1. Anggrek Untuk Pemula Gunadi, 1985.
2. Anggrek dari Benua ke Benua Gunadi, 1986.
3. Ekologi Ekosistem Kawasan Danau Toba Nasution dkk, 2010.
4. Flora Pegunungan Jawa Van Steenis, 2006.
5. Kenal Anggrek Gunadi, 1977.
6. Orchids of Sumatera Comber, 2001.
7. Tumbuhan Monokotil Sudarnadi, 1996.
8. Tumbuhan Anggrek Hutan Gunung Sinabung Widhiastuti dkk, 2007.
4. Analisis Data
Untuk mengetahui distribusi dan penyebaran jenis-jenis anggrek teresterial maupun anggrek epifit di lokasi penelitian dilakukan analisis data secara
kuantitatif dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut Kusmana, 2004 :
1. Kerapatan suatu jenis K
K = Σ individu suatu jenis Luas petak contoh
2. Kerapatan relatif suatu jenis KR
KR = K suatu jenis K seluruh jenis
x 100
3. Frekuensi suatu jenis F
F = Σ seluruh plot
Σ plot ditemukan suatu jenis
4. Frekuensi relatif FR
FR = F suatu jenis F seluruh jenis
x 100
Universitas Sumatera Utara
5. Indeks Nilai Penting INP
Jenis anggrek yang dominan diketahui dari hasil perhitungan indeks nilai penting :
INP = KR + FR
6. Indeks Keanekaragaman Diversitas Menurut Shannon Winner :
H’ = - Σ pi In pi dengan pi = niN
Keterangan : H’= Indeks keanekaragaman Shannon Winner ni = Jumlah individu suatu jenis
N = Jumlah total individu seluruh jenis H’ berkisar antara 0-7 dengan kriteria Barbour dkk, 1987 :
a 0 - 2 tergolong rendah
b 2 - 3 tergolong sedang
c ≥ 3 tergolong tinggi
7. Indeks Keseragaman Equitabilitas
E = H’Hmaks Keterangan : E = Indeks keseragaman
H’ maks = Indeks keanekaragaman maksimum, sebesar ln S S = Jumlah spesies
Identifikasi indeks keseragaman sebagai berikut : 1.
Rendah, bila indeks keseragaman 0,5 2.
Tinggi, bila indeks keseragaman 0,5 - 1
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kekayaan Jenis Anggrek
Hasil penelitian HHNK jenis anggrek yang dilakukan di HPT Sihombu ditemukan anggrek sebanyak 57 jenis yang berasal dari 17 genus, dimana terdapat
10 jenis anggrek tanah dan 47 jenis anggrek epifit seperti tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Daftar jenis anggrek di HPT Desa Sihombu
No. Genus
Nama Jenis Habitat
Ketinggian Tempat m dpl 450-550
550-650 650-750
1. Agrosthophyllum
Agrosthophyllum laxum J. J. Sm E
√ √
2. Agrosthophyllum
Agrosthophyllum majus Hook. F E
√ √
3. Appendicula
Appendicula alba Bl T
√ √
4. Appendicula
Appendicula pauciflora Bl E
√ 5.
Appendicula Appendicula sp
T √
√ 6.
Bulbophyllum Bulbophyllum absconditum J. J. Sm
E √
√ 7.
Bulbophyllum Bulbophyllum angustifolium Lindl
E √
8. Bulbophyllum
Bulbophyllum flavidiflorum Carr E
√ 9.
Bulbophyllum Bulbophyllum gibbosum Bl Lindl
E √
10. Bulbophyllum
Bulbophyllum odoratum Bl Lindl E
√ √
11. Bulbophyllum
Bulbophyllum ovalifolium Bl L E
√ 12.
Bulbophyllum Bulbophyllum sp 1
E √
13. Bulbophyllum
Bulbophyllum sp 2 E
√ 14.
Bulbophyllum Bulbophyllum sp 3
E √
15. Bulbophyllum
Bulbophyllum sp 4 E
√ 16.
Bulbophyllum Bulbophyllum sp 5
E √
17. Bulbophyllum
Bulbophyllum sp 6 E
√ 18.
Bulbophyllum Bulbophyllum sp 7
E √
19. Bulbophyllum
Bulbophyllum sp 9 E
√ √
20. Calanthe
Calanthe sp 1 E
√ √
21. Calanthe
Calanthe sp 2 T
√ 22.
Ceratostylis Ceratostylis sp 1
E √
23. Ceratostylis
Ceratostylis sp 2 E
√ 24.
Ceratostylis Ceratostylis sp 3
E √
25. Cleistoma
Cleistoma rhycholabium Garay E
√ √
26. Cleistoma
Cleistoma sp E
√ √
27. Coelogyne
Coelogyne sp 1 E
√ √
28. Coelogyne
Coelogyne sp 2 E
√ √
29. Coelogyne
Coelogyne sp 3 E
√ 30.
Cymbidium Cymbidium sp
E √
√ 31.
Dendrobium Dendrobium concinnum Miq
E √
32. Dendrobium
Dendrobium sp 1 T
√ 33.
Dendrobium Dendrobium sp 2
E √
Universitas Sumatera Utara
34. Dendrobium
Dendrobium sp 3 E
√ 35.
Dendrobium Dendrobium sp 4
E √
36. Dendrochilum
Dendrochilum sp 1 E
√ √
37. Dendrochilum
Dendrochilum sp 2 E
√ 38.
Eria Eria acuminata Blume Lindl
E √
39. Eria
Eria flavescens Bl Lindl E
√ 40.
Eria Eria sp
E √
41. Eria
Eria sp 6 E
√ √
42. Liparis
Liparis sp T
√ 43.
Malaxis Malaxis sp
E √
44. Oberonia
Oberonia sp E
√ 45.
Paphiopedilum Paphiopedilum superbiens Rchb.f.
T √
46. Paphiopedilum
Paphiopedilum sp T
√ 47.
Phaius Phaius flavus Bl. Lindl
T √
48. Phaius
Phaius sp T
√ 49.
Pholidota Pholidota imbricata Lindl
E √
50. Pholidota
Pholidota sp E
√ 51.
Tidak teridentifikasi 1 E
√ 52.
Tidak teridentifikasi 2 E
√ 53.
Tidak teridentifikasi 3 E
√ 54.
Tidak teridentifikasi 4 T
√ 55.
Tidak teridentifikasi 5 E
√ 56.
Tidak teridentifikasi 6 E
√ 57.
Tidak teridentifikasi 7 E
√
Keterangan : E = Epifit T = Teresterial
√ = Ditemukan
Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis anggrek dominan terdapat pada ketinggian 550-650 m dpl, yaitu sebanyak 32 jenis yang terdiri dari 6 jenis
anggrek teresterial dan 26 jenis anggrek epifit. Pada ketinggian 650-750 m dpl terdapat 31 jenis dan terdiri dari 7 anggrek teresterial dan 24 anggrek epifit,
sedangkan pada ketinggian 450-550 m dpl hanya terdapat 9 jenis anggrek yang semuanya merupakan jenis epifit. Banyaknya jenis anggrek yang ditemukan pada
ketinggian 550-650 m dpl disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan anggrek, baik epifit maupun teresterial pada ketinggian
tersebut tergolong lebih lembab dengan suhu udara, kelembaban dan intensitas cahaya yang cukup sedang karena naungan dari tajuk yang tidak terlalu lebat,
dimana keadaan tersebut cocok untuk pertumbuhan anggrek yang tidak tahan
Universitas Sumatera Utara
terhadap intensitas cahaya yang terlalu tinggi ataupun rendah dan tempat yang relatif terbuka, hal ini sesuai dengan pernyataan Harwati 2007 bahwa setiap
jenis anggrek membutuhkan cahaya matahari yang berbeda-beda, intensitas cahaya yang lebih rendah atau lebih tinggi dari kebutuhan optimal tanaman
anggrek menyebabkan pertumbuhan terhambat. Menurut Comber 2001 anggrek Cleistoma rhycholabium Garay dan
Paphiopedilum superbiens Rchb.f. yang ditemukan di HPT Desa Sihombu merupakan jenis endemik yang hanya terdapat di Sumatera Utara. Anggrek
endemik adalah anggrek yang hanya terdapat pada tempat tertentu dengan batas wilayah yang relatif sempit dan tidak terdapat di wilayah lain. Jenis anggrek
dengan genus yang paling banyak ditemukan adalah Bulbophyllum dengan 14 jenis spesies, hal ini disebabkan karena genus ini umum dijumpai pada sepanjang
jalur penelitian. Genus ini dapat ditemui dari ketinggian 450-750 m dpl, hal ini sesuai pernyataan Comber 2001 genus Bulbophyllum dapat ditemui dari
ketinggian 250 m dpl sampai dengn 1900 m dpl. Jumlah genus terkecil berasal dari genus Liparis, Malaxis dan Oberonia yang hanya memiliki satu jenis spesies.
Zona Anggrek Epifit Pada Pohon Inang
Jumlah jenis pohon inang sebagai tempat menempelnya anggrek epifit untuk pertumbuhan dan perkembangannya, didapat sebanyak 35 jenis pohon dan sistem
penyebaran pada pohon dimasukkan ke dalam zona 1-5 mengikuti metode Johansson 1975 dalam Lungrayasa dan Mudiana 2000. Jenis anggrek epifit
dan zona penyebarannya dapat dilihat pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Jenis anggrek epifit dan zona penyebarannya
No. Nama Jenis
Pohon Inang Zonasi
1 2
3 4
5 1. Agrosthophyllum laxum J. J. Sm
Bosi-bosi √
Margambir √
Modang √
2. Agrosthophyllum majus Hook. F Aren
√ Boanghauboang
√ Hoting
√ Kopi Hutan
√ Karet
√ √
3. Appendicula pauciflora Bl Hoting
√ 4. Bulbophyllum absconditum J. J. Sm
Bosi-bosi √
Haudolok √
Hoting √
√ Karet
√ Marmonis-monis
√ Pal-palan
√ 5. Bulbophyllum angustifolium Lindl
Karet √
√ √
6. Bulbophyllum flavidiflorum Carr Petai
√ 7. Bulbophyllum gibbosum Bl Lindl
Atarodan √
Hoting √
Karet √
8. Bulbophyllum odoratum Bl Lindl Handis manuk
√ Hoting
√ Indot
√ Pal-palan
√ 9. Bulbophyllum ovalifolium Bl L
Haksa √
Haudolok √
√ √
√ √
10. Bulbophyllum sp 1 Hoting
√ √
11. Bulbophyllum sp 2 Boanghauboang
√ 12. Bulbophyllum sp 3
Modang √
√ √
13. Bulbophyllum sp 4 Mudar-mudar
√ 14. Bulbophyllum sp 5
Boanghauboang √
Haksa √
Hondung √
Hoting √
Tumus √
15. Bulbophyllum sp 6 Hoting
√ 16. Bulbophyllum sp 7
Durian √
Hoting √
Marmonis-monis √
√ √
Modang √
17. Bulbophyllum sp 9 Karet
√ √
√ √
Pal-palan √
18. Calanthe sp 1 Dohar-dohar
√ Indot
√ 19. Ceratostylis sp 1
Karet √
20. Ceratostylis sp 2 Ara
√ Durian
√
Universitas Sumatera Utara
Nangka √
21. Cerastostylis sp 3 Api-api
√ 22. Cleistoma rhycholabium Garay
Hondung √
√ Pal-palan
√ Simartolu
√ 23. Cleistoma sp
Hoting √
√ Pal-palan
√ 24. Coelogyne sp 1
Ara √
Durian √
√ Embacang
√ √
√ Gotos
√ Hoting
√ √
√ √
√ Jengkol
√ √
Karet √
√ √
√ Kopi Hutan
√ Nangka
√ Tungir-tungir
√ 25. Coelogyne sp 2
Aren √
√ Boanghauboang
√ 26. Coelogyne sp 3
Kelapa √
√ √
√ √
Pinang √
27. Cymbidium sp Baja
√ Gotos
√ Karet
√ √
√ 28. Dendrobium concinnum Miq
Mayang √
Modang √
29. Dendrobium sp 2 Karet
√ 30. Dendrobium sp 3
Haksa √
31. Dendrobium sp 4 Haksa
√ √
√ Mayang
√ 32. Dendrochilum sp 1
Api-api √
Karet √
√ 33. Dendrochilum sp 2
Karet √
√ 34. Eria acuminata Blume Lindl
Hoting √
Mayang √
Tiangin √
35. Eria flavescens Bl Lindl Boanghauboang
√ 36. Eria sp
Baja √
Karet √
√ 37. Eria sp 6
Bosi-bosi √
Karet √
38. Malaxis sp Jambu-jambu
√ 39. Oberonia sp
Hoting √
Indot √
40. Pholidota imbricata Lindl Karet
√ 41. Pholidota sp
Karet √
42. Tidak teridentifikasi 1 Karet
√ 43. Tidak teridentifikasi 2
Boanghauboang √
Universitas Sumatera Utara
Modang √
44. Tidak teridentifikasi 3 Kopi Hutan
√ 45. Tidak teridentifikasi 5
Indot √
Marmonis-monis √
Pal-palan √
46. Tidak teridentifikasi 6 Atarodan
√ 47. Tidak teridentifikasi 7
Karet √
√ √
Zona 5 merupakan bagian yang sangat jarang ditempeli anggrek, hanya ada 8 jenis spesies dari genus Bulbophyllum, Coelogyne, Dendrochilum dan Eria yang
ditemui menempel pada zona ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marsusi dkk 2001 zona 5 jarang ditempeli anggrek mengingat posisinya di ujung pohon,
dimana derajat kemiringannya lebih besar dengan ukuran batang kecil, sering tertiup angin dan intensitas sinar matahari sangat tinggi. Hal ini menyebabkan
tingkat evapotranspirasi sangat tinggi. Anggrek Bulbophyllum sp 7 yang merupakan anggrek dengan jumlah
individu paling besar dapat dilihat pada Tabel 5 paling umum menempel pada zona 4 di batang Durian, sementara jumlah anggrek terkecil yang merupakan jenis
Malaxis sp dapat dilihat pada Tabel 5 hanya menempel pada zona 1 dengan jenis pohon inang Jambu-jambu. Jenis Anggrek yang menempel pada pohon inang
yang paling banyak adalah Coelogyne sp 1 yang ditemui menempel pada 10 jenis pohon yaitu Ara, Durian, Embacang, Gotos, Hoting, Jengkol, Karet, Kopi Hutan,
Nangka dan Tungir-tungir. Pada batang Hoting anggrek ini ditemukan menempel mulai dari zona 1-5, hal ini dikarenakan batang Hoting yang lembab dan banyak
mengandung hara yang cocok dengan pertumbuhan anggrek ini. Anggrek Eria acuminata Blume Lindl hanya ditemukan menempel pada zona 2 dengan
jenis pohon inang Hoting, Mayang dan Tiangin. Menurut Puspitaningtyas 2001
Universitas Sumatera Utara
bila dilihat hubungan antara jenis inang dan anggrek akan terlihat bahwa jenis anggrek tertentu akan memilih pohon inang yang tertentu pula.
Hubungan inang dengan anggrek tersebut diduga dipengaruhi oleh kebutuhan cahaya yang tercermin pada kerapatan tajuk dan habitus pohon
inangnya. Hal tersebut juga ditunjang dengan jumlah individu anggrek yang menumpang secara epifit, namun demikian hubungan asosiasi anggrek dan
inangnya tidak selalu spesifik, hal ini juga tergantung pada jenis-jenis pohon yang tumbuh di suatu kawasan yang dapat menciptakan iklim mikro serta lingkungan
yang cocok untuk pertumbuhan suatu jenis anggrek dalam hal intensitas cahaya, pergerakan udara, suhu serta kelembaban atmosfir udara Withner, 1974 dalam
Puspitaningtyas, 2007. Penyebab terjadinya perbedaan komposisi dan penyebaran epifit secara
vertikal pada setiap jenis pohon sangat luas dan kompleks sehingga stratifikasi epifit vertikal pada suatu jenis pohon sulit untuk dikelompokkan. Menurut
Partomihardjo 1991 stratifikasi vertikal dan penyebaran berbagai jenis epifit secara vertikal serta keanekaragamannya pada suatu jenis pohon atau berbagai
jenis pohon lebih banyak dipengaruhi oleh faktor sinar matahari daripada faktor kelembaban, meskipun menurut Whitemore 1975 dalam Gandawidjaya 1990
bahwa adanya perbedaan khusus dalam kebutuhan akan kondisi lingkungan atau toleransi epifit terhadap lingkungan baik berupa tinggi letaknya menempel pada
pohon inang ataupun perbedaan dari pohon ke pohon yang lain sangat beranekaragam sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
epifit dan pohon inangnya. Penjelasan mengenai genus dan nama ilmiah dari pohon-pohon inang pada Tabel 2 dapat dilihat dalam Lampiran 2.
Universitas Sumatera Utara
Jenis Anggrek Teresterial
Anggrek teresterial yang ditemui sebanyak 10 jenis yang berasal dari genus Appendicula, Calanthe, Dendrobium, Liparis, Paphiopedilum dan Phaius.
Persebaran anggrek teresterial pada ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis anggrek teresterial dan persebarannya
No. Nama Jenis
Ketinggian m dpl 450-550
550-650 650-750
1. Appendicula alba Bl √
√ 2. Appendicula sp
√ √
3. Calanthe sp 2 √
4. Dendrobium sp 1 √
5. Liparis sp √
6. Paphiopedilum superbiens Rchb. f. √
7. Paphiopedilum sp √
8. Phaius flavus Bl. Lindl. √
9. Phaius sp √
10. Tidak teridentifikasi 4 √
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada ketinggian 450-550 m dpl tidak ditemui adanya penyebaran anggrek teresterial, hal ini dikarenakan pada
ketinggian tersebut, kerapatan tutupan tajuk atau kanopi pohon masih rendah, sehingga cahaya matahari dapat tembus langsung ke lantai hutan yang berakibat
juga pada rendahnya kelembaban udara dibandingkan pada ketinggian 550-650 m dpl maupun pada ketinggian 650-750 m dpl, yang banyak ditemui
adanya anggrek teresterial. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Dressler 1982 yang menyatakan bahwa salah satu perbedaan cara hidup tumbuhan epifit dan
teresterial adalah dalam kebutuhan cahayanya. Sehingga jenis-jenis anggrek yang menyukai cahaya terang akan tumbuh sebagai tanaman epifit, sedangkan yang
menyukai naungan akan tumbuh di lantai hutan. Anggrek dari genus Apendicula yaitu A. alba BI dan A. sp merupakan jenis yang ditemukan tumbuh baik pada
ketinggian 550-650 m dpl dan 650-750 m dpl.
Universitas Sumatera Utara
Analisis Data Anggrek
Indeks Nilai Penting menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas. Nilai penting anggrek didapat dari
hasil penjumlahan Kerapatan Relatif KR dan Frekuensi Relatif FR. Berliani 2009 menyatakan bahwa nilai kerapatan dapat menggambarkan bahwa jenis
dengan nilai kerapatan tinggi memiliki pola penyesuaian yang besar. Syahbuddin 1987 menambahkan bahwa FR dari masing-masing jenis merupakan gambaran
persentase penyebaran suatu jenis tumbuhan pada suatu areal dan juga disebabkan
faktor penyebaran, daya tumbuh biji dan faktor lingkungan.
Tabel 4. Nilai analisis data pada ketinggian 450-550 m dpl
No. Nama Jenis
∑ Individu suatu jenis
∑ plot ditemukan
KR FR
INP 1.
Agrosthophyllum majus Hook. F 33
4 4,622
14,815 19,437
2. Bulbophyllum sp 1
59 2
8,263 7,407
15,671 3.
Bulbophyllum sp 6 11
1 1,541
3,704 5,244
4. Ceratostylis sp 1
10 1
1,400 3,704
5,104 5.
Ceratostylis sp 2 97
1 13,585
3,704 17,289
6. Coelogyne sp 1
396 12
55,462 44,444
99,907 7.
Coelogyne sp 2 23
3 3,221
11,111 14,332
8. Coelogyne sp 3
39 2
5,462 7,407
12,870 9.
Tidak teridentifikasi 3 46
1 6,443
3,704 10,146
Total 714
27 100
100 200
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada ketinggian 450-550 m dpl, jenis Coelogyne sp 1 memiliki jumlah individu paling banyak dan ditemukan dalam
jumlah plot yang paling banyak sehingga memiliki nilai INP terbesar yakni 99,907. Tingginya nilai penting pada jenis ini dipengaruhi oleh rendahnya
keberadaan jenis-jenis anggrek lainnya dan tingginya kerapatan relatif jenis ini dilokasi, sehingga Coelogyne sp 1 menjadi jenis yang dominan dan mempunyai
peranan yang penting dalam komunitas. INP terendah sebesar 5,104 adalah jenis Ceratostylis sp 1, dimana jumlah ditemukannya di lapangan hanya sebanyak 10.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Nilai analisis data pada ketinggian 550-650 m dpl
No. Nama Jenis
∑ Individu suatu jenis
∑ plot ditemukan
KR FR
INP 1.
Agrosthophyllum laxum J. J. Sm 8
1 0,466
1,613 2,079
2. Agrosthophyllum majus Hook. F
10 2
0,582 3,226
3,808 3.
Appendicula alba Bl 33
2 1,922
3,226 5,148
4. Appendicula sp
2 1
0,116 1,613
1,729 5.
Bulbophyllum absconditum J. J. Sm 84
3 4,892
4,839 9,731
6. Bulbophyllum angustifolium Lindl
31 4
1,805 6,451
8,257 7.
Bulbophyllum gibbosum Blume L 41
3 2,389
4,839 7,226
8. Bulbophyllum odoratum Bl. Lindl
91 3
5,300 4,839
10,138 9.
Bulbophyllum sp 2 6
1 0,349
1,613 1,962
10. Bulbophyllum sp 4
15 1
0,874 1,613
2,486 11.
Bulbophyllum sp 5 150
5 8,736
8,065 16,801
12. Bulbophyllum sp 7
986 5
57,426 8,065
65,490 13.
Bulbophyllum sp 9 61
1 3,553
1,613 5,166
14. Calanthe sp 1
2 1
0,116 1,613
1,729 15.
Calanthe sp 2 26
2 1,514
3,226 4,740
16. Cleistoma rhycholabium Garay
3 2
0,175 3,226
3,400 17.
Cleistoma sp 1
1 0,058
1,613 1,671
18. Coelogyne sp 2
3 1
0,175 1,613
1,787 19.
Cymbidium sp 14
2 0,815
3,226 4,041
20. Dendrochilum sp 1
31 2
1,805 3,226
5,031 21.
Dendrochilum sp 2 6
2 0,349
3,226 3,575
22. Eria flavescens Bl. Lindl
22 1
1,281 1,613
2,894 23.
Eria sp 24
5 1,398
8,064 9,462
24. Eria sp 6
3 1
0,175 1,613
1,787 25.
Liparis sp 2
1 0,116
1,613 1,729
26. Malaxis sp
1 1
0,058 1,613
1,671 27.
Oberonia sp 14
2 0,815
3,226 4,041
28. Paphiopedilum sp
3 1
0,175 1,613
1,787 29.
Pholidota imbricata Lindl 20
1 1,165
1,613 2,777
30. Pholidota sp
3 1
0,175 1,613
1,787 31.
Tidak teridentifikasi 1 2
1 0,116
1,613 1,729
32. Tidak teridentifikasi 5
19 2
1,106 3,226
4,332 Total
1717 62
100 100
200
INP tertinggi dari tabel di atas adalah jenis Bulbophyllum sp 7 sebesar 65,490 dimana jumlah individu yang ditemukan sebanyak 986 dengan nilai KR
57,426 dan FR 8,065. Odum 1996 menyatakan bahwa umumnya jenis yang dominan adalah jenis-jenis di dalam suatu komunitas dengan produktivitas yang
besar dan sebagian besar mengendalikan arus energi. INP terendah sebesar 1,671 adalah jenis Cleistoma sp dan Malaxis sp.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Nilai analisis data pada ketinggian 650-750 m dpl
INP terbesar pada ketinggian 650-750 m dpl adalah jenis Dendrobium sp 4 sebesar 40,400 dengan jumlah individu sebanyak 476 yang ditemukan di 4 plot
dengan nilai KR dan FRnya sebesar 34,517 dan 5,882. Dari setiap INP pada ketinggian 450-550 m dpl, 550-650 m dpl dan 650-750 m dpl memiliki INP
dengan jenis yang berbeda-beda ini menunjukkan bahwa banyaknya jenis anggrek
No. Nama Jenis
∑ Individu suatu jenis
∑ plot ditemukan
KR FR
INP 1.
Agrosthophyllum laxum J. J. Sm 12
2 0,870
2,941 3,811
2. Appendicula alba Bl
172 12
12,473 17,647
30,120 3.
Appendicula pauciflora Bl 25
1 1,813
1,470 3,283
4. Appendicula sp
3 1
0,217 1,470
1,688 5.
Bulbophyllum absconditum J. J. Sm 141
4 10,225
5,882 16,107
6. Bulbophyllum flavidiflorum Carr
8 1
0,580 1,470
2,051 7.
Bulbophyllum odoratum Bl. Lindl 7
1 0,508
1,470 1,978
8. Bulbophyllum ovalifolium Blume Lindl
67 3
4,859 4,418
9,270 9.
Bulbophyllum sp 3 74
1 5,366
1,470 6,837
10. Bulbophyllum sp 9
73 6
5,294 8,823
14,117 11.
Calanthe sp 1 2
1 0,145
1,470 1,615
12. Cerastostylis sp 3
11 1
0,797 1,470
2,268 13.
Cleistoma rhycholabium Garay 1
1 0,072
1,470 1,543
14. Cleistoma sp
9 1
0,653 1,470
2,123 15.
Coelogyne sp 1 3
1 0,217
1,470 1,688
16. Cymbidium sp
13 3
0,943 4,412
5,354 17.
Dendrobium concinnum Miq 27
2 1,958
2,941 4,899
18. Dendrobiumsp 1
2 1
0,145 1,470
1,615 19.
Dendrobium sp 2 4
1 0,290
1,470 1,761
20. Dendrobium sp 3
2 1
0,145 1,470
1,615 21.
Dendrobium sp 4 476
4 34,517
5,882 40,400
22. Dendrochilum sp 1
16 1
1,160 1,470
2,631 23.
Eria acuminata Blume Lindl 127
3 9,209
4,412 13,621
24. Eria sp 6
20 1
1,450 1,470
2,921 25.
Paphiopedilum superbiens Rchb. f. 2
1 0,145
1,470 1,615
26. Phaius flavus Bl. Lindl.
5 2
0,362 2,941
3,304 27.
Phaius sp 8
4 0,580
5,882 6,462
28. Tidak teridentifikasi 2
21 3
1,523 4,412
5,935 29.
Tidak teridentifikasi 4 5
1 0,362
1,470 1,833
30. Tidak teridentifikasi 6
4 1
0,290 1,470
1,761 31.
Tidak teridentifikasi 7 39
2 2,828
2,941 5,769
Total 1379
68 100
100 200
Universitas Sumatera Utara
yang ditemukan, sehingga pada setiap ketinggian tempat memiliki salah satu jenis dominan dengan nilai INP terbesar disetiap ketinggiannya. Dari semua ketinggian
lokasi penelitian, INP total terbesar adalah jenis Bulbophyllum sp 7 yang memiliki jumlah individu total tertinggi yang merupakan jenis anggrek epifit.
Tabel 7. Nilai indeks keanekaragaman H’ dan indeks keseragaman E
No. Ketinggian m dpl
H’ E
1. 450-550
1,516 0,690
2. 550-650
1,854 0,535
3. 650-750
2,354 0,685
Nilai indeks keanekaragaman tertinggi dari tabel di atas terdapat pada lokasi ketinggian tempat 650-750 m dpl dengan jumlah 2,354 sesuai dengan kriteria H’,
indeks nilai keanekaragaman pada ketinggian tersebut tergolong sedang sedangkan nilai H’ terendah berada pada ketinggian 450-550 m dpl yaitu 1,516
juga termasuk memiliki indeks keanekaragaman yang sedang, dimana H’ sedang berkisar antara 2-3 sehingga secara keseluruhan dari lokasi ketinggian 450-750
m dpl memiliki indeks keanekaragaman sedang. Odum 1996 menyatakan bahwa semakin banyak jumlah spesies maka
semakin tinggi keanekaragamannya, sebaliknya bila nilainya kecil maka komunitas tersebut didominasi oleh satu atau sedikit jenis. Keanekaragaman jenis
juga dipengaruhi oleh pembagian penyebaran individu dalam tiap jenisnya, tetapi bila penyebaran individu tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah.
Menurut Smith 1992 dalam Yahman 2009 keanekaragaman jenis di dalam dan di antara berbagai komunitas melibatkan tiga komponen yaitu ruang, waktu dan
makanan. Nilai indeks keseragaman didapat dengan membandingkan nilai H’ dengan
total jumlah jenis atau genus ln S yang terdapat pada suatu lokasi. Nilai indeks
Universitas Sumatera Utara
keseragaman tertinggi terdapat pada lokasi ketinggian 450-550 m dpl sebesar 0,690 kemudian 650-750 m dpl sebesar 0,685 dan terendah pada lokasi ketinggian
550-650 m dpl yaitu sebesar 0,535. Berdasarkan kriteria E maka ketiga lokasi memiliki indeks keseragaman tinggi karena termasuk dalam ambang 0,5-1.
Perbedaan nilai indeks keseragaman dari tiap lokasi disebabkan faktor fisik lingkungan yang berbeda pada setiap lokasi ketinggian dan termasuk juga
pengaruh dari jenis anggrek yang menyukai habitat tertentu Berliani, 2008.
Deskripsi Anggrek 1.
Agrosthophyllum laxum J. J. Sm Anggrek epifit. Habitus : herba, tinggi keseluruhan ± 60 cm. Batang : pipih
± 45 cm dan diameter ± 0,6 cm, permukaan licin dan tertutup pelepah daun.
Daun : bentuk lanset, warna hijau muda, panjang ± 16 cm dan lebar ± 1,2 cm,
permukaan licin, tepi rata, tipis, ujung runcing, tidak memiliki tangkai daun sesil
dan letaknya berseling. Perbungaan : majemuk, berbentuk bongkol dan terletak di terminal. Distribusi : Jawa, Sumatera Barat dan Sumatera Utara
Comber, 2001.
Gambar 5. Agrosthophyllum laxum J. J. Sm
Universitas Sumatera Utara
2. Agrosthophyllum majus Hook. F