Latihan Interval Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Circuit dan Football Circuit terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal ( O2 Max)Pemain Sepakbola Mahasiswa Ditinjau dari Rasio Kerja Istirahat 1 2 dan 1 3

commit to user 75

3. Latihan Interval

Interval Training Sistem latihan interval mencakup selang-seling periode kerja dan istirahat. Keunggulan sistem latihan ini adalah lebih banyak atlet mengalami pelatihan interval tanpa mengalami keletihan yang berlebihan. Latihan interval merupakan media utama untuk mewujudkan efek-efek pelatihan yang spesifik. Pelatihan interval tidak hanya memungkinkan atlet bekerja pada volume yang lebih besar dari suatu intensitas tertentu, tetapi juga memungkinkan atlet berlatih lebih keras daripada yang dilakukannya dalam latihan yang berkesinambungan. Variabel yang dapat dimanipulasi dalam latihan interval adalah di seputar periode-periode kerja maupun pemulihan yaitu; a Durasi kerja. b Intensitas kerja. c Durasi periode pulihan. d Jenis aktivitas yang dilakukan selama periode pemulihan, dan e Banyaknya pengulangan selang-seling kerjapemulihan yang dilaukan dalam satu setnya. Latihan interval merupakan program latihan yang terdiri dari periode pengulangan kerja yang diselingi oleh periode istirahat Fox E.L, 1984:184, Smith, J, 1983: 184 atau merupakan serangkaian latihan yang diulang-ulang dan diselingi dengan periode istirahat. Latihan ringan biasanya dilakukan pada periode istirahat ini Fox, Bower and Foss, 1993:205, Fox dan Mathews, 1981:263. Untuk memahami mengapa latihan ini sedemikian bagusnya, maka akan diuraikan mengenai latihan selama latihan fisik. commit to user 76 Ada beberapa istilah khusus dalam latihan yang harus dipahami dengan sebaik-baiknya. a Interval kerja w ork interval. Bagian dari program latihan interval yang terdiri atas kegiatan dengan intensitas tinggi. b Interval pemulihan relief interval. Waktu antar interval kerja serta antara set. Interval pemulihan dapat terdiri atas: 1. Kegiatan ringan pemulihan dengan istirahat atau rest relief. 2. Latihan fisik ringan sampai sedang pemulihan dengan kegiatan atau work relief. 3. Gabungan pemulihan dengan istirahat atau rest relief dengan pemulihan dengan kegiatan atau work relief. Adapun beberapa jenis Interval pemulihan dinyatakan dalam hubungan dengan rasio pemulihan dengan kerja dan dapat dinyatakan sebagai berikut; 1. 1:½ = mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan setengah waktu interval kerja. 2. 1:1 = mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan waktu interval kerja. 3. 1:2 = mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan dua kali waktu interval kerja. 4. 1:3 = mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan tiga kali waktu interval kerja. commit to user 77 Dengan interval kerja yang lebih lama, suatu rasio kerja pemulihan 1:½ atau 1:1 biasanya yang disarankan; pada interval dengan jangka waktu menengahsedang, rasionya adalah 1:2 dan pada kerja yang memakan waktu pendek, rasionya 1:3 karena intensitasnya yang tinggi Fox. Bower Foss 1993:302. c Set adalah serangkaian interval kerja dan pemulihan. d Pengulangan Repetition Banyaknya interval kerja dalam satu setnya. e Waktu latihan training time Kecepatan pelaksanaan kegiatan selama interval kerja. f Jarak latihan training dintance Jarak interval kerja. g Frekuensi Banyaknya waktu per minggu untuk melakukan latihan. h Resep latihan interval. Berisi informasi terkait mengenai suatu pelaksanaan latihan interval yang biasanya meliputi banyaknya set, pengulangan, waktu pelaksanaan atau jarak interval kegiatan, waktu latihan dan waktu interval pemulihan. Cara latihan interval untuk atlet dalam melakukan interval kerja disesuaikan dengan cabang olahraganya, misalnya sepakbola dengan kegiatan sepakbola. Tipe kegiatan yang dipilih untuk latihan fisik umum berdasarkan atas pilihannya. Sebagai ringkasan sistem latihan interval dapat diketengahkan sebagai berikut Fox, Bower and Foss, 1993:280; commit to user 78 1 Tentukan terlebih dahulu sistem energi mana yang perlu dikembangkan. Tabel 7. Informasi Penting untuk Penulisan Resep Latihan Interval Berdasarkan “Waktu” Latihan Fox, Bower, Foss, 1993:306 Major energi system Training time min:sec Repetition per workout Set per workout Repetition per set Work relief ratio Types of interval ATP-PC 0:10 50 5 10 1:3 Rest-relief d.g., walking, flexing 0:15 45 5 9 0:20 40 4 10 0:25 32 4 8 ATP- PC-LA 0:30 25 5 5 1:3 Work-relief d.g., light to mind exercise, jogging 0:40 – 0:50 20 4 5 1:0 – 1:10 15 3 5 1:2 1:20 10 2 5 LA-0 2 1:30 – 2:30 8 2 4 1:2 Work-relief 2:10 – 2:40 6 1 6 1:1 2:50 – 3:00 4 1 4 Host-relief 2 3:00 – 4:00 4 1 4 1:1 4:00 – 5:00 3 1 3 1: ½ Rest-relief 2 Pilih bentuk aktivitas exercise yang digunakan selama interval kerja sepakbola. 3 Tentukan latihan sesuai dengan keterangan yang ada dalam daftar dari sistem energi utama yang ingin dikembangkan. Jumlah ulangan dan set, rasio kerja istirahat, dan tipe dari interval istirahat, seluruhnya ada dalam tabel 1 dan 2. Untuk setiap aktivitas yang dipilih, waktu latihannya ada dalam kolom 2 tabel 1. 4 Berikan peningkatan intensitas progresive overload selama program latihan. Walaupun program latihan interval merupakan sistem yang sangat baik untuk atletnon atlet yang tertarik pada “ general fitness ”, namun metode ini bukan satu-satunya metode latihan yang ada. commit to user 79 Tabel 8. Informasi Penting untuk Penulisan Resep Latihan Interval Berdasarkan “Jarak” Latihan Fox, Bower, Foss, 1993:307 Major energi system Training distamce yards Run:swim Repetition per workout Set per workout Repetition per set Work relief ratio Types of relief interval ATP- PC 55:15 50 5 10 1:3 Rest-relief d.g., walking, flexing 110:25 24 3 8 ATP- PC-LA 220:55 16 4 4 1:3 Work-relief d.g., light to mind exercise, jogging 440:110 8 2 4 1:2 LA-0 2 660:165 5 1 5 1:2 Work-relief 880:220 4 2 2 1:1 Host-relief 2 1100:275 3 1 3 1: ½ Rest-relief 1320:330 3 1 3 1: ½ Kemajuan prestasi atlet merupakan akibat langsung dari jumlah dan kualitas kerja yang dicapai dalam latihan. Beban kerja dalam latihan ditingkatkan secara bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan psikologis setiap atlet. Organisme akan memberikan reaksi berupa perubahan morfologis dan psikologis sebagai pemenuhan kebutuhan adanya peningkatan beban latihan. Peningkatan intensitas latihan melalui cara sebagai berikut; a Meningkatkan kecepatan dalam jarak tertentu atau meningkatkan berat beban. b Meningkatkan rasio antara intensitas relatif dan absolut, sehingga intensitas absolut boleh dilakukan. c Mempersingkat istirahat interval di antara masing-masing pengulangan atau set. d Meningkatkan densitas latihan, dan e Meningkatkan jumlah pertandinganperlombaan Bompa, 1990:85 Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk dikaitkan dengan kualitas kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang ditentukan. Kualitas kekuatan ransangan sangat tergantung dari; ritme latihan, commit to user 80 beban kecepatan gerakan, variasi interval istirahat atau pullih asal diantara tiap ulangan Bompa, 1992:58. Prinsip latihan anaerobik adalah dengan memberikan beban maksimal yang dikerjakan untuk waktu yang singkat dan diulang. Menurut Janssen 1987:155 waktu latihan maksimal selama latihan sprint, sistem kreatin fosfat ditekankan, laktat yang tinggi tidak dikehendaki dalam latihan sprint. Pada waktu latihan pemulihan yang lebih lama atau dengan menurunkan intensitas sprint kenaikan kandungan laktat akan lebih rendah. Frekuensi adalah ulangan beberapa kali seseorang mengerjakan setiap setnya. Frekuensi tinggi berarti ulangan gerakan yang harus dikerjakan setiap setnya adalah banyak. Frekuensi rendah artinya ulangan gerakan yang harus dikerjakan setnya sedikit Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1984:197 “frekuensi untuk latihan anaerobik adalah 3 kali setiap minggunya. commit to user 81 Tabel 9. Berbagai Cabang Olahraga, Aktivitas dan Sistem-Sistem Energi yang Utama Fox Mathews, 1981:263 Sport or sport activity ATP-PC and anaerobic glycolysis Anaerobic glycolysis and aerobic aerobic 1. Tennis 70 20 10 2. Track and field a. 100, 200 m 95-98 2-5 negligible b. Field event 95-98 2-5 negligible c. 400 m 80 15 05 d. 800 m 30 65 05 e. 1.500 mile 20-30 20-30 40-60 f. 3.000 m 2 mile 10 20 70 g. 5.000 m 3 mile 10 20 70 h. 10.000 m 6 mile Negligible 05 95 1. Volleyball 80 05 15 1. Walking Negligible 05 95 2. Wrestling 90 5 5 3. Aerobik dance 5 15-20 75-80 4. Baseball 80 15 05 5. Basketball 60 20 20 6. Fencing 90 10 negligible 7. Field hockey 50 20 30 8. Football 90 10 negligible 9. Golf 95 5 negligible 10. Gymnasties 80 15 5 11. Ice hockey a. Forward defense 60 20 20 b. Goalic 90 5 5 12. Ice speed skating a. 500 m 80 10 10 b. 1.000 m 35 55 10 c. 1.500 m 20-30 30 40-50 d. 5.000 m 10 25 65 e. 10.000 m 5 15 80 13. In 0line skating 10 km 5 25 70 14. Lacrose a. Goalic, defense, attacker 50 20 30 b. Midfielders, man-down 20 30 50 15. Rowing 20 30 50 16. Skiing a. Slalom, jumping 80 15 5 b. Downhill 50 30 20 c.Cross-country 5 10 85 d. Recreational 20 40 40 17. Soccer a. Goalic, wings, striers 60 30 10 b. Hallbacks or sweeper 60 20 20 18. Stepping machine 5 25 70 19. Swmming and diving a. Diving 98 2 negligible b. 50 m 90 5 5 c. 100 m 80 15 5 d. 200 m 30 65 5 e. 400 m 20 40 40 f. 1.500 m, 1.650 yrd 10 20 70 commit to user 82 Program untuk mengembangkan sistem energi yang utama dalam kegiatan olahraga harus disesuaikan dengan metode latihan. Latihan interval dapat bervariasi dan dapat diatur untuk meningkatkan sistem anaerobik atau aerob. Latihan interval anaerob merupakan salah satu sistem latihan yang telah diselidiki secara sistematis dan ilmiah, seri latihan berat yang diulang-ulang diselingi oleh waktu istirahat dan diselingi latihan ringan. Pengukuran laktat sudah menjadi elemen penting dalam latihan olahraga. Penentuan laktat, metode dan intensitas latihan dapat ditentukan dengan akurat. Tabel 10. Berbagai Metode Latihan dan Pengembangan Sistem Energi Utama Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L Foss, 1993:313 Training method Percent Development ATP-PC and LA LA and 0 2 2 Acceleration sprint 90 5 5 Countinuous fast-running 2 8 90 Countinuous slowt-running 2 5 93 Hollow sprint 85 10 5 Interval sprinting 20 10 70 Interval training 10-80 10-80 10-80 Jogging - 10 90 Repetition running 10 50 40 Speed play fartlek 20 40 40 Sprint training 90 6 4 Kualitas yang diperoleh dari latihan akan menurun kembali ke kondisi semula apabila tidak melakukan latihan secara teratur dan kontiyu. Penurunan yang bermakna akan terjadi sesudah seseorang menghentikan latihannya. Oleh karena itu keteraturan dan kontinyuitas perlu diperhatikan. commit to user 83 Sebelum menjelaskan pulih asal recovery , terlebih dahulu dijelaskan tentang kelelahan fatigue . Proses yang terjadi selama pemulihan dari latihan fisik sama pentingnya dengan yang terjadi selama latihan fisik. Kemajuan seorang atlet tergantung kepada pemulihan yang cukup sehingga efek-efek latihan dapat dimaksimalkan. Berlatih tanpa pemulihan yang akurat setelah suatu kegiatan yang meletihkan tidak akan membawa manfaat bagi atlet, karena mereka semata-mata hanya belajar menanggulangi keletihan dan bukannya memajukan aspek-aspek spesifik dari performance Brents Rushall 1990:60. Prosedur-prosedur pemulihan harus merupakan bagian yang integral dari suatu latihan. Brents Rushall 1990:60 menyatakan bahwa; “kalau latihan aktif digabung dengan pemulihan pasif maka kecepatan pemulihannya lebih baik dari pada pemulihan aktif saja”. Jika intensitas pemulihan itu melampaui 60 VO 2max maka besar kemungkinan lebih banyak asam laktat akan diproduksi dan pemulihan terlambat. Prinsip pemulihan harus dianggap sama pentingnya dengan prinsip overload. Brents Rushall 1990:215 menyatakan bahwa pemulihan recovery sama pentingya dengan latihan. Kelelahan yang terjadi di dalam berolahraga terdiri dari: b Kelelahan neoromuscularjuction ; Kelelahan ini terjadi pada otot cepat fast twitchfiber yang disebabkan impuls sebagai penghantar kimia menjadi berkurang. c Kelelahan dari mekanisme otot; 1 Berkurangnya cadangan ATP dan PC. ATP merupakan sumber energi yang langsung untuk kontraksi otot dan PC lansung digunakan sebagai penggantinya. ATP dapat diresistensi selama 30 detik. commit to user 84 Gambar 10. Proses Interval Kerja dan Interval Istirahat Foss, 1998:281 2 Penumpukan asam laktat. Pembentukan asam laktat akan meningkat konsentrasi ion-ion, sehingga mangganggu kontraksi otot dan juga menghambat enzim yang diperlukan untuk metabolisme. 3 Berkurangnya cadangan glycogen. Olahraga lama – glycogen habis. Hal ini akan menyebabkan “ Bonking” glycogen yang ada dalam salah satu otot tidak dapat dipindahkan ke otot lain, oleh karena itu otot yang paling banyak kontraksi glycogen menjadi habis. Program latihan anaerobik atau sprint perbandingan antara kerja dan istirahat adalah 1:5 – 1:12, Bompa, 1999:94. Selama pulih asal dari latihan tuntutan energi sangat berkurang. Tetapi konsumsi oksigen pada periode waktu tertentu tetap pada tingkat yang relatif tinggi dan lamanya tergantung pada intensitas latihan yang dilakukan. Oleh karena itu interval istirahat harus memudahkan pulih asal yang optimal selama LA berkurang dan 0 2 – debt yang hampir seratus prosen tersimpan. Pulih asal pada latihan anaerobik atau sprint menurut Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1993:297 minimal memerlukan waktu 2 menit dan maksimal 3 menit. ------ : Istirahat r elief ATP naik, waktu 30 detik commit to user 85 Tabel 11. Berbagai Metode Latihan dan Penggunaan Sistem Energi Utama untuk Kegiatan Berbagai Olahraga Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1993:314 Sport or sport activity Suggested Methods Ac ce ler ati o n S p rin t C o n to n u o u s fa st -r u n n in g C o n to n u o u s slo w -r u n n in g Ho ll o w sp rin t In ter v al sp rin ti n g In ter v al tr ain in g Jo g g in g R ep eti ti o n ru n n in g S p ee d p lay f ar tl ek S p rin t tr ain in g Baseball Ö Ö Ö Basketball Ö Ö Ö Fencing Ö Ö Ö Ö Field hockey Ö Football Ö Ö Ö Ö Golf Ö Ö Gymnastics ice hockey Ö Ö Ö Ö Forwards, defense Ö Ö Goalie Ö Ö Ö Lacrose Goalie, defense, attacker Ö Ö Midfielders, man-down Ö Recreation sport Ö Ö Ö Rowing Ö Ö Skiing Slalon, jumping downhill Cross-country Ö Ö Soccer Goaline, wings, strikers Ö Ö Halfback, link men Ö Ö Softball Ö Ö Swimming and diving 50-m freestyle, diving Ö Ö 100-m, 100-yd all strokes Ö Ö 200-m, 220-yd all strokes Ö 400-m, 440-yd freestyle Ö Ö Ö 1500-m, 1650-yd freestyle Ö Tennis Ö commit to user 86 Sport or Sport Activity Suggested Methods Ac ce ler ati o n S p rin t C o n to n u o u s fa st - ru n n in g C o n to n u o u s slo w - ru n n in g Ho ll o w sp rin t In ter v al sp rin ti n g In ter v al tr ain in g Jo g g in g R ep eti ti o n ru n n in g S p ee d p lay f ar tl ek S p rin t tr ain in g 400-m, 440-yd Ö Ö 800-m, 880-yd Ö 1500-m, 1 mile Ö Ö Ö Track and field 100-m, 100-yd Ö Ö Ö 200-m, 220-yd Ö Ö Ö Ö Field events Ö Ö Ö 2 miles Ö Ö Ö Ö 3 miles, 5000-m Ö Ö Ö Ö 6 miles, 10.000-m Ö Ö Marathon Ö Volyball Ö Ö Ö Ö Wresting Ö Ö Ö Energi diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan kerja, sedangkan kerja didefinisikan sebagai penerapan dari suatu gaya melalui suatu jarak. Dengan demikian energi dan kerja tidak dapat dipisahkan. Banyaknya energi yang dikeluarkan untuk kerja otot tergantung pada intensitas, frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Menurut Clenaghan, Pate R. Rotella 1984: 237 mengtatakan kontraksi otot menyebabkan perubahan bentuk energi kimia menjadi energi mekanik yaitu ikatan energi ATP digunakan untuk menambah bahan bakar gerakan tubuh manusia. Tenaga maksimal berarti kecepatan terbesar dimana sistem energi dapat menyediakan energi bagi kerja otot. Energi yang diperlukan untuk suatu kegiatan atau kontraksi otot tak dapat diserap langsung dari makanan yang dimakan, akan tetapi diperoleh atau dari persenyawaan yang disebut ATP adenosine triphosphate . ATP inilah yang merupakan sumber energi yang langsung dipergunakan otot untuk melakukan kontraksi. commit to user 87 Didalam tubuh terdapat suatu zat kimia yang membuat otot dapat berkontraksi atau berelaksasi, yaitu adenosin trifosfat atau ATP. Zat ini merupakan suatu senyawa yang selama aktivitas otot diubah menjadi adenosine difosfat atau ADP sambil menghasilkan anergi siap pakai untuk otot Janssen, 1987:12. Secara sistematis proses ini dapat digambarkan sebagai berikut; ATP ADP + energi. ATP terdiri dari komponen yang kompleks yaitu suatu komponen adenosine dan tiga komponen phosphate . ATP ini tersimpan dalam otot skelet dan dalam jumlah yang sangat terbatas, karenanya ATP ini lekas habis. Agar supaya kontraksi otot tetap berlangsung, maka ATP ini harus diisi kembali melalui penguraian zat-zat lain yang juga tersimpan di dalam otot. Menurut Janssen 1987:12 mengatakan jumlah ATP yang langsung tersedia adalah cukup untuk kira-kira 1-2 detik aktivitas maksimum, dan jumlah kreatin fosfat habis setelah kira-kira 6-8 detik. Otot yang aktif, energi yang dihasilkan dari gilkogen ini memproduksi asam laktat LA. LA mengakibatkan kelelahan. Aktivitas maksimal dalam waktu 45 – 60 detik menimbulkan akumulasi LA maksimal. Untuk menghilangkannya perlu waktu 45 – 60 detik. Tabel 12. Prediksi Pulih Asal dan Diet Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1993:235 Proses Pulih Waktu Pulih Asal Jenis Diet Minimum Maksimum ATP-PC 1:2 work 1: relief 2 - - Cadangan fosfagen 3 menit 5 menit - Cadangan glycogen otot 5 jam cab. Or intermiten 24 jam karbohidrat 10 jam cab. Or. Kontinyu 48 jam karbohidrat Cadangan glycogen hati tidak diketahui 24 jam - Pengangkutan asam 30 menit rest aktif 1 jam - Laktat 1 jam rest pasif 2 jam - Cadangan 0 2 10 – 15 detik - - commit to user 88

a. Rasio Kerja-Istirahat 1:2

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan rasio-kerja istirahat 1: 2 adalah mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan dua kali waktu interval kerja. Pada interval dengan jangka waktu menengahsedang, rasionya adalah 1:2 dan pada kerja yang istirahatnya diimbangi oleh dua kali waktu kerja, Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. Foss. 1993:302. Dalam penelitian ini rasio kerja-istirahat 1: 2 akan ditreatmentkan pada kedua jenis metode latihan baik metode latihan sirkuit berlanjut maupun sepakbola yang dimana telah direncanakan dan dibuatkan program pelatihan yang sesuai dengan prinsip-prinsip latihan.

b. Rasio kerja-istirahat 1:3

Rasio kerja-istirahat 1:3 Mengisyaratkan bahwa waktu interval pemulihannya sama dengan tiga kali waktu interval kerja. Rasionya 1:3 karena intensitasnya yang tinggi. Ini mempunyai pengertian bahwa dalam penentuan kerja dan istirahatnya suatu program latihan dapat ditentukan bahwa waktu isturahat tiga kali dari waktu kerja. Semakin banyak waktu pulih asal maka akan dapat berpengaruh terhadap penyediaan oksigen dan pemulihan terhadap kondisi latihan. Semakin efektif tubuh dalam menyediakan oksigen maka akan semakin siap tubuh untuk melakukan aktivitas dengan intensitas tinggi kembali dalam latihan. Kerja yang memakan waktu pendek, rasionya 1:3 karena intensitasnya yang tinggi Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1993:302. commit to user 89

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang ada hubungannya dengan proposal penelitian ini adalah; hasil penelitian dari Moh. Nasution 2008, meneliti tentang pengaruh latihan interval dan kontinyu terhadap perubahan VO 2 maximal dan denyut nadi istirahat. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa; ada pengaruh antara bentuk latihan interval dan latihan kontinyu terhadap perubahan denyut nadi istirahat dimana latihan kontinyu lebih baik dibanding latihan interval. Penelitian dari Sardianto 2002, meneliti tentang pengaruh metode latihan dan intensitas interval istirahat dalam keterampilan bermain bolavoli. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa; latihan sistem lorong intensitas interval istirahat aktif ternyata memberikan hasil latihan yang lebih baik dibanding dengan latihan stasion intensitas interval istirahat pasif. Penelitian dari Kiyatno 2001, meneliti tentang Volume Oksigen Maksimal, studi korelasi antara volume tidal kadar hemogolobin, dan denyut jantung dengan Volume Oksigen Maksimal olahraga di Surakarta. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif secara bermakna antara volume tidal, kadar hemoglobin, dan denyut jantung dengan O 2 max. commit to user 90

C. Kerangka berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut:

1. Perbedaan pengaruh latihan sirkuit

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENGARUH CIRCUIT TRAINING RASIO 1 1 DAN 1 2 TERHADAP PENINGKATAN VO2 MAX PADA ATLET SEPAKBOLA NGALIYAN SEMARANG USIA 18 20 TAHUN

6 110 85

PENGARUH LATIHAN LARI KONTINYU DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO Pengaruh Latihan Lari Kontinyu Dan Circuit Training Terhadap Peningkatan VO₂Max Pemain Futsal.

0 6 14

PENGARUH LATIHAN LARI KONTINYU DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO Pengaruh Latihan Lari Kontinyu Dan Circuit Training Terhadap Peningkatan VO₂Max Pemain Futsal.

0 2 18

PENDAHULUAN Pengaruh Latihan Lari Kontinyu Dan Circuit Training Terhadap Peningkatan VO₂Max Pemain Futsal.

1 3 4

PENGARUH LATIHAN STATIC CYCLE TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO Pengaruh Latihan Static Cycle Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (Vo2max) Pada Pasien Pasca Stroke.

0 2 14

PENGARUH PEMBERIAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO PENGARUH PEMBERIAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN FUTSAL.

0 3 15

PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP PENINGKATAN VOLUME MAKSIMAL OKSIGEN (VO Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Peningkatan Volume Maksimal Oksigen (VO2 MAKS) Pada Perokok.

0 2 13

PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP PENINGKATAN VOLUME MAKSIMAL OKSIGEN Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Peningkatan Volume Maksimal Oksigen (VO2 MAKS) Pada Perokok.

0 2 16

PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (VMAKS) Pada Remaja Usia 18-20 Tahun.

0 1 13

PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TERHADAP VO2 MAX

0 1 16