2.3.1 Sejarah MTBS di Indonesia
Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada tahun 1996. Modul MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara Kemenkes RI,
WHO, Unicef, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia berkembang secara bertahap dan up to date dalam modul MTBS
dilakukan secara berkala sesuai perkembangan program kesehatan di Depkes dan ilmu kesehatan anak melalui IDAI.
Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi, namun belum seluruh puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab,
diantaranya belum adanya tenaga kesehatan yang sudah terlatih MTBS dan sarana prasarana untuk pelaksanaan kegiatan Depkes, 2008.
2.3.2 Sasaran
Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran, yaitu :
a. kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan usia 2 bulan b. kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun.
2.3.3 Tujuan
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditunjukan untuk menurukan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit
rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas.
2.3.4 Manfaat MTBS
MTBS telah digunakan oleh lebih dari 100 negara dan terbukti dapat : a. Menurunkan angka kematian balita
Universitas Sumatera Utara
b. Memperbaiki status gizi c. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan
d. Memperbaiki kinerja tenaga kesehatan e. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah
Selain itu, kegiatan MTBS memiliki tiga komponen yang khas serta menguntungkan,yaitu :
1. Memperbaiki sistem kesehatan perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan dalam satu kali pemeriksaan MTBS.
2. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan. 3. Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan dalam tata laksana kasus balita sakit
selain dokter, tenaga kesehatan non dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien apabila sudah dilatihan
2.3.5 Materi MTBS