2.2.3. Obatan-obatan Yang Mempengaruhi Agregasi Trombosit
19,36,41,42
2.2.3.1.Antibiotik
Antibiotik yang memiliki struktur gugus β-lactam seperti penisilin dan
sefalosporin, dapat mempengaruhi fungsi trombosit. Mekanismenya diduga akibat perubahan membrane yang menghambat interaksi reseptor-agonist atau
mempengaruhi influks kalsium.
19,36
2.2.3.2.Dipyridamole
Dipyridamole adalah pyrimidopyrimidine yang menghambat uptake adenosine dalam trombosit, sel endotel dan eritrosit. Hambatan ini menyebabkan peningkatan
lokal kadar adenosine yang menstimulasi adenilat siklase trombosit dan meningkatkan kadar
cyclic 3`,5`-adenosine monophosphate cAMP. Peningkatan
cAMP mengurangi kemampuan agregasi trombosit.
19,36,41
2.2.3.3.Fibrinolitik
Fibrinolisis dan pembentukan fibrin degradation product FDP berhubungan dengan agregasi trombosit. FDP bersaing dengan fibrinogen untuk berikatan dengan
membrane trombosit dan mengganggu agregasi trombosit. Satu penelitian pada pasien yang mendapat tenecteplase dan alteplase menunjukkan inhibisi bermakna
agregasi trombosit pada pemeriksaan agregasi. Penelitian lain yang membandingkan reteplase, alteplase dan streptokinase, dijumpai inhibisi agregsi
trombosit pada ketiga kelompok. Pengurangan kadar fibrinogen plasma dan gangguan ikatan fibrinogen-Gp IIbIIIa berkorelasi dengan beratnya defek agregasi
trombosit.
19,36,41
2.2.3.4.Dextran
Pemeberian dekstran intravena dapat menyebabkan menurunnya fungsi trombosit. Pada pasien penyakit arteri perifer, Dextran 40 mengurangi agregasi
Universitas Sumatera Utara
trombosit spontan dan yang diinduksi agonist serta ekspresi marker aktivasi seperti P-selectin.
19,36,42
2.2.3.5.Anestesi
Anestesi seperti lidokain, dibukain, kokain menyebabkan efek langsung pada membrane trombosit. Penambahan kokain pada trombosit in vitro menyebabkan
berkurangnya ikatan fibrinogen dengan reseptor Gp IIb-IIIa.
19
2.2.3.6.Inhibitor Trombin
Trombin sangat penting dalam patofisiologi sindroma koroner akut. Trombin memperantarai perubahan fibrinogen menjadi fibrin, mengaktivasi F.XIII yang
membantu stabilisasi clot, dan agonis trombosit yang poten. Generasi terbaru inhibitor thrombin direk yang bekerja pada antitrombin III dapat menghambat clot-
bound thrombin dan aktivasi trombosit oleh thrombin
19,36,41
2.2.3.7.Thienopyridines
ADP berikatan dengan reseptornya P2Y1 dan p2Y12. Reseptor P2Y12 adalah reseptor primer ADP yang memperantarai ikatan fibrinogen dan respon
agregasi. Thienopyridines, ticlopidine dan clopidogrel secara irreversible mengikat reseptor ini dan menghambat agregasi trombosit.
19,36,41
2.2.3.8.Antagonis GpIIb-IIIa
Antagonis GpIIb-IIIa berikatan dengan reseptor GpIIb-IIIa integrin αIIbβ3 dan
mencegah ikatan fibrinogen atau VWF pada trombosit. Eptifibatide, abciximab dan tirofiban menghambat agregasi trombosit dengan semua agonis ADP, kolagen,
TRAP.
19,36
Universitas Sumatera Utara
2.2.4.Pengukuran
Agregasi trombosit dapat diukur dengan menimbulkan kontak antara plasma kaya trombosit dengan suatu zat penginduksi agregasi. Sebagian besar zat
penginduksi ini seperti kolagen, epinefrin dan thrombin bekerja melalui efek ADP yang dibebaskan sendiri oleh trombosit. Penambahan ADP eksogen menyebabkan
agregasi secara langsung. Agregasi dikuantifikasi dengan menentukan apakah plasma kaya trombosit yang keruh menjadi jernih karena trombosit yang semula
membentuk suspensi merata membentuk agregat berupa gumpalan-gumpalan besar yang kurang memendarkan cahaya sehingga transmisi sinar melalui tabung lebih
mudah. Agregometer adalah suatu spektrofotometer yang diadaptasi untuk mencatat perubahan dalam transmisi sinar sementara mempertahankan suhu yang konstan
dan pengocokan perlahan terhadap suspense trombosit.
38,39,40
Setelah diperoleh suatu kurva normal transmisi cahaya, trombosit yang diperiksa dipajankan ke berbagai zat dan berbagai kondisi. Aspirin, obat
antiinflamasi yang lain, dan banyak obat dari golongan fenotiazin sangat menghambat kemampuan kolagen dan epinefrin menimbulkan agregasi, tetapi tidak
mengganggu efek langsung ADP. Gangguan konstitusional fungsi trombosit berbeda satu sama lain dalam sifat bahan yang gagal memicu agregasi. Pasien yang
dicurigai mengidap gangguan gangguan ini harus bebas dari semua obat selama paling tidak 1 minggu sebelum pemeriksaan.
36,37,40
Dalam melakukan uji, pungsi vena harus mulus nontraumatik. Jumlah trombosit yang digunakan untuk uji harus distandarisasi karena respon agregasi
dipengaruhi oleh jumlah trombosit. Hal inilah yang menyebabkan pasien trombositopenia sulit dievaluasi. Pemeriksaan agregasi harus dilakukan dalam 3 jam
setelah pengambilan sampel. Sampel jangan pernah dimasukkan ke lemari
Universitas Sumatera Utara
pendingin karena hal ini menghambat fungsi trombosit; karena itu, uji dilakukan pada suhu 37°C. Antikoagulan yang digunakan adalah natrium sitrat, dan sampel jangan
dimasukkan ke wadah kaca karena bahan ini akan mengaktifkan trombosit. Sampel yang mengalami hemolisis atau lipemik dapat mengganggu interpretasi densitas
optis.
2.2.5.Interpretasi
Bahan-bahan penginduksi agregasi yang paling sering digunakan adalah ADP dengan berbagai konsentasi, kolagen, epinefrin, ristosetin, thrombin dan asam
arakidonat. ADP konsentrasi rendah memicu agregasi bifasik dengan gelombang primer
dan sekunder. ADP konsentrasi tinggi memicu hanya satu gelombang agregasi. Pasien dengan gangguan pembebasan trombosit gagal memperlihatkan gelombang
agregasi kedua. Pasien dengan tromboastenia Glanzmann tidak memperlihatkan agregasi trombosit pada pemberian ADP.
Agregasi dengan kolagen menghasilkan suatu periode laten yang diikuti oleh sebuah gelombang agregasi. Penurunan agregasi terhadap kolagen terjadi pada
pasien yang mendapat aspirin dan obat anti-inflamasi. Agregasi dengan epinefrin biasanya bersifat bifasik. Agregasi yang dipicu
oleh epinefrin ini juga terganggu pada pasien yang mendapat aspirin dan obat anti- inflamasi. Demikian juga, agregasi thrombin bersifat bifasik dan mungkin terganggu
pada defek trombosit intrinsic tertentu. Walaupun defek kongenital fungsi trombosit jarang dijumpai, banyak penyakit
didapat yang menekan mekanisme pembebasan trombosit. Aspirin jelas merupakan obat yang paling sering menjadi penyebab, tetapi hanya sedikit pasien yang
mengalami perdarahan yang cukup serius sehingga diperlukan pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
trombosit. Pasien dengan uremia, penyakit hati yang parah atau penyakit terkait alkohol tahap lanjut sering mengalami gangguan perdarahan kompleks yang
mencakup disfungsi trombosit. Ketiga penyakit ini menekan efek kolagen, epinefrin atau ADP eksogen yang ditambahkan langsung pada pembebasan ADP. Gangguan
gangguan mieloproliferatif dan disproteinemia dapat menimbulkan kelainan serupa.
2.3.SINDROMA KORONER AKUT 2.3.1.Definisi
Sindroma Koroner Akut merupakan istilah terhadap sekumpulan penyakit arteri koroner yang bersifat trombotik. Sebagai kelainan dasar adalah aterosklerosis
yang menyebabkan terbentuknya plak aterom. Pecahnya plak aterom akan menyebabkan iskemia sampai nekrosis miokard. SKA mencakup angina pectoris tak
stabil APTS, infark miokard non ST Elevasi Mikcard infark dan ST Elevasi Miokard Infark.
2.3.2.Patofisiologi Sindroma Koroner Akut
SKA dapat terjadi oleh adanya proses thrombosis akut dan proses vasokonstriksi koroner. Lesi pada arteri koronaria dimulai dengan adanya trauma
minimal yang kronis pada endothelium sehingga mengganggu aliran darah. Faktor- faktor resiko seperti hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, iritasi kronik
dan infeksi menyebabkan disfungsi endotel, terjadi robekan lokal sehingga terjadi akumulasi lipid dan monosit makrofag. Lesi aterosklerotik awal disebut
fatty streak yang bersifat
vulnerable . Modifikasi faktor resiko akan menyebabkan masukan
lipoprotein berkurang dan menimbulkan parut. Bila masukan lipoprotein meningkat dapat terjadi plak dengan kandungan kaya lipid dan mudah mengalami disrupsi
Universitas Sumatera Utara
sehingga menimbulkan oklusisuboklusi serta mengakibatkan terjadinya angina tak stabil.
Hubungan waktu dan patofisiologi SKA, jika 10 sampai 20 menit setelah terjadinya thrombus, dapat terjadi oklusi pembuluh darah temporer. Bila kerusakan
bertambah berat, dapat terjadi oklusi yang persisten yang sapat berlangsung sampai satu jam NSTEMI. Bila plak lebih besar dapat terjadi pembentukan yang menetap
sehingga dapat menyebabkan nekrosis transmural STEMI. Oklusi total pembuluh darah lebih dari 4-6 jam akan mengakibatkan nekrosis miokard yang ireversibel.
Tindakan reperfusi dalam periode waktu ini akan dapat membantu menyelamatkan miokardium dan mengurangi morbiditas dan mortalitas.
2.3.3.Patogenesis Aterosklerosis
Pembuluh darah arteri sama seperti organ-organ lain di dalam tubuh yaitu mengikuti proses umur ketuaan dimana terjadi proses yang karakterisktik seperti
penebalan lapisan intima, berkurangnya elastisitas dan bertambahnya diameter intima.
WHO pada tahun 1958 mendefinisikan aterosklerosis sebagai perubahan variable intima arteri yang merupakan akumulasi fokal lemak lipid, kompleks
karbohidrat, darah dan hasil produk darah, jaringan fibrous dan deposit kalsium yang kemudian diikuti dengan perubahan lapisan media.
2.3.3.1.Mekanisme dasar pembentukan plak .
Pembentukan foam cell
Proses ini diawali adhesi monosit pada permukaan endotel, diikuti migrasi monosit ke dalam tunika intima. Kemudian monosit teraktivasi berubah menjadi
Universitas Sumatera Utara
makrofag. Lipid diambil oleh makrofag, kemudian mengawali pembentukan foam
cell . Perubahan awal ini menghasilkan suatu molekul pro inflamasi yang disebut
minimally modified low density lipoprotein MMLDL yang berkontribusi terhadap
ekspresi VCAM pada endotel. Faktor-faktor inflamasi bekerja bersama-sama menyebabkan migrasi monosit. Perubahan selanjutnya pada molekul LDL mengarah
pada LDL teroksidasi yang dikenali oleh macrophage scavenger receptor
. Foam cell yang terbentuk menghasilkan sitokin-sitokin inflamasi termasuk TNF-
α dan metalloproteinase dan juga factor prokaogulan.
Pembentukan lipid core
Lipid core merupakan ruang dalam matriks jaringan ikat tunika intima yang
terisi dengan debris seluler dan kolesterol. Plak aktif mengandung sejumlah makrofag berkelompok pada pinggir inti, dengan ekspresi sebagian
metalloproteinase dalam destruksi matriks kolagen.Beberapa lipid ekstrasel yang berasal dari ikatan LDL terhadap proteoglikans dalam intima, kebanyakan kolesterol
dan ester pada lipid core dilepaskan dari sitoplasma foam cell yang mati. Kehilangan faktor pertumbuhan akan menginduksi apoptosis terutama bersamaan dengan
adanya TNF- α dalam jumlah besar pada plak. Ekspresi
tissue factor oleh makrofag
dalam inti membuat area ini sangat trombogenik.
Proliferasi otot polos dan pembentukan cap
Bagian cap
terdiri dari zat kolagen yang mengandung otot polos yang menghasilkan matriks jaringan ikat. Sel-sel otot polos intima mempunyai
kecenderungan mengalami apoptosis. Migrasi, proliferasi otot polos dan deposisi kolagen diatur oleh factor pertumbuhan yang dihasilkan oleh tiap sel. Trombosit,
thrombin dan fibrin juga dapat memacu proliferasi sel otot polos bila menumpuk pada dinding pembuluh darah.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.2.Perkembangan Plak
Menurut American Heart Association AHA, perkembangan plak aterosklerosis dapat dibagi 5 tipe yang dapat dihubungkan dengan tampilan klinisnya Yaitu :
1. Lesi awal tipe 1, berkembang bila monosit melekat pada permukaan endotel dan bermigrasi dari lumen untuk berakumulasi pada intima.
2. Lesi tipe 2 adalah fatty streak yang terdiri dari akumulasi lipid ekstra seluler yang berisi foam cell.
3. Lesi tipe 3 seperti lesi tipe 2 yang disertai kelompok-kelompok kecil lipid ekstraseluler. Meskipun lesi tipe 1-3 merupakan precursor lesi yang lebih
berat, namun belum menimbulkan gejala klinis. 4. Lesi tipe 4, seperti lesi tipe 2 disertai sel-sel otot polos terlihat dalam lesi di
bawah endotel, dan kelompok-kelompok lipid ekstraseluler bersatu membentuk lipid core. Lesi ini disebut ateroma.
5. Lesi tipe 5a, seperti tipe 4 dengan kapsul fibrous yang tipis disebut juga fibroateroma. Lesi tipe 5b adalah ateroma dengan kalsifikasi berat didalam
lipid core. Lesi 5c adalah fibrous ateroma atau pembentukan thrombus mural dengan komponen lipid yang minimal. Lesi tipe 4 dan 5 biasanya asimtomatik,
namun dapat juga berupa angina stabil. Lesi tipe 5b dan 5c biasanya dengan angina tak stabil
6. Lesi tipe 6 merupakan lesi yang berkomplikasi dengan thrombosis, dengan tampilan klinis sindroma koroner akut. LEsi tipe 4 dan 5 disebut plak tidak
stabil yang bias langsung menjadi lesi tipe 6.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.3.Disrupsi Plak
Disrupsi plak memegang peranan penting untuk terjadinya Sindroma Koroner Akut. Resiko terjadinya ruptur plak tergantung dari kerentanan atau ketidakstabilan
plak, bukan adari ukuran atau derajat penyempitannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi instabilitas dan ruptur plak
Faktor Eksternal : 1. Sistemik : faktor hemodinamik dan farmakologik
2. Faktor intrinsik dari plak : besarnya plak, lokasi plak, kepadatan dan ketebalan lipid dan ketebalan kap yang menyelimuti plak.
Faktor Internal : 1. Aktifitas sel inflamasi
2. Infeksi 3. Disfungsi endotel
4. Proliferasi sel otot polos
2.3.3.4.Trombosis Plak
Lebih dari 75 trombus yang ditemukan pada SKA terletak di tempat dimana plak mengalami ruptur. Bila plak yang tidak stabil mendapat pencetus maka
cap yang tipis tersebut akan koyak dan terjadi pembentukan trombus yang dimulai dari
fisura atau robekan kap tadi. Mula-mula terjadi akumulasi platelet di tempat koyakan, dengan adanya fibrin
akan membentuk gumpalan dini yang disebut white thrombus
yang secara langsung berusaha menutupi semua permukaan yang robek. Kemudian eritrosit menutupi
seluruh white thrombus
tadi sehingga membentuk red thrombus
. Trombus ini akan
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan oklusi koroner dan vasokonstriksi, sehingga akhirnya menimbulkan tampilan klinis yang disebut dengan Sindroma Koroner Akut.
2.3.4.DIAGNOSA 2.3.4.1.Anamnesis
Nyeri dada tipikal merupakan gejala kardinal pasien infark miokard akut. Lokasi nyeri substernal, retrosternal dan prekordial. Sifat nyeri : rasa sakit seperti
ditekan, rasa terbakar, tertindih benda berat, seperti ditusuk dan rasa diperas. Penjalaran biasanya ke lengan kiri, leher, rahang bawah, gigi, punggung, perut dan
lengan kanan. Neri tidak membaik dengan istirahat atau minum obat nitrat. Pada APS, rasa nyeri berkurang dengan istirahat atau obat-obatan dan nyeri dada 20
menit.
2.3.4.2.Pemeriksaan Laboratorium
Identifikasi dini pada penderita SKA adalah dengan pemeriksaan petanda cedera miokard seperti LDH, CK-MB, myoglobin dan troponin jantung Troponin T
atau Troponin I. LDH meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark, mencapai puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari. CK-MB meningkat setelah 3
jam pasca infark, mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari. Myoglobin dapat dideteksi 1 jam setelah infark dan mencapai puncaknya dalam
4-8 jam. Troponin cTnT dan cTnI meningkat setelah 2 jam paska infark, mencapai
puncak dalam 10-24 jam dan cTnT masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari, cTnI masih dapat dideteksi setelah 5-10 hari. Troponin T dan I spesifik untuk kerusakan
miokard, sehingga dipakai sebagai gold standard.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4.3.Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG 12 sadapan harus dilakukan pada pasien dengan nyeri dada. Pemeriksaan ini harus segera dilakukan 10 menit setelah pasien sampai di
IGD. Perubahan EKG pada STEMI adalah ST elevasi yang diikuti terbentuknya gelombang Q patologis. Perubahan ini harus ditemui minimal pada 2 sandapan yang
berdekatan. Gambaran EKG pada NSTEMI adalah depresi segmen ST 0,05 Mv,
inverse gelombang T ditandai dengan 0,2 Mv dan
inverse gelombang T yang simetris di
sandapan prekordial. Pada NSTEMI 1-6 dengan gambaran EKG normal. Pemeriksaan EKG pada angina pectoris tak stabil adalah adanya depresi
segmen ST atau tanpa inverse gelombang T. Pada angina pectoris tak stabil 4 penderita dengan gambaran EKG normal.
Diagnosa dilakukan berdasarkan kriteria WHO yaitu : terpenuhinya minimal 2 dari 3 kriteria berikut ini : nyeri dada iskemik yang khas, perubahan EKG dan
peningkatan enzim-enzim jantung.
2.4.Trombosit dalam Sindroma Koroner Akut 2.4.1.Disfungsi Endotel
Aterosklerosis koroner adalah suatu proses inflamasi kronis yang dapat menjadi akut dengan rupturnya plak dan thrombosis arteri. Trombosit memegang
peran penting dalam oklusi vaskuler pada plak aterosklerotik koroner yang ruptur, menimbulkan Sindroma Koroner Akut, terdiri dari miokardial infark MI, non ST
segmen elevasi miokardial infark NSTEMI dan angina pectoris tak stabil APTS. Keberhasilan pemberian terapi anti trombosit untuk terapi dan pencegahan kejadian
Universitas Sumatera Utara
arteri koroner akut mendukung adanya peranan trombosit dalam Sindroma Koroner Akut.
Dalam keadaan normal, trombosit bersirkulasi dalam pembuluh darah tanpa interaksi dengan sel lain. Sel endotel pembuluh darah normal mencegah perlekatan
maupun aktivasi trombosit dengan produksi bahan antitrombotik antara lain prostasiklin prostaglandin I2 atau PGI2 dan
nitric oxide NO, ekspresi ecto-
ADPase pada permukaan endotel. Adanya faktor resiko merokok, diabetes, hipertensi, kadar LDL yang tinggi, tekanan tinggi pada stenosis arteri, vasoaktif
amine, radikal bebas dan infeksi mikroorganisme menyebabkan disfungsi endotel. Disfungsi endotel yang ditandai dengan penurunan bioavaibilitas NO, mencetuskan
serangkaian proses pembentukan lesi aterosklerosis. Jalur NO memliki interaksi sinergistik dengan pembentukandegradasi nukleotida siklik dan fosforilasi protein
pada trombosit dan sel otot polos, yang mengatur fungsi kardiovaskular tonus vaskular, inhibisi agregasi trombosit serta adhesi leukosit, dan pencegahan
proliferasi sel otot polos. Terganggunya permeabilitas sawar endotel memperantarai rekrutmen
monosit yang bersirkulasi dan plasma lipid ke dinding arteri, juga deposisi trombosit pada endotel yang terluka. Dengan pelepasan faktor mitogenik, memperantarai
migrasi dan proliferasi sel otot polos, bersama peningkatan akumulasi lipid dan sintesa jaringan ikat membentuk plak ateromatous tipikal. Proses yang terus
berlanjut menyebabkan hiperplasia lapisan intima-media pembuluh darah dan perkembangan plak aterosklerotik.Plak yang rentan terdiri dari :
1. Inti lipid nekrotik yang luas meliputi 40 total volume plak 2. Cap fibrous yang tipis
3. Peningkatan makrofag, sel busa dan limfosit T pada pinggir plak
Universitas Sumatera Utara
4. Berkurangnya kolagen dan sel otot polos 5. Materi trombotik dengan deposisi trombosit dan fibrin
2.4.2.Aktivasi dan Agregasi Trombosit
Trombosit yang pertama kali menuju vaskuler yang trauma dimana trombosit dapat langsung melekat pada endotel, kolagen yang terekspos dan atau makrofag.
Terjadinya perlekatan trombosit ke dinding arteri dan aktivasinya tidak harus mutlak dibutuhkan gangguan endotel. Trombosit dapat juga diaktivasi pada stadium awal
aterosklerosis. Hal ini diduga oleh karena : 1. Berkurangnya mekanisme antitrombotik endotel
2. Terbentuknya oksigen reaktif dari factor resiko aterosklerosis adanya hipertensi, hiperkolesterolemia, merokok dan diabetes berhubungan
dengan meningkatnya jumlah trombosit teraktivasi 3. Meningkatnya mediator protrombotik dan proinflamasi di sirkulasi atau di
endotel.
Universitas Sumatera Utara
Trombosit yang teraktivasi melepaskan faktor kemotaktik RANTES, platelet
facto r-4, factor pertumbuhan PDGF, TGF-
β, EGF, bFGF yang merangsang migrasi, akumulasi, proliferasi sel otot polos dan leukosit menuju lapisan intima.
Pada aterosklerosis awal, mikrotrombi di permukaan luminal dapat mempotensiasi perkembangan aterosklerosis melalui paparan dinding pembuluh darah dengan
faktor-faktor mitogen, sedangkan pada stadium akhir aterosklerosis, thrombosis mural berhubungan dengan pertumbuhan plak aterosklerotik dan oklusi luminal
progresif. Perlekatan awal trombosit pada endotel yang trauma diperantarai ikatan
glikoprotein GP Ib α dengan von Willebrand factor VWF dan molekul adhesi
endotel P-selectin. P-selectin terdapat dalam granul α trombosit dan badan Weibel-
Palade endotel. Bila sel teraktivasi, P-selectin dengan cepat menuju permukaan sel. P-selectin sekarang dianggap pertanda aktivasi trombosit, pada aterosklerosis
dijumpai ekspresi P-selectin trombosit yang lebih tinggi. Ada banyak ligan P-selectin yand diekspresikan trombosit sulfatides, Gp Ib, PSGL-1,
mucosal vascular addressin cell adhesion molecule
1, di leukosit PSGL-1 serta di endotel GlyCAM- 1, CD34. Sel endotel yang mengalami disfungsi juga mengekspresikan VCAM-1,
vitronectin receptor αvβ3 dan PECAM-1, yang menyebabkan adhesi trombosit ke
dinding vascular. Ikatan VWF – Gp IbVIX bersifat kurang stabil. Reseptor Gp VI yang
langsung berikatan dengan kolagen dan menginduksi aktivasi reseptor adhesif lain seperti integrin
αIIbβ3 Gp IIbIIIa dan α2β1. Keduanya menyebabkan ikatan trombosit dengan permukaan endotel yang kuat, stabil dan irreversibel.
Agonist yang bersirkulasi seperti epinefrin, thrombin, serotonin, tromboxane A2 TxA2 dan ADP juga dapat mengaktivasi trombosit melalui reseptor spesifik. Bila
Universitas Sumatera Utara
teraktivasi, trombosit mengalami perubahan bentuk dan terjadi peningkatan kadar kalsium bebas dalam sitosol, menyebabkan pelepasan komponen granul trombosit,
disebut degranulasi trombosit. Komponen yang dilepaskan antara lain ADP. ADP yang dilepaskan adri trombosit memiliki efek autokrin, menyebabkan agregasi
trombosit yang stabil melalui interaksi dengan reseptor spesifik P2Y1 dan P2Y12; juga memliki efek parakrin dengan berikatan dengan reseptor ADP pada trombosit
yang berdekatan,sehingga terjadi penguatan aktivasi trombosit. Aktivasi trombosit akan menginduksi aktivasi fosfolipase A2 yang memicu metabolisme asam
arakidonat. COX-1 trombosit mengkatalis perubahan asam arakidonat menjadi Prostaglandin G2H2. PGH2 akan diubah oleh enzim tromboksan sintetase menjadi
tromboksan A2 TxA2, dilepas ke sirkulasi dan berikatan dengan reseptornya, memperkuat aktivasi trombosit dan vasokonstriksi.
2.4.3.Aktivasi Kaskade Koagulasi
Setelah vaskular terganggu terjadi aktivasi koagulasi. Diduga kuat faktor jaringan
tissue factor TF diekspresikan oleh sel busa, faktor trombogenik yang
mengaktivasi kaskade koagulasi. Endotel berubah menjadi prokoagulan sedangkan permukaan trombosit mengkatalisasi pembentukan thrombin dari protrombin.
Aktivasi kaskade koagulasi menghasilkan trombin. Sinyal trombin melalui protease
activated receptors PARs menyebabkan hiperplasia intima, inflamasi,
mempertahankan tonus vaskular dan fungsi sawar serta aktivasi trombosit.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain penelitian
Penelitian dilakukan dengan observasional analitik dengan cara cross
sectional potong lintang. Pengambilan sampel dengan cara
consecutive sampling ,
dimana jumlah sampel dibatasi minimal sesuai perkiraan jumlah sampel atau sampai batas waktu pengumpulan sampel yang ditetapkan. Pengukuran variabel dilakukan
hanya satu kali.
3.2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK USURSUP. H. Adam Malik Medan bekerja sama dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam dan
Departemen Kardiologi FK USURSUP. H. Adam Malik Medan, mulai Oktober sampai dengan Desember 2010.
3.3. Populasi dan subyek penelitian
Kelompok kasus adalah pasien-pasien sindroma koroner akut yang dirawat di IGD dan ruang CVCU RSUP. H. Adam Malik Medan. Sebagai kelompok
pembanding adalah pasien yang datang ke laboratorium Patologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan untuk memeriksakan darahnya yang secara anamnesa dan
pemeriksaan fisik tidak pernah terkena sindroma koroner akut berdasarkan jenis kelamin dan umur yang sesuai dengan penderita sindroma koroner akut.
Kriteria inklusi • Bersedia ikut dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara