Asas Hukum pengangkutan Pengertian Pengangkutan, Konsep Pengangkutan Dan Asas Hukum Pengangkutan

Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan yang berakhir dengan pencapaian tujuan pengangkutan.Tujuan kegiatan usaha pengangkut adalah memperoleh keuntungan danatau laba, tujuan kegiatan perjanjian pengangkutan adalah memperoleh hasil realisasi yang diinginkan oleh pihak- pihak, dan tujuan kegiatan pelaksanaan pengangkutan adalah memperoleh keuntungan dan tiba dengan selamat di tempat tujuan.Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan tidak mungkin tujuan dapat dicapai. Kata yang paling tepat untuk menyatakan ketiga aspek kegiatan dan hasilnya itu adalah “pengangkutan” karena sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, bukan “angkutan”. Istilah angkutan artinya hasil dari perbuatan mengangkut atau menyatakan apa yang diangkut muatan. Apabila dipakai dengan istilah hukum, yang tepat adalah “hukum pengangkutan” transportation law, bukan “hukum angkutan”.

3. Asas Hukum pengangkutan

Dalam setiap Undang-Undang yang dibuat pembentuk Undang-Undang biasanya dikenal sejumlah asas atau prinsip yang mendasari diterbitkannya Undang-Undang tersebut.Asas-asas hukum merupakan fondasi suatu Undang- Undang dan peraturan pelaksanaannya. Bila asas-asas di kesampingkan, maka runtuhlah bangunan Undang-Undang itu dan segenap peraturan pelaksanaannya. 25 Asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis yang di klasifikasikan menjadi dua, yaitu asas hukum publik dan asas hukum perdata.Asas 25 Yusuf Shofie, Pelaku Usaha, Konsumen dan Tindak Pidana Korporasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hal. 25 Universitas Sumatera Utara hukum publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang berlaku dan berguna bagi semua pihak, yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan, pihak ketiga yang berkepentingan dengan pengangkutan, dan pihak pemerintah Negara. Asas hukum perdata merupakan landasan hukum pengangkutan yang hanya berlaku dan berguna bagi kedua pihak dalam pengangkutan, yaitu pengangkut dan penumpang atau pemilik barang. 26 a. Asas hukum publik Undang-Undang Perkereta Apian Nomor 23 Tahun 2007, Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009, Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009, dan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran berlandaskan asas-asas hukum publik. Asas-asas hukum publik adalah landasan Undang-Undang yang lebih mengutamakan kepentingan umum atau kepentingan masyarakat banyak yang dirumuskan dengan istilah atau kata- kata manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, keserasian, keselarasan, kepentingan umum, keterpaduan, tegaknya hukum, kemandirian, keterbukaan dan antimonopoli, berwawasan lingkungan hidup, kedaulatan negara, kebangsaan, dan kenusantaraan, serta keselamatan penumpang cargo. 1 Asas manfaat Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan harus dapat memberikan nilai guna yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan 26 Abdulkadir Muhammad, Op, cit, hal.12 Universitas Sumatera Utara kesejahteraan rakyat, dan pengembangan perikehidupan yang berkeseimbangan bagi warga negara Indonesia. 27 2 Asas adil merata Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat, dengan biaya terjangkau oleh masyarakat. Asas keseimbangan mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dengan keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara kepentingan pengguna dan penyedia jasa, antara kepentingan individu dan masyarakat, serta antara kepentingan Nasional dan Internasional. 3 Asas kepentingan umum Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus lebih mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas. 4 Asas keterpaduan Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan harus merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling mengisi. 28 5 Asas tegaknya hukum Asas ini mengandung makna bahwa pemerintah wajib menegakkan dan menjamin kepastian hukum serta mewajibkan kepada setiap warga negara Indonesia agar selalu sadar dan taat pada hukum dalam penyelenggaraan pengangkutan. 27 Ahmad Zazili, Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Pada Transportasi Udara Niaga Berjadwal Nasional, Semarang: Universitas Diponegoro, 2008, hal. 35 28 Abdulkadir Muhammad, Op, cit, hal. 13 Universitas Sumatera Utara 6 Asas percaya diri Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan harus berlandaskan kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa. 29 7 Asas keselamatan penumpang Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan penumpang harus disertai dengan asuransi kecelakaan danatau asuransi kerugian lainnya. Asuransi kecelakaan termasuk dalam lingkup asuransi sosial yang bersifat wajib compulsory security insurance. Keselamatan penumpang tidak hanya diserahkan pada perlindungan asuransi, tetapi juga penyelenggara perusahaan pengangkutan harus berupa menyediakan dan memelihara alat pengangkut yang memenuhi standar keselamatan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan konvensi Internasional. 8 Asas berwawasan lingkungan hidup Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dilakukan berwawasan lingkungan. 9 Asas kedaulatan negara Asas ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dapat menjaga keutuhan wilayah negara republik Indonesia. 29 Ahmad Zazili, Op, cit, hal. 37 Universitas Sumatera Utara 10 Asas kebangsaan Asas ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dapat dicerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik kebinekaan dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Asas hukum perdata Dalam kegiatan pengangkutan terdapat hubungan hukum antara pihak pengangkut dan penumpang, hubungan hukum tersebut harus di dasarkan pada asas-asas hukum, Undang-Undang yang mengatur tentang pengangkutan di Indonesia juga berlandaskan asas-asas hukum perdata. Asas hukum perdata adalah landasan Undang-Undang yang lebih mengutamakan kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan, yang dirumuskan dengan kata-kata: perjanjian kesepakatan, koordinatif, campuran, retensi, dan pembuktian dengan dokumen. 30 1 Asas perjanjian Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan diadakan dengan perjanjian antara pihak perusahaan pengangkutan dan penumpang atau pemilik barang. Tiket karcis penumpang dan dokumen pengangkutan merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian antara pihak-pihak. Perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk tertulis, sudah cukup dengan kesepakatan antara pihak-pihak.Akan tetapi, untuk menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi dan mengikat harus dibuktikan dengan atau didukung oleh dokumen-dokumen pengangkutan. 30 Ibid, hal. 14 Universitas Sumatera Utara 2 Asas koordinatif Asas ini mengandung makna bahwa pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau mewabahi yang lain. Walaupun pengangkut menyediakan jasa melaksanakan perintah penumpang atau pemilik barang.Asa ini menunjukkan bahwa pengangkutan adalah perjanjian pemberian kuasa agency agreement. 31 3 Asas campuran Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian, yaitu pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan melakukan pekerjaan dari penumpang atau pemilik barang kepada pengangkut. Ketentuan ketiga jenis ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian pengangkutan. 32 4 Asas retensi Asas ini mengandung makna bahwa pengangkut tidak menggunakan hak retensi hak menahan barang. Penggunaan hak retensi bertentangan dengan tujuan dan fungsi pengangkutan. Pengangkut hanya mempunyai kewajiban menyimpan barang atas biaya pemiliknya. 33 5 Asas pembuktian dengan dokumen Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan selalu dibuktikan dengan dokumen-dokumen pengangkut. Tidak ada dokumen pengangkutan berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika ada 31 Vinna Vanindia, Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Angkutan Udara, Studi Kasus Pada PT. Garuda Indonesia,Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional, 2012, hal. 22 32 Ahmad Zazili, Op, cit, hal. 38 33 Abdulkadir Muhammad, Op, cit, hal. 15 Universitas Sumatera Utara kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya, pengangkutan dengan pengangkut perkotaan angkot tanpa tiketkarcis penumpang.

B. Pengangkutan Darat danPenyelengaraanPengangkutan Darat di Indonesia