a. Perlindungan Hukum Prefentif
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam
peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-
batasan dalam melakukan suatu kewajiban b.
Perlindungan Hukum Reprentif Perlindungan Hukum represif merupakan perlindungan akhir yang
berupa sanksi atau denda dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu
pelanggaran.
B. SARAN
1. Diharapkan setiap pengguna jasa bus CV. INTRA mendapatkan haknya
dalam perlindungan hukum apabila terjadi suatu kecelakaan lalu lintas, dan juga kepada Dinas Perhubungan juga agar lebih ketat dan teliti dalam
melakukan uji kelayakan sebelum angkutan bus CV. INTRA dipakai
beroperasi untuk mengangkut penumpang.
2. Diharapkan agar pihak CV. INTRA mempermudahkan dalam setiap
penyelesaian problematika yang dialami oleh penumpang yang berupa kehilangan atau tertukarnya barang bawaan dan mempertegas peraturan
mengenai barang bawaan penumpang agar mengurangi resiko terjadinya kehilangan atau tertukarnya barang bawaan penumpang dan pihak CV.
INTRA juga diharapkan untuk memperhatikan kenyamanan dan
Universitas Sumatera Utara
keselamatan penumpang seperti memeriksa keadaan bus sebelum beroperasi dan memperbaiki segala fasilitas utama seperti pengatur suhu
ruangan AC, kursi yang goyang yang diberikan kepada penumpang agar memenuhi standar pelayanan minimal angkutan orang dengan kendaraan
bermotor atau bus sesuai yang telah di tetapkan dalam ketentuan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 98 Tahun 2013
tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan
Bermotor Umum Dalam Trayek.
3. Diharapkan pihak bus CV. INTRA dalam penerapan perlindungan dan
pelayanan yang di berikan kepada peumpangnya dilaksanakan dengan pengawasan yang lebih ketat agar setiap pengguna jasa bus CV. INTRA
selalu merasa aman dan nyaman dengan adanya kepastian hukum yang menjamin perlindungan kepada konsumen pengguna jasa angkutan darat
Bus CV. INTRA.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN DARAT SERTA
KEDUDUKAN HUKUM MENGENAI PENGGUNA ANGKUTAN DARAT MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 2009
A. Pengertian Pengangkutan, Konsep Pengangkutan Dan Asas Hukum Pengangkutan
1. Pengertian Pengangkutan
Pengangkutan yaitu perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan
meninggikan manfaat secara efisien.
15
Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar
angkutan.
16
Pengangkutan menurut Muchtaruddin Siregar adalah “segala kegiatan- kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan orang atau pemegang dan barang
atau muatan dari suatu tempat ke tempat tujuan, apabila rumusan tersebut diteliti, maka, pengangkutan itu menghasilkan jasa-jasa angkutan sebagai produksinya,
yaitu merupakan jasa dalam proses pemindahan barang atau orang”.
17
15
Sinta Uli, Pengangkutan, Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan Darat, Angkutan Udara, Medan: USU Press, 2006, hal. 20
16
H. Zainal Asikin, Hukum Dagang, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2013, hal. 153
17
Andi Sri Rezky Wulandari, Buku Ajar Hukum Dagang, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014, hal. 118
Universitas Sumatera Utara
Pengangkutan sebagai suatu proses mengandung makna sebagai serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian
dibawa menuju tempat yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan, sedangkan pendapat lain menyatakan pengangkutan niaga adalah
rangkaian kegiatan atau peristiwa pemindahan penumpang danatau barang dari suatu tempat tujuan sebagai tempat penurunan penumpang atau tempat
pembongkaran barang.
18
a. Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut
Rangkaian peristiwa atu kegiatan dalam pemindahan tersebut meliputi :
b. Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan,
c. Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan.
19
Fungsi dari pengangkutan ialah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna
dan nilai. Disini jelas meningkatnya daya guna dan nilai merupakan tujuan dari pengangkutan, yang berarti bila daya guna dan nilai di tempat baru itu tidak naik,
maka pengangkutan tidak perlu diadakan, sebab merupakan suatu perbuatan yang merugikan bagi si pedagang. Fungsi pengangkutan yang demikian itu tidak hanya
berlaku didunia perdagangan saja, tetapi juga berlaku dibidang pemerintahan, politik, sosial, pendidikan dan lain-lain.
20
18
Lestari Ningrum, Usaha Perjalanan Wisata Dalam Perspektif Hukum Bisnis, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 134
19
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013, hal. 43
20
H. M. N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jakarta: Djambatan, 2008, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD Indonesia tidak dijumpai definisi pengangkut, kecuali dalam pengangkutan laut,
akan tetapi dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkutan adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang
penumpang danatau barang. Singkatnya, pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan.
Dilihat dari sisi kepemilikan badan usaha, pengangkut dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu:
21
a. Badan Usaha Milik Negara BUMN
Ada yang berbentuk perusahaan perseroan persero, contohnya PT kereta Api Indonesia persero, PT Garuda Indonesia Airlines Persero dan PT
Pelayaran Nusantara Indonesia Persero. Ada juga yang berbentuk perusahaan umum Perum, contohnya Perum DAMRI.
b. Badan Usaha Milik Swasta BUMS
Umumnya berbentuk badan hukum perseroan terbatas, contohnya PT Lintas Sumatra, PT Samudra Indonesia, PT Sriwijaya Airlines, dan PT Lion
Airlines, sedangkan yang berbentuk badan hukum koperasi, contohnya Taksi Kopti Jaya. Akan tetapi ada juga yang berbentuk persekutuan bukan badan hukum
CV, contohnya CV. INTRA. c.
Badan Usaha Milik Perseorangan Contohnya PO Putra Remaja
2. Konsep Pengangkutan
21
Abdulkadir Muhammad, Op, cit, hal. 55
Universitas Sumatera Utara
Agar dapat memahami konsep pengangkutan secara komperhensif, perlu dikaji terlebih dahulu aspek-aspek yang tersirat dalam konsep pengangkutan.
Konsep pengangkutan : a.
Pengangkutan Sebagai Usaha Business Pengangkutan sebagai usaha adalah kegiatan usaha dalam bidang jasa
pengangkutan yang menggunakan alat pengangkut mekanik. Alat pengangkut mekanik contohnya adalah gerbong untuk mengangkut barang, kereta untuk
mengangkut penumpang, truk mengangkut barang, bus untuk mengangkut penumpang, pesawat cargo untuk mengangkut barang, pesawat penumpang untuk
mengangkut penumpang, kapal penumpang untuk mengangkut penumpang. Kegiatan usaha usaha tersebut selalu berbentuk perusahaan perseorangan,
persekutuan atau badan hukum.Karena menjalankan perusahaan, usaha jasa pengngkutan bertujuan memperoleh keuntungan danatau laba.
22
1 Pengangkutan dengan kereta api
Setiap perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengangkutan harus memperoleh izin usaha dari pemerintah sesuai dengan jasa pengngkutan yang
dijalankannya. Perusahaan bidang jasa pengangkutan lazim disebut perusahaan pengangkutan. Perusahaan pengangkutan meliputi kegiatan usaha bidang jasa:
2 Pengngkutan dengan kendaraan bermotor umum
3 Pengangkutan dengan kapal laut, kapal penyebrangan, kapal danau, dan
kapal sungai 4
Pengangkutan dengan pesawat udara.
23
22
Freddy Luth Putra Purba, Perlindungan Konsumen atas Kerusakan dan Kehilangan Bagasi Penumpang Pesawat Udara Oleh Maskapai Penerbangan, Medan: Jurnal Hukum
Ekonomi, Volume 1, 2013, hal. 4
23
Ibid, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
b. Pengangkutan Sebagai Perjanjian
Pengangkutan sebagai perjanjian selalu didahului oleh kesepakatan antara pihak pengangkut dan pihak penumpang atau pengirim.Kesepakatan tersebut pada
dasarnya berisi kewajiban dan hak pengangkut dan penumpang atau pengirim. Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang sejak di
tempat pemberangkatan sampai ke tempat tujuan yang telah disepakati dengan selamat.Sebagai imbalan, pengangkut berhak memperoleh sejumlah uangjasa atau
uang sewa yang disebut biaya pengangkutan, sedangkan kewajiban penumpang adalah membayar sejumlah uang sebagai biaya pengangkutan dan memperoleh
hak atas pengangkutan sampai di tempat tujuan dengan selamat. c.
Pengangkutan Sebagai Proses Penerapan Pengangkutan sebagai proses terdiri atas serangkaian perbuatan mulai dari
pemuatan ke dalam alat pengangkut, kemudian dibawa oleh pengangkut menuju tempat tujuan yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat
tujuan. Pengangkutan sebagai proses merupakan sistem yang mempunyai unsur- unsur sistem, yaitu:
1 Subjek pelaku pengangkutan
Yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan dan pihak yang berkepentingan dengan pengangkutan.
2 Status pelaku pengangkutan
Khususnya pengangkut selalu berstatus perusahaan perseorangan, persekutuan, atau badan hukum.
3 Objek pengangkutan
Yaitu alat pengangkut, muatan, dan biaya pengangkutan, serta dokumen pengangkutan.
24
24
Ibid, hal. 3
Universitas Sumatera Utara
Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan yang berakhir dengan pencapaian tujuan pengangkutan.Tujuan kegiatan usaha pengangkut
adalah memperoleh keuntungan danatau laba, tujuan kegiatan perjanjian pengangkutan adalah memperoleh hasil realisasi yang diinginkan oleh pihak-
pihak, dan tujuan kegiatan pelaksanaan pengangkutan adalah memperoleh keuntungan dan tiba dengan selamat di tempat tujuan.Ketiga aspek pengangkutan
tersebut menyatakan kegiatan tidak mungkin tujuan dapat dicapai. Kata yang paling tepat untuk menyatakan ketiga aspek kegiatan dan
hasilnya itu adalah “pengangkutan” karena sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, bukan “angkutan”. Istilah angkutan artinya hasil dari perbuatan
mengangkut atau menyatakan apa yang diangkut muatan. Apabila dipakai dengan istilah hukum, yang tepat adalah “hukum pengangkutan” transportation
law, bukan “hukum angkutan”.
3. Asas Hukum pengangkutan
Dalam setiap Undang-Undang yang dibuat pembentuk Undang-Undang biasanya dikenal sejumlah asas atau prinsip yang mendasari diterbitkannya
Undang-Undang tersebut.Asas-asas hukum merupakan fondasi suatu Undang- Undang dan peraturan pelaksanaannya. Bila asas-asas di kesampingkan, maka
runtuhlah bangunan Undang-Undang itu dan segenap peraturan pelaksanaannya.
25
Asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis yang di klasifikasikan menjadi dua, yaitu asas hukum publik dan asas hukum perdata.Asas
25
Yusuf Shofie, Pelaku Usaha, Konsumen dan Tindak Pidana Korporasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hal. 25
Universitas Sumatera Utara
hukum publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang berlaku dan berguna bagi semua pihak, yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan, pihak ketiga
yang berkepentingan dengan pengangkutan, dan pihak pemerintah Negara. Asas hukum perdata merupakan landasan hukum pengangkutan yang hanya berlaku
dan berguna bagi kedua pihak dalam pengangkutan, yaitu pengangkut dan penumpang atau pemilik barang.
26
a. Asas hukum publik
Undang-Undang Perkereta Apian Nomor 23 Tahun 2007, Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009, Undang-Undang
Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009, dan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran berlandaskan asas-asas hukum publik. Asas-asas hukum publik
adalah landasan Undang-Undang yang lebih mengutamakan kepentingan umum atau kepentingan masyarakat banyak yang dirumuskan dengan istilah atau kata-
kata manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, keserasian, keselarasan, kepentingan umum, keterpaduan, tegaknya hukum,
kemandirian, keterbukaan dan antimonopoli, berwawasan lingkungan hidup, kedaulatan negara, kebangsaan, dan kenusantaraan, serta keselamatan penumpang
cargo. 1
Asas manfaat Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan harus dapat
memberikan nilai guna yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan
26
Abdulkadir Muhammad, Op, cit, hal.12
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraan rakyat, dan pengembangan perikehidupan yang berkeseimbangan bagi warga negara Indonesia.
27
2 Asas adil merata
Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan
masyarakat, dengan biaya terjangkau oleh masyarakat. Asas keseimbangan mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dengan
keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara kepentingan pengguna dan penyedia jasa, antara kepentingan individu dan masyarakat, serta
antara kepentingan Nasional dan Internasional. 3
Asas kepentingan umum Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus
lebih mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas. 4
Asas keterpaduan Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan harus merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling mengisi.
28
5 Asas tegaknya hukum
Asas ini mengandung makna bahwa pemerintah wajib menegakkan dan menjamin kepastian hukum serta mewajibkan kepada setiap warga negara
Indonesia agar selalu sadar dan taat pada hukum dalam penyelenggaraan pengangkutan.
27
Ahmad Zazili, Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Pada Transportasi Udara Niaga Berjadwal Nasional, Semarang: Universitas Diponegoro, 2008, hal. 35
28
Abdulkadir Muhammad, Op, cit, hal. 13
Universitas Sumatera Utara
6 Asas percaya diri
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan harus berlandaskan kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian
bangsa.
29
7 Asas keselamatan penumpang
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan penumpang harus disertai dengan asuransi kecelakaan danatau asuransi kerugian lainnya. Asuransi
kecelakaan termasuk dalam lingkup asuransi sosial yang bersifat wajib compulsory security insurance. Keselamatan penumpang tidak hanya diserahkan
pada perlindungan asuransi, tetapi juga penyelenggara perusahaan pengangkutan harus berupa menyediakan dan memelihara alat pengangkut yang memenuhi
standar keselamatan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan konvensi Internasional.
8 Asas berwawasan lingkungan hidup
Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dilakukan berwawasan lingkungan.
9 Asas kedaulatan negara
Asas ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dapat menjaga keutuhan wilayah negara republik Indonesia.
29
Ahmad Zazili, Op, cit, hal. 37
Universitas Sumatera Utara
10 Asas kebangsaan
Asas ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dapat dicerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik kebinekaan
dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. b.
Asas hukum perdata Dalam kegiatan pengangkutan terdapat hubungan hukum antara pihak
pengangkut dan penumpang, hubungan hukum tersebut harus di dasarkan pada asas-asas hukum, Undang-Undang yang mengatur tentang pengangkutan di
Indonesia juga berlandaskan asas-asas hukum perdata. Asas hukum perdata adalah landasan Undang-Undang yang lebih mengutamakan kepentingan pihak-pihak
yang berkepentingan dalam pengangkutan, yang dirumuskan dengan kata-kata: perjanjian kesepakatan, koordinatif, campuran, retensi, dan pembuktian dengan
dokumen.
30
1 Asas perjanjian
Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan diadakan dengan perjanjian antara pihak perusahaan pengangkutan dan penumpang atau pemilik
barang. Tiket karcis penumpang dan dokumen pengangkutan merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian antara pihak-pihak.
Perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk tertulis, sudah cukup dengan kesepakatan antara pihak-pihak.Akan tetapi, untuk menyatakan
bahwa perjanjian itu sudah terjadi dan mengikat harus dibuktikan dengan atau didukung oleh dokumen-dokumen pengangkutan.
30
Ibid, hal. 14
Universitas Sumatera Utara
2 Asas koordinatif
Asas ini mengandung makna bahwa pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau
mewabahi yang lain. Walaupun pengangkut menyediakan jasa melaksanakan perintah penumpang atau pemilik barang.Asa ini menunjukkan bahwa
pengangkutan adalah perjanjian pemberian kuasa agency agreement.
31
3 Asas campuran
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian, yaitu pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan
melakukan pekerjaan dari penumpang atau pemilik barang kepada pengangkut. Ketentuan ketiga jenis ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain
dalam perjanjian pengangkutan.
32
4 Asas retensi
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkut tidak menggunakan hak retensi hak menahan barang. Penggunaan hak retensi bertentangan dengan
tujuan dan fungsi pengangkutan. Pengangkut hanya mempunyai kewajiban menyimpan barang atas biaya pemiliknya.
33
5 Asas pembuktian dengan dokumen
Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan selalu dibuktikan dengan dokumen-dokumen pengangkut. Tidak ada dokumen
pengangkutan berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika ada
31
Vinna Vanindia, Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Angkutan Udara, Studi Kasus Pada PT. Garuda Indonesia,Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional, 2012, hal. 22
32
Ahmad Zazili, Op, cit, hal. 38
33
Abdulkadir Muhammad, Op, cit, hal. 15
Universitas Sumatera Utara
kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya, pengangkutan dengan pengangkut perkotaan angkot tanpa tiketkarcis penumpang.
B. Pengangkutan Darat danPenyelengaraanPengangkutan Darat di Indonesia
1. Pengangkutan darat
Dalam Buku ke I Titel ke-V bagian ke-3 KUHDagang ditegaskan, bahwa pengangkut-pengangkut yang melalui darat dan nahkoda-nahkoda yang melayari
sungai-sungai dan perairan di pedalaman, termasuk terusan dan danau-danau. Kalau dilihat dari bunyi titel tersebut, kiranya agak tepat jika dikatakan sebagai
pengangkutan yang bukan penyebrang laut.
34
Jenis-jenis angkutan darat terdiri atas:
35
a. Angkutan jalan raya
Meliputi angkutan yang menggunakan alat angkut berupa manusia, binatang, sepeda motor, becak, bus, truck, dan kendaraan bermotor
lainnya.Tenaga yang digunakan adalah tenaga manusia, tenaga binatang, tenaga uap, BBM bahan bakar minyak, dan diesel.
b. Angkutan jalan rel atau kereta api
Angkutan rel, menggunakan kereta api yang terdiri dari lokomotif, gerbong barang dan kereta penumpang. Jalan yang dipergunakan berupa jalan rel
baja, baik dua rel maupun mono rel dengan tenaga penggerak berupa tenaga uap, diesel dan tenaga listrik.
34
Sution Usman, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Jakarta:Rineka Cipta, hal. 12
35
Sinta Uli, Op, cit, hal. 58
Universitas Sumatera Utara
Pengangkutan darat diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut: a.
Pasal 91 sampai dengan Pasal 98 tentang surat angkutan dan tentang pengangkut dan juragan perahu melalui sungai dan perairan darat.
b. Ketentuan diluar KUHDagangKUHPerdata, terdapat dalam Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
36
Pengangkutan yang dilakukan di ruang lalu lintas jalan menggunakan kendaraan, dimana kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri
atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Pengertian mengenai kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor terdapat dalam ketentuan
Pasal 1 angka 8 dan angka 9 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal 1 angka 8 Undang-Undang lalu Lintas dan
Angkutan jalan menyebutkan, “kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan
diatas rel”. Pasal 9 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan, “Kendaraan tidak bermotor adalah setiap
kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia danatau hewan”. Pengaturan mengenai kendaraan bermotor terdapat dalam Pasal 47 ayat 2
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan, didalam pasal tersebut di sebutkan bahwa kendaraan bermotor dikelompokkan
berdasarkan jenis : a.
Sepeda motor, adalah kendaraan beroda dua atau tiga tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping.
b. Mobil penumpang, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi
sebanyak-banyaknya 8 delapan tempat duduk, tidak termasuk tempat
36
H. Zainal Asikin, Op, cit,hal. 174
Universitas Sumatera Utara
duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
c. Mobil bus, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8
delapan tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
d. Mobil barang, adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk
dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus. e.
Kendaraan khusus.
37
2. Penyelengaraan Pengangkutan Darat di Indonesia
Penyelenggaraan pengangkutan adalah rangkaian perbuatan pemuatan penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut, pemindahan penumpang atau
barang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan yang telah disepakati, proses penyelenggaraan pengangkutan darat ini melibatkan berbagai perusahaan
pengangkutan lainnya.
38
a. Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam kegiatan
pelayanan langsung kepada masyarakat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah, badan hukum, danatau masyarakat.
Dalam Pasal 7 UU No. 22 Tahun 2009 di tentukan penyelenggara angkutan darat, sebagai berikut:
b. Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi masing-masing meliputi:
1 Urusan perintah di bidang jalan, oleh kementrian negara yang
bertanggung jawab di bidang jalan 2
Urusan pemerintahan dibidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
3 Urusan pemerintahan dibidang pengembangan industri Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, oleh kementrian negara yang bertanggung jawab di bidang industri
4 Urusan pemerintahan di bidang pengembangan teknologi Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, oleh kementrian negara yang bertanggung jawa di bidang pengembangan teknologi, dan
37
Penjelasan Pasal 47 ayat 2, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan
38
Abdulkadir Muhammad, Op. cit, hal . 173
Universitas Sumatera Utara
5 Urusan pemerintahan di bidang regritrasi dan identifikasi
kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakan Hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan
berlalu lintas oleh kepolisian Negara Republik Indonesia.
39
Selanjutnya Pasal 8 dijelaskan bahwa penyelenggaraan di bidang jalan meliputi kegiatan pengaturan, pembinaan, pengembangunan, dan pengawasan
prasarana Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 2 huruf a, yaitu: a.
Inventarisasi tingkat pelayanan jalan dan permasalahannya b.
Penyusunan rencana dan program pelaksanaannya serta penetapan tingkat pelayanan jalan yang diinginkan
c. Perencanaan, pembangunan, dan optimalisasi pemanfaatan ruas jalan
d. Perbaikan geometrik ruas jalan danatau persimpangan jalan
e. Penetapan kelas jalan pada setiap ruas jalan
f. Uji kelaikan fungsi jalan sesuai dengan standar keamanan dan keselamatan
berlalu lintas, dan g.
Pengembangan sistem informasi dan komunikasi di bidang pra sarana jalan.
40
Penyelenggaraan pengangkutan jalan menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, setiap kendaraan
bermotor yang dioprasikan di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan layak jalan. Persyaratan teknis yang dimaksud terdiri dari susunan, perlengkapan,
ukuran, muatan, penggunaan, penggandengan kendaraan bermotor, danatau penempelan kendaraan bermotor. Persyaratan layak jalan yang dimaksud di
tentukan oleh kinerja minimal kendaraan bermotor yang diukur sekurang- kurangnya terdiri dari atas emisi gas buang, kebisingan suara, efisien sistem rem
dan lampu utama, kincup roda depan, suara klakson, radius putar akurasi alat penunjuk kecepatan, kesesuaian roda dan kondisi ban, dan sesuai daya mesin
penggerak terhadap berat kendaraan Pasal 48.
39
Pasal 7, Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
40
H. Zainal Asikin, Op, cit, hal. 179
Universitas Sumatera Utara
Kendaraan yang dalam keadaan lengkap yang telah lulus uji tipe diberi sertifikat lulus uji tipe. Rumah-rumah, bak muatan dan modifikasi tipe kendaraan
bermotor yang telah lulus uji tipe di terbitkan surat keputusan pengesahan rancang bangun dan rekayasa. Sebagai bukti telah dilakukan regristrasi tipe produksi,
diberikan tanda bukti sertifikat regristrasi uji tipe pasal 51. Dalam surat tanda bukti lulus uji dicantumkan daya angkut maksimum kendaraan bermotor yang
disediakan oleh pengangkut selalu dalam keadaan memenuhi syarat keselamatan agar dapat sampai di tempat tujuan dengan selamat.
Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, untuk kelancaran dan keselamatan pengangkutan
jalan, setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib memiliki surat izin mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan. Surat izin mengemudi
terdiri dari atas surat izin mengemudi perseorangan dan surat izin mengemudi kendaraan bermotor umum.
Sesuai dengan asas-asas hukum pengangkutan melalui jalan raya jalan umum, pengemudi kendaraan bermotor umum harus :
a. Mampu mengemudikan kendaraannya dengan wajar.
b. Mengutamakan keselamatan penumpang dan pejalan kaki.
c. Menunjukkan surat bukti pendaftaran kendaraan bermotor, surat izin
mengemudi, dan tanda bukti lulus uji, atau tanda bukti lain yang sah dalam hal dilakukan pemeriksaan.
d. Mematuhi semua ketentuan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan. e.
Memakai sabuk keselamatan bagi pengemudi kendaraan roda empat atau lebih.
41
41
Ibid,hal. 180
Universitas Sumatera Utara
Untuk keselamatan, keamanan, ketertiban lalu lintas dan pengangkutan jalan, pejabat yang di tunjuk undang-undang diberi kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan, pemeriksaan itu meliputi: a.
Persyaratan teknis dan layak jalan b.
Tanda bukti lulus uji c.
Tanda bukti pendaftarantanda coba kendaraan bermotor, dan d.
Surat izin mengemudi. Melalui kewenangan pejabat yang melakukan pemeriksaan tersebut
diharapkan proses penyelenggaraan pengangkutan darat yang berlangsung dengan tertib, aman, dan selamat tiba di tempat tujuan.
C. Kedudukan Hukum Pengguna Jasa Angkutan Darat Menurut Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Kedudukan atau kewenangan pengguna jasa penumpang angkutan darat yaitu memiliki kewenangan atas pemenuhan hak dalam keamanan dan
keselamatan dalam menggunakan jasa, dalam Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang dimaksud
dengan penumpang atau pengguna jasa adalah orang yang berada di kendaraan selain pengemudi dan awak kendaraan. Dengan mengikatkan diri setelah
membayar uang atau tiket angkutan umum sebagai kontraprestasi dalam perjanjian pengangkutan maka sesorang telah sah sebagai penumpang alat
angkutan penumpang umum yang apabila mengalami kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama penumpang yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu dari tempat naik sampai turun di tempat tujuan.
42
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Pasal 234 ayat 1 menyebutkan bahwa pemilik, penyedia jasa angkutan umum bertanggung jawab
atas kerugian yang diderita oleh penumpang danatau pemilik barang sedangkan pada Pasal 235 ayat 1 menyebutkan bila terjadi kecelakaan sampai terjadinya
kematian maka pihak pengemudi, penyedia jasa angkutan umum wajib memberikan bantuan kepada ahli waris berupa biaya pengobatan dan biaya
pemakaman dengan tidak menghilangkan tuntutan perkara pidana.
43
Kecelakaan Lalu Lintas yang menyebabkan cedera maka pengemudi dan penyedia jasa pengangkutan wajib memberikan bantuan berupa biaya pengobatan
dengan tidak mengugurkan tuntutan perkara pidana Pasal 235 ayat 2 Undang- Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
42
Abdulkadir Muhammad, Op. cit, hal 57
43
Ibid, hal. 58
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang disatukan dari beribu-ribu pulau yang membujur dari Sabang sampai Merauke,
dengan letak geografis antar pulau satu dengan pulau lainnya yang berjauhan. Untuk terjalinnya hubungan antar pulau yang jaraknya cukup berjauhan tersebut
dibutuhkan sarana transportasi, baik melalui darat, laut, maupun udara yang sangat penting untuk mendukung kehidupan masyarakat di Indonesia.
Transportasi diartikan sebagai kegiatan memindahkan barang dan orang ke suatu tempat ke tempat lain. Senantiasa terdapat usaha untuk memperbaiki
keadaan sarana dan prasarana transportasi yang ada dewasa ini menjadi lebih efektif dan efisien dalam melayani jasa transportasi. Hal ini merupakan salah satu
penunjang untuk meningkatkan standar hidup masyarakat. Standar hidup yang meningkat itu berarti pemenuhan kebutuhan masyarakat meningkat pula ditinjau
dari segi kuantitasya ataupun kualitasnya hal ini membuat lalu lintas berkembang secara nyata.
2
Transportasi merupakan sektor tersier, yaitu sektor yang menyediakan jasa pelayanan kepada sektor-sektor lain pertanian, perindustrian, perdagangan,
pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata dan lainnya karena sektor lain tersebut membutuhkan jasa transportasi untuk mengangkut barang bahan baku
2
Sakti Adji Adisasmita, jaringan transportasi teori dan analisis, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011, hal. 33
Universitas Sumatera Utara
dan hasil produksi dan manusia petani, pedagang, karyawan, guru, murid, dokter, wisatawan dan lainnya dari tempat asal ke tempat tujuan.
Adanya permintaan jasa transportasi dari sektor-sektor lain menyebabkan timbulnya penyediaan jasa transportasi, atau dapat dikatakan bahwa penyediaan
jasa transportasi itu berasal dari permintaan sektor-sektor lain, kapasitas transportasi harus disediakan secara seimbang dengan permintaan, agar mampu
melayani pengembangan kegiatan sektor lain. Penyediaan kapasitas transportasi harus berorientasi kepada kebutuhan masa depan.
Teknologi transportasi berhasil membuat sarana transportasi yang berkecepatan tinggi, sehingga dapat melayani perjalanan dalam waktu yang lebih
singkat dibandingkan dengan perjalanan yang di tempuh dengan cara jalan kaki. Lebih cepat sampainya di tempat tujuan menyebabkan kondisi dan kualitas barang
dagangan dalam pebisnis tetap segar, sehingga harganya tetap tinggi, perjalanan pebisnis sampai di tempat tujuan lebih cepat berarti tidak terlambat dalam
melakukan perjanjian dagang. Dalam hubungan ini, transportasi telah menciptakan atau menambah kegunaan waktu atau time utility.
3
Perjalanan yang dilaksanakan secara lancar, dilihat dari aspek lalu lintas akan mengurangi terjadinya kepadatan dan kemacetan lalu lintas. Transportasi
Salah satu fasilitas kota-kota besar adalah transportasi. Karakteristik jasa transportasi yang pertama adalah lancar atau cepat. Lancar berarti pelayanan
transpotasi dilaksanakan tanpa banyak hambatan, perjalanan dilaksanakan secara cepat, atau memerlukan waktu perjalanan singkat sampai di tempat tujuan.
3
Ibid, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
yang lancar dan cepat, akan sampai di tempat tujuan tempat pekerjaan lebih awal, dapat menggerakkan pekerjaan lebih banyak, hal ini akan meningkatkan
produktivitas kerja. Produktivitas kerja yang tinggi berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan perusahaan dan karyawan.
4
Kejadian-kejadian diatas dapat dikatakan bahwa transportasi saat ini dibutuhkan oleh masyarakat sehingga perlu mendapatkan peningkatan kualitas
pelayanan transportasi. Peningkatan kualitas disini dari sisi sarana angkutan antar kota sendiri seperti halnya penambahan jumlah armada bus sehingga para
penumpang dalam memakai jasa angkutan antar kota bisa merasa nyaman dan aman dalam menggunakan jasa transportasi tersebut. Bus merupakan salah satu
alat transportasi umum yang memiliki karakteristik yang khas, yaitu memiliki kapasitas yang mampu mengangkut penumpang dalam jumlah yang banyak
massal sehingga lebih mudah jika dibandingkan dengan alat transportasi lainnya. Dengan pertumbuhan daerah pemukiman yang baru di luar kota, sangat
memerlukan angkutan ini untuk pergi dan pulang dari tempat tinggal ke tempat kerja di luar kota atau sebaliknya.
5
Dari hal tersebut dapat di ketahui bahwa pengangkutan atau transportasi memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu suatu
pengangkutan diharapkan dapat memberikan jasa sebaik mungkin sesuai dengan fungsinya, yaitu memindahkan barang maupun orang dari satu tempat ke tempat
lain. Menurut H.M.N Purwosutjipto pengangkutan adalah “perjanjian timbal-balik
4
Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Manajemen Tranportasi Darat, Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas di Kota Besar, Yogyakarta : Graha Ilmu 2011, hal. 26
5
Randy Gunawan, Perlindungan Hak Konsumen Pengguna Jasa layanan Transportasi Bus Transjakarta-Busway Sesuai Dengan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, Jakarta : Universitas Indonesia 2011, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang dari suatu tempat ke
tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan”.
6
Pengaruh struktur biaya dicerminkan pada penghitungan tarif angkutan. Tarif angkutan lebih cenderung ke arah ke tingkat yang wajar, sebab semua
perusahaan mempunyai kedudukan yang hampir sama kuat di pasar. Jika tarif lebih besar dari tingkat yang wajar maka perusahaan akan menambah kendaraan
dan timbulnya perusahaan yang baru mengakibatkan pemasukan akan naik sehingga tarif akan turun ke tingkat yang lebih wajar. Sebaliknya, jika tarif terlalu
rendah, banyak perusahaan menurunkan penawaran atau beralih ke usaha lain, mengakibatkan penawaran akan turun sehingga tarif meningkat ke batas yang
wajar. Keadaan tersebut memudahkan tumbuh atau tenggelamnya perusahaan angkutan, dimana tidak ada perusahaan yang merebut kedudukan monopolistis.
7
Kegiatan operasional untuk penyelenggaraan pengangkutan dilakukan oleh pengemudi atau supir bus dimana pengemudi merupakan pihak yang mengikatkan
Untuk terjadinya suatu kegiatan pengangkutan yang menjamin bagi penumpang pada bus, perlu diadakan perjanjian pengangkutan terlebih dahulu
yang dibuktikan dengan karcis penumpang atau surat pengangkutan barang. Perusahaan pengangkutan wajib mengangkut orang danatau barang yang telah
disepakati perjanjian pengangkutan atau dilakukan pembayaran biaya pengangkutan oleh penumpang atau pengirim barang.
6
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Hukum Pokok Dagang Indonesia, Jakarta : Djambatan, 2008, hal. 2
7
M. Nur Nasution Manajemen Transportasi, Jakarta : Ghalia Indonesia 2004, hal. 120
Universitas Sumatera Utara
diri untuk menjalankan kegiatan pengangkutan atas perintah pengusaha angkutan atau pengangkut. Pengemudi dalam menjalankan tugasnya mempunyai tanggung
jawab untuk dapat melaksanakan kewajiban yaitu mengangkut penumpang sampai pada tempat tujuan yang telah di sepakati dengan selamat, artinya dalam proses
pemindahan tersebut dari suatu tempat ke tempat tujuan dapat berlangsung tanpa hambatan dan penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya, luka,
sakit maupun meninggal dunia sehingga tujuan pengangkutan dapat terlaksana dengan lancar dan sesuai dengan nilai guna masyarakat.
Perusahaan pengangkutan bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang, karena kelalaiannya dalam melaksanakan pelayanannya.
Besarnya ganti kerugian tersebut adalah sebesar kerugian yang secara nyata diderita oleh penumpang, Tanggung jawab perusahaan pengangkutan dimulai
sejak diangkutnya penumpang sampai di tempat tujuan yang telah disepakati. Peningkatan kualitas sarana transportasi sangat penting dilakukan selain
untuk membuat penumpang nyaman dan aman juga demi meningkatkan minat masyarakat untuk memakai jasa angkutan tersebut, selain itu sarana
pengangkutan perlu di tata dan dikembangkan serta kepentingan masyarakat umum sebagai pengguna jasa transportasi perlu mendapatkan prioritas dan
pelayanan yang baik dari pemerintah maupun penyedia jasa transportasi dan juga perlindungan hukum atas hak-hak masyarakat sebagai konsumen transportasi juga
harus mendapatkan kepastian. CV.INTRA adalah sebuah badan usaha, CV. INTRA merupakan salah satu
bidang usaha yang bergerak pada jasa transportasi antar kota yang secara tetap
Universitas Sumatera Utara
dan terus menerus melayani penumpang pada suatu wilayah operasinya. CV. INTRA sudah beroperasi sejak tanggal 1 juli 1995 di Pematang Siantar, yang
dulunya hanya menjalankan rute Pematang Siantar menuju Medan saja, pada saat itu menembus waktu yang cepat yakni hanya 2 dua jam perjalanan yang dimana
bus lainnya menembus waktu 3 tiga jam atau lebih. Saat ini CV.INTRA memiliki 80 delapan puluh unit bus, adapun rute perjalanan yang ada sebagai
berikut: 1.
Pematang Siantar-Medan 2.
Pematang Siantar-Jambi 3.
Pematang Siantar-Pekan Baru 4.
Pematang Siantar-Dumai 5.
Pematang Siantar-Pangkalan Kerinci Sebagai pelaku usaha di bidang jasa transpotasi, maka CV.INTRA dalam
pelayanannya mempunyai tanggung jawab atas kewajiban untuk menjamin hak- hak dari konsumen yang menggunakan jasa transportasi ini, seperti seperti yang
tercantum jelas dalam Pasal 4 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Namun apabila diperhatikan justru yang terjadi dalam kenyataan adalah bahwa pengguna jasa bus INTRA yang menerima pelayanan yang tidak sesuai
dengan apa yang terjadi tujuan semula dibentuknya sistem transportasi cepat ini. Kendala yang dihadapi selama perjalanan antara lain, jadwal kedatangan bus yang
sedikit lama dan tidak bisa di pastikan, kapasitas halte yang tidak mencukupi ketika terjadi penumpukan penumpang, barang bagasi penumpang yang hilang.
Universitas Sumatera Utara
Hal-hal yang telah disebutkan diatas menggambarkan kondisi dari kualitas pelayanan yang diberikan oleh CV.INTRA sebagai pelaku usaha dalam bisnis
pelayanan tansportasi kepada penggunanya. Banyak hak pengguna jasa yang dilanggar oleh pelaku usaha.
Perjanjian-perjanjian yang dilakukan antara para pihak tidak selamanya dapat berjalan dengan mulus dalam arti masing-masing tidak puas, karena
terkadang si pengguna jasa tidak mendapat kepuasan seperti yang diharapkannya. Apabila pengguna jasapenumpang tidak menerima jasa sesuai dengan yang
diperjanjikan, maka produsenpelaku usaha telah melakukan wanprestasi, sehigga konsumen mengalami kerugian.
8
B. Rumusan Masalah