Analisis Framing Pemberitaan Isis (Islamic State Of Iraq And Syria) Pada Republika Online Dan Merdeka.Com Edisi September 2014
ONLINE DAN MERDEKA.COM EDISI SEPTEMBER
2014
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
ZAIDATUL KHOIRONI
NIM : 1110051000134
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
(2)
ANALISIS F'RAMING PEMBERITAAN ISIS (ISLAMIC STATE OT IRAQ
AND SYRIA) PADA REPABLIKA ONLINE DAN MERDEKA,COMEDISI
SEPTEMBER 2014
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Zaidatul Khoironi NIM: 1110051000134
Pembimbing:
PROGRAM STTJDI KOMT]NIKASI DAI\[ PEI{YIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAK\ilAH DAI\ ILMU KOMUIVKASI
T'NIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATTJLLAH JAKARTA
20t5Mll436H
18200801 1008(3)
Skripsi berjudul ANALISIS
FRAMING
PEMBERITAAN ISIS(ISLAMIC STATE OF' IRAQ AND SYRIA) PADA REPUBLIKA ONLINE DAN MERDEKA.COMBDISI SEPTEMBER 2014 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Ilmu
Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu 27 i|l4.ei 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.Jakarta,2T Mei2015 Sidang Munaqasyah
Anggota,
I
SJ
st976t1292009121001
Penguji II
19s80910
(4)
LEMBAR PER}I'YATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhisalah satu persyaratan memperoleh gelar
sfata
I di
UIN
Syarif Hidayatullah Jakarla.2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisanini
telah sayacantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di
UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli sayaatau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,24 Mei
(5)
i
Analisis Framing Pemberitaan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) pada
Republika Online dan Merdeka.Com Edisi September 2014.
Kelompok gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) belakangan ini makin menghebohkan dunia umat Islam di seluruh dunia, karena disebut-sebut
akan menghancurkan Ka’bah. ISIS merupakan negara baru yang dideklarasikan
oleh Abu Bakar Al-Bahgdadi pada tanggal 9 April 2013, menyusul terjadinya perang saudara di Irak dan Suriah. Isu terkait pemberitaan ISIS menjadi perhatian media massa, tidak terkecuali Republika Online dan Merdeka.Com.
Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana sudut pandang Republika Online dan Merdeka.Com terhadap isu pemberitaan ISIS? Bagaimana Republika Online dan Merdeka.Com membingkai isu pemberitaan ISIS ini dalam beritanya?
ISIS merupakan sebuah kelompok yang dianggap telah melakukan banyak aksi keji. Aksi kekejaman ISIS inilah yang telah menjatuhkan banyak korban jiwa. Republika Online memiliki sudut pandang yang berbeda dengan
Merdeka.Com. Republika Online menyebutkan bahwa sikap Republika Online
mengecam aksi keji yang dilakukan ISIS tersebut. Republika Online juga mengutip pendapat para tokoh-tokoh Negara seperti Perdana Menteri, Presiden, dan juru bicara Departemen Luar Negeri. Berbeda dengan Merdeka.Com, menyatakan adanya kontroversi, bentuk ketidakpahaman seseorang tentang bagaimana menghargai orang lain dengan baik. Merdeka.Com mengecam dan mewaspadai akan bahaya keberadaan ISIS tersebut.
Fokus penelitian ini adalah enam berita yang berkaitan dengan pemberitaan ISIS di Republika Online dan Merdeka.Com edisi September 2014. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan yang dipakai adalah kualitatif untuk menganalisa berita Republika Online dan Merdeka.Com
dengan menggunakan perangkat framing model Robert N. Entman yang menggunakan empat cara yakni problem identification, causal interpretation,
moral evaluation, dan treatment recommendation.
Hasil penelitian menunjukkan Republika Online cenderung melihat isu pemberitaan ISIS sebagai masalah hukum kaena menganggap aksi kekejaman ISIS ini merupakan pelanggaran hukum dengan menimbulkan banyak kerusuhan.
Republika Online merekomendasikan sesuai dengan bingkai hukum agar kasus ini diproses hukum, dan korban harus dilindungi sebagai dukungan penegakan proses hukum. Sedangkan Merdeka.Com melihat isu pemberitaan ISIS ini sebagai masalah moral. Merdeka.Com menilai aksi kekejaman ISIS merupakan pelanggaran HAM. Merdeka.Com merekomendasikan sesuai dengan bingkai permasalahan moral agar kasus ini diproses hukum. Proses hukum menjadi cara yang tepat untuk mengadili kasus isu pemberitaan ISIS ini, karena ISIS telah mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan yang ada di dalam masyarakat.
(6)
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT. Dzat pencipta alam semesta. Rasa syukur tiada henti penulis panjatkan kehadirat-Nya karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam juga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunnahnya.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang penuh keikhlasan, baik fisik maupun psikis, secara moril maupun materil yang banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Wadek I, Ibu Dr. Roudhonah, M.A selaku Wadek II, dan juga Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wadek III.
2. Bapak Rachmat Baihaky, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Ibu Fita Faturrokhmah, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Bapak Dr. Rully Nasrullah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.
(7)
iii
Semoga ilmu-ilmu para Dosen dibalas dengan pahala yang tak terhingga. 5. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah membantu penulis dalam hal administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
6. Republika Online dan Merdeka.Com, khususnya kepada Bapak Maman Sudiaman dan Bapak Pandusurya Wijaya, yang di sela kesibukannnya menyempatkan diri untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini.
7. Orang tua penulis, Ayah Abdul Rokib dan Ibu Bunyanih, Nenek Hj. Muhinah, Nenek Hj. Masturoh, Alm. Kakek H. Matrais, Kakek H. Ebun, dan Paman terbaik penulis Abdul Khotib yang telah memberikan banyak inspirasi, serta keluarga penulis lainnya yang amat dicintai. Terima kasih atas pengorbanan yang tak ternilai, do’a yang tak henti, air mata serta kasih sayang tulus yang diberikan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Dan untuk kedua adik penulis Nazwa Nabila dan Ariyan Abdillah yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis disetiap harinya.
8. Taufik Nurrahman, yang telah mendukung, mendampingi, menyemangati tanpa kenal waktu dan selalu menjadi inspirasi penulis. Semoga kita terus semangat bersama untuk kebaikan.
9. Sahabat-sahabat di Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2010, khususnya rekan-rekan kelas E, Hilyatul Aulia, Firda, Zahra, Naziah, Astuti, Siti Sudusiah, Roby, Ababil, Andi, Imron, Iman, Malik,
(8)
iv
Ahmad Fadhilah, Asep Sahroni, Azan, Kemal, Apriansyah, Tanto, Fadly serta teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga persahabatan dan tali silaturrahmi kita akan terus terjalin. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya sehingga skripsi ini dapat selesai.
10.Keluarga besar KKN “INSTAN” Kampung Babakan, Garut 2013. Terima
kasih atas ilmu dan pengalamannya.
11.Sahabat-sahabat PRISMA (Persatuan Remaja Islam Masjid Jami’ Al-Marzukiyah), sahabat-sahabat Remaja Majelis Ta’lim Arrahmah, dan para guru sesepuh serta jama’ah Majelis Ta’lim Al-Ikhlas yang telah
memberikan semangat, dorongan dan do’a yang tulus kepada peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Teman-teman grup AMUNISI (Arabian Music Nuansa Islami), yang telah memberikan keterbatasan sekaligus keleluasaan dan persahabatan sekaligus persaudaraan.
13.Serta pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada mereka semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, terdapat banyak kekurangan dan kesalahan sehingga besar harapan penulis bagi segenap pembaca untuk memberikan masukan yang lebih baik. Akhir kata, terima kasih atas semua kerja samanya dan mohon maaf atas semua salah dan khilaf.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh..
Jakarta, 24 Mei 2015
(9)
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
D. Metodologi Penelitian ... 11
E. Tinjauan Pustaka ... 15
F. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II KERANGKA TEORI A. Media Online ... 18
1. Definisi dan Kraketristik Media Online ... 18
2. Perbedaan Karakteristik Media Online dengan Media Mainstream ... 22
B. Berita sebagai Pembentuk Isu ... 23
1. Definisi Berita ... 23
2. Nilai Berita... 24
3. Jenis Berita... 26
4. Teori Agenda Media ... 30
C. Framing ... 36
1. Definisi Framing ... 36
2. Framing dalam Pemberitaan ... 39
3. Analisis Framing Model Robert N. Entman ... 42
BAB III GAMBARAN UMUM REPUBLIKA ONLINE DAN MERDEKA.COM A. Sejarah Singkat Republika Online... 47
(10)
vi
2. Produk Republika Online ... 51
3. Prinsip Dasar Republika Online ... 51
4. Kanal Republika Online ... 52
5. Struktur Organisasi Republika Online ... 54
B. Sejarah Singkat Merdeka.Com... 55
1. Visi dan Misi Merdeka.Com ... 56
2. Kanal Berita ... 57
3. Struktur Organisasi Merdeka.Com ... 58
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Framing Pemberitaan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) di Republika Online Edisi September 2014 ... 61
B. Analisis Framing Pemberitaan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) di Merdeka.Com Edisi September 2014 ... 72
C. Analisis Perbandingan Framing antara Republika Online dan Merdeka.Com ... 82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN
(11)
1
A. Latar Belakang Masalah
Kelompok gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) belakangan ini makin menghebohkan umat Islam di seluruh dunia, karena disebut-sebut akan menghancurkan Ka’bah.
ISIS merupakan negara baru yang dideklarasikan oleh Abu Bakar al-Baghdady pada tanggal 9 April 2013, menyusul terjadinya perang saudara di Irak dan Suriah. Tentu saja proklamasi kemerdekaan ini masih bersifat sepihak, dimana Pemerintah Suriah dan Pemerintah Irak tak merestuinya. Begitu pula Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sama sekali belum mengakuinya sebagai negara yang berdaulat.
Dalam bahasa Arab, negara ini disebut ماشلاو قارعلا يفةيماساا هلود (Daulah Islamiyyah fie Iraq wa Syam), atau dalam bahasa Inggris ditulis dalam beberapa versi. Ada yang menyebutnya Islamic State in Iraq and the Levant (ISIL), Islamic State in Iraq and Syria (ISIS), dan ada juga yang menyebutnya Islamic State in Iraq and al-Shām (juga disingkat ISIS).
Meski secara de jure belum diakui negara-negara lain, faktanya ISIS telah menguasai wilayah seluas 400.000 km2, yang meliputi wilayah di Irak dan Suriah. Untuk sementara, Kota Raqqah yang berada di Suriah ditetapkan sebagai ibu kota negara.
ISIS terbentuk dari gejolak dalam negeri di Irak dan Suriah. Diawali pada tanggal 18 Maret 2003, ketika Pasukan Multinasional pimpinan Amerika
(12)
2
Serikat menyerang Irak karena dianggap membuat senjata pemusnah masal (meski akhirnya tidak terbukti).
Pasukan Irak pimpinan Presiden (saat itu) Saddam Hussein dengan mudah dikalahkan Tentara Koalisi Internasional pimpinan AS. Tetapi rakyat Irak yang terhimpun dalam beberapa kelompok gerilyawan memilih bertahan. Mereka bahkan melakukan perang gerilya untuk mempertahankan negerinya dari invasi pasukan asing.
Dua tahun berselang, tepatnya pada tanggal 15 Agustus 2005, kelompok pejuang mempersatukan diri dan membentuk Majelis Syura Mujahidin. Berawal dari Majelis Syura Mujahidin inilah akhirnya dideklarasikan Negara Islam Irak pada tanggal 13 Oktober 2006, dan mengangkat Abu Umar al-Baghdady sebagai emir atau pemimpinnya.
Abu Umar kemudian meninggal dalam pertempuran, dan posisi emir digantikan oleh Abu Bakar al-Baghdady sejak 15 Mei 2010. Saat itu bersamaan dengan terjadinya revolusi di sejumlah negara di Jazirah Arab, termasuk beberapa negara di Afrika Utara seperti Mesir, Tunisia, dan Libya.
Suriah sebenarnya juga dilanda demonstrasi besar-besaran guna menurunkan Presiden Bashar Assad, namun upaya itu disambut dengan aksi kekerasan oleh Tentara Suriah. Akibatnya, rakyat Suriah pun melakukan perlawaan melalui kelompok-kelompok bersenjata.
Kelompok-kelompok ini mendapat bantuan dari para pejuang di luar negeri, termasuk dari Negara Islam Irak. Kelompok pejuang rakyat Suriah akhirnya mampu membebaskan beberapa kota termasuk wilayah perbatasan
(13)
dengan Irak, sehingga menyatulah beberapa kota di Irak dan Suriah di bawah kendali Negara Islam Irak.
Fakta inilah yang mengilhami pendeklarasian Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada 9 April 2013 dengan pemimpin tetap Abu Bakar Al-Baghdady. Hingga Maret 2014, wilayah yang dikuasai ISIS meliputi 400.000 km2 di dua negara tersebut, atau lebih luas dari beberapa negara Arab seperti Qatar, Emirat Arab, Bahrain, Yaman, dan Lebanon.1
Al-Baghdadi merupakan orang yang paling dicari oleh Negara Paman Sam. Apalagi setelah ISIS merilis sebuah video yang menunjukkan pemenggalan kepala seorang wartawan AS, James Foley (40), pada pertengahan Agustus 2014. Dalam video itu si pemenggal mengatakan bahwa pembunuhan terhadap jurnalis AS sebagai balasan serangan udara Negara Paman Sam itu ke obyek-obyek militer ISIS. Foley ditangkap pengikut Al-Baghdadi di Suriah 2012.
Si pemenggal, seperti tampak dalam video, mengenakan jubah hitam sederhana, juga bertutup kepala dan wajah dengan warna yang sama. Sebilah pisau tergenggam di tangannya. Ia berbicara bahasa Inggris dengan aksen London. PM Ingris David Cameron meminta kepada masyarakatnya yang mengenali si pemenggal agar segera melaporkan kepada aparat keamanan.
Selama ini ISIS memang pandai memanfaatkan media online untuk merilis video propaganda mereka, baik melalui youtube maupun jejaring sosial lainnya. Ada dua jenis propaganda. Jenis pertama berupa ajakan kepada umat Islam di seluruh dunia untuk bergabung dengan mereka. Jenis
1
http://simomot.com/2014/07/04/siapa-sebenarnya-isis-itu/ diakses pada 24 Oktober 2014 pukul 10:30 WIB
(14)
4
propaganda kedua adalah dengan ancaman dan teror. Dalam beberapa video yang dirilis ISIS tampak mayat-mayat yang berserakan. Darah segar kelihatan di mana-mana membasahi tubuh dan pakaian para korban. Mereka adalah korban pembantaian kelompok garis keras yan mengklaim diri sebagai berjuang di jalan Allah itu. Mereka, para korban itu, bisa dari kelompok Syiah, Sunni, Yazidi, Kurdi, Kristen, dan sebagainya.
Intinya, semua pihak yang tidak mau tunduk kepada kekuasaan ISIS dianggap sebagai musuh. Dan sebagai musuh, mereka dianggap halal darahnya. Apalagi bagi mereka yang menghalangi dan berani melawan sepak terjang ISIS seperti yang dilakukan AS dengan serangan udaranya. Sebagai balasan terhadap AS, James Foley adalah korbannya. Ia dipenggal kepalanya tanpa ampun.
Bukan hanya nyawa yang menjadi korban, tempat-tempat ibadah pun tak lepas dari keganasan sepak terjang ISIS. Masjid, gereja, obyek wisata, dan bahkan bangunan pemakaman pun mereka hancurkan rata dengan tanah. Hal ini mereka lakukan setiap kali mereka berhasil menguasai suatu wilayah baru, terutama wilayah-wilayah kelompok-kelompok yang berani membangkang terhadap keberadaan ISIS.2
Kemunculan kelompok ekstrem seperti ISIS (the Islamic State of Iraq and Syria), Al Nusro dan lain-lain, sudah diprediksi kedatangannya oleh sahabat Ali bin Abi Thalib. Menurut pengasuh Majelis ‘Bismillah’ MWCNU Pasarkliwon Surakarta, Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi, 1.400 tahun silam, Imam Ali telah mengingatkan akan datangnya gerombolan bengis yang
2
Ikhwanul Kiram Mashuri, ISIS Jihad atau Petualangan (Jakarta: Republika Penerbit, 2014), Cetakan Pertama, h. 47-50.
(15)
akan mengibarkan panji-panji hitam yang menyerupai panji-panji hitam Imam Mahdi.
Cicit Muallif Simtuddurar, Habib Ali Al-Habsyi mengatakan :
“Ucapan beliau terekam dalam literatur Hadits Ahlus Sunnah wal
Jama'ah, yakni dalam kitab Kanzul Ummal yang dihimpun oleh ulama
besar yang bernama Al Muttaqi Al Hindi pada riwayat nomer 31.530”.
Dalam kitab tersebut, diriwayatkan bahwa Imam Ali pernah berkata:
“Jika kalian melihat bendera-bendera Hitam, tetaplah kalian di tempat kalian berada, jangan beranjak dan jangan menggerakkan tangan dan kaki kalian. Kemudian akan muncul kaum lemah (lemah akal sehat dan imannya), tiada yang peduli pada mereka, hati mereka seperti besi (hati keras membatu jauh dari cahaya Hidayah).
Mereka akan mengaku sebagai Ashabul Daulah (pemilik negara, saat ini ISIS telah mengumumkan berdirinya Daulah Islam di Iraq dan Syam), mereka tidak pernah menepati janji, mereka berdakwah pada Al Haq (kebenaran) tapi mereka bukan Ahlul Haq (pemegang kebenaran). Namanya dari sebuah julukan, marganya dari nama daerah (nama pemimpin mereka, memakai nama julukan dan marga dari asal daerah Baghdad) rambut mereka tak pernah dicukur, panjang seperti rambut perempuan, jangan bertindak apapun sampai nanti terjadi perselisihan diantara mereka sendiri, kemudian Allah mendatangkan kebenaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”3
Realitas-realitas yang berkenaan dengan kasus ISIS tersebut dapat diketahui masyarakat karena pemberitaan media massa. Tentunya kegiatan jurnalistik yang menjadi bagian cara kerja media massa tidak dapat dipisahkan dari proses mengolah fakta yang menjadi informasi. Media massa menginformasikan realitas yang berlangsung di suatu tempat, namun realitas tersebut sesungguhnya sudah dibentuk, dibingkai, dan dipoles sedemikian rupa oleh media tersebut. Media melakukan tindakan konstruktif berdasarkan ideologi yang menjadi landasan media tersebut.
3
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,53439-lang,id-c,nasional-t,Sayyidina+Ali+Pernah+Peringatkan++Waspadai+Kelompok+Ini+-.phpx diakses pada 24 Oktober
(16)
6
Pada akhirnya, realitas sosial tersebut dianggap sebagai “fakta”,
terlepas benar atau tidaknya isi pemberitaan tersebut. Karena individu diyakini sangat terpengaruh oleh pesan-pesan media karena media dianggap sangat kuat dalam membentuk opini masyarakat.4 Sebuah keniscayaan, hampir semua media akan menyeleksi, menonjolkan isu yang ada dan menyembunyikan atau mengabaikan isu lain, menonjolkan aspek tertentu yang terdapat isu tertentu dan aspek lainnya disembunyikan bahkan dibuang. Cara pandang atau perspektif itulah pada akhirnya menentukan fakta yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut.
Proses konstruksi realitas tersebut didasarkan pada adanya kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing media tersebut. Tentunya sebuah kebijakan tidak serta merta sinergi dengan realitas sosial yang ada, bahkan terkadang bertolak belakang sama sekali. Nilai-nilai yang terdapat pada sebuah pemberitaan merepresentasikan karakter media itu sendiri, kepentingan pemilik medianya, sasaran atau target pasar, yang kemudian membentuk sebuah kebijakan media. Adanya kepentingan itulah memunculkan anggapan bahwa fakta yang disampaikan dalam sebuah berita bukanlah fakta yang objektif, melainkan fakta yang sudah dikonstruksi. Kaum konstruksionis memandang bahwa berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah baku jurnalistik. Semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian kata, gambar,
4
Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), Edisi 9, h. 423.
(17)
sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir dihadapan khalayak.5
Sebuah teks, kata Aart Van Zoest, tak pernah lepas dari ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca ke arah suatu ideologi. Menurut Eriyanto, teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktek ideologi atau pencerminan ideologi tertentu.6
Media bukan hanya mekanisme sederhana untuk menyebarkan informasi: media merupakan organisasi kompleks yang membentuk institusi sosial masyarakat yang penting. Jelasnya, media adalah pemain utama dalam perjuangan ideologis. Sebagian besar teori komunikasi kritis berhubungan dengan media terutama karena kekuatan media untuk menyebarkan ideologi yang dominan dan kekuatannya untuk mengungkapkan ideologi alternatif dan ideologi yang bertentangan.7
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Greek, terdiri atas kata
idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang berarti melihat, sedangkan kata logia berasal dari kata logos yang berarti word. Kata ini berasal dari kata
legein yang berarti to speak (berbicara). Selanjutnya kata logia berarti science
(pengetahuan) atau teori. Jadi, ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari yang terlihat atau pengutaraan apa yang terumus didalam pikiran sebagai hasil dari pemikiran.8
5
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 68.
6
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet-kelima, h. 60.
7
Stephen, Karen, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication, h. 432.
8
(18)
8
Kasus ISIS menjadi perhatian menarik bagi media massa untuk membahasnya, tidak terkecuali Repulika Online dan Merdeka.Com. kasus ini menjadi perhatian, karena kasus tersebut merupakan isu besar dan menyangkut hajat hidup orang banyak, merugikan negara, berpola pada suatu konspirasi yang sistemik yang melibatkan banyak pihak, baik aparatur pemerintahan maupun swasta, baik secara institusi maupun perorangan. Landasan penulis memilih Republika Online dan Merdeka.Com sebagai objek penelitian ini adalah karena kedua media tersebut adalah koran nasional yang mapan dalam segi ekonominya, dan memiliki jumlah pembaca yang banyak yang menyebar hampir merata ke seluruh bagian di Indonesia.
Media online disini berusaha membentuk opini publik menurut kehendak media tersebut, setiap media mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyajikan atau mengkonstruksi suatu realitas. Hal ini dapat terjadi dikarenakan setiap media memiliki ideologi yang berbeda-beda, sehingga pengambilan sudut pandang terhadap suatu realitas disesuaikan dengan ideologi media tersebut.
Penulis menganalisa pemberitaan mengenai kasus ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) di Republika Onlinedan Merdeka.Comdengan menggunakan analisis framing. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut.9 Gagasan
9
(19)
mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1995.10 Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Disini realitas dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu.11
Model Framing yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah framing Robert N. Entman. Framing, kata Entman, secara esensial meliputi penseleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas, dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral, dan atau merekomendasikan penanganannya.12
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Framing Pemberitaan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) PadaRepublika Onlinedan Merdeka.Com
Edisi September 2014”.
10
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 161.
11
Eriyanto, Analisis Framing, h. 3.
12
(20)
10
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang peneliti telah paparkan sebelumnya, maka peneliti membatasi penelitian ini pada tajuk beritayang mengangkat kasus ISIS padaRepublika Online dan Merdeka.Com edisi September 2014.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
a. Bagaimana bingkai pemberitaan ISIS dalam model Robert N. Entman pada Republika Online?
b. Bagaimana bingkai pemberitaan ISIS dalam model Robert N. Entman pada Merdeka.Com?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara Republika Online dan
Merdeka.Com membingkai pemberitaan mengenai kasus ISIS.
2. Manfaat Penelitian
a. Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangsih dalam memperkaya ilmu pengetahuan mengenai framing media online dalam membingkai beritanya pada model Robert N. Entman. Penelitian ini
(21)
juga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan referensi dalam penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Sebagai pengetahuan bagi masyarakat untuk memahami bagaimana pengemasan media terhadap beritanya, sehingga dapat diketahui kecenderungan nilai-nilai yang dikonstruksi oleh media dalam pemberitaannya.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Penelitian adalah salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mencari suatu kebenaran. Dalam penelitian ilmiah, metode merupakan strategi yang digunakan untuk mencari kebenaran tersebut.13 Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab persoalan. Dengan kata lain, metode penelitian adalah rencana pemecahan persoalan yang sedang diteliti.14
Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan metode analisis framing Robert N. Entman. Peneliti menganalisis pemberitaan mengenai kasus ISIS pada
Republika Online dan Merdeka.Com edisi September 2014, dan menyimpulkan hasil temuan dari analisis tersebut. Hasil dari penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran tentang bagaimana
13
M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2005), cet. Ke-2, h. 10.
14
Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), cet. Pertama, h. 18.
(22)
12
Republika Online dan Merdeka.Com mengkonstruksi kasus ISIS dalam pemberitaannya dan ideologi yang tercermin dari berita tersebut.
Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada sutau konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.15
2. Subjek dan Objek Penelitian
Untuk melakukan penelitian yang akurat serta mendapatkan data yang valid, maka subjek penelitian adalah Republika Online dan Merdeka.Com. Objek yang dimaksud adalah 3 berita mengenai kasus pada edisi September 2014. Penulis memilih 3 berita tersebut karena penulis menganggap 3 berita tersebut sudah mewakili gambaran konstruksi
Republika Online dan Merdeka.Com terhadap kasus ISIS pada edisi September 2014.
3. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di dua media. Pertama,Republika Online yang beralamat di Jl. Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510 Telp. (021) 7803747 Fax. (021) 7800649, email: [email protected],
[email protected]. Dan yang kedua Merdeka.Com yang beralamat di Jl. Tebet Barat IV No.3 Jakarta Selatan, 12810 Email:
[email protected] Telp: (021)83795245 Fax: (021)83795246.
15
(23)
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Pada riset kualitatif ini yang penulis pakai adalah observasi teks, wawancara, dan juga dokumentasi. Penelitian ini dengan sengaja memilih informan (dokumen atau bahan-bahan visual lain) yang dapat memberikan jawaban terbaik pertanyaan penelitian.16
1) Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, mata, hidung, lidah, dan kulit. Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra.17 Penelitian ini menggunakan observasi teks yaitu melalui data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu teks berita seputar pemberitaan kasus ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Data sekunder, yaitu berupa buku-buku, koran, maupun tulisan lain yang berkaitan dengan objek studi ini.
2) Wawancara
16
John W. Creswell, Desain Penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta: KIK Press, 2003), h. 143.
17
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006), h. 134.
(24)
14
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.18 Penulis melakukan wawancara dengan pihak redaksi tentang kebijakan redaksional
Republika Online dan Merdeka.Com dalam mengemas pemberitaan mengenai kasus ISIS.
3) Studi Kepustakaan (Library Research)
Penulis mengumpulkan dan mempelajari data melalui literatur dan sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah yang dibahas dan mendukung penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Dalam pemberitaan kasus ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) di
Republika Online dan Merdeka.Com, penulis menggunakan teknik analisis framing model Robert N. Entman, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kedua media tersebut mengemas beritanya mengenai kasus ISIS.
Menurut Entman, framing dalam berita dilakukan empat cara, yakni:
pertama, pada identifikasi masalah (problem identification), yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan dengan nilai positif atau negatif apa;
kedua, pada identifikasi penyebab masalah (causal interpretation), yaitu siapa yang dianggap penyebab masalah; ketiga, pada evaluasi moral
(moral evaluation), yaitu penilaian atas penyebab masalah; dan keempat,
18
(25)
saran penanggulangan masalah (treatment recommendation), yaitu menawarkan suatu cara penanganan masalah dan kadang kala memprediksikan hasilnya.19
6. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Beberapa skripsi mahasiswa/i yang mengangkat dan menggunakan metode wacana, di antaranya :
1. “Analisis Framing Berita Kekerasan Terhadap Wartawan SUN TV Di
Okezone.Com”, ditulis oleh Ratna Sari Dewi tahun 2012. Penelitian ini mengenai bagaimana SUN TV di Okezone.Com membingkai pemberitaan kekerasan terhadap wartawan. Teori yang digunakan adalah analisis framing model Robert N. Entman.
2. “Analisis Framing Berita Poligami KH. Abdulllah Gymnastiar Pada Situs Detik.Com dan Eramuslim.Com”, ditulis oleh Nur Azizah, tahun 2009. Penelitian ini mengenai bagaimana framing berita poligami KH. Abdullah Gymnastiar pada situs Detik.Com dan EraMuslim.Com, serta
19
(26)
16
bagaimana perbedaan framing kedua situs tersebut. Teori yang digunakan adalah analisis framing Robert N. Entman.
3. “Analisis Framing Tajuk Rencana Harian Kompas Tentang Konflik
Nuklir Iran”, yang ditulis oleh Naufal Avicenna, tahun 2009.
Penelitian ini mengarah pada bagaimana Tajuk Rencana Kompas megkonstruksi peristiwa konflik nuklir di Iran dan bagaimana harian Kompas meramalkan isu nuklir di Iran di masa yang akan datang. Tinjauan teoritis yang digunakan adalah mengenai Tajuk Rencana dan Analisis Framing Robert N. Entman.
Penulis memilih ketiga skripsi tersebut karena analisis yang digunakan adalah analisis framing dengan model Robert N. Entman, perbedaannya yaitu pada isu yang diangkat berbeda dengan penulis, media yang menjadi objeknya juga berbeda, pada skripsi ini medianya adalah Okezone.Com, Kompas, Detik.Com dan EraMuslim.Com. Sedangkan penulis menggunakan Republika Online dan Merdeka.Com, maka tentu hasil temuan analisanya juga berbeda.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah, maka penulis membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi ke dalam sub-sub bab, dengan penyusunan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
(27)
BAB II Kerangka Teoritis, bab ini akan menguraikan kajian teoritis mengenai media online, yang menjelaskan definisi dan perbedaan karakteristik media online dengan media mainstream. Kemudian menjelaskan tentang konsep berita, teori agenda media, analisis framing dan analisis framing model Robert N. Entman.
BAB III Gambaran Umum, bab ini memaparkan mengenai sejarah singkat, visi dan misi surat kabar tersebut, struktur redaksi dari Republika Online dan Merdeka.Com.
BAB IV Hasil Temuan dan Analisis Data, bab ini berisi tentang temuan dan analisa mengenai framing Republika Online dan Merdeka.Com
mengenai kasus ISIS edisi September 2014.
BAB V Penutup, bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran penulis.
(28)
18
BAB II
KERANGKA TEORI A. Media Online
1. Definisi dan Kraketristik Media Online
Media massa memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang memiliki arah dan tujuan ke berbagai aspek masyarakat secara luas tak hanya masyarakat kalangan atas saja, melainkan kalangan bawah pun ikut terlibat. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun lalu dan tetap dipergunakan hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, bahkan media massa yang saat ini adalah internet.1 Masyarakat dengan mudahnya mendapatkan berita aktual dengan cepat melalui internet, seperti facebook, twitter, dan media massa cetak yang masuk ke dalam media online.
Menurut Denis McQuail (2000), media massa memiliki sifat atau karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar dan luas, bersifat publik dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa.2
Kata online terdiri dari dua suku kata, yaitu on dan line. Menurut John M Echols dan Hasan Shadily dalam kamus Inggris Indonesia, kata on
mengandung arti sedang berlangsung. Sdangkan line berarti garis, barisan, macam, tali, saluran, line, jalan, batas, garis, jurusan, perbentengan, deretan, dan tema. Online sendiri merupakan bahasa internet yang berati
1
Morissan, Dr. Andy Corry Wardhani, Dr. Farid Hamid U: Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masayarakat, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 1.
2
Morissan, Dr. Andy Corry Wardhani, Dr. Farid Hamid U: Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat,h. 2.
(29)
informasi dapat diakses di manan saja dan kapan saja selama ada jaringan internet. Media online bisa menampung berita teks, image, audio, dan video. Berbeda dengan media cetak yang hanya menampilkan teks dan
image (gambar).
Media online adalah media yang terbit di dunia maya, istilah dunia maya pertama kali dikenalkan oleh Williams Gibson (1984/1994) dalam novelnya yang mengartikan dunia maya yaitu realita yang terhubung secara global didukung komputer, berakses komputer, multidimensi, artificial, atau virtual (Severin dan James W. Tankard, 2005:445).
Menurut buku Jurnalistik Terapan yang ditulis oleh Syarifuddin Yunus (2010:27) mengatakan:
“Media online yaitu media internet seperti website, blog, dan lainnya yang terbit/tayang di dunia maya, dapat dibaca dan dilihat di internet. Media online meupakan pemain baru dalam kancah pers Indonesia, menurut beberapa sumber media online di
Indonesia telah tumbuh sejak tahun 1994.”3 Sedangkan menurut Mc Luhan mengatakan:
“Media online adalah gagasan baru dalam bermedia, namun media baru masih mengikut pada media lama dan bahkan sering memanfaatkan media lama sebagai tolak ukur dalam segi isi yang diterapkan di internet. Beberapa penelitian telah mendokumentasikan kecenderungan koran-koran online untuk mengemas kembali materi-materi dari koran-koran cetak.”4
Beberapa karakteristik umum yang dimiliki online, yaitu:
3
http://ipongnugraha.blogspot.com/2013/05/pengertian-media-online.html diakses pada 06 Februari 2015 pukul 16:08 WIB
4
Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 458.
(30)
20
1. Kecepatan (aktualitas) informasi
Dalam media online, semua kejadian atau peristiwa yang terjadi di lapangan dapat langsung di upload ke dalam situs web media online, tanpa harus menunggu hitungan menit, jam atau hari, seperti yang terjadi pada media elektronik atau media cetak. Dengan demikian mempercepat distribusi informasi ke pasar (pengakses), dengan jangkauan global lewat jaringan internet, dan dalam waktu bersamaan .dan umumnya informasi yang ada tertuang dalam bentuk data dan fakta bukan cerita.
2. Adanya pembaruan (updating) informasi
Informasi disampaikan secara terus menerus, karena adanya pembaruan (updating) informasi. Penyajian yang bersifat realtime ini menyebabkan tidak adanya waktu yang diiistemewakan (prime time) karena penyediaan informasi berlangsung tanpa putus, hanya tergantung kapan pengguna mau mengaksesnya.
3. Interaktivitas
Salah satu keunggulan media online ini yang paling membedakan dirinya dengan media lain adalah fungsi interaktif. Model komunikasi yang digunakan media konvensional biasanya bersifat searah (linear) dan bertolak dari kecenderungan sepihak dari atas (top-down). Sedangkan media online bersifat dua arah dan egaliter. Berbagai features yang ada sepertichatroom, e-mail, online polling/survey, games, merupakan contoh interactive optionsyang terdapat di media online. Pembaca pun dapat menyampaikan keluhan, saran, atau tanggapan ke bagian redaksi dan bisa langsung dibalas.
(31)
4. Personalisasi
Pembaca atau pengguna semakin otonom dalam menentukan informasi mana yang ia butuhkan. Media online memberikan peluang kepada setiap pembaca hanya mengambil informasi yang relevan bagi dirinya, dan menghapus informasi yang tidak ia butuhkan. Jadi selektivitas informasi dan sensor berada di tangan pengguna (self control).
5. Kapasitas muatan dapat diperbesar
Informasi yang termuat bisa dikatakan tanpa batas karena didukung media penyimpanan data yang ada di server komputer dan sistem global. Informasi yang pernah disediakan akan tetap tersimpan, dan dapat ditambah kapan saja, dan pembaca dapat mencarinya dengan mesin pencari (search engine).
6. Terhubung dengan sumber lain (hyperlink)
Setiap data dan informasi yang disajikan dapat dihubungkan dengan sumber lain yang juga berkaitan dengan informasi tersebut, atau disambungkan ke bank data yang dimiliki media tersebut atau dari sumber-sumber luar. Karakter hyperlink ini juga membuat para pengakses bisa berhubungan dengan pengakses lainnya ketika masuk ke sebuah situs media online dan menggunakan fasilitas yang sama dalam media tersebut, misalnya dalamchatroom, lewat e-mail atau games.5
5
http://arya-neo.blogspot.com/2010/10/pengertian-media-online.html diakses pada 06 Februari 2015 pukul 16:48 WIB
(32)
22
2. Perbedaan Karakteristik Media Online dengan Media Mainstream
Media online, termasuk salah satu agen informasi yang banyak dicari oleh khalayak pada saat ini. Karakteristik yang dimiliki oleh media ini membius para khalayak yang haus akan informasi.
1. Karakteristik yang paling populer yang dimiliki oleh media online adalah sifatnya yang real time. Dalam artian, berita, kisah-kisah, peristiwa-peristiwa, bisa langsung dipublikasikan pada saat kejadian sedang berlangsung.
2. Karakter lainnya yang membuat media online menjadi begitu banyak diasumsi adalah sifatnya yang interaktif. Dengan memanfaatkan hyperlink yang terdapat pada web, karya-karya jurnalisme online dapat menyajikan informasi yang terhubung dengan sumber-sumber lain. Dalam hal ini berarti, pengguna/pembaca dapat menikmati informasi secara efisien dan efektif namun tetap terjaga dan didorong untuk mendapatkan pendalaman dan titik pandang yang lebih luas bahkan berbeda. Interaktifitas juga dapat dilihat dari adanya pemberian feed back / umpan balik dari pembaca yang membaca sebuah berita melalui kolom komentar yang disajikan di bawah berita yang dtampilkan. Sehingga para pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya serta bertukar pikiran dengan pembaca yang lainnya.
3. Selain itu juga, menyertakan unsur-unsur multimedia adalah termasuk karakteristik lain dari media online yang tidak kalah penting, sehingga mampu menyajikan bentuk dan isi publikasi yang lebih kaya di dalam sebuah web. Seperti dalam terminologi internet, ada istilah hoax. Jika
(33)
suatu berita tidak disertai dengan multimedia baik berupa gambar atau video bisa jadi berita tersebut diragukan kepercayaanya.
Sedangkan karakteristik yang dimiliki oleh media mainstream :
1. Media Mainstream terpusat pada suatu hal, mengawasi secara ketat, membakukan norma dan nilai yang lama, mengarahkan perilaku seseorang untuk menciptakan dukungan kepada pusat kekuasaan. adapun isi pesan yang disampaikan sangatlah selektif dan saling berkaitan.
2. Produksi yang dihasilkan itu berupa produksi yang kreatif, distandarisasi, rutin dan terkontrol. Hubungan yang dimiliki oleh pemberi pesan dengan penerima pesan memiliki hubungan yang dominan, manipulatif, dan asimetrik.
3. Jangkauan yang dimiliki oleh media mainstream ini terbilang luas dan penyebaran informasinya berbentuk vertikal dan searah (monolog), sehingga peran masyarakat didalamnya tidak termasuk kelompok yang partisipan akan tetapi termasuk kelompok sasaran. Adapun contoh dari media mainstream ini adalah televisi, radio, koran, majalah, dan lain sebagainya.6
B. Berita sebagai Pembentuk Isu 1. Definisi Berita
Berita menjadi informasi yang terbanyak diperoleh bila seseorang membaca media cetak, bahkan ada yang mengatakan bisa mencapai 90
6
http://ipongnugraha.blogspot.com/2013/05/karakteristik-media-online.html diakses pada 06 Februari 2015 pukul 17:05 WIB
(34)
24
persen, meskipun belum tentu presentasenya seperti itu bila dia memanfaatkan media elektronik. Walau jumlah berita yang dinikmati masyarakat begitu banyak, ternyata tidak mudah memmberikan definisi tentang berita.
Willard C. Bleyer dalam buku Newspaper Writing Editing
mengemukakan bahwa berita adalah sesuatu yang termasa dipilih wartawan untuk dimuat di surat kabar karena ia dapat menarik pembaca-pembaca media cetak tersebut.
Sedangkan Romli (2004) mendefinisikan berita merupakan laporan peristiwa yang memiliki nilai berita (news value) – aktual, faktual, penting, dan menarik. Berdasarkan berbagai definisi itu, meskipun berbeda, terdapat persamaan yang mengikat pada berita, meliputi; menarik perhatian, luar biasa, dan termasa (baru). Karena itu, bisa disimpulkan bahwa berita adalah informasi atau laporan yang menarik perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian dan atau ide (pendapat), disusun sedemikian rupa dan disebarkan media massa dalam waktu secepatnya.7
2. Nilai Berita
Syarat berita diminati adalah harus menarik perhatian ‘konsumen’ atau
yang jauh lebih luas, tentu perhatian masyarakat.8 Selain unsur tersebut, juga terdapat unsur-unsur lain yang tidak terlihat dalam sebuah berita,
tetapi dapat “dirasakan”, unsur itu meliputi hal-hal berikut ini :
7
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 132-133.
8
(35)
1. Akurat atau cermat
Suatu berita harus ditulis dengan cermat, baik data, seperti angka dan nama maupun pernyataan. Karena seorang wartawan perlu melakukan
check dan recheck atau melakukan konfirmasi sebelum menulis berita, juga harus jeli supaya penulisan deskripsi berita bisa baik pula.
2. Lengkap
Penulisan berita harus lengkap dan utuh sehingga pihak lain tahu informasinya dengan benar, tetapi bukan berarti menulis berita harus dipanjang-panjangkan karena itu tidak efisien.
3. Kronologis
Berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu peristiwa agar urutannya jelas dan lancar, tidak membingungkan pembaca.
4. Magnitude (daya tarik)
Penulisan berita harus dengan mempertimbangkan daya tariknya. Bila daya tarik informasi yang diperoleh tidak ada, berarti informasi itu tidak layak dijadikan berita.
5. Balance (berimbang)
Penulisan berita harus balance (berimbang), yang juga diistilahkan
cover both side. Artinya, dalam menulis tidak boleh ada pemihakan bila terdapat para pihak yang berbeda. Tidak dibenarkan wartawan atau reporter menulis hanya berdasarkan informasi dari satu pihak saja. Dia harus berusaha semaksimal mungkin mendapatkan informasi dari berbagai pihak yang berseberangan, informasi yang seimbang.9
9
(36)
26
3. Jenis Berita 1. Berita keras
Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting dan atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya. Dalam hal ini berita keras dibagi ke dalam beberapa bentuk berita yaitu straight news, features, dan infotainment. a. Straight News. Straight news berarti berita ‘langsung’ (straught)
maksudnya suatu berita yang singkat (tidak detail) dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja yang mencakup 5W + 1H (who, what, where, when, why, dan how) terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. Berita jenis ini sangat terikat waktu (deadline) karena informasinya sangat cepat basi jika terlambat disampaikan kepada audien.
b. Feature. Feature adalah berita ringan namun menarik. Pengertian
“menarik” di sini adalah informasi yang lucu, unik, aneh,
menimbulkan kekaguman, dan sebagainya. Pada dasarnya berita-berita semacam ini dapat dikatakan sebagai softnews karena tidak terlalu terikat dengan waktu penayangan, namun karena durasinya singkat (kurang dari lima menit) dan ia menjadi bagian dari program berita maka feature masuk ke dalam kategori hard news. c. Infotainment. Kata ‘infotainment’ berasal dari dua kata yaitu
information yang berarti informasi dan entertainment yang berarti hiburan, namun infotainment bukanlah berita hiburan atau berita
(37)
yang memberikan hiburan. Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity), dan karena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri hiburan seperti pemain film/sinetron, penyanyi dan sebagainya maka berita mengenai mereka disebut juga dengan infotainment. Infotainment adalah salah satu bentuk berita keras karena memuat informasi yang harus segera ditayangkan.
2. Berita Lunak
Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yan masuk kategori ini ditayangkan pada suatu program tersendiri di luar program berita. Program yang masuk ke dalam kategori berita lunak ini adalah
magazine, current affair, dokumenter, dan talk show.
a. Current Affair. Dari namanya, pengertian current affair adalah
“persoalan kekinian”. Current affair adalah program yang
menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam. Dengan demikian current affair, cukup terkait dengan waktu dalam hal penayangannya namun tidak seketat hard news, batasannya adalah bahwa selama isu yang dibahas masih mendapat perhatian khalayak maka current affair dapat disajikan.
(38)
28
b. Magazine. Diberi nama magazine karena topik atau tema yang disajikan mirip dengan topik-topik atau tema yang terdapat dalam suatu majalah (magazine). Magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam atau dengan kata lain magazine adalah feature dengan durasi yang lebih panjang.
Magazine ditayangkan pada program tersendiri yang terpisah dari program berita. Magazine lebih menekankan pada aspek menarik suatu informasi ketimbang aspek pentingnya.. suatu program
magazine dengan durasi 30 menit atau satu jam dapat terdiri atas hanya satu topik atau beberapa topik.
c. Dokumenter. Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. Misalnya program doumenter yang menceritakan mengenai suatu tempat, kehidupan atau sejarah seorang tokoh atau kehidupan atau sejarah suatu masyarakat (misalnya suku terasing) atau kehidupan hewan di padang rumput dan sebagainya. Gaya atau cara penyajian dokumenter sangat beragam dalam hal teknik pengambilang gambar , teknik editing dan teknik penceritaannya; mulai dari yang sederhana hingga yang tersulit. Suatu program dokumenter adakalanya dibuat seperti membuat sebuah film sehingga sering disebut dengan film dokumenter.
d. Talk Show. Program talk show atau perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas sautu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara
(39)
(host). Mereka yang diundang adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahas.10
Program informasi dalam kategori berita keras atau hard news
dapat dibedakan dengan berita lunak atau soft news berdasarkan sifatnya sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Perbedaan hard news dan soft news11
Hard News
Soft News
Harus ada peristiwa terlebih dahulu
Tidak mesti ada peristiwa terlebih dahulu
Peristiwa harus aktual
Tidak mesti aktual
Harus segera disiarkan
Tidak bersifat segera (timeless) Mengutamakan
informasi terpenting saja
Menekankan pada detail
Tidak menekankan sisi
human interest
Sangat menekankan segi
human interest
Laporan tidak mendalam (singkat)
Laporan bersifat mendalam
Teknik penulisan piramida tegak
Teknik penulisan piramida terbalik
Ditayangkan dalam program berita
Ditanyangkan dalam program lainnya
10
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana, 2008), Edisi Pertama, h. 25-28.
11
(40)
30
4. Teori Agenda Media
Sebuah agenda pada dasarnya adalah sebuah daftar hal-hal yang disusun berdasarkan urutan kepentingannya, dengan yang paling penting berada di tempat paling atas.12
Agenda setting adalah suatu proses atau efek komunikasi massa di media terhadap masyarakat dan budaya. Agenda setting menggambarkan kekuatan pengaruh media yang sangat kuat terhadap pembentukan opini masyarakat.
Media massa dengan memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Masyarakat akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan oleh media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang berbeda. Masyarakat akan menilai suatu isu menjadi penting apabila media menilai isu tersebut sebagai penting.
Media massa memiliki kemampuan untuk menyampaikan kepada masyarakat atau khalayak tentang isu-isu tertentu yang dianggap penting dan kemudian khalayak tidak hanya mempelajari dan memahami isu-isu pemberitaan tapi juga seberapa penting arti suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa memberikan penekanan terhadap isu tersebut. Jadi apa yang dianggap penting dan menjadi dalam suatu agenda media maka itu pulalah yang juga dianggap penting dan menjadi media bagi khalayak.
12
Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. Kelima, h. 281.
(41)
Media melakukan seleksi sebelum melaporkan berita dan kemudian melakukan penciptaan isu di tengah publik terhadap informasi. Media membuat pilihan apa saja yang akan diberitakan dan tidak. Apa yang diketahui oleh khalayak pada umumnya merupakan hasil dari buah pikiran pembentuk opini publik.13
Zucker (1978) menyatakan bahwa menonjolnya isu mungkin menjadi faktor yang penting dalam apakah terjadi penentuan media atau tidak. Zucker menyatakan bahwa semakin kurang pengalaman langsung yang dimiliki publik berkenaan dengan bidang isu tertentu, semakin besar publik harus bergantung pada media berita untuk informasi tentan bidang itu. Isu yang dialami langsung oleh publik, seperti pengangguran, adalah isu yang menonjol (obtrusive issues). Isu yang mungkin tidak dialami langsung oleh publik, misalnya polusi, adalah isu yang tidak menonjol (unobtrusive issues).14
Ada 3 proses agenda setting:
1. Media Agenda - dimana isu didiskusikan di dalam media.
2. Public Agenda - ketika isu didiskusikan dan secara pribadi sesuai dengan khalayak.
3. Policy Agenda – pada saat para pembuat kebijaksanaan menyadari pentingnya isu tersebut.
4. Jadi media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting (menetapkan
13
http://socialmarketingindonesia.blogspot.com/2013/05/agenda-setting-dan-pembentukan-opini.html diakses pada 20 Januari 2015 pukul 12:49 WIB
14
Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, h. 272.
(42)
32
‘agenda’) sehingga membuat publik berpikir bahwa isu yang dipilih
media itu penting.15
Dalam menentukan agenda media, Funkhouser (1973b) memberikan sebuah daftar lima mekanisme sebagai tambahan untuk arus peristiwa nyata yang bekerja mempengaruhi besarnya perhatian media yang mungkin diterima sebuah isu.
1. Adaptasi media terhadap arus peristiwa. Ketika pola yang sama
terus ada, maka hal itu dianggap sebagai “kurang lebih sama” dan
tak lagi dianggap sebagai berita.
2. Pelaporan yang berlebihan tentang peristiwa penting yang tidak biasa. Beberapa kejadian, seperti tumpahan minyak Santa Barbara, penting tetapi menerima liputan yang berlebihan karena keunikannya atau sifatnya yang menimbulkan sensasi.
3. Pelaporan selektif aspek-aspek yang patutu diberikan dari situasi yang tidak layak diberitakan.misalnya, sebuah penelitian terkenal menunjukkan leksi detil-detil tertentu, liputan televisi tentang sebuah parade yang menghormati Jenderal Douglas MacArthur, tampak lebih menarik daripada kejadian sebenarnya (K. Lang dan G. E Lang, 1972).
4. Pseudoevent, atau pembuatan peristiwa yang patut dijadikan berita. Gerakan protes, demonstrasi, protes publik dengan menduduki tempat, dan trik publisitas adalah contoh-contoh yang pseudeovent
yang bisa membantu memindahkan isu ke agenda pers.
15
http://socialmarketingindonesia.blogspot.com/2013/05/agenda-setting-dan-pembentukan-opini.html diakses pada 20 Januari 2015 pukul 12:49 WIB
(43)
5. Rangkuman kejadian, atau situasi yang melukiskan kejadian biasa dengan cara yang patut dijadikan berita. Contohnya adalah perilisan laporan umum ahli bedah pada tahun 1964 yang menunjukkan hubungan antara merokok dengan kanker paru-paru.16
Shoemaker dan Reese (1991), dengan memanfaatkan karya Herbert Gans dan Todd Gitlin mengusulkan lima kategori utama pengaruh isi media :
1. Pengaruh dari pekerja media secara individu. Di antara pengaruh-pengaruh ini adlaah karakteristik pekerja komunikasi, latar belakang profesional dan kepribadian, sikap pribadi, dan peran-peran profesional.
2. Pengaruh-pengaruh rutinitas media. Apa yang diterima media massa dipengaruhi oleh praktik-praktik komunikasi sheari-hari
communicator/orang penghubung, termasuk deadline/batas waktu dan kendala waktu lainnya, kebutuhan ruang dalam penerbitan, struktur piramida terbaik untuk menulis berita, nilai berita, standar objektivitas, dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber berita. 3. Pengaruh organisasi terhadap isi. Organisasi media memiliki
beberapa tujuan, dan menghasilkan uang sebagai salah satu yang paling umum digunakan. Tujuan-tujuan organisasi media ini bisa berdampak pada isi melalui berbagai cara.
16
Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, h. 277.
(44)
34
4. Pengaruh terhadap isi dari luar organisasi media. Pengaruh pengaruh ini meliputi kelompok-kelompok kepentingan yang melobi untuk mendapatkan persetujuan (atau menentang) jenis-jenis isi tertetnu, orang-orang yang menciptakan pseudoevent untuk mendapatkan liputan media, dan pemerintah yang mengatur isi secara langsung dengan undang-undang pencemaran nama baik dan ketidaksopanan.
5. Pengaruh ideologi. Ideologi menggambarkan fenomena tingkat masyarakat. Yang asasi bagi ideologi di Amaerika Serikat adalah
“kepercayaan dalam nilai sistem ekonomi kapitalis, kepemilikan
pribadi, pencapaian laba dengan wiraswasta utnuk kepentingan
pribadi, dan pasar bebas” (hlm. 184). Ideologi yang menyeluruh ini
mungkin memperngaruhi isi media massa dengan banyak cara. Lima kategori ini bervariasi mulai dari pengaruh pekerja media secara individu, yang menggambarkan tingkat yang paling “mikro”, sampai pengaruh ideologi, yang menggambarkan tingkat yang paling
“makro”. Kategori-kategori tersebut membentuk apa yang disebut
Shoemaker dan Reese (1991) sebagai “hierarki pengaruh”, dengan
ideologi menempati pucncak hierarki dan perlahan-lahan turun ke bawah ke semua tingkat yang lainnya.
Individu-individu tertentu, yang disebut orang-orang yang mengetahui terlebih dahulu (early recognizer), juga bisa memainkan peran kunci (Brosius dan Weimann, 1996) dalam menentukan agenda media. Ini adalah orang-orang yang mengetahui sebuah isu pada tahap-tahap perkembangannya. Mereka mungkin adalah para profesional media yang
(45)
pekerjaannya melakukan pengamatan dan yang terikat dengan jaringan kerja organisasi dan sosial.17
Dalam aplikasi penentuan agenda, sebagian peneliti melangkah melampaui penelitian pembentukan agenda oleh pers untuk mempertimbangkan bagaimana gagasan-gagasan penentuan agenda mungkin diterapkan dalam cara-cara untuk membuat masyarakat bertindak dengan lebih baik. Gurevitch dan Blumler (1990) menyatakan bahwa
demokrasi menuntut media massa terlibat dalam “penentuan agenda yang
bermakna, dengan mengidentifikasi isu-isu kunci sekarang ini, termasuk kekuatan-kekuatan yan telah membentuk dan mungkin menjelaskan isu-isu
itu” (hlm. 270). Carter, Stamm, dan Heintz-Knowles (1992) menyatakan
“Penelitian penentuan agenda perlu meningkat lebih dari sekedar
memberikan ukuran lebih baik dampak media sekarang ini. Kita perlu memahami penentuan agenda dengan cukup baik untuk menunjukkan apa yang mungkin dilakukan media untuk memperbaiki kemaampuan publik untuk berpikir bersama tentang masalah-masalah bersama” (hlm. 870).
Shaw dan Martin (1992) menyatakan bahwa media, melalui penentuan agenda, berfungsi untuk memberi kesepakatan yang cukup memadai pada isu-isu publik untuk memungkinkan sebuah dialog di antara kelompok-kelompok yang mempunyai pandangan yang berbeda. Dalam hal ini, penentuan agenda berfungsi sebagai sebuah peranti pembentuk konsensus yang memungkinkan demokrasi bekerja.18
17
Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, h. 277-278.
18
Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, h. 284.
(46)
36
C. Framing
1. Definisi Framing
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut.19 Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1995.20 Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.
Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.21
Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi dan penajaman terhadap dimensi-dimensi tertentu dari fakta yang terberitakan dalam media. Fakta ini tidak ditampilkan apa adanya, namun diberi bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna yang spesifik (Sudibyo 2001:157). Dalam memberitakan peristiwa tertentu, media lazim menyeleksi sumber berita, memberikan bobot fakta yang satu lebih dari
19
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet-kelima, h. 162.
20
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing,h. 161.
21
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS, 2008), cet. Ke-5, h. 10.
(47)
yang lain, serta mengedepankan perspektif tertentu sehingga sebuah interpretasi lebih diterima dibanding interpretasi yang lain.22
Dalam analisis framing, yang kita lakukan pertama kali adalah melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Peristiwa dipahami bukan sesuatu yang taken for granted. Sebaliknya, wartawan dan medialah yang secara aktif membentuk realitas. Berbagai hal yang terjadi, fakta, orang, diabstraksikan menjadi peristiwa yang kemudian hadir di hadapan khalayak. Jadi, dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas/peristiwa dikonstruksi oleh media. Lebih spesifik, bagaimana media membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu. Sehingga yang menjadi titik perhatian bukan apakah media memberikan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media.23
Framing terutama melihat bagaimana pesan/peristiwa dikontsruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak pembaca.
Beberapa definisi framing dari para ahli :
Tabel 2.2 Definisi Framing
Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks
22
Rusmulyadi, Jurnal Komunikasi Islam (Surabaya: Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Bersama Asosiasi Profesi Dakwah Islam Indonesia, 2013), Vol. 3, h. 70.
23
(48)
38
yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari pada sisi yang lain.
Gamson dan Modigliani
Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.
Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilakn kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.
David E. Snow and Robert Benford
Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.
Amy Binder Skema interpretasi yan digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli persitiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.
(49)
Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki
Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.
2. Framing dalam Pemberitaan
Dalam dunia berita, framing bukan hanya berkaitan dengan skema individu (wartawan), melainkan juga berhubungan dengan proses produksi berita – kerangka kerja dan rutinitas organisasi media. Bagaimana peristiwa dibingkai, kenapa peristiwa dipahami dalam kerangka tertentu atau bingkai tertentu, tidak bingkai yan lain, bukan semata-mata disebabkan oleh struktur skema wartawan, melainkan juga rutinitas kerja dan institusi media yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pemaknaan peristiwa. Wartawan hidup dalam institusi media dengan seperangkat aturan, pola kerja dan aktivitas masing-masing
– bisa terjadi institusi media itu yang mengontrol dalam pola kerja tertetnu yang mengharuskan wartawan melihat peristiwa dalam kemasan tertentu, atau bisa juga terjadi wartawan sebagai bagian dari anggota komunitas menyerap nilai-nilai yang ada dalam komunitasnya.24
Menurut Fishman, ada dua kecenderungan studi bagaimana proses produksi berita dilihat.25 Pandangan pertama sering disebut sebagai pandangan seleksi berita (selectivity of news). Dalam bentuknya yang umum pandangan ini seringkali melahirkan teori seperti gatekeeper. Intinya, proses produksi berita adalah proses seleksi. Seleksi ini dari wartawan di lapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana
24
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 115.
25
Mark Fishman, Manufacturing News, (Austin: University of Texas Press, 1980), h. 13-14.
(50)
40
yang tidak, mana peristiwa yang bisa diberitakan dan mana yang tidak. setelah berita itu masuk ke tangan redaktur, akan diseleksi lagi dan disunting dengan menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang perlu ditambah. Pandangan ini mengandaikan seolah-olah ada realitas yang benar-benar riil yang ada di luar diri wartawan. Realitas yang riil itulah yang akan diseleksi oleh wartawan untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita. Pendekatan kedua adalah pendekatan pembentukan berita (creation of news). Dalam perspektif ini, peristiwa itu bukan diseleksi, melainkan sebaliknya, dibentuk. Wartawan-lah yang membentuk peristiwa: mana yang disebut berita dan mana yang tidak. peristiwa dan realitas bukanlah diseleksi, melainkan dikreasi oleh wartawan. Dalam perspektif ini, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana wartawan membuat berita. Titik perhatian utama difokuskan dalam rutinitas dan nilai-nilai kerja wartawan yan memproduksi berita tertentu. Ketika bekerja, wartawan bertemu seseorang. Wartawan bukanlah perekam yang pasif yang mencatat apa yan terjadi dan apa yang dikatakan seseorang. Melainkan sebaliknya, ia aktif. Wartawan berinteraksi dengan dunia (realitas) dan dengan orang yang diwawancarai, dan sedikit banyak menentukan bagaimana bentuk dan isi berita yang dihasilkan. Berita dihasilkan dari pengetahuan dan pikiran, bukan karena ada realitas objektif yang berada di luar, melainkan karena orang yang akan mengorganisasikan dunia yang abstrak ini menjadi dunia yang koheren dan beraturan serta mempunyai makna.26
Ada dua aspek dalam framing, Pertama, memilih fakta/realitas. Proses meimilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkn
26
(51)
melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan; apa yag dipilih (included) dan apa yang dibuang (excluded). Baian mana yang ditekankan dalam realitas? Nagian mana dari realitas yang diberitakan dan bagian mana yang tidak diberitakan? Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan meulupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan melupakan aspek yang lainnya. Intinya, peristiwa dilihat dari sisi tertentu. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain. Media yang menekankan aspek tertentu, memilih fakta tertentu akan menghasilkan berita yang bisa jadi berbeda kalau media menekankan aspek atau peristiwa yang lain.
Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu: penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu, ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadpa simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar, dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas. Pemakaian kata, kalimat, atau foto itu meurpakan implikasi dari
(52)
42
memilih aspek tertentu dari realitas. Akibatnya, aspek tertentu yang ditonjolkan menjadi menonjol, lebih mendapatkan alokasi dan perhatian yang besar dibandingkan aspek lain. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.27
3. Analisis Framing Model Robert N. Entman
Robert N. Entman adalah seorang ahli yang meletakan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Konsep mengenai framing ditulis dalam sebuah artikel untuk Journal of Political Communication.28 Entman melihat framing dalam dua dimensi besar; seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.
27
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 70.
28
(1)
maya
9 September 2014 Militan perempuan ISIS ingin kepala PM Inggris dipancung
9 September 2014 Kisah memilukan gadis Irak jadi budak seks ISIS 10 September 2014 Iming surga bagi wanita
10 September 2014 Bahas ISIS, Panglima TNI bertemu Ketum Muhammadiyah dan PBNU
10 September 2014 Inggris akan persenjatai pejuang Kurdi di Irak buat hadapi ISIS
10 September 2014 Gantung gitar, seorang musisi wanita putuskan gabung ISIS
10 September 2014 ISIS ancam bunuh semua karyawan Twitter 10 September 2014 ISIS ancam bunuh karyawan Twitter 11 September 2014 Saat ISIS makin eksis, Al-Qaidah melemah
11 September 2014 Tony Blair gali pemikiran SBY soal penyelesaian konflik
11 September 2014 ISIS bikin rumah bordil
11 September 2014 Punya cara sendiri, Jokowi ogah gabung Amerika lawan ISIS
12 September 2014 Menang atas musuh Islam, kalah dari nafsu setan 12 September 2014 Perang suci buat jadi mucikari
12 September 2014 CIA: ISIS punya 20.000 orang hingga 31.500 pejuang di Irak dan Suriah
(2)
12 September 2014 ISIS ancam penggal wartawan Irak
12 September 2014 ISIS bakal bentuk kekhalifahan dunia maya
12 September 2014 Pria Malaysia boyong keluarga barunya jihad ke Suriah
13 September 2014 ISIS dan pemberontak Suriah sepakat tidak akan saling serang
13 September 2014 Ibu jurnalis yang digorok ISIS merasa malu sebagai warga Amerika
13 September 2014 Amerika: Kami sedang berperang dengan ISIS 13 September 2014 Keluarga sandera asal Inggris kirim pesan buat ISIS 13 September 2014 Pemimpin Arab Israel: Shin Bet berada di belakang
ISIS
13 September 2014 Polisi bekuk orang mencurigakan di Parigi Moutong diduga ISIS
13 September 2014 4 Orang diduga teroris di Parigi Moutong asal Timur Tengah
14 September 2014 ISIS dikatakan mulai incar Mesir sebagai target berikutnya
14 September 2014 Wanita Amerika ini kesal namanya disamakan dengan militan ISIS
14 September 2014 Algojo ISIS gorok pekerja kemanusiaan asal Inggris 14 September 2014 WN Turki yang ditangkap Densus diduga anggota
ISIS
(3)
Haines
14 September 2014 Gaya pejuang wanita Kurdi saat jaga markas dari serangan ISIS
14 September 2014 Ini pekerja kemanusiaan asal Inggris yang digorok ekstremis ISIS
14 September 2014 Gelar rapat Minggu sore, SBY bahas ISIS
14 September 2014 SBY gelar rapat bahas penangkapan 7 orang diduga anggota ISIS
14 September 2014 10 Dari 66 WNI di Irak dan Suriah sudah pulang ke Indonesia
14 September 2014 Atasi ISIS, pemerintah cegah WNI berangkat ke Timur Tengah
15 September 2014 Menyibak misi WN Turkistan terduga ISIS beraksi hingga Poso
15 September 2014 ISIS diduga kirim dana langsung ke kelompok Santoso di Poso
15 September 2014 Hadapi ISIS, tentara Kurdi dapat pasokan senjata dari Prancis
15 September 2014 Ancaman bagi kawasan 15 September 2014 Berjihad pakai uang haram
15 September 2014 Kakak David Haines sebut pembunuhan adiknya bukan salah Islam
15 September 2014 Sukar dilenyapkan
15 September 2014 Jihadis perempuan Inggris pajang foto pegang kepala dipenggal
15 September 2014 Warga Turkistan ditangkap, Polri perketat WNA masuk ke Poso
15 September 2014 ISIS ancam bunuh satu lagi warga Inggris
(4)
Turkistan
15 September 2014 Surat ancaman ISIS untuk SBY ditemukan pegawai pos di Batam
15 September 2014 Polri gandeng imigrasi cek keabsahan paspor 4 warga Turkistan
15 September 2014 Cantiknya pejuang wanita asal Iran yang bantu Irak hadapi ISIS
16 September 2014 Al-Qaidah minta ISIS lepaskan tawanan Inggris 16 September 2014 Densus 88 tangkap kurir kelompok teroris Santoso 16 September 2014 BIN ikut dalami identitas 4 WNA yang ditangkap di
Poso
16 September 2014 ISIS hapus pelajaran seni, musik, sejarah di sekolah Irak
17 September 2014 Muslim Jerman ajak semua agama perangi ISIS 17 September 2014 Paus Fransiskus terancam dibunuh ISIS
17 September 2014 Kapolri sebut 4 warga Turkistan tak lancar bahasa Turki
17 September 2014 Tanggapi ancaman Obama, ISIS rilis video ala film Hollywood
17 September 2014 Gus Ipul sesalkan alumni Ponpes Tebuireng terlibat ISIS di Poso
17 September 2014 ISIS bentuk tim haus darah
18 September 2014 Tulis warganya banyak jadi ISIS, Erdogan damprat New York Times
18 September 2014 Mabes Polri: Visa 4 warga Turkistan palsu 19 September 2014 Militan ISIS rilis video tawanan asal Inggris
19 September 2014 Aksi tentara cantik Kurdi latihan tempur untuk perangi ISIS
19 September 2014 Kota dikuasai ISIS, ribuan warga Suriah ngungsi ke Turki
(5)
hadapi ISIS
19 September 2014 Pasukan Kostrad kerahkan meriam dan mortir saat hadapi ISIS
19 September 2014 Pasukan tengkorak Kostrad latihan lawan ISIS di Sukabumi
19 September 2014 Struktur organisasi ISIS terungkap
20 September 2014 Bernama ISIS, butik di Inggris dituding danai ekstremis
20 September 2014 Polisi pastikan 4 warga Turkistan akan bergabung teroris Santoso
21 September 2014 PKS: Jika dikuasai ISIS, Irak dan Suriah bisa jadi satu negara
22 September 2014 Terkait terorisme, WN Turkistan di Poso ditahan selama 30 hari
22 September 2014 Polisi nyaris tangkap Santoso dalam baku tembak di Poso
22 September 2014 ISIS rutin perkosa tawanan perempuan non muslim 23 September 2014 Serius bangun negara
23 September 2014 Wartawan ISIS hidup mapan
23 September 2014 Militan ISIS rilis adegan eksekusi tentara Irak 24 September 2014 Pejabat New York kecam iklan anti-Islam di stasiun
kereta
24 September 2014 Arab Saudi terjunkan pasukan jet tempur untuk perangi ISIS
24 September 2014 Kecam ISIS, Femen gelar aksi pakai sorban sambil setengah bugil
25 September 2014 Gempur ISIS, Inggris gunakan misil super mematikan
25 September 2014 Video suasana sehari-hari di 'ibu kota' ISIS di Suriah
(6)
tawanan
25 September 2014 Cantiknya Mariam, pilot wanita pertama yang berperang lawan ISIS
26 September 2014 Antara berkah dan neraka di Raqqa
26 September 2014 Anggota ISIS Malaysia dan Indonesia bentuk unit militer khusus
26 September 2014 FBI klaim sudah tahu pembunuh James Foley dan Steven Sotloff
27 September 2014 Pengungsi Kurdi runtuhkan pagar berduri pembatas Turki-Suriah
29 September 2014 Tak ada masa depan dan rasa aman di bawah pemerintahan ISIS
29 September 2014 Melihat kendaraan tempur buatan pejuang Kurdi untuk perangi ISIS
30 September 2014 ISIS di gerbang Baghdad
30 September 2014 Pemilik kafe ISIS di New York merugi
30 September 2014 Netanyahu sebut Iran lebih berbahaya ketimbang ISIS