memeriksa pengemudi atau sopir bus,dalam kegiatan pengangkutan angkutan darat khususnya bus dikemudikan oleh sopir, untuk mejamin keselamatan dan
keamanan penumpang setiap sopir bus CV. INTRA diwajibkan menjalani pemeriksaan tes urine dan kesehatan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi fisik sopir bus, apakah sopir bus memiliki penyakit jantung, sakit mata danatau sopir pernah menggunakan narkotika.
104
B. Problematika yang Dihadapi Dalam Upaya Meminta Pertanggung Jawaban Bus CV. INTRA
Mengenai problematika yang di hadapi konsumen atau pengguna jasa angkutan darat bus CV. INTRA diantaranya adalah mengenai barangbagasi atau
barang bawaan penumpang.Dalam kegiatan pengangkutan bus juga dalam sehari- harinya tidak hanya mengangkut orang saja, tetapi mengangkut
barangmuatan.Setiap penumpang yang dalam kegiatan pengangkutan mempunyai kebutuhan dengan membawa barang bawaan.Barang bawaan dari setiap pengguna
jasa berbeda-beda, baik dari jumlah ataupun ukurannya, ada yang sedikit dan adapula yang banyak.
Setiap armada bus disediakan tempat untuk menyimpan barang bawaan dari penumpang, untuk barang bawaan yang kecil atau ringan dapat di simpan
dalam ruangan kabin bus yang letakya tepat di atas kursi penumpag, dan penumpang bisa megawasi langsung barang bawaannya sedangkan barang
bawaan yang besar dapat diletakkan di bagasi bus. Sepanjang perjalanan barang
104
Wawancara dengan Bapak Jonny Panjaitan selaku Sekertaris Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Pematang Siantar, tanggal 1Februari 2016
Universitas Sumatera Utara
bawaan yang di bagasi bus itu tidak mendapatkan pengawasan yang cukup dari penumpangpemilik barang itu sendiri maupun oleh awak bus CV. INTRA.
105
Pada kenyataannya dalam pengangkutan CV. INTRA, setiap penumpang yang mengalami kehilangan, kerusakan dan tertukarnya barang bawaan apabila
meminta pertanggung jawaban kepada pihak CV. INTRA selalu tidak di terima oleh pihak CV. INTRA, karena setiap barang yang hilang, rusak dan tertukar itu
bukanlah tanggung jawab dari CV. INTRA. Dikarenakan sudah tertera di tiket “Barang rusak atau hilang menjadi tanggung jawab peumpang”, sehingga dalam
hal ini jika terjadi kerusakan atau kehilangan atas barang bawaan penumpang Barang bawaan penumpang tersebut menjadi rawan hilang, rusak dan
bahkan tertukar ketika penumpang sudah sampai di tujuannya dan kemudian turun dari bus, barang bawaan yang di bagasi langsung diambilkan oleh awak bus CV.
INTRA, dan pada umumya setiap penumpang yang sudah diambilkan barang bawaan yang berada di bagasi tidaklah mengecek ulang isi dari barang bawaannya
tersebut. Dalam hal ini kadang terjadi masalah seperti rusak atau hilangnya barang bawaan penumpang tersebut.
Hal tersebut memang susah untuk dihindari karena baik penyerahan atau penerimaan barang yang berada di bagasi tidak menggunakan penyerahan
dokumen atau alat bukti kepemilikan barang tersebut, dikarenakan setiap penumpang hanya menerima tiket untuk dirinya saja dan tidak untuk barang
bawaan yang di bawanya.
105
Wawancara dengan Bapak Fernandus selaku Direksi Bus CV. INTRA Pematang Siantar, tanggal 24 November 2015 di Kantor CV. INTRA Pematang Siantar
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat menuntut ganti kerugian pada pihak bus, sehingga penumpang sendirilah yang menaggung kerugian itu.
106
Problematika lainya yang dialami pengguna jasa angkutan darat bus CV. INTRA yaitu mengenai tentang standar pelayanan minimum yang berupa hak
untuk mendapatkan kenyamanan konsumenpenumpang angkutan darat selama dalam perjalanan. Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek, disebutkan
beberapa hal mengenai kenyamanan, yaitu :
107
1. Kapasitas angkut, yaitu jumlah penumpang sesuai dengan kapasitas
angkut. Untuk menghindari situasi berdesakan sehingga terdapat ruang gerak yang nyaman bagi penumpang pada saat berdiri maupun saat duduk.
a. Fasilitas utama :
1 Tempat duduk, tempat duduk penumpang sesuai jenis
pelayanan yang diberikan dengan tetap mengutamakan aspek keselamatan.
2 Nomor tempat duduk, urutan nomor memandu penmpang
duduk sesuai dengan nomor yang tertera ditiket dan menciptakan ketertiban di dalam kedaraan untuk
menghindari penumpang saling berebut tempat duduk.
3 Fasilitas sirkulasi udara, berupa jendela maupun bagian atas
kendaraan yang dapat dibukaditutup untuk menjaga suhu di ruangan tidak terlalu menyengat, terutama pada saat
cuaca panas.
4 Rak bagasi, tempat utuk menempatkan barang bawaan di
dalam kendaraan dengan aman dan tidak mengganggu penumpang.
5 Bagasi bawah, ruangan khusus di bawah ruang penumpang
untuk menyimpan barang dengan ukuran besar dan prioritas untuk penyimpanan kursi roda.
6 Fasilitas kebersihan, berupa tempat sampah danatau
kantung pelastik atau karung kertas. b.
Fasilitas tambahan:
106
Wawancara dengan Bapak Fernandus selaku Direksi Bus CV. INTRA Pematang Siantar, tanggal 24 November 2015 di Kantor CV. INTRA Pematang Siantar
107
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam
Trayek, Pasal 2 Butir 2
Universitas Sumatera Utara
1 Kaca film, untuk mengurangi cahaya matahari secara
langsung 2
Sarana visual audio di tempatkan di ruang penumpang. 3
Gorden, berupa kain penutup di samping jendela guna untuk melindungi penumpang dari sinar matahari.
4 Pengatur suhu ruangan
5 Reclining Seat, yaitu tempat duduk yang dapat diatur.
Standar pelayanan minimal berupa kenyamanan yang di berikan oleh bus CV. INTRA belum sepenuhnya di berikan kepada penumpangnya apabila
berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang
Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek. Berikut ini merupakan beberapa hal kekurangan tentang kenyamanan yang di berikan kepada
konsumenpengguna jasa angkutan darat bus CV. INTRA, diantaranya yaitu:
108
1. Beberapa tempat duduk yang di miliki bus CV. INTRA tidak nyaman
keras dan Reclining Seat tempat duduk yang dapat di atur susah untuk di aturmacet, dikarenakan kondisi kursi yang sudah tua serta beberapa bus
CV. INTRA yang umurnya sudah tua. 2.
Awak bus sering menaikkan penumpang di tengah perjalanan dan membuat penumpang yang ada di dalam bus melebihi kapasitas yang
mengakibatkan berdesaknya penumpang di dalam bus. 3.
Tidak semua pada bus CV. INTRA, pengatur suhu ruangan AC yang tidak dingin lagi.
108
Wawancara dengan Bapak Fernandus selaku Direksi Bus CV. INTRA Pematang Siantar, tanggal 24 November 2015 di Kantor CV. INTRA Pematang Siantar
Universitas Sumatera Utara
Standar pelayanan dari pihak CV. INTRA berupa perlindungan pengguna jasa dan keamanan selama dalam perjalanan merupakan perioritas yang utama
dalam memberikan sebuah pelayanan kepada penggunanya atau konsumen.
109
Namun dari kekurangan yang diberikan dari pihak bus CV. INTRA terdapat kelebihan yang tidak diberikan dari bus lainnya yaitu mengenai ketepatan
waktu untuk tiba pada tempat tujuan yang di tuju dan bus INTRA mampu memberikan waktu yang di harapkan oleh penumpang untuk sampai ke tempat
tujuaan. Diterapkannya standarisasi Menurut Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek
tersebut bertujuan untuk memenuhi pedoman standar kendraan bermotor yang memiliki trayek angkutan antar kota dan angkutan antar provinsi.
110
Mengenai problematika yang dihadapi konsumen atau penumpang pengguna jasa angkutan bus CV. INTRA yang mengalami kecelakaan dalam
upaya meminta kebijakan atau pertanggung jawaban dari pihak CV. INTRA Dari ketepatan waktu yang diberikan oleh bus CV. INTRA itu sendirilah
yang membuat masih banyak penumpang setia yang masih memilih salah satu alat transportasi darat bus ini yang dipilih oleh masyarakat untuk melangsungkan
suatu perpindahan tempat.
109
Wawancara dengan Bapak Fernandus selaku Direksi Bus CV. INTRA Pematang Siantar, tanggal 21 November 2015 di Kantor CV. INTRA Pematang Siantar
110
Wawancara dengan Bapak Fernandus selaku Direksi Bus CV. INTRA Pematang Siantar, tanggal 21 November 2015 di Kantor CV. INTRA Pematang Siantar
Universitas Sumatera Utara
kepada penumpangnya sebenarnya tidak ada masalah-masalah atau kesulitan apabila dalam meminta pertanggung jawaban kepada pihak INTRA.
Pihak CV. INTRA tidak merumitkan masalah konsumenpenumpang bus yang menjadi korban kecelakaan dalam meminta pertanggung jawaban,
dikarenakan CV. INTRA tidak memberikan syarat-syarat yang rumit dalam memberikan tanggung jawab mereka kepada penumpangnya.
Bagi penumpang korban kecelakaan hal yang paling utama yaitu menunjukkan bukti yang berupa tiket.Tiket adalah bukti yang salah kalau
penumpang itu adalah penumpang bus yang mengalami kecelakaan dan penumpang itu adalah korban dari kecelakaan bus tersebut. Dengan menunjukkan
tiket maka pihak CV. INTRA akan segera memeriksa tiketnya kemudian apabila penumpang itu merupakan korban dari kecelakaan itu maka pihak CV. INTRA
akan segera mengambil tindakan berupa tanggung jawab kepada korban kecelakaan.
111
Akan tetapi ada beberapa dari pihak keluarga penumpang yang mengalami kecelakaan itu tidak terima begitu saja atas tanggung jawab yang diberikan oleh
pihak CV. INTRA, melainkan dari pihak keluarga penumpang itu memperpanjang masalah kecelakaan lalu lintas yang mengalami kecelakaan itu dan keluarga
penumpang yang menjadi korban mau menyeret kasus kecelakaan tersebut ke pengadilan. Namun demikian pihak CV. INTRA tetap sabar dan mencoba
111
Wawancara dengan Bapak Fernandus selaku Direksi Bus CV. INTRA Pematang Siantar, tanggal 24 November 2015 di Kantor CV. INTRA Pematang Siantar
Universitas Sumatera Utara
menenangkan pihak keluarga untuk menyelesaikan masalah dengan cara perundingan atau mufakat.
112
C. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum yang Dapat Diberikan Kepada Pengguna Jasa Bus CV. INTRA Terkait Dengan Problematika yang
Dialaminya
Dalam pasal 3 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur megenai tujuan dari Lalu Lintas Angkutan Jalan yakni:
1. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,
selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian Nasional, memajukan kesejahteraan umum,
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa,
2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa, dan
3. Terwujudna penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
Penyelenggara angkutan penumpang wajib mematuhi dan melaksanakan berbagai persyaratan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang keseluruhannya bersumber pada asas dan tujuan lalu lintas dan angkutan jalan tersebut diatas. Hal tersebut
merupakan suatu bentukwujud upaya memberikan perlindungan bagi penumpang, agar terjamin kenyamaan dan keselamatannya, ada suatu mekanisme
social control yang diberlakukan.
113
Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek- subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
112
Wawancara dengan Bapak Fernandus selaku Direksi Bus CV. INTRA Pematang Siantar, tanggal 24 November 2015 di Kantor CV. INTRA Pematang Siantar
113
Krisnadi Nasution, Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Bus Umum,Surabaya: journal Universitas 17 Agustus 1945, 2012, hal. 116
Universitas Sumatera Utara
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
114
1. Perlindungan hukum Prefentif
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran.Hal ini terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu
kewajiban. Dalam perlindungan hukum Preventif ini diberikan kesempatan untuk
mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk definitif.Tujuannyaadalah mencegah terjadinya sengketa.
Perlindungan preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum
yang Preventiv pemerintah terdorong untuk bersifat berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan yang di dasarkan pada diskresi atau tindakan yag di tetapkan.
Di indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlidungan hukum Preventiv.
2. Perlindungan hukum Represif
Perlindungan Hukum Represif merupakan perlindungan akhir yang berupa sanksi atau denda dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi
sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.
114
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia, Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003, hal. 20
Universitas Sumatera Utara
Dengan mengikuti ketentuan-ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, sehubungan penyelesaian
sengketa konsumen ini, cara penyelesaian sengketa diluar pengadilan itu dapat berupa konsultasi, negoisasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli. Dengan
demikian berarti bahwa sengketa konsumen diselesaikan terlebih dahulu dengan pertemuan langsung antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui bantuan
pihak ketiga. Dengan konsultasi atau negoisasi, terjadi proses tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan terhadap penyelesaian sengketa yang terjadi antara
konsumen dan pelaku usaha. Dengan cara ini ada pihak ketiga yang ikut membantu pihak bersengketa
menemukan jalan penyelesaian diantara mereka. Pihak ketiga yang dimaksud disini adalah pihak yang netral, tidak berpihak kepada salah satu pihak yang
bersengketa, dan pihak ketiga tidak memberi putusan atas sengketa, tetapi membantu para pihak untuk menemukan penyelesaiannya.
115
Bentuk hukum tambahan yang di berikan apabila terjadi sengketa yaitu melalui lembaga BPSK. Undang-Undang No.8 Tahun 1999 membentuk suatu
lembaga dalam hukum perlindungan konsumen, yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK adalah badan yang bertugas menangani dan
menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. BPSK sebenarnya di bentuk untuk menyelesaikan kasus-kasus sengketa konsumen yang bersekala kecil
dan bersifat sederhana.
116
115
Janus Sidabalok, Op, cit, hal. 131
116
Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum
Acara Serta Kendala Implementasinya, Jakarta: Media Grafika, 2008, hal. 74
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan BPSK dapat menjadi bagian dari pemerataan keadilan, terutama bagi konsumenpenumpang bus yang dirugikan oleh pelaku usaha,
karena sengketa atau masalah diantara konsumen dengan pelaku usaha.BPSK sendiri di dasari oleh adanya kecenderungan masyarakat yang segan untuk
berbicara di pengadilan karena konsumen yang secara sosial dan finansial tidak seimbang dengan pelaku usaha.
117
Dengan melalui BPSK, maka penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan secara cepat, mudah dan murah. Cepat karena penyelesaian sengketa
melalui BPSK harus sudah diputus dalam tenggang waktu 21 hari kerja, dan tidak dimungkinkan banding yang dapat memperlama proses penyelesaian perkara.
Mudah karena prosedur administratif dan proses pengambilan putusan yang sangat sederhana, dan dapat dilakukan sendiri oleh para pihak tanpa diperlukan
kuasa hukum. Murah karena biaya persidangan yang dibebankan sangat ringan dan dapat terjangkau oleh konsumen.
118
Berdasarkan UULAJ No. 22 Tahun 2009, perlindungan hukum secara represif diwujudkan dalam bentuk memberikan berbagai beban kewajiban bagi
para pihak yang terkait dan diikuti dengan sanksi. Apabila kewajiban kewajiban Jika putusan BPSK dapat di terima oleh kedua pihak, maka putusan BPSK
bersifat final dan mengikat, sehingga tidak perlu diajukan ke pengadilan, dan dengan BPSK juga akan mengurangi beban tumpukan perkara di pengadilan.
117
Sularsi, Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam UU Perlindungan Konsumen, dalam Lika-Liku Perjalanan Undang-Undang Perlindungan Konsumen,Jakarta: Yayasan lembaga
Konsumen Indonesia, 2001, hal. 87
118
Yusuf Shofie dan Somi Awan, Sosok Peradilan Konsumen Mengungkap Berbagai Persoalan Mendasar Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK, Jakarta: Piramedia,
2004, hal. 17
Universitas Sumatera Utara
tersebut dilanggar atau tidak di penuhi, sanksi yang dijatuhkan dapat berupa sanksi administratif maupun sanksi pidana.
Beberapa sanksi administratif yang dapat di kenakan, yaitu mengenai: a.
Persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor antara lain mobil penumpang umum yang wajib dipenuhi melalui mekanisme
pengujian berkala, apabila dilanggar, berdasarkan UULLAJ No. 22 Tahun 2009 pasal 76 ayat 1 dikenai sanksi administratif:
1 Peringatan tertulis
2 Pembayaran denda
3 Pembekuan izin
4 Pencabutan izin.
b. Perusahaan angkutan umum wajib mematuhi dan memberlakukan
ketentuan tentang waktu kerja, waktu istirahat penggantian pengemudi kendaraan. Apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi
maka berdasarkan UULLAJ No. 22 tahun 2009 Pasal 92 ayat 2 dikenai sanksi administratif:
1 Peringatan tertulis
2 Pemberian denda administratif
3 Pembekuan izin danatau
4 Pencabutan izin.
Selain sanksi secara administratif, terhadap berbagai tindakan yag melanggar kewajiban di bidang lalu lintas dan angkut an jalan juga diancam saksi
Universitas Sumatera Utara
pidana. Sanksi pidana ini mempertegas upaya pemberian perlindugan hukum secara represif.
119
Telah dikatakan atas bahwa penumpang pada saat yang sama menutup perjanjian pengangkutan dan perjanjian pertanggungan. Dalam hal menutup
perjanjian pertanggungan, penumpang bertindak sebagai tertanggung, sedang yang bertindak sebagai penanggung adalah perum asuransi kerugian Jasa Raharja
pasal 8 PP 1765. Kewajiban tertanggung adalah membayar iauran premi kepada penanggung dengan melalui pengusaha pengangkutan pasal 1 ayat 1, PP
Perlindungan hukum merupakan suatu upaya untuk melindungi penumpangmasyarakat dari perbuatan sewenang-wenang dari penguasa yang
tidak sesuai dengan aturan hukum yang ada, untuk mewujudkan ketertiban yang ketentraman.
Pada saat seseorang menjadi penumpang sah dari kendaraan bermotor umum, kereta api, pesawat udara atau kapal dari perusahaan pengangkutan
nasional, dia wajib membayar iuran atau premi pertanggungan wajib kecelakaan penumpang melalui pengusahapemilik kendaraan yang bersangkutan pasal 3
ayat1, huruf a UU-3364. Pada saat itu, penumpang yang bersangkutan saja, tetapi sekaligus juga menutup perjanjian pertanggungan wajib kecelakaan
penumpang.Sifat “wajib” disni menunjukkan unsur dari pemerintah.Unsur paksaan ini tertuju pada adanya sistem jaminan sosial. Unsur paksaan bila sudah
menjadi kebiasaan, tidak terasa lagi, sebaliknya tujuan paksaan ini tercapai, yakni suatu sistem jaminan sosial dalam masyarakat indonesia.
119
Krisnadi Nasution, Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Bus Umum,Surabaya: journal Universitas 17 Agustus 1945, 2012, hal. 116
Universitas Sumatera Utara
1765, sedangkan hak tertanggung ialah kerugian, kalau dia menderita kecelakaan dalam pengangkutan yakni:
120
1. Bila penumpang mati, atau
2. Penumpang mendapat cacat akibat dari kecelakaan penumpang.
Kecelakaan lalu lintas dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan digolongkan menjadi 3, yakni:
1. Kecelakaan lalu lintas ringan, merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan kendaraan danatau barang 2.
Kecelakaan lalu lintas sedang, merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan danatau barang.
3. Kecelakaan lalu lintas berat yang merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat. Jaminan pertanggungan diberikan kepada:
1. Setiap penumpang kendaran bermotor umum, kereta api, pesawat udara
dan kapal dari perusahaan nasional. 2.
Penumpang, yang di bebaskan dari ,pembayaran iuran pertanggungan berdasar peraturan pemerintah pemerintah, yaitu:
a. Penumpang kendaraan bermotor umum dalam kota
b. Penumpang kereta api dalam kota
c. Penumpang kereta api jalan lingkaran ringbaan, dan
d. Penumpang kereta api jarak pendek, kurang dari 50 km pasal 19,
PP 1765. Jaminan ini diberikan selama penumpang itu berada dalam alat
pengangkut yang disediakan oleh pengangkut untuk jangka waktu antara saat
120
H. M. N. Purwosutjipto, Op, cit. hal. 64
Universitas Sumatera Utara
penumpang naik kendaraaan yang bersangkutan ditempat pemberangkatan dan saat turunnya dari kendaraan tersebut di tempat tujuan pasal 10 ayat 1 PP
1765. Jaminan tersebut diatas berupa pembayaran ganti kerugian pertanggungan dalam hal tertanggung penumpang:
a. Meninggal dunia
b. Mendapat cacat tetap
c. Membutuhkan perawatan dan pengobatan dokter pasal 10 ayat 2
PP 1765. Jaminan tersebut diberikan kepada keluarga si korban, bila penumpang itu
mati. Tetapi bila si korban masih hidup, jaminan itu diberikan kepada si korban sendiri pasal 12, PP 1765.
Masalah safety keselamatan seringkali terabaikan dalam ralitas di masyarakat.Banyak kecelakaan sering terjadi di lapangan sehingga calon
penumpang cenderung waswas untuk naik kendaraan umum seperti bus.Tidak semua pengangkutan memang mengabaikan hak-hak penumpang sebagai
konsumen jasa pengangkutan.Dalam penyelenggaraan pengangkutan pihak CV. INTRA mempunyai tanggung jawab penuh terhadap perusahaan dan penumpang
apabila dalam aktivitasnya menimbulkan suatu masalah.
121
Undang-undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 192 ayat 1 menjelaskan bahwa perusahaan angkutan umum
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali disebabkan oleh suatu
kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau karena kesalahan penumpang.
121
Wawancara dengan Bapak Fernandus selaku Direksi Bus CV. INTRA Pematang Siantar, tanggal 21 November 2015 di Kantor CV. INTRA Pematang Siantar
Universitas Sumatera Utara
Secara umum mengenai kewajiban dan tanggung jawab pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, danatau perusahaan angkutan ini diatur dalam Pasal
234 ayat 1 UU LLAJ yang berbunyi “pengemudi, pemilik kendaraan bermotor danatau perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang di
derita oleh penumpang danatau pemilik barang danatau pihak ketiga karena kelalaian pengemudi”.
Namun, ketentuan tersebut tidak berlaku apabila : 1.
Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau diluar kemampuan pengemudi
2. Disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga, danatau
3. Disebabkan gerakan orang danatau hewan walaupun telah diambil
tindakan pencegahan. Pihak yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas wajib
mengganti kerugian yang besarannya ditentukan berdasarkan putusan pengadilan.Kewajiban mengganti kerugian ini dapat dilakukan diluar pengadilan
apabila terjadi kedepakatan damai diantara para pihak yang terlibat. Menurut pasal 241 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan disebutkan bahwa setiap korban kecelakaan lalu lintas berhak memperoleh pengutamaanpertolongan pertama dan perawatan dalam
rumah sakit terdekat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
122
122
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 241
Universitas Sumatera Utara
Perlindungan hukum terhadap korban kecelakaan penumpang yaitu korban kecelakaan harus mendapatkan hak-haknya.Pada faktanya dilapangan
pihak CV. INTRA memberikan hak-hak kepada setiap penumpang yang apabila menjadi korban kecelakaan lalu lintas.
123
Dalam bentuk perlindungan hukum yang di berikan oleh pihak CV. INTRA apabila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan luka-luka bagi
penumpang yaitu pihak CV. INTRA akan bertanggung jawab atas keselamatan dan kenyamanan bagi konsumennya, apabila terjadi kecelakaan maka penumpang
konsumen bus INTRA hanya perlu menunjukkan tiket bus, tiket itu menunjukkan kalau si korban kecelakaan itu merupakan penumpang dari bus yang
mengalami kecelakaan yang mengakibatkan korbannya mengalami luka-luka, dan pihak CV. INTRA akan memberikan tanggung jawab penuh akibat kejadian itu
dan pihak INTRA akan memberikan biaya pengobatan sampai luka yang di derita korban sehat total.
124
123
Wawancara dengan Bapak Fernandus selaku Direksi Bus CV. INTRA Pematang Siantar, tanggal 24 November 2015 di Kantor CV. INTRA Pematang Siantar
124
Wawancara dengan Bapak Fernandus selaku Direksi Bus CV. INTRA Pematang Siantar, tanggal 21 November 2015 di Kantor CV. INTRA Pematang Siantar
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN