5.2. Pembahasan 5.2.1. Hubungan antara Harga Minyak Goreng Domestik dengan Harga
CPO Internasional.
Antara harga minyak goreng domestik dengan harga CPO internasional tidak terdapat kointegrasi ataupun hubunan baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil uji kointegrasi secara univariate. Tentu saja hal ini sangat bertolak belakang dengan beberapa isu yang
beredar yang mengatakan bahwa harga minyak goreng sangat dipengaruhi oleh harga CPO di pasar internasional.
Menurut Menteri Perdagangan Mari Pangestu dalam majalah Republika 18 Juni 2007 mengatakan bahwa kenaikan harga minyak goreng dalam negeri
disebabkan masih tingginya harga CPO di pasar luar negeri. Tentu saja hal ini sangat bertolak belakang dengan hasil uji kointegrasi yang telah dilakukan bahwa
tidak ada kointegrasi pengaruh antara harga minyak goreng domestik dengan harga CPO internasional. Hal ini juga dapat dilihat dari tabel harga CPO
internasional dan harga minyak goreng domestik pada lampiran 1a dan 1c dimana pada saat harga CPO internasional mengalami penurunan pada bulan Agustus,
September dan Oktober pada tahun 2006 yaitu U.5111Ton, U.497,4Ton dan U.496,6Ton namun harga minyak goreng domestik tetap mengalami kenaikan
pada bulan Agustus, September dan Oktober Pada tahun 2006 yaitu Rp.5.433Kg, Rp.5.511Kg dan Rp.5.534Kg.
Dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa sebenarnya harga minyak goreng bukan ditentukan dari harga CPO di pasar internasional akan tetapi lebih
ditentukan oleh kebijakan pemerintah seperti kebijakan tarif pajak ekspor dan kebijakan penetapan harga minyak goreng karena minyak goreng adalah
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan pokok di Indonesia. Dan kenaikan harga CPO internasional lebih disebabkan oleh tingginya permintaan CPO di pasar internasional.
Namun setelah dilakukan uji kointegrasi dengan multivariate yaitu dengan menambahkan variabel volume ekspor CPO domestik ke dalam persamaan. Pada
Tabel 14 dapat dilihat hasil bahwa ternyata masih terdapat hubungan dalam jangka panjang antara harga minyak goreng domestik dengan harga CPO
internasional yang dipicu oleh volume ekspor CPO domestik. Hal ini karena volume ekspor CPO domestik mempengaruhi ketersediaan CPO di dalam negeri
dan di pasar internasional.
Tabel 14. Hasil Uji Kointegrasi Harga Minyak Goreng Domestik dengan Harga CPO Internasional dan Volume Ekspor CPO Domestik.
Unrestricted Cointegration Rank Test Trace Hypothesized
Trace 0.05
No. of CEs Eigenvalue
Statistic Critical Value
Prob. None
0.408313 46.40067
42.91525 0.0215
At most 1 0.198912
15.96362 25.87211
0.4955 At most 2
0.052047 3.100098
12.51798 0.8644
Trace test indicates 1 cointegrating eqns at the 0.05 level denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
MacKinnon-Haug-Michelis 1999 p-values Unrestricted Cointegration Rank Test Maximum Eigenvalue
Hypothesized Max-Eigen
0.05 No. of CEs
Eigenvalue Statistic
Critical Value Prob.
None 0.408313
30.43705 25.82321
0.0114 At most 1
0.198912 12.86352
19.38704 0.3392
At most 2 0.052047
3.100098 12.51798
0.8644 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqns at the 0.05 level
denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level MacKinnon-Haug-Michelis 1999 p-values
Sumber : Lampiran 6d.
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 15 juga dapat dilihat dari hasil Error Correction Model bahwa dalam jangka pendek tidak dapat dilihat hubungan antara harga minyak goreng
domestik, harga CPO internasional dan volume ekspor CPO domestik. Namun dilihat dari nilai resid01 yaitu -0,377673 menunjukan bahwa secara perlahan-
lahan akhirnya dalam jangka panjang antara harga minyak goreng domestik, harga CPO internasional dan volume ekspor CPO domestik menuju pada satu titik
keseimbangan atau dengan kata lain memiliki hubungan dalam jangka panjang.
Tabel 15. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Goreng Domestik, Harga CPO Internasional dan Volume Ekspor CPO Domestik.
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
10.37424 16.43286
0.631311 0.5305
DCPOINTERNASIONA L
0.450299 0.086230
5.222081 0.0000
DEKSPORCPOD -1.20E-07
6.36E-08 -1.888138
0.0643 RESID01-1
-0.377673 0.088051
-4.289240 0.0001
Sumber : Lampiran 7a.
5.2.2. Hubungan antara Harga Minyak Goreng Domestik dengan Harga CPO Domestik.
Dari hasil uji kointegrasi secara unvariate yang telah dilakukan bahwa antara harga minyak goreng domestik dengan harga CPO domestik tidak terdapat
kointegrasi atau hubungan. Jadi sebenarnya kenaikan harga minyak goreng domestik bukanlah disebabkan kenaikan harga CPO domestik akan tetapi lebih
disebabkan oleh tinginya tingkat permintaan minyak goreng di dalam negeri dan kenaikan harga CPO domestik lebih disebabkan oleh kurang tersedianya pasokan
CPO di dalam negeri sehingga tigkat permintaan CPO di dalam negeri menjadi
Universitas Sumatera Utara
tinggi. Hal ini juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti pajak ekspor maupun DMO domestic market obligation.
Namun setelah dilakukan uji kointegrasi dengan multivariate yaitu dengan menambahkan variabel volume ekspor CPO domestik ke dalam persamaan. Pada
Tabel 16 dapat dilihat hasil bahwa ternyata masih terdapat hubungan dalam jangka panjang antara harga minyak goreng domestik dengan harga CPO
domestik yang dipicu oleh volume ekspor CPO domestik. Hal ini karena volume ekspor CPO domestik mempengaruhi ketersediaan CPO di dalam negeri. Apabila
volume ekspor meningkat maka ketersedian di dalam negeri menipis sehingga permintaan meningkat yang menyebabkan harga CPO tinggi. Karena harga bahan
baku minyak goreng yaitu CPO tinggi dan ketersediaan di dalam negeri juga kurang tersedia maka dapat menyebabkan harga minyak goreng domestik tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16. Hasil Uji Kointegrasi Harga Minyak Goreng Domestik dengan Harga CPO Domestik dan Volume Ekspor CPO Domestik.
Unrestricted Cointegration Rank Test Trace Hypothesized
Trace 0.05
No. of CEs Eigenvalue
Statistic Critical Value
Prob. None
0.406141 44.58947
42.91525 0.0337
At most 1 0.168790
14.36485 25.87211
0.6274 At most 2
0.060866 3.642241
12.51798 0.7931
Trace test indicates 1 cointegrating eqns at the 0.05 level denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
MacKinnon-Haug-Michelis 1999 p-values Unrestricted Cointegration Rank Test Maximum Eigenvalue
Hypothesized Max-Eigen
0.05 No. of CEs
Eigenvalue Statistic
Critical Value Prob.
None 0.406141
30.22461 25.82321
0.0123 At most 1
0.168790 10.72261
19.38704 0.5421
At most 2 0.060866
3.642241 12.51798
0.7931 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqns at the 0.05 level
denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level MacKinnon-Haug-Michelis 1999 p-values
Sumber : Lampiran 6e. Pada Tabel 17 juga dapat dilihat dari hasil Error Correction Model bahwa
dalam jangka pendek tidak dapat dilihat hubungan antara harga minyak goreng domestik, harga CPO domestik dan volume ekspor CPO domestik. Namun dilihat
dari nilai resid01 yaitu -0,363125 menunjukan bahwa secara perlahan-lahan akhirnya dalam jangka panjang antara harga minyak goreng domestik, harga CPO
domestik dan volume ekspor CPO domestik menuju pada satu titik keseimbangan atau dengan kata lain memiliki hubungan dalam jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 17. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Goreng Domestik, Harga CPO CPO Domestik dan Volume Ekspor CPO Domestik.
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
13.26796 15.50651
0.855638 0.3959
DCPODOMESTIK 0.379587
0.080922 4.690767
0.0000 DEKSPORCPOD
-5.95E-08 5.97E-08
-0.996272 0.3235
RESID01-1 -0.363125
0.073168 -4.962874
0.0000 Sumber : Lampiran 7b.
5.2.3. Hubungan antara Harga CPO Domestik dengan Harga CPO Internasional.
Dari hasil uji kointegrasi secara unvariate yang telah dilakukan bahwa antara harga CPO domestik dengan harga CPO internasional tidak terdapat
kointegrasi atau hubungan. Menurut Sibuea 2007 mengatakan bahwa pergerakan harga CPO di pasar internasional erat kaitannya dengan harga CPO domestik yang
diakibatkan penggunaan CPO sebagai bahan baku biodiesel. Jadi tingginya harga CPO domestik lebih disebabkan oleh tingginya permintaan pasar internasional
terhadap CPO dan produk turunannya. Dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa sebenarnya harga CPO domestik
tidak dipengaruhi oleh harga CPO internasional. Menurut Maarif 2007 mengatakan bahwa industri CPO di Indonesia memiliki sistem oligopoli.
Oligopoli sangat mengarah pada sistem kartel, dimana potensi kartel yang muncul dari struktur pasar CPO itu bisa dari segi harga, pembagian wilayah, jumlah
produksi, pembagian pangsa pasar ekspor atau untuk mencukupi kebutuhan domestik. Jadi harga CPO itu sangat dipengaruhi oleh kebijakan beberapa
perusahaan yang tergabung dalm sistem kartel tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Namun setelah dilakukan uji kointegrasi dengan multivariate yaitu dengan menambahkan variabel volume ekspor CPO domestik ke dalam persamaan. Pada
Tabel 18 dapat dilihat hasil bahwa ternyata masih terdapat hubungan dalam jangka panjang antara harga CPO domestik dengan harga CPO internasional yang
dipicu oleh volume ekspor CPO domestik. Hal ini karena volume ekspor CPO domestik mempengaruhi ketersediaan CPO di dalam negeri dan di pasar
internasional.
Tabel 18. Hasil Uji Kointegrasi Harga CPO Domestik dengan Harga CPO Internasional dan Volume Ekspor CPO Domestik.
Unrestricted Cointegration Rank Test Trace Hypothesized
Trace 0.05
No. of CEs Eigenvalue
Statistic Critical Value
Prob. None
0.389990 47.39677
42.91525 0.0167
At most 1 0.223300
18.72851 25.87211
0.2971 At most 2
0.067797 4.071853
12.51798 0.7317
Trace test indicates 1 cointegrating eqns at the 0.05 level denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
MacKinnon-Haug-Michelis 1999 p-values Unrestricted Cointegration Rank Test Maximum Eigenvalue
Hypothesized Max-Eigen
0.05 No. of CEs
Eigenvalue Statistic
Critical Value Prob.
None 0.389990
28.66827 25.82321
0.0205 At most 1
0.223300 14.65665
19.38704 0.2130
At most 2 0.067797
4.071853 12.51798
0.7317 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqns at the 0.05 level
denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level MacKinnon-Haug-Michelis 1999 p-values
Sumber : Lampiran 6f. Pada Tabel 19 juga dapat dilihat dari hasil Error Correction Model bahwa
dalam jangka pendek tidak dapat dilihat hubungan antara harga CPO domestik, harga CPO internasional dan volume ekspor CPO domestik. Namun dilihat dari
Universitas Sumatera Utara
nilai resid01 yaitu -0,171240 menunjukan bahwa secara perlahan-lahan akhirnya dalam jangka panjang antara harga CPO domestik, harga CPO internasional dan
volume ekspor CPO domestik menuju pada satu titik keseimbangan atau dengan kata lain memiliki hubungan dalam jangka panjang.
Tabel 19. Hasil Error Correction Model Harga CPO Domestik, Harga CPO Internasional dan Volume Ekspor CPO Domestik.
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
-5.622077 10.83003
-0.519119 0.6058
DCPOINTERNASIONA L
0.948278 0.058667
16.16382 0.0000
DEKSPORCPOD -4.81E-08
4.35E-08 -1.107384
0.2729 RESID01-1
-0.171240 0.094232
-1.817207 0.0746
Sumber : Lampiran 7c.
5.2.4. Implikasi dari Hasil Uji Kointegrasi terhadap Kebijakan Pemerintah
Dari hasil uji kointegrasi di atas jelas bahwa antara harga CPO internasional, harga CPO domestik dan harga minyak goreng domestik tidak ada
kointegrasi. Jadi dalam mengendalikan harga minyak goreng dan harga CPO domestik pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan salah satunya yaitu
kebijakan pajak ekspor PE CPO sebagai bahan baku minyak goreng dan kebijakan DMO domestic market obligation. Kebijakan tersebut berpengaruh
nyata terhadap harga minyak goreng domestik dan harga CPO domestik, namun tidak efektif dalam menurunkan harga minyak goreng domestik dan harga CPO
domestik. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor,diantaranya : 1. Pungutan ekspor memicu adanya penyelundupan.
2. Dugaan adanya kartel dikalangan pengusaha CPO.
Universitas Sumatera Utara
3. Pungutan Ekspor dianggap hanya untuk mengembangkan industri hilir CPO di dalam negeri, menyengsarakan petani kelapa sawit dan bukan untuk
menurunkan harga. 4. Penerapan pungutan ekspor tambahan ternyata menekan harga CPO domestik
dan harga tandan buah segar kelapa sawit. 5. Pungutan Ekspor hanya merupakan kebijakan untuk jangka pendek dan instan.
6. Sebagai Negara penghasil CPO terbesar, kenaikan Pungutan Ekspor mempengaruhi harga CPO Internasional dan membuat harga CPO menjadi
mahal dan akhirnya membuat harga minyak goreng turut naik. Kebijakan DMO hanya diaplikasikan saat harga CPO di pasar dunia sangat
tinggi. Oleh karena itu, pemerintah mewajibkan produsen CPO dan minyak goreng untuk mengalokasikan produksinya pada harga tertentu untuk memenuhi
konsumsi minyak goreng domestik. Sementara pengekangan ekspor CPO melalui peningkatan tarif pajak
ekspor hanya akan menekan nilai tambah bagi produsen di sektor hulu dan memicu ketimpangan harga di pasar domestik dan bagi kelompok produsen
tertentu sektor hilir terutama penghasil minyak goreng merupakan keuntungan yang besar.
Indonesia sesungguhnya memiliki posisi tawar yang besar dalam pasar CPO internasional. Namun sayangnya, industri CPO dalam negeri
belum memiliki kerangka pengembangan yang padu dan menyeluruh, baik berkait dengan industri hulu maupun hilir. Dalam industri hulu, berbagai
persoalan mendasar masih perlu mendapat perhatian serius pemerintah seperti peningkatan produktivitas lahan, perluasan areal perkebuan, dan penanganan
Universitas Sumatera Utara
aspek budidaya sawit, misalnya: pembibitan, pemupukan, dan peremajaan tegakan sawit. Dalam industri hilir, pengembangan infrastruktur dan adanya
kebijakan insentif pemerintah bagi pelaku usaha di sektor ini sangat diperlukan.
Rencana peningkatan pajak ekspor CPO dapat menurunkan minat investor untuk berinvestasi. Rencana peningkatan pajak ekspor CPO dinilai
merupakan kebijakan yang kontra produktif karena akan menekan daya saing produk CPO Indnesia di pasar dunia dan dapat mengganggu tatanan industri
CPO dalam negeri dari hulu sampai hilir. Kebijakan ini akan berdampak pada penurunan pendapatan petani sawit akibat penurunan harga tandan
buah segar TBS. Imbasnya akan terjadi penurunan input produksi yang dapat menekan produktivitas tanaman sawit. Di sektor hilir, membanjirnya
CPO di pasar lokal akan menekan biaya produksi, namun belum tentu akan menurunkan harga produk turunannya seperti minyak goreng. Struktur pasar
CPO yang oligopolis membuat harga CPO dapat menjadi bergantung pada penetapan produsen. Dengan demikian, konsumen masyarakat tidak akan
mendapat manfaat dirugikan. Dampak yang paling langsung dan segera akan terlihat adalah berupa
penurunan harga CPO di tingkat domestik. Dengan asumsi bahwa harga di pasaran internasional bersifat kompetitif, setiap kenaikan pungutan ekspor
secara langsung akan diterjemahkan menjadi lebih rendahnya harga domestik dibanding harga di pasar internasional.
Universitas Sumatera Utara
VI. KESIMPULAN DAN SARAN