Asas Kepastian Hukum dalam Kepailitan

68 izin untuk itu. Bila debitur pailit telah dilepas, maka debitur pailit harus bersifat kooperatif agar memudahkan proses pengurusan dan pemberesan, karena apabila debitur pailit beritikad tidak baik lagi, ia dapat kembali ditahan.

BAB IV KEPASTIAN HUKUM DALAM IMPLEMENTASI KETENTUAN

PENAHANAN DEBITUR PAILIT DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

A. Asas Kepastian Hukum dalam Kepailitan

Asas, dalam pengertian sehari-hari, sering disebut sebagai prinsip, dasar, landasan, acuan, dan sebagainya. Secara etimologi kata, asas ini dapat diterangkan sebagai berikut: 59 1. Dasar, alas, pondamen ; misalnya batu yang baik untuk rumah. 2. Sesuatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berpikir berpendapat dan sebagainya; misalnya : bertentangan dengan asas hukum pidana ; pada asasnya saya setuju dengan usul saudara 3. Cita-cita yang menjadi dasar perkumpulan, negara dan sebagainya; misalnya: membicarakan asas dan tujuannya. Teh Liang Gie sebagaimana dikutip oleh Sudikno, 60 59 Syamsul Arifin, Pengantar Falsafah Hukum Bandung: Cipustaka Media,2014, hlm. 102. berpendapat bahwa, Asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum tanpa 60 Sudikno, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar Yogyakarta: Penerbit Liberty, 2002, hlm. 34. 69 menyarankan cara-cara khusus mengenai pelaksanaannya, yang diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan itu. Kedudukan asas dalam hukum, menurut C.W.Paton, adalah sebagai suatu alam pikiran yang dirumuskan secara luas dan yang mendasari adanya suatu norma hukum. Namun, Mahadi menjelaskan bahwa rumusan asas seperti yang dihidangkan oleh Paton memberikan kesan seolah-oleh tiap norma hukum dapat dikembalikan kepada asas, padahal kesan ini tidak beralasan. 61 Namun, pada umumnya, suatu norma itu tetap mempunyai asas yang melandasinya. Asas hukum umum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat. Asas hukum tidak boleh dianggap sebagai norma-norma hukum konkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk- petunjuk bagi hukum yang berlaku. Fungsi-fungsi asas hukum antara lain: 62 1. Perundang-undangan harus mempergunakan asas-asas hukum sebagai pedoman bagi kerjanya. 2. Hakim melakukan interpretasi hukum berdasarkan asas-asas hukum. 3. Hakim perlu mempergunakan asas-asas hukum, apabila ia perlu mengadakan analogi. 4. Hakim dapat melakukan koreksi terhadap peraturan perundang-undangan, karena tidak dipakai terancam kehilangan maknanya. 61 Syamsul Arifin, Op. Cit., hlm.103. 62 Ibid, hlm. 105-106. 70 Ajaran Cita Hukum Idee desRecht menyebutkan adanya tiga unsur cita hukum yang harus ada secara proporsional, yaitu kepastian hukum rechtssicherkeit, keadilan gerechtigkeit, dan kemanfaatan zweckmasigkeit. Sekiranya dikaitkan dengan teori penegakan hukum sebagaimana disampaikan oleh Gustav Radbruch dalam idee des recht yaitu penegakan hukum harus memenuhi ketiga asas tersebut. 63 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang bertujuan agar perkara kepailitan dapat diselesaikan secara lebih cepat, adil dan terbuka. Selain itu, undang-undang ini juga memberikan perlindungan hukum kepada pihak kreditur dan pihak debitur. Pihak kreditur dapat memperoleh perlunasan secara proporsional dan mencegah agar debitur tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditur, sedangkan pihak debitur dapat tetap melanjutkan usahanya. Ketiga unsur tersebut harus ada kompromi, harus mendapat perhatian secara proporsional seimbang. Untuk mencapai tujuan tersebut, UUK dan PKPU melaksanakan beberapa prinsip dalam penyelesaian perkara kepailitan di pengadilan. Prinsip-prinsip tersebut merangkumi 5 lima hal, yaitu prinsip keadilan, prinsip penjatuhan pailit bukan sebagai ultimun remidium, prinsip dapat diketahui oleh masyarakat umum terbuka, prinsip penyelesaian perkara secara cepat, dan prinsip pembuktian secara sederhana. 63 Lihat Fence M. Wantu,“Antinomi Dalam Penegakan Hukum Oleh Hakim”,Jurnal Berkala Mimbar Hukum,Vol.19, Nomor 3 Oktober 2007,Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, hlm. 395. 71 Berdasarkan pengaturan dalam UUK dan PKPU, ketiga unsur penegakan hukum tersebut telah terakomodasi dalam undang-undang tersebut. Konsep kepastian hukum tersimpul dalam prinsip penyelesaian perkara secara cepat dan prinsip pembuktian secara sederhana. Unsur keadilan dalam penegakan hukum tercermin dalam asas keadilan, sedangkan unsur kemanfaatan dapat dilihat sebagaimana asas penjatuhan pailit sebagai cara paling akhir ultimum remidium penyelesaian utang dan prinsip boleh diketahui oleh masyarakat umum terbuka. 64 Kepastian hukum dapat dimaknakan bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Kepastian diartikan sebagai kejelasan norma sehingga dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat yang dikenakan peraturan ini. Pengertian kepastian tersebut dapat dimaknai bahwa ada kejelasan dan ketegasan terhadap berlakunya hukum di dalam masyarakat. Hal ini untuk tidak menimbulkan banyak salah tafsir. Kepastian hukum yaitu adanya kejelasan skenario perilaku yang bersifat umum dan mengikat semua warga masyarakat termasuk konsekuensi-konsekuensi hukumnya. Kepastian hukum dapat juga berarti hal yang dapat ditentukan oleh hukum dalam hal-hal yang konkret. 65 Unsur kepastian hukum dalam penegakan hukum juga dapat tersimpul dari syarat kepailitan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU. Dalam ketentuan ini menyebutkan bahwa bahwa debitur yang mempunyai dua 64 Lihat Tata Wijayanta,“Asas Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan Dalam Kaitannya Dengan Putusan Kepailitan Pengadilan Niaga”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 14 Nomor 2 Mei 2014, Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, hlm. 4. 65 Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedua Puluh Empat Jakarta : Pradnya Pratama, hlm. 24-25. 72 atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU tersebut kepastian hukum terhadap orang yang dijatuhi pailit jika telah memenuhi adanya tiga syarat, yaitu harus ada utang; salah satu dari utang telah cukup waktu dan dapat ditagih; dan debitur mempunyai sekurang-kurangnya dua atau lebih kreditur. Syarat kepailitan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU ini memang sangat sederhana. Debitur dengan kemampuan membayar utang dapat dipailitkan oleh pengadilan ketika ketiga syarat kepailitan yaitu harus ada utang; salah satu dari utang telah cukup waktu dan dapat ditagih; dan debitur mempunyai sekurang-kurangnya dua atau lebih kreditur secara normatif terpenuhi.

B. Ketentuan Mengenai Syarat Penahanan Debitur Pailit