5.1.2 Dana
Adanya keterbatasan sumber daya dapat menghambat pelaksanaan suatu kebijakan. Semakin besar dana yang dikeluarkan untuk memperbaiki sebuahprogram,
maka hasilnya pun akan semakin efektif, apabila dana yang diberikan seefisien mungkin dan semakin kecilnya dana yang digunakan untuk sebuah program, maka
program hanya akan berjalan lambat, dan hasilnya pun tidak akan efisien. Oleh sebab itu dengan dana yang minim tenaga kesehatan tidak dapat menjalankan tugasnya
dalam menangani balita sakit karena pneumonia dengan menggunakan MTBS di wilayah puskesmas Wibowo, 2008.
Dana yang mendukung pelaksanaan MTBS di Puskesmas ada akan tetapi sangat minim karena harus berbagi dengan program anak lain. Dana tersebut berasal
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Maka dari itu untuk pelaksanaan tugas keluar serta untuk perbaikan fasilitas pelaksanaan MTBS, penambahan alat,
transportasi tenaga kesehatan untuk kunjungan ke rumah ke rumah-rumah tidak ada. Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil, dan berkesinambungan memegang
peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan disuatu negara
diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses serta pelayanan yang berkualitas. Oleh karena itu, reformasi kebijakan kesehatan disuatu negara
seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan, pemerataan, efisiensi dan efektivitas
dari pembiayaan kesehatan itu sendiri Husni dkk,2012.
5.1.3 Sarana, Prasarana dan Peralatan
Universitas Sumatera Utara
Sarana, Prasarana dan Peralatan yang dapat digunakan untuk pelaksanaan suatu program dan dapat menunjang kelancaran suatu program. Fasilitas harus ada
pada setiap puskesmas dan harus dalam kondisi yang baik ukurannya pasti atau tidak rusak, fasilitas harus ada pada setiap Puskesmas untuk membantu para petugas
puskesmas melaksanakan kegiatannya Wibowo, 2008. Sebenarnya tidak banyak peralatan dan obat-obatan yang diperlukan untuk terlaksananya MTBS. Peralatan
yang diperlukan antara lain timer untuk menghitung nafas, kalaupun tidak ada bisa memakai arloji dengan jarum detik, termometer, timbangan badan, tensi atau manset
anak. Obat-obatan yang digunakan dalam penanganan balita sakit adalah obat yang sudah lazim ada. Bahan cetakan juga diperlukan dalam pelaksanaan MTBS, meliputi
formulir MTBS, Kartu Nasehat Ibu KNI, buku bagan. Sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Bandar Khalipah cukup tersedia
walaupun ada beberapa sarana yang belum tersedia, sehingga penanganan pneumonia dengan MTBS belum dapat berjalan dengan baik. Adapun sarana dan prasarana yang
sudah tersedia yaitu obat untuk pneumonia, timbangan bayi dan balita, KNI, modul MTBS, dan formulir MTBS. Adapun sarana yang belum tersedia yaitu ruangan
khusus untuk MTBS, KNI, pipa lambung stateskop, alat hitung pernapasan balita, dan alat pengisap lendir untuk kasus berat. Kelengkapan sarana dan prasarana dijelaskan
oleh penelitia Ardani 2010, yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kader dan sarana prasarana dengan keberhasilan berjalannya suatu
program. Pada pelaksanaan perawatan anak sakit, penggunaan buku bagan merupakan
pedoman yang digunakan oleh tenaga kesehatan untuk memberikan tindakan dan
Universitas Sumatera Utara
pengobatan bagi anak sakit. Bagan dan modul MTBS yang dijadikan pedoman untuk pelaksanaan MTBS adalah modul MTBS tahun 2014 Pada pelaksanaan proses
manajemen kasus MTBS penggunaan formulir MTBS dan pengisian secara lengkap sangat menentukan keberhasilan penerapan proses manajemen kasus dalam rangka
menangani balita sakit dan bayi muda secara komprehensif di fasilitas pelayanan kesehatan dasar Depkes RI, 2008. Formulir yang digunakan dalam pelaksanaan
MTBS di Puskesmas Bandar Khalipah adalah formulir yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang diberikan pada tahun 2004 pada saat pelatihan
MTBS ke tenaga kesehatan, jika MTBS berjalan dengan baik maka seharusnya formulir MTBS sudah diganti dengan formulir yang baru.
KNI diberikan oleh tenaga kesehatan pada saat konseling yang berguna bagi si ibu sebagai panduan dalam merawat balita sakit di rumah. Puskesmas Bandar
Khalipah melakukan konseling kepada ibu balita secara langsung atau lisan, ini disebabkan karena tidak tersedianya KNI sebagai perantara dalam pemberian
konseling kepada ibu. Puskesmas Bandar Khalipah belum memiliki ruangan khusus untuk ruang
MTBS. Saat ini penanganan penyakit balita dengan MTBS dilaksanakan di ruangan poli anak. Di ruangan poli anak ada sekitar 2 orang tenaga kesehatan dengan
tanggung jawab mengelola program yang berbeda-beda. Manajemen yang baik adalah juga melakukan penataan ruangan tempat para tenaga akan bekerja. Tujuan
akhir dari pengaturan ruangan ini adalah untuk memperlancar komunikasi kerja tenaga kesehatan serta mempermudah koordinasi dan pengawasan dan dengan
demikian meningkatkan efisiensi penggunaan waktu pada khususnya dan efisiensi
Universitas Sumatera Utara
kerja pada umumnya. Memberikan rasa nyaman dan senang bekerja kepada tenaga kesehatan, memberikan kesan yang baik terhadap para pasien.
5.2 Proses