Sumatera Utara
42
Variabel Dependen
• Kinerja
Manajerial Perusahaan
baik dan terkendali maka akan dapat meningkatkan kinerja
manajerial.
2. Amelia,
Desmiyawati, Azlina
2013 Variabel Independen
• Good
Governance
• Pengendalian
Intern
• Budaya
Organisasi
Variabel Dependen •
Kinerja Pemerintah
Daerah Hasil penelitian menunjukkan
bahwa good governance dan pengendalian intern
berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah sedangkan
budaya organisasi tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten
pelalawan.
3. Andriyanto
2013 Variabel Independen
• Pengendalian
Intern •
Prinsip-Prinsip Good Corporate
Governance
Variabel Dependen
• Kinerja
Manajerial
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian intern
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
manajerial dan good corporate governance
menunjukan pengaruh positif signifikan terhadap kinerja
manajerial.
4. Hasanah
2013 Variabel Independen
• Total Quality
Management Variabel Moderating
• Sistem
Pengukuran Kinerja
• Sistem
Penghargaan
Variabel Dependen
• Kinerja
Manajerial
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Total Quality Management berpengaruh signifikan positif
terhadap kinerja manajerial
5. Sianipar
2013 Variabel Independen
• Sistem
Pengukuran Kinerja
Sistem Reward Berdasarkan hasil temuan
penelitian dan pengujian hipotesis yang telah diajukan
dapat disimpulkan bahwa: 1.
Universitas Sumatera Utara
43
Variabel Dependen
• Kinerja
Manajerial Sistem pengukuran kinerja
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial di
perusahaan BUMN yang terdapat di Kota Padang.
2. Sistem reward berpengaruh signifikan positif terhadap
kinerja manajerial perusahaan BUMN yang terdapat di Kota
Padang
6. Alfrida
2007 Variabel Independen
• Desentralisasi
• Sistem
Pengendalian Intern
Pemerintah
Variabel Dependen
• Kinerja
Manajerial SKPD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa desentralisasi
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja Manajerial
SKPD dan sistem pengendalian Intern
pemerintah berpengaruh signifikan positif terhadap
kinerja manajerial SKPD.
Sumber : Data diolah oleh penulis 2016 Astuty 2014, Pengaruh Audit Manajemen dan Lokus Kendali Terhadap
Kinerja Manajerial Perusahaan Survey pada BUMN di Kota Bandung . Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit manajemen dan lokus kendali berpengaruh
terhadap kinerja manajerial. Apabila keduanya semakin baik dan terkendali maka akan dapat meningkatkan kinerja manajerial.
Amelia, Desmiyawati, Azlina 2013, Pengaruh Good Governance, Pengendalian Intern dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
Studi Pada Satuan Kerja Pemerintah Kabupaten Pelalawan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa good governance dan pengendalian intern berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah sedangkan budaya organisasi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja pemerintah daerah
kabupaten pelalawan.
Universitas Sumatera Utara
44
Andriyanto 2013, Pengaruh Pengendalian Intern dan Penerapan Prinsip- Prinsip Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Manajerial Studi Empiris
pada PT.BRI persero Tbk Cabang Jember.Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengendalian intern berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja manajerial dan good corporate governance menunjukan pengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial.
Hasanah 2013, Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan Sebagai
Variabel Moderating.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Total Quality Management berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial.
Sianipar 2013, Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Reward Terhadap Kinerja Manajerial Studi Empiris pada Perusahaan BUMN Kota
Padang.Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pengujian hipotesis yang telah diajukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Sistem pengukuran kinerja berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja manajerial di perusahaan BUMN yang terdapat di Kota Padang. 2. Sistem reward berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
manajerial perusahaan BUMN yang terdapat di Kota Padang. Alfrida 2007, Pengaruh Desentralisasi dan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Terhadap Kinerja Manajerial SKPD Studi Empiris pada Pemerintahan Kota Padang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desentralisasi
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja Manajerial SKPD dan sistem pengendalian Intern pemerintah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
manajerial SKPD.
Universitas Sumatera Utara
45
2.3. Kerangka Konseptual