b. Untuk pencetakan jumlah KNI sesuai jumlah kunjungan baru balita sakit dalam
sebulan ditambah perkiraan jumlah bayi baru lahir dalam sebulan. c.
Selama tahap awal penerapan MTBS, cetak formulir pencatatan dan KNI untuk memenuhi kebutuhan 3 bulan pertama.
3. Penyesuaian alur pelayanan Salah satu konsekuensi penerapan MTBS di puskesmas adalah waktu
pelayanan menjadi lebih lama. Untuk mengurangi waktu tunggu bagi balita sakit, harus ada penyesuaian alur pelayanan agar memperlancar pelayanan. Penyesuaian
alur pelayanan balita sakit harus disepakati oleh seluruh tenaga kesehatan yang ada di puskesmas, pembahasan dilakukan pada saat diseminasi informasi. Penyesuaian alur
pelayanan MTBS disusun menggunakan model ban berjalan yaitu balita sakit menjalani langkah-langkah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang
berbeda. Adapun alur pelayanan yang diterima oleh balita sakit : a. Pendaftaran
b. Pemeriksaan dan konseling c. Pemberian tindakan yang diperlukan
d. Pemberian obat e. Rujukan bila diperlukan Depkes RI, 2008
2.4.2 Penerapan MTBS di Puskesmas
Seluruh balita sakit yang datang ke puskesmas diharapkan ditangani dengan pendekatan MTBS, bila jumlah kunjungannya tidak banyak kurang dari 10 kasus per
hari. Akan tetapi bila perbandingan jumlah tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS dan jumlah kunjungan balita sakit per hari cukup besar maka penerapan
Universitas Sumatera Utara
MTBS di puskesmas dilakukan secara bertahap, hal ini tergantung kepada apakah tenaga tersebut juga dibebani untuk menangani pasien yang bukan balita, kegiatan ke
posyandu, dan lain-lain Depkes RI, 2008. Sebagai acuan dalam pentahapan penerapan adalah sebagai berikut :
a. Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 10 orang per hari pelayanan MTBS dapat diberikan langsung kepada seluruh balita.
b. Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 11-20 balita per hari, memberikan pelayanan 50 kepada kunjungan balita sakit pada tahap awal dan setelah 3 bulan
pertama diharapkan seluruh balita sakit mendapatkan pelayanan MTBS. c. Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 21-50 balita per hari, memberikan
pelayanan MTBS kepada 25 kunjungan balita sakit pada tahap awal dan setelah 6 bulan pertama diharapkan seluruh balita sakit mendapatkan pelayanan MTBS
Depkes,2008.
Universitas Sumatera Utara
Datang Datang
Gambar 2.1 Alur Pelayanan penanganan penyakit dengan MTBS yang diberikan oleh 3 orang tenaga kesehatan
2.4.3 Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pelayanan
Pencatatan dan pelaporan di puskesmas yang menerapkan MTBS sama dengan puskesmas yang lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas SP3. Dengan demikian semua pencatatan dan pelaporan yang digunakan tidak perlu mengalami perubahan. Perubahan yang perlu dilakukan adalah konvensi
Petugas 1. di loket : Mengisi formulir MTBS
Identitas dan status kunjungan
Pendaftaran +
Memberi formulir MTBS + Family folder
1.
Pemeriksaan Memeriksa dan membuat klasifikasi , identifikasi pengobatan
2. Konseling cara pemberian obat di rumah , kapan kembali, pemberian
makan
3. Pemberian kode diagnose dalam
SP3
4. Tindakan yang diperlukan
pengobatan pra rujukan dan imunisasi Petugas 2. di ruang
periksa melakukan seluruh langkah sejak
Pengukuran suhu bada
Penimbangan berat badan
hingga konseling
Pemberian Obat Rujuk
Pulang
Petugas 3. Di Apotek
Universitas Sumatera Utara
klasifikasi MTBS ke dalam kode diagnosis dalam SP3 sebelum masuk ke dalam sistem pelaporan.
2.4.3.1 Pencatatan Hasil Pelayanan
Pencatatan hasil pelayanan, yaitu kunjungan, hasil pemeriksaan sampai penggunaan obat yang tidak memerlukan catatan khusus. Pencatatan yang telah ada
di puskesmas digunakan sebagai alat pencatatan. Alat pencatatan yang dapat digunakan adalah :
a. Register kunjungan b. Register rawat jalan
c. Register kohort bayi d. Register kohort balita
e. Register imunisasi f. Register malaria, demam berdarah dengue, diare, ISPA, gizi, dll
g. Register Obat
2.4.3.2 Pelaporan Hasil Pelayanan
Pelaporan yang digunakan adalah : a. Laporan bulanan 1Laporan bulanan data kesakitan LB1
b. Laporan pemeriksaan dan lembar permintaan obat LPLPO c. Laporan bulanan gizi, KIA, Imunisasi dan P2M LB3
d. Laporan Minggu Diare e.Laporan kejadian luar biasa
Diperlukan konvensi dari klasifikasi ke dalam bentuk diagnose dan menggunakan penomoran kode LB1 Depkes RI, 2008
Universitas Sumatera Utara
2.5 Penatalaksanaan Pneumonia dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit 2.5.1 Penilaian dam Klasifikasi Anak Sakit
i. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah anaknya Bagan MTBS tidak digunakan bagi anak sehat yang dibawa untuk imunisasi
atau bagi anak dengan keracunan, kecelakaan atau luka bakar. Tentukan apakah kunjungan merupakan kunjungan pertama atau kunjungan ulang
ii. Memeriksa tanda bahaya umum Periksa tanda bahaya umum pada anak sakit. Anak dengan tanda bahaya
umum memiliki masalah kesehatan serius dan sebagian besar perlu segera dirujuk. Tanda bahaya umum adalah:
a. Tidak bisa minum atau menyusui b. Memuntahkan semuanya
c. Kejang d. Letargis atau tidak sadar
iii. Penilaian dan klasifikasi batuk atau sukar bernapas Anak dengan batuk atau sukar bernapas mungkin menderita pneumonia atau
infeksi saluran pernapasan berat lainnya. Anak yang menderita pneumonia, paru mereka menjadi kaku, sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas cepat, agar tidak
terjadi hipoksia kekurangan oksigen. Apabila pneumonia bertambah parah, paru akan bertambah kaku dan timbul tarikan dinding dada ke dalam.
a. Menilai batuk atau sukar bernapas Anak yang batuk atau sukar bernapas dinilai untuk: Sudah berapa lama anak
batuk atau sukar bernapas, Napas cepat, Tarikan dinding dada ke dalam,
Universitas Sumatera Utara
Stridor Depkes, 2008. b. Klasifikasi batuk atau sukar bernapas
Pada umumnya klasifikasi mempunyai tiga lajur : 1. Klasifikasi pada lajur merah muda berarti anak memerlukan perhatian dan
harus segera dirujuk. Ini adalah klasifikasi yang berat 2. Klasifikasi pada lajur kuning berarti anak memerlukan tindakan khusus,
misalnya pemberian antibiotik, antimalaria, cairan dengan pengawasan atau pengobatan lainnya
3. Klasifikasi pada lajur hijau berarti anak tidak memerlukan tindakan medis khusus, tenaga kesehatan mengajari ibu cara merawat anak di rumah.
Ada tiga kemungkinan klasifikasi bagi anak dengan batuk atau sekedar bernapas
Tabel 2.1 Gejala dan Klasifikasi Pneumonia Pada Anak Umur 2 Bulan-5 Tahun
GEJALA KLASIFIKASI
Ada tanda bahaya umum atau Tarikan dinding dada ke dalam atau
Stridor PNEUMONIA BERAT atau
PENYAKIT SANGAT BERAT
Napas cepat PNEUMONIA
Tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat
BATUK : BUKAN PNEUMONIA
Universitas Sumatera Utara
2.6 Fokus Penelitian
Pada prinsinya keberhasilan implementasi pneumonia dengan manajemen terpadu balita sakit MTBS dapat di ukur melalui indikator masukan input, proses
process, dan luaran output. Oleh karena itu fokus penelitian dapat disusun sebagai berikut :
Gambar 2.2 Fokus Penelitian Berdasarkan gambaran diatas, dapat dirumuskan bahwa definisi focus
penelitian sebagai berikut : 1.
Masukan input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam implementasi pneumonia dengan MTBS agar dapat berjalan dengan baik, meliputi : Tenaga
Kesehatan; Pendanaan; Sarana, Prasarana dan Peralatan. a. Tenaga adalah ahli kesehatan yang telah mendapat pelatiham dalam MTBS dan
menerapkan MTBS dalam implementasi balita yang menderita pneumonia. b. Pendanaan adalah adanya materi dalam bentuk uang yang digunakan untuk
pelaksanaan MTBS. c. Sarana, Prasarana dan peralatan termasuk didalamnya yaitu: obat, peralatan
untuk pemeriksaan, formulir MTBS, kartu nasihat ibu KNI, dan ruangan Input :
1. Tenaga Kesehatan 2.Pendanaan
3.Sarana, Prasarana dan peralatan
Process : Implementasi
penanganan Pneumonia dengan
MTBS Output :
Balita Pneumonia ditangani dengan
MTBS
Universitas Sumatera Utara
khusus untuk MTBS yang mendukung terlaksananya implementasi pneumonia dengan MTBS.
2. Proses Process adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, meliputi : Penilaian dan klasifikasi balita sakit. 3.
Keluaran output adalah hasil dari sesuatu implementasi pneumonia dengan menggunakan manajemen terpadu balita sakit MTBS, diharapakan semua balita
yang menderita pneumonia dapat ditangani dengan MTBS.
Universitas Sumatera Utara
42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang
implementasi pneumonia dengan manajemen terpadu balita sakit MTBS di Puskesmas Bandar Khalipah. Pendekatan kualitatif menurut Frey et al yang dikutip
oleh Herdiansyah 2012 adalah penelitian yang bertujuan untuk menangkap dan memberi gambaran terhadap suatu fenomena, sebagai metode untuk mengeksplorasi
fenomena, dan sebagai metode untuk memberikan penjelasan dari suatu fenomena yang diteliti.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang, dengan pertimbangan yaitu :
1. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bandar Khalipah di Kabupaten Deli Serdang yang menerapkan MTBS dan mempunyai tenaga kesehatan yang terlatih
MTBS. 2. Puskesmas Bandar Khalipah memiliki angka penemuan dan penanganan penderita
pneumonia tahun 2013 sebanyak 31,1 dan pada tahun 2014 dan ada kenaikan jumlah penderita menjadi 36,7 balita dari perkiraan penderita. Jumlah balita di
wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah adalah 20.633 balita.
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Waktu Penelitian