Karakteristik Permainan Sepakbola Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Circuit dan Football Circuit terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal ( O2 Max)Pemain Sepakbola Mahasiswa Ditinjau dari Rasio Kerja Istirahat 1 2 dan 1 3

commit to user 11

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Karakteristik Permainan Sepakbola

1 Permainan Sepakbola. Permainan sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh dua regu yang berlawanan dimana tiap regu yang melakukan permainan di dalam lapangan terdiri dari 11 orang dan berusaha memasukkan bola sebanyak mungkin ke gawang lawan, sedangkan pemain pengganti sebanyak-banyaknya maksimal 7 orang, sehingga tiap regu paling banyak terdiri dari 18 orang pemain. Permainan sepakbola dimainkan di atas lapangan berumput yang sengaja diadakan untuk itu, baik di lapangan terbuka maupun di ruangan tertutup Sudjarwo, dkk. 2005; 4 . Pada hakekatnya, tiap-tiap regu mempunyai kesempatan untuk menyerang dan memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan sedapat mungkin untuk tidak kemasukan. Secara garis besar permainan sepak bola dilakukan dengan mempergunakan empat unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni : mengoper dan menghentikan bola passing and controling , menggiring bola dribbling , memainkan bola dengan kepala heading serta menembak shooting . Keempat unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik lanjutan yang memungkinkan permainan sepakbola hidup dan bervariasi. Misalnya, dalam teknik mengoper dan menghentikan bola terdapat beberapa cara seperti : operan jarak jauh loong pass , operan jarak dekat short pass , menghentikan bola dengan kepala, dengan dada dan kaki dan lain sebagainya. 11 commit to user 12 Sebagai bagian dari cabang olahraga terbuka, sepakbola merupakan jenis permainan yang tidak dapat diramalkan unpredictable. Implikasi dari adanya situasi yang tidak dapat diramalkan unpredictable tersebut “memaksa” pemain yang terlibat dalam permainan ini harus pandai-pandai memilih dan memutuskan suatu gerakan ketika berada dalam situasi bermain. Pembiasaan menilik pola gerak yang “paling efektif” diserasikan dengan kemampuan individunya, menjadi prasyarat memadai. Kemampuan untuk mengambil satu keputusan tersebut sungguh mungkin akan jadi pemicu keberhasilan, terutama jika didukung oleh kemampuan berpikir atlet. Pemberian kesempatan untuk “ bereksplorasi’ bagi atlet dalam proses latihan gerak memungkinkan atlet lebih siap untuk mengantisipasi segala kemungkinan dalam situasi yang serba tak terduga. 2 Pergerakan olahraga modern serta karakteristik perkembangan fisik dan gerak a. Pergerakan olahraga modern Membahas tentang olahraga, maka terdapat sekian banyak karakte- ristik yang dapat diungkapkan. Pernyataan ini berdasarkan kenyataan bahwa karakteristik olahraga secara langsung berkaitan dengan ciri-ciri perilaku manusia dan dengan berbagai macam kegiatannya di masyara- kat. Memang ada orang yang beranggapan bahwa kegiatan olahraga ter- pisah dari kehidupan nyata, terlepas dari kepercayaan, nilai- nilai, atau norma-norma yang melandasi perilaku manusia. Kalau kita telaah secara commit to user 13 mendalam, maka kegiatan olahraga merupakan bagian yang tak terpisah dari semua aspek kehidupan manusia. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pelaksanaan olahraga pada tingkat individual, kelompok, atau komunitas dipengaruhi langsung oleh aspek biologis, psikis, dan lingkungan sosial budaya. Karena itu, deskripsi tentang karakteristik olahraga perlu diungkapkan berdasarkan sudut pandang yang luas. Apalagi dipandang sebagai suatu kebutuhan hidup. Rusli Lutan, 1991 dalam Iwan 2009; 8 mengatakan, kebutuhan bergerak yang spesifik yang dilakukan secara sadar dan bertujuan sangat diperlukan oleh manusia. Gerak itu merupakan keniscayaan dan tergolong kebutuhan dasar seperti halnya makan dan minum. Karena bergerak, manusia mampu bertahan hidup dan melalui gerak itulah manusia mencapai beberapa tujuan seperti pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan sosial. Apabila manusia menderita kekurangan gerak maka manusia akan mengalami pelbagai kelainan fisik, mental, atau sosial. Kekurangan gerak yang diderita manusia itu disebut hipokinesia , atau penyakit kurang gerak. Kurang gerak ini sering timbul karena ulah manusia itu sendiri. Di sepanjang kehidupannya, manusia selalu berusaha agar bisa hidup lebih nyaman dan lebih ringan. Dorongan ini menyebabkan kebudayaan berkembang, terutama teknologi yang maju dengan pesat. Akibatnya ialah kehidupan manusia menjadi lebih ringan, mudah, dan nyaman. Namun di sisi lain kehidupan modern yang dikuasai oleh otomatisasi itu yang mengambil alih penyelesaian tugas atau kerja dengan tenaga manusia justru membuat manusia menjadi malas untuk bergerak. Hal ini misalnya commit to user 14 nampak dalam bidang transportasi di darat yakni orang lebih suka naik kendaraan ketimbang berjalan kaki. Kondisi inilah yang sering menimbulkan wabah penyakit kurang gerak yang juga dapat dialami olah kaum intelektual mahasiswa yang hanya sibuk belajar, duduk dan diam tanpa aktivitas jasmaniah yang memadai. Bergerak wajib bagi manusia. Pelakunya akan memperoleh manfaat posisif sedangkan yang tidak bergerak akan memperoleh efek samping yang akan ditimbulkannya. Namun syarat utama yang perlu diperhatikan ialah aktivitas jasmaniah itu dilakukan secara teratur, terkendali, dan terarah. Alasannya ialah karena sebagian gerak manusia, terutama olahraga harus dipelajari dan dibina dengan memperhatikan berbagai kaidah seperti kebutuhan dan perkembangan manusia itu sendiri. Pembentukan gerak yang tak teratur, tak terkendali, dan tak terarah dapat membahayakan keselamatan manusia. Inilah sisi lain dari pendidikan gerak yang secara umum disebut pendidikan jasmani. Pendidikan tanpa arah atau salah arah akan menghasilkan demagogi. Hal ini berlaku bagi pendidikan jasmani. Karena itu pendidikan jasmani bertujuan membina manusia seutuhnya meliputi aspek jasmaniah, intelektual, emosional, sosial, dan mental-spiritual melalui peman- faatan gerak yang teratur, terkendali dan terarah dengan memperhatikan aspek kemanusiaan. Gerak manusia berkembang sesuai dengan daya kreasinya. Gerak pada manusia tidak sekedar aktivitas jasmani tanpa kesadaran, tapi lebih banyak commit to user 15 didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Berkaitan dengan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa olahraga merupakan salah satu dari puncak kreasi manusia. Dan melalui kegiatan tersebut, manusia menyempurnakan pertumbuhan fisik dan psikisnya. Olahraga tidak bisa semata-mata ditelaah dari aspek biologis, tapi juga dari aspek psikologis. Gerak manusia tidaklah semata- mata sebagai rangkaian gerak tubuh atau anggota badan dalam ruang dan waktu. Gejala tersebut tidak cukup ditinjau dari sudut fungsi psikologis tubuh manusia. Akan tetapi, salah satu tinjauan penting tentang gerak sebagai sari olahraga adalah tinjauan dari aspek biologis. Para ahli ilmu faal misalnya, memahami gerak manusia sebagai satu kaitan dari sekelompok fungsi dalam sistem anatomi. Tubuh manusia membutuhkan pemulihan guna memperoleh keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi Bompa. 2009; 97 .

b. Karakteristik perkembangan fisik dan gerak

a Perkembangan fisik. Karakteristik individu dalam berkembang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, faktor-faktor tersebut sangat beragam dan bervariasi, sehingga menyebabkan karakteristik fisik yang berbeda-beda pada setiap individu. Faktor fisik di dalamnya meliputi proporsi tubuh dan kapasitas fisik dari anggota-anggota tubuh mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya mencapai prestasi yang tinggi dalam olahraga. Postur tubuh yang ideal dan tingkat kesiapan fisik yang baik akan mendukung penguasaan teknik gerakan yang tinggi oleh para atlet, sehingga faktor fisik menjadi salah satu commit to user 16 unsur yang harus diperhatikan dalam usaha mengembangkan keterampilan gerak olahraga, karena kesiapan di dalam belajar gerak dipengaruhi oleh gabungan faktor biologis, lingkungan dan faktor fisik seseorang Gallahue dan ozmun, 1998 : 52 Sehubungan dengan penelitian penelitian ini, yang akan dilakukan pada Perguruan Tinggi dewasa muda yang dimulai dari umur 18 tahun Kathleen M. Hawood, 1986 : 8. Pada masa dewasa muda ini atlet sudah siap dinyatakan secara fisik untuk menghadapi berbagai gerakan yang akan dilakukan. Karena siklus perkembangan fisik sebelumnya telah dilalui yaitu; prenatal, neonate, infancy, adolescence . Perkembangan biologis yang kompleks terjadi pada masa periodisasi masa remaja adolescence yaitu meliputi percepatan pertumbuhan, perubahan bentuk tubuh, perubahan dalam komposisi tubuh, kematangan ciri-ciri seks primer dan, perkembangan pada system pernafasan dan kerja jantung serta perkembangan system syaraf dan endokrin akan memberikan manfaat terutama dalam memprakarsai perubahan kapasitas fisiologis Kathleen M. Hawood, 1986 : 1 -34. b. Perkembangan gerak. Seperti halnya peranan kesiapan fisik cardiovascular , faktor kesiapan atlet dalam menggerakkan anggota bagian-bagian tubuh sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan atau prestasi dalam bidang olahraga. Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa dewasa muda cendrung diakibatkan karena efek yang ditimbulkan dari aktifitas yang dilakukan sebelumnya. Pada masa ini sudah terjadi peningkatan yang cukup commit to user 17 berarti dalam kemampuan gerak, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan kemampuan kerja organ fisiologis yang lebih efisien. Sugiyanto dan Sudjarwo 1994 : 119 mengatakan bahwa; peningkatan kemampuan gerak tersebut dapat diidentifikasi dalam bentuk, yaitu gerakan yang dilakukan dengan mekanika tubuh yang efisien, lancar dan terkontrol, serta pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi dan bertenaga. Gallahue dan Ozmun, 1998 : 284 - 293. Sistem kerja cadiovascular adalah salah satu bagian penting dalam peningkatan kemampuan gerakan yang dilakukan. Perkembangan gerak bukan merupakan proses statis, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan tugas-tugas fisik Gallahue dan Ozmun, 1998 : 60. Dari uraian ini, maka apabila tugas-tugas fisik yang diberikan mampu mestimulasi perkembangan gerak dengan memodifikasi metode latihan yang sesuai dengan kebutuhan atlet pemain sepakbola tentu akan memberikan implikasi positif terhadap perkembangan gerak atau prestasi mereka. 3 Volume Oksigen Maksimal VO2 max . VO 2 max adalah kemampuan seseorang untuk menghirup, mengedarkan dan menggunakan oksigen O 2 selama kegiatan maksimal. Energi yang dibutuhkan pada saat aktivitas atau berolahraga merupakan energi yang dihasilkan melalui sistem aerobik. Porsi dari masing-masing sistem tergantung dari intensitas latihannya McArdle,1986; 190. Pada saat melakukan pengerahan tenaga maksimal melakukan aktivitas fisik atau latihan fisik dengan intensitas tinggi yang cukup lama hingga lelah, maka commit to user 18 energi yang dikeluarkan persatuan waktu merupakan energi maksimum yang dikenal sebagai keluaran energi maksimal Mc Ardle, 1986; 192 Daya aerobik maksimal lazim disebut VO 2 max, yaitu banyaknya ambilan konsumsi oksigen persatuan waktu pada saat tubuh melakukan pengerahan tenaga maksimum Jansen, 1987; Rushall, 1990; Soekarman, 1992 dalam Iwan. 2009; 66. Berdasarkan hasil penelitian pada atlet yang berprestasi pada olahraga daya tinggi, ditemukan VO 2 max yang tinggi, yaitu di atas 50 cc O 2 kg.BBmenit atau superior. Kapasitas aerobik maksimal biasanya dinyatakan sebagai “ maksimal oksigen uptake” dan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang prestasi kerja atau ketahanan fisik seseorang Kent. 1994 dalam Iwan 2009; 67. VO 2 max merupakan faktor yang dominan terhadap kemampuan tubuh seseorang. Kemampuan aerobik pada hakekatnya merupakan gambaran besarnya kemampuan motorik motoric power dari proses aerobik seseorang. Dengan demikian, seseorang akan besar kemampuannya untuk memikul beban kerja yang berat dan lebih cepat pulih kesegaran fisiknya sesudah bekerja. Penggunaan oksigen maksimal merupakan faktor yang menentukan suksesnya penampilan daya tahan, yaitu pengangkutan dan penggunaan oksigen maksimal oleh otot. Pada titik dimana pemakaian oksigen maksimal dicapai, maka konsumsi oksigen tidak meningkat lagi, walaupun beban diperberat, ini disebut penggunaan oksigen maksimal atau VO 2 max McArdle, 1986; 192. commit to user 19 Oksigen diperlukan untuk oksidasi karbohidrat maupun lemak menjadi energi yang siap pakai dalam tubuh yaitu Adenosin Tri Pospat ATP. Jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh jaringan itu bervariasi banyak faktor yang mempengaruhinya seperti: jenis kelamin, umur dan tingkat aktivitas seseorang. Pada keadaan istirahat rata-rata oksigen yang dikonsumsi itu sekitar 0,2 - 0,3 liter permenit, dan dapat meningkat menjadi 3 - 6 liter permenit saat latihan yang maksimal. Volume oksigen maksimal yang dapat di - konsumsi oleh jaringan selama melakukan latihan permenit disebut oxygen consumption atau volume oksigen maksimal atau VO 2 max., ” V” menunjukkan volume, 0 2 menyatakan oksigen, titik di atas huruf V menyatakan per satuan waktu biasanya permenit dan max menyatakan jumlah maksimal oksigen yang dikonsumsi jaringan Fox, 1984: 234 - 6. Pendapat lain menyebutkan volume oksigen maksimal V0 2 max dengan istilah ma xima l oxygen upta ke yang diartikan sebagal volume oksigen maksimal yang dapat ditangkap, diedarkan dan dipakai oleh tubuh selama aktivitas fisik. Satuan yang dipakai biasanya mililiter perkilogram berat badan permenit Bompa, 2009 : 289-292 Selama otot bekerja akan memerlukan banyak oksigen. Oksigen dapat dicukupi melalui dua jalan yaitu meningkatkan jumlah darah yang mengalir ke dalam jaringan curah dan meningkatkan kapasitas ekstraksi oksigen. Pada atlet endurance terjadi perubahan biokimia maupun seluler sehingga meningkatkan ekstraksi oksigen oleh otot. Seorang commit to user 20 atlet endurance untuk mencukupi kebutuhan oksigen cukup dengan volume darah yang sedikit dengan kemampuan ekskstraksi yang tinggi Fox, 1984: 235-7. Volume oksigen maksimal juga dipengaruhi oleh komposisi tubuh, umur maupun jenis kelamin. Pada kedua jenis kelamin V0 2 ma x mencapai puncaknya sekitar umur 15 - 20 tahun dan setelah umur 30 tahun mulai menurun sekitar 10 per dekade. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan terprogram dapat meningkatkan V0 2 ma x sekitar 5 - 20 Foss, 1998: 298 - 300. Proses fisiologis yang menggambarkan hubungan antara V0 2 ma x dengan curah jantung, pengangkutan oksigen dan ekstraksi oksigen dirumuskan oleh Fick sebagai berikut; Keterangan: Q = Curah jantung cardiac out put . HR = Denyut jantung heart rate. SV = volume sekuncup jantung stroke volume a – v O 2 diff = Selisih kadar oksigen antara anteri dengan vena anterio – venous O 2 difference Vo 2 = Volume oksigen yang dikonsumsi jaringan. V0 2 = Q x a – v O 2 diff HR SV commit to user 21 Q menggambarkan kemampuan pengangkutan oksigen a – v O 2 diff menggambarkan kemampuan jaringan untuk ekstraksi oksigen. Pengukuran volume oksigen maksimal pada orang yang sama dan alat yang sama menghasilkan suatu nilai dengan standard deviasi sebesar 3 Astrand, P. 1970: 30 - 41. Pada setip kerja atau pembebanan terhadap tubuh, diperlukan energi. Energi yang siap pakai dalam tubuh kita berupa ATP Adenosis Tri Pospat . Energi hasil dari pemecahan ATP ini diperlukan untuk kepentingan dasar fisiologis yaitu sebagai: a energi mekanik misalnya untuk kontraksi otot, b energi untuk transport aktif berbagai zat melalui membran, misalnya transport aktif natrium, kalium, pemasukan glukosa ke dalam sel, c energi untuk sintesis zat kimia dalam tubuh misalnya untuk sintesis DNA, RNA, sintesis glikogen dari glukosa Ardle, 1986: 65. Karena ATP merupakan satu-satunya sumber energi dalam tubuh yang siap digunakan, maka tanpa ATP kegiatan fisiologis dalam tubuh akan berhenti. Jumlah ATP di dalam tubuh sangat terbatas, sehingga untuk kerja yang berkesinambungan ATP harus diresintesis. Untuk resintesis ATP dapat melalui dua jalur, yaitu melalui proses aerobik dan anaerobik. Proses aerobik artin ya menggunakan oksigen pada kerja dengan intensitas rendah, waktu lama proses anaerobik artinya tanpa menggunakan oksigen pada kerja dengan intensitas tinggi, waktu pendek. Proses aerobik hanya terjadi di dalam mitokhondria. Sumber ATP berasal dari makanan kita yang berupa karbohidrat, lemak, dan protein yang - commit to user 22 kemudian diolah oleh tubuh kita secara mekanis maupun kimiawi. Sistem energi anaerobik terdiri dari dua jalur yaitu: a sistem ATP – PC atau sistem alaktasid dan b sistem glikolisis anaerobik yang menghasilkan asam laktat sehingga disebut juga sistem laktat Clenaghan, Pate R. Rotella, 1984: 11- 4. Sistem ATP-PC disebut juga sistem Phosphagen. Pada olahraga yang memerlukan intensitas yang sangat tinggi dalam waktu pendek seperti lari 100 meter, angkat berat yang diperlukan persediaan energi yang sangat cepat, dan ini hanya dapat dipenuhi melalui ATP yang sudah tersedia dalam otot. Apabila ATP sudah habis, ATP habis diresintesis menggunakan energi dari pemecahan PC. Pospo Creatin PC yang tersedia dalam otot dalam jumlah terbatas, apabila pecah akan keluar energi, dan energi yang keluar dari PC ini digunakan untuk resintesis ATP Fox , 1984: 11-21. a Sistem Anaerobik 1 Sistem ATP-PC Molekul ATP Adenosine Molekul ATP : Pemecahan ATP : Energi dari pemecahan ATP untuk energi mekanik, sintesis zat, transport aktif. Pemecahan PC : PC Pi + Creatin + energi Energi untuk : resintesis ATP, yaitu energi + Pi + ADP ATP. Adenosin P P P Adenosin P P + Energi + Pi commit to user 23 2 Sistem glikolisis anaerobik atau sistem LA. Berasal dari pemecahan glikogen dalam otot tanpa menggunakan oksigen dan setiap satu molekul glikogen hanya menghasilkan 3 ATP, sedangkan apabila pemecahan glikogen menggunakan oksigen menghasilkan 39 ATP. Pemecahan glikogen; C 6 H 1 2 6 n 2C 3 ,H 6 3 + energi Glikogen asam laktat Energi untuk: energi + 3ADP + 3 Pi 3ATP b Sistem energi aerobik dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1 Glikolisis aerobik: pemecahan glikogen atau glukose dengan menggunakan oksigen pada tahap permulaan hanya menghasilkan 2 ATP glukose atau 3 ATP glikogen. C 6 H 12 06 n 2C 3 H 4 3 + energi Glikogen asam piruivat energi. + 3 ADP + 3Pi 3 ATP 2 Siklus Kreb: Asam piruvat selanjutnya dipecah dengan pertolongan Co enzym A asam piruvat + Co enzym A acetyl A + 2CO 2 , + 4H 3 Sistem transport elektron: kelanjutan pemecahan glikogen adalah terbentuknva H 2 O yang dihasilkan dari persenyawaan H + yang terjadi dalam siklus Kreb serta 0 2 , yang kita hirup. Rangkaian reaksi sampai terjadinva H 2 0 disebut sistem transport elektron yang terjadi di dalam dinding dalam mitokhondria. commit to user 24 4H + 4e + 0 2 2 H 2 O Pada umumnya sistem energi yang digunakan pada berbagai cabang olahraga tidak murni menggunakan sistem anaerobik saja atau aerobik saja, melainkan terjadi campuran. Namun sistem energi predominan yang digunakan pada olahraga intensitas tinggi waktu pendek adalah anaerobik, sedangkan untuk olahraga endur a nce adalah aerobik Fox, 1984:31. Menurut Fox, 1984: 35 membagi sistem energi predominan menjadi 4 bagian berdasarkan lamanya penampilan yaitu: 1. Waktu penampilan kurang dari 30 detik, predominan energi adalah ATP – PC Contoh kegiatan: lari 100 meter, tolak peluru, memukul bola tenis, golf. 2. Waktu penampilan 30 detik – 1,5 menit, predominan energi ATP – PC + LA Contoh kegiatan: lari cepat 200-400 meter, renang 100 meter. 3. Waktu penampilan 1,5 menit-3 menit, predominan energi : LA + 0 2. Contoh kegiatan: lari 800 meter, senam, tinju 3 menitronde, gulat 2 menitronde. 4. Waktu penampilan lebih dari 3 menit, predominan energi adalah O 2. Contoh kegiatan: balap sepeda , lari maraton, joging. commit to user 25 4 Sistem Energi a. ATP Adenosine Tri Phosphate Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh untuk keperluan energi berikutnya. Tabel 1. Klasifikasi Aktivitas Maksimum pada Berbagai Durasi serta Sistem Penyediaan Energi untuk Aktivitas Janssen, 1987:14 Durasi AerobAnaerob Energi Observasi 1 – 4 detik Anaerob, alaktik ATP - 4 – 20 detik Anaerob, alaktik ATP + PC - 20 – 45 detik Anaerob, alaktik + Anaerob ATP + PC + glikogen otot Dengan meningkatnya durasi, produksi laktat menurun 120 – 140 detik Aerob + anaerob, laktik Glikogen otot Dengan meningkatnya durasi, produksi laktat menurun 240 – 600 detik Aerob Glikogen otot + asam lemak Dengan meningkatnya durasi, dibutuhkan andil lemak yang tinggi Sumber energi terpenting untuk melakukan olahraga secara intensif adalah karbohidrat. Karbohidrat mampu menyediakan energi terbanyak per unit waktu. Bilamana intensitas eksersi lebih rendah, pembakaran lemak mulai memegang peran penting. commit to user 26 Tabel 2. Berbagai Substrat untuk Pasok Energi dan Ciri-cirinya Substrat Dekomposisi Ketersediaan Kecepatan produksi energi Kreatin fosfat CP Anaerob, alaktik Sangat terbatas Sangat cepat Glikogenglukosa Anaerob, laktik Terbatas Cepat Glukosaglikogen Aerob, alaktik Terbatas Lambat Asam lemak Aerob, alaktik Tak terbatas Sangat lambat ATP dapat diberikan kepada sel otot dalam tiga cara, dua diantaranya secara anaerob, maksudnya adalah oksigen tidak mutlak diperlukan dalam menghasilkan ATP, yaitu sistem ATP-PC dan sistem LA, yang ketiganya adalah sistem aerob memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP Smith, J, 1983:184. ATP Adenosin Tri Phosfat dapat disediakan melalui 3 cara seperti gambar berikut; Gambar 1. Penyediaan ATP Foss, Marle L, 1998:19 Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP-ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot berlatih lebih banyak, maka persediaan ATP lebih besar. Padahal yang tersedia dalam otot sangat terbatas jumlahnya, maka untuk dapat berkontraksi berulang-ulang ATP ATP ATP-PC Stropes Laktic Acid System O 2 of Aerobic System commit to user 27 yang digunakan otot harus dibentuk kembali. Pembentukan ATP kembali resistensis ATP juga diperlukan energi. Supaya otot dapat berkontraksi dengan cepat atau kuat maka ATP harus dibentuk lebih cepat guna membantu pembentukan ATP lebih cepat ada senyawa. Phospho Creatin PC yang terdapat dalam otot. Phospho Creatin adalah senyawa kimia yang mengandung fosfat P, maka senyawa tersebut disebut sebagai “ Phosphagen system” . Apabila PC pecah akan keluar energi, pemecahan ini tidak memerlukan oksigen PC ini jumlahnya sangat sedikit tetapi PC merupakan sumber energi yang tercepat untuk membentuk ATP kembali. Gambar 2. Penyediaan ATP Foss, Marle L, 1998:21 Dengan latihan yang cepat dan berat, jumlah ATP-PC tersebut dapat ditingkatkan. Energi yang tersedia dalam sistem ATP-PC hanya untuk bekerja yang cepat dan energi cepat habis. Untuk pembentukan ATP lagi kalau cadangan PC habis, maka dilakukan pemecahan glukosa tanpa oksigen atau disebut sebagai “ Anaerobics glycolisis” . Creatin P P ADP-PI-ATP E n e commit to user 28 Tabel 3. Kapasitas ATP dan Jumlah Tenaga Menit dalam Sistem Energi Sistem Energi Kapasitas ATP jumlah mol Tenaga MolMenit Timbunan phospagen ATP-PC 0,6 3,6 Glikolisis anaerobics 1,2 1,6 Erobics - 1,0

b. Sistem ATP-PC

Adenosine Tri Phosphate – Phospo Creatine Untuk energi yang digunakan mendadak, misalnya sampai 10 detik, ATP segera diperoleh dari PC, suatu bahan yang tersedia di dalam otot rangka. Latihan dapat meningkatkan jumlah ATP dan PC yang dapat dipakai untuk kegiatan jangka pendek, kebutuhan energi yang besar dalam “ sprint” . Kerugian sistem ini adalah terlalu sedikitnya jumlah simpanan bahan tersebut.

c. Sistem LA

Laktic Acid Apabila simpanan ATP dan PC menyusut maka energi untuk jangka pendek berikutnya diperoleh dari metabolisme anaerob glikogen. Dalam sistem anaerob yang kedua, glikogen dipecah menjadi asam laktat Lactic acid . ATP untuk kegiatan dengan intensitas tinggi yang berlangsung sampai 3 menit dapat dipenuhi oleh sistem LA. Latihan yang dapat meningkatkan produksi ATP dari sistem anaerob ini akan menghasilkan potensi untuk kegiatan yang berat yang berlangsung antara 1-3 menit. Akan tetapi dalam proses ini asam laktat tertimbun dalam otot dan darah, yang dapat menimbulkan gejala kelelahan. Sistem glikolisis anaerobik lebih rumit di banding dengan ATP-PC 2 reaksi. Ciri-cirinya sebagai berikut; 1 Menyebabkan terbentuknya asam laktat yang dapat menyebabkan kelelahan. 2 Belum membutuhkan 0 2 . commit to user 29 3 Hanya menggunakan karbohidrat. 4 Memberikan energi untuk resistensi beberapa molekul ATP saja. Glykogen asam laktat + energi Gambar 3. Oksigen Asam Laktat Glikolisis Anaerobics Foss, Marle L. 1998:23 Reaksi tidak effisien, dari 1 mol 180 gram glikogen hanya terbentuk 3 mol ATP, sedangkan kalau dengan pertolongan 0 2 akan manghasilkan 39 mol ATP.

d. Sistem Aerob

Apabila aktivitas dengan intensitas rendah yang dilakukan lebih dari satu menit, oksigen digunakan dalam suplai aerobik untuk memproduksi ATP yang digunakan untuk kontraksi otot. Efektivitas penggunaan oksigen tergantung pada sumber bahan lemak dan dan glikogen di dalam otot. Makin lama aktivitas dilakukan suplai aerobik makin penting, dan sumber bahan bakar lemak semakin penting. Glicogen Energi Laktid acid To resynthesize commit to user 30 Dalam kaitannya dengan sistem energi yang telah diuraikan, kebanyakan cabang olahraga menggunakan secara kombinasi. Kegitan fisik dalam jangka waktu singkat dan eksplosif sebagian besar energi diperoleh dari sistem anaerobik ATP-PC dan LA, sedangkan kegitan fisik yang dalam jangka waktu yang lama, energi dicukupi dari sistem aerobik. Olahraga ketahanan yang tidak memerlukan gerakan yang cepat pembentukan ATP terjadi dengan metabolisme aerobik. Apabila cukup 0 2 maka 1 mol glikogen dipecah secara sempurna menjadi C0 2 dan H 2 0, serta mengeluarkan energi yang cukup untuk resintesa 39 mol ATP. Reaksi tersebut diperlukan beratus-ratus reaksi kimia serta pertolongan beratus-ratus enzim, dengan demikian sangat rumit dibandingkan dengan sistem anaerobik. Metabolisme aerobik ini meskipun terjadi di otot, tetapi letaknya agak jauh dari mekanisme kontraksi, oleh karena itu pengaruhnya juga lebih lambat dan tidak dapat digunakan secara tepat. Rekasi kimia aerob terjadi didalam “ metochondria” . Pengetahuan mengenai persediaan energi dan penggunaan itu sangat penting bagi seorang pelatih maupun atlet. Perlu diketahui tentang sistem energi utama pada pembentukan energi. Pada umumnya olahraga tidak murni menggunakan energi anaerob atau aerob saja, namun biasanya campur. Tetapi yang perlu dipahami adalah sistem energi utama. Olahraga cepat “anaerob”, olahraga endurance jangka panjang dan kontinyu “aerob”. Latihan aerob telah dinyatakan yang membedakan antara peningkatan VO 2 max dan ketahanan aerob. VO 2 max yang utama adalah kemampuan jantung untuk memompa darah, kemampuan paru untuk menyerap oksigen dan commit to user 31 kemampuan sel-sel untuk menyerap oksigen. Ada beberapa pendapat peningkatan VO 2 max antara lain; ada ahli yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan VO 2 max dengan latihan aerob, dengan alasan bahwa latihan aerob sudah ada pembebanan yang meningkatkan kerja jantung. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan VO 2 max melalui latihan anaerob dengan alasan latihan anaerob dapat diberikan beban maksimal pada sistem jantung dan paru. Pembebanan submaksimal sudah dapat meningkatkan VO 2 max , tetapi beban submaksimal ini sebagian sudah merupakan peristiwa anaerob. Jadi sebaiknya untuk meningkatkan VO 2 max dilakukan latihan anaerob dengan interval istirahat rest relief interval. Dalam program latihan anaerobik terdapat dua macam beban latihan loading yang harus diketahui, yakni beban luar outer load dan beban dalam inner load . Beban luar menyangkut; volume, intensitas, frekuensi, pulih asal, serta ritme dan durasi, sedangkan beban dalam berkaitan dengan efek fisiologis kenaikan denyut nadi karena beban luar. Beban dalam disini dikatakan maksimal jika denyut nadi seseorang setelah melakukan satu unit latihan meningkat 2,5 – 3,5 kali denyut nadi normal per-menit. Latihan diketahui bahwa latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan terukur dengan dosis dan waktu yang cukup, menyebabkan perubahan fisiologis yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan memperbaiki penampilan atau prestasi fisik. Menurut Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle. L, 1984:324 mengatakan bahwa perubahan fisiologis yang commit to user 32 terjadi akibat latihan fisik diklasifikasikan menjadi tiga macam perubahan antara lain; 1 Perubahan yang terjadi pada tingkat jaringan, yakni perubahan yang behubungan dengan biokimia. 2 Perubahan yang terjadi secara sistematik, yakni perubahan pada sistem sirkulasi dan respirasi, termasuk sistem pengangkutan oksigen. 3 Perubahan lain yang terjadi pada komposisi tubuh, kadar kolesterol darah dan trigleserida, perubahan tekanan darah, dan perubahan yang berkenaan dengan aklimatisasi panas. Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi menunjukkan bahwa tidak semua pengaruh latihan dapat diharapkan dari program latihan tunggal. Pengaruh latihan adalah khusus, yakni sesuai dengan program latihan yang digunakan, apakah itu perogram latihan aerob endurance atau anaerob sprint . Pengaruh latihan anaerob secara khusus akan dikemukakan, hal ini mengingat penelitian menngunakan program latihan anaerob. 1 Perubahan-perubahan biokimia. Perbaikan penampilan dalam olahraga seperti sprint di satu sisi belum dapat dijelaskan oleh adaptasi dalam metabolisme anaerob akibat latihan. Disisi lain bentuk-bentuk latihan anaerob digunakan dalam cabang olahraga untuk menimbulkan adaptasi pada serabut-serabut otot. Terutama disini karena meningkatkan phosfate kaya energi dan glikogen intramuscular yang bergabung untuk meningkatkan aktifitas dari beberapa enzim. commit to user 33 Menurut Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1984:327 mengatakan perubahan biokimia yang terjadi dalam sistem anaerob meliputi perubahan-perubahan; a. Meningkatkan cadangan ATP dan PC dalam otot. b. Peningkatan enzim-enzim anaerob dan aerob dan jadi dilaktasi jantung dan hipertropi otot jantung. Kecuali hipertropi dan dilaktasi jantung akibat latihan terjadi pula perubahan-perubahan; 1. Turunnya frekwensi detak jantung. 2. Bertambahnya volume sekuncup. 3. Kenaikan frekwensi yang lebih kecil pada waktu latihan. 4. Permulihan kembali ke frekwensi dan desakan pada waktu istirahat berlangsung lebih cepat. 2 Perubahan-perubahan lain yang terjadi dalam latihan. Disamping perubahan biokimia dan perubahan kardiorespiratori, latihan juga menghasilkan perubahan-perubahan lain yang penting seperti; a. Perubahan dalam komposisi tubuh. b. Perubahan dalam kadar kolesterol dan trigleserida. c. Perubahan dalam tekanan darah. d. Perubahan dalam aklimatisasi panas. e. Perubahan dalam jaringan-jaringan penghubung Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. 1984:347 Perubahan terpenting sesudah latihan adalah bergesernya titik defleksi ke denyut nadi yang lebih tinggi. Setelah latihan titik defleksi bergerak dari 130 ke commit to user 34 180 detak denyut nadi per-menit. Suatu exercise dengan intensitas di atas denyut nadi titik defleksi akan menghasilkan penimbunan asam laktat. Kapasitas aerob yang besar memungkinkan atlet mempertahankan eksersi yang lebih lama pada ritme atau face yang lebih tinggi. Sistem anaerob dimanfaatkan hanya untuk eksersi-eksersi endurance dengan intensitas yang sangat tinggi, dengan konsekwensi terjadi penimbunan laktat Janssen, 1987:24. Kurva denyut nadi laktat untuk setiap individu berbeda. Perubahan keadaan kondisi sangat mempengaruhi pola kurve. 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0,5 Gambar 4. Kurva Denyut Nadi Laktat Janssen, 1987:24 130 180 detak DN per-menit Nilai ambang anaerob terlatih Tak terlatih commit to user 35

2. Metode latihan

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENGARUH CIRCUIT TRAINING RASIO 1 1 DAN 1 2 TERHADAP PENINGKATAN VO2 MAX PADA ATLET SEPAKBOLA NGALIYAN SEMARANG USIA 18 20 TAHUN

6 110 85

PENGARUH LATIHAN LARI KONTINYU DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO Pengaruh Latihan Lari Kontinyu Dan Circuit Training Terhadap Peningkatan VO₂Max Pemain Futsal.

0 6 14

PENGARUH LATIHAN LARI KONTINYU DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO Pengaruh Latihan Lari Kontinyu Dan Circuit Training Terhadap Peningkatan VO₂Max Pemain Futsal.

0 2 18

PENDAHULUAN Pengaruh Latihan Lari Kontinyu Dan Circuit Training Terhadap Peningkatan VO₂Max Pemain Futsal.

1 3 4

PENGARUH LATIHAN STATIC CYCLE TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO Pengaruh Latihan Static Cycle Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (Vo2max) Pada Pasien Pasca Stroke.

0 2 14

PENGARUH PEMBERIAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO PENGARUH PEMBERIAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN FUTSAL.

0 3 15

PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP PENINGKATAN VOLUME MAKSIMAL OKSIGEN (VO Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Peningkatan Volume Maksimal Oksigen (VO2 MAKS) Pada Perokok.

0 2 13

PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP PENINGKATAN VOLUME MAKSIMAL OKSIGEN Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Peningkatan Volume Maksimal Oksigen (VO2 MAKS) Pada Perokok.

0 2 16

PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (VMAKS) Pada Remaja Usia 18-20 Tahun.

0 1 13

PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TERHADAP VO2 MAX

0 1 16