68
B. Hasil analisi dan pembahasan
1. Uji Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai
maksimum, minimum dan rata-rata masing-masing variabel penelitian yang digunakan. Alat yang digunakan untuk
mendeskripsikan variabel dalam penelitian ini adalah nilai minimum, maksimum, rata-rata mean dan standar deviasi.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi earning management yang diproksikan dengan
discretionary accrual, corporate governance yang diukur dengan dewan
komisaris, kepemilikan
manajerial, kepemilikan
institusional dan klasifikasi akuntan publik serta ukuran perusahaan yang merupakan variabel independen terhadap nilai
perusahaan yang diukur dengan menggunakan harga saham penutupan yang merupakan variabel dependen. Hasil pengujian
variabel-variabel tersebut secara deskriptif dijelaskan seperti berikut ini :
a. Earning management Berdasarkan perhitungan dengan rumus model Jones
yang dimodifikasi Riahi-Belkoui, 2007 maka didapat hasil perhitungan statistik deskriptif manajemen laba tahun 2008,
2009, 2010, dan 2011 dengan spss 16.0 sebagai berikut :
69
Sumber: data diolah Berdasarkan hasil statistik deskriptif diatas, terlihat
bahwa nilai minimum dari earning management yang diproksikan dengan discretionary accrual sebesar -1,19 yang
membuktikan besaran income descreasing salah satu model manajemen laba dengan tujuan agar laba terlihat lebih kecil dari
yang seharusnya, sedangkan nilai maksimum 1,80 membuktikan bahwa income increasing yang termasuk pola manajemen laba
telah dilakukan didalam perusahaan sampel, hal ini didukung oleh bonus plan hypotesis, bahwa manjer meningkatkan laba
dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba. Standar deviasi pada tabel menunjukkan kemiringan
data pada nilai 0,27433 dengan nilai rata – rata populasi -0,0042 nilai mean ini dibawah nilai dari standar deviasi hal ini
menunjukkan bahwa data tidak terdapat outliet Sujianto, 2009. Tabel 4.2
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Earning
336 -1.19
1.80 -.0042
.27433 Valid N listwise
336
70
b. Jumlah Dewan komisaris Dewan
komisaris adalah
proksi dari
corporate governance yang diukur berdasarkan jumlah dewan komisaris
yang ada dalam suatu perusahaan. Hasil perhitungan statistik deskriptif untuk jumlah dewan komisaris selama tahun periode
penilitian dengan SPSS 16.0 adalah sebagai berikut : Table 4.3
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Komisaris
336 2.00
11.00 4.3185
1.82595 Valid N listwise
336
Sumber : data sekunder diolah Dari hasil pengujian table 4.3 menunjukkan bahwa nilai
minimum komisaris independen sebesar 2,00 atau 2 orang yang dimiliki oleh PT. Inti Keramik Alam Asri Industri.Tbk dan PT
Beton Jaya Manunggal. Tbk selama periode 2008-2011 dan nilai maksimum sebesar 11,00 atau 11 orang yang dimiliki oleh PT
Astra Internasional. Tbk pada tahun 2010 dan 2011. Nilai mean sebesar 4,3185 atau 4 orang dan standar deviasi dari dewan
komisaris independen sebesar 1,82595 atau 2 orang.
71
c. Kepemilikan institusional Kepemilikan saham institusioal diukur dari jumlah
persentase saham yang dimiliki oleh institusi disetiap perusahaan. Maka hasil statistik deskriptif kepemilikan saham
institusional adalah sebagai berikut : Table 4.4
Descriptive Statistics
Sumber : data diolah Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa sampel yang
kepemilikan saham institusionalnya terbesar adalah PT. Bentoel Internasional Investama Tbk ditahun 2010 yaitu sebesar 99,14
dan sampel dengan proporsi kepemilikan saham institusional terkecil adalah PT. Beton Jaya Manunggal Tbk pada tahun
2008-2009. Untuk besaran rata-rata komposisi saham yang dimiliki oleh pihak institusional dari banyaknya jumlah data
yang diteliti sebesar 71,59. standar deviasi dari kepemilikan saham institusional sebesar 19,03245, nilai ini menunjukkan
besarnya keragaman dari kepemilikan saham instituonal yang diteliti.
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation institusional
336 .00
99.14 71.5869 19.03245
Valid N listwise 336
72
d. Kepemilikan Manajerial Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial diukur
dengan dummy variable, apabila ada kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka akan dinilai satu jika tidak maka nol.
hasil statistik deskriptif kepemilikan manajerial adalah sebagai berikut :
Table 4.5
Sumber: data diolah variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum
sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 100. Nilai rata- rata variabel ini adalah sebesar 0,2411 dengan standar deviasi
sebesar 0,42837. Hal ini berarti bahwa manajer perusahaan memiliki 24 saham dari seluruh saham perusahaan.
e. Klasifikasi Akuntan Publik Klasifikasi akuntan publik dalam penelitian ini
menggunakan dummy variable. Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 maka akan dinilai satu, sedangkan jika tidak diaudit
oleh KAP Big 4 makan nilainya nol. hasil statistik deskriptif klasifikasi akuntan publik adalah sebagai berikut :
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Manajerial
336 .00
1.00 .2411
.42837 Valid N listwise
336
73
Table 4.6
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation Kap
336 .00
1.00 .4077
.49215 Valid N listwise
336
Sumber : data sekunder diolah Variabel klasifikasi akuntan publik memiliki nilai
minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 100. Nilai rata-rata variabel ini adalah sebesar 0,4077 sedangkan nilai
standar devisasi sebesar 0,49215. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata menggunakan kalsifikasi akuntan
publik yang berkualitas sebesar 40. Penggunaan akuntan publik
yang berkualitas akan
mengurangi kesempatan perusahaan untuk melakukan kecurangan dalam menyajikan
informasi yang tidak akurat. f. Ukuran perusahaan
Menurut Yenny Charlemagne 2005 dalam Asnawi dan Wijaya 2006, ukuran perusahaan berdasarkan total assets
dikategorikan menjadi dua kriteria, yaitu : 1. Perusahaan besar, kriterianya : total assets lebih besar dari
400 milliar. 2. Perusahaan kecil, kriterianya : total assets lebih kecil dari 400
milliar.
74
Variabel ukuran perusahaan berdasarkan total assets dibentuk menjadi variabel dummy, yaitu : perusahaan besar
dengan nilai dummy 1 dan perusahaan kecil dengan nilai dummy 0. Hasil statistik deskriptif ukuran perusahaan adalah sebagai
berikut : Tabel 4.7
V a
r i
sumber: data diolah Tabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum
sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 100. Nilai rata- rata variabel ini adalah sebesar 0,7411 sedangkan nilai standar
devisasi sebesar 0,4387. Hal ini berarti perusahaan sampel dapat dikategorikan
dalam perusahaan
besar dengan
tingkat persebaran data sebesar 0,4387 karena memiliki nilai standar
deviasi yang lebih kecil dari nilai rata – rata 0,43870 0,7411, sehingga dapat disimpulkan hampir semua perusahaan sampel
memiliki ukuran perusahaan yang sama.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation Size
336 .00
1.00 .7411
.43870 Valid N listwise
336
75
g. Nilai perusahaan Nilai perusahaan di-proksi-kan harga saham penutupan
sebagai dasar perhitungannya. Adapun hasil perhitungan statistik deskriptif nilai perusahaan adalah sebagai berikut :
Table 4.8
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Mean Std. Deviation
Nilai 336
1.06 1620.00
2.39722 292.33617
Valid N listwise 336
Sumber : data sekunder diolah Dilihat dari tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa nilai
minimum nilai perusahaan sebesar 1,06 sedangkan nilai maksimum sebesar 1620 dan mean sebesar 2,39722 dengan
standar deviasi 292,33617. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang digunakan sampel memiliki nilai positif
meningkat. Homongan Siallagan dan Mas’ud Machfoedz 2006.
2. Uji asumsi klasik a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode propability-plot p-plot, pengujian ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal.
76
Pengujian normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah data telah berdistribusi normal atau
tidak, adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 P- plot
Dari gambar 4 memperlihatkan penyebaran data yang ada disekitar dan mengikuti garis diagonal. Ini menunjukkan
bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikoloniearitas
Multikolonealitas menunjukkan apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar variabel independennya. Terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi
77
adanya masalah multikolinearitas, salah satu metodenya ialah dengan melihat nilai korelasi parsial.
Uji multikolinearitas
dengan korelasi
parsial dilakukan
dengan membandingkan
antara koefesien
determinasi keseluruhan dengan nilai koefesien korelasi parsial semua variabel bebasnya. Jika nilai koefesien
determinasi keseluruhan lebih besar dari nilai koefesien parsial semua variabel bebasnya maka model tersebut tidak
mengandung gejala multikolinearitas Suliyanto, 2011: 88. Hasil uji multikolonieritas terhadap data ditunjukkan
pada tabel berikut ini : Tabel 4.9
Hasil uji multikolinearitas
Summary
b
M o
d e
l
Sumber : data diolah Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .772
a
.596 .589
.27104
78
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Correlations B
Std. Error
Beta Zero-
order Partial
Part 1 Constant
.394 .017 23.099
.000 Earning
-.061 .028 -.114 -2.187
.029 .471
-.120 -.077
Komisaris -.059 .052
-.041 -1.124 .262
.082 -.062
-.039 Institusional
.188 .025 .267
7.463 .000
.376 .380
.261 Manajerial
-.011 .018 -.021
-.599 .549
.016 -.033
-.021 Kap
-.167 .087 -.204 -1.929
.055 .659
-.106 -.068
Ukuran .778 .098
.954 7.958
.000 .721
.402 .279
Sumber : data sekunder diolah Berdasarkan output pada model summary terlihat
bahwa koefesien determinasi secara keseluruhan adalah sebesar 0.596 sedangkan untuk nilai korelasi parsial yang
terlihat bahwa nilai-nilainya tidak ada yang lebih besar dari koefesien determinasi keseluruhannya, hal ini menunjukkan
bahwa model regresi yang terbentuk tidak terjadi gejala multikolinearitas.
c. Uji Autokolerasi Untuk mengetahui ada tidaknya masalh autokorelasi
digunakan uji Durbin Watson. Uji D-W hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat stud an mensyaratkan adanya
intercept konstanta dalam model regersi dan tidak ada
79
variabel lagi diantara variabel independen Ghozali, 2005: 96.
Panduan mengenai angka D-W untuk mendeteksi autokorelasi biasa dilihat pada table D-W, yang biasa dilihat
pada buku stastistik yang relevan. Namun demikian secara umum biasa diambil patokan Santoso, 2000: 219 :
1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi 3. Angka D-W di atas +2 berarti ada Autokorelasi negatif
Tabel 4.10 Hasil uji autokolerasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-
Watson 1
.772
a
.596 .589
.27104 1.900
Sumber: Data Diolah Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
Durbin- Watson sebesar 1,900. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Durbin –Watson berada diantara -2 sampai +2, artinya
tidak ada masalah autokorelasi dalam penelitia ini. Ukuran yang diambil berdasarkan sumber Singgih Santoso 2000:
219.
80
d. Uji heterokedastisitas Heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Hasil
pengujian dapat diamati dengan menggunakan grafik scatterplot.
Gambar 4.2 Hasil uji heterokedastisitas
Gambar 4.2 Hasil uji heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplot diatas terlihat bahwa titik- titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas
maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi yang dipakai.
81
3. Koefesien determinasi adjusted R² Koefesien determinasi bertujuan untuk menerangkan
seberapa jauh kemampuan variabel-variabel independen menjelaskan
variabel dependen.
Kelemahan dalam
menggunakan R² adalah adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model.
Dalam penelitian ini digunakan nilai adjusted R² untuk mengukur
kemampuan variabel-variabel
independen menjelaskan variabel dependen.
Tabel 4.11 Hasil analisis adjusted R²
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.772
a
.596 .589
.27104
Sumber : data sekunder diolah Tabel 4.11 menunjukkan nilai R² sebesar 0.723. hal
ini berarti nilai perusahaan sebagai variabel dependen yang diproksikan dengan harga saham dapat dijelaskan oleh
variabel independen yang diproksikan dengan earning management,
kepemilikan institusional,
kepemilikan managerial, klasifikasi akuntan publik, jumlah komisaris
independen dan ukuran perusahaan sebesar 72. sedangkan sisanya 28 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diikutsertakan dalam model seperti manajemen resiko,
82
leverage Uyun, 2011, bonus kompensasi, komite audit dan ukuran dewan direksi Praditha, 2011, serta corporate social
responsibility Permanasari, 2010. 4. Uji hipotesis
a. Uji Individu uji t Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh
variabel-variabel independen secara individu menerangkan variabel dependen ghozali, 2005. Berikut pengujiannya :
Tabel 4.12 Hasil uji regresi variabel
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error
Beta 1
Constant .394
.017 23.099
.000 Earning
-.061 .028
-.114 -2.187 .029
Komisaris -.059
.052 -.041 -1.124
.262 Institusional
.188 .025
.267 7.463
.000 Manajerial
-.011 .018
-.021 -.599
.549 Kap
-.167 .087
-.204 -1.929 .055
Ukuran .778
.098 .954
7.958 .000
Sumber : data sekunder diolah Berdasarkan tabel 4.12 diatas maka persamaan
regresinya dapat dirumuskan sebagai berikut: Y =
0,394 – 0,061
−
0,059
₂
+ 0,188 D
−
0,011 D
−
0,167 + 0,778
D
+ e
83
Untuk menguji hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak dengan melihat tingkat signifikasi pada kolom sig di
tabel 4.12 maka hipotesis penelitian tentang pengaruh antar variabel .dependen dan variabel independen secara individu
dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Earning management terhadap nilai perusahaan
Hasil pengujian hipotesis 1 mengenai pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan menunjukkan
koefesien 0,114 nilai t sebesar -2,187 dengan signifikansi sebesar 0,029. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih
kecil dari 0,05. Dengan demikian variabel earnings management mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, hipotesis 1 yang
menyatakan bahwa
earning management
berpengaruh terhadap nilai perusahaan diterima. Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan
oleh Paramita 2008, Diah Ayu Pratiwi 2010 yang menyatakan bahwa earning management mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan agency theory bahwa hubungan
keagenan dapat menimbulkan konflik kepentingan antara pemilik investor dan manajer agen. Kontrak dibuat
dengan harapan dapat meminimalisir konflik kepentingan
84
tersebut. Hasil penlitian ini menemukan bahwa tindakan earning management yang dilakukan oleh manajer tidak
akan memberikan reaksi yang menguntungkan yang nantinya
akan berdampak
pada penurunan
nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham itu sendiri,
sehingga ketika tujuan yang dimiliki antara pihak manajemen dan pihak pemodal berbeda maka konflik
keagenan tidak dapat dihindari dalam perusahaan tersebut. Pihak manajemen akan merugikan pemilik modal
dengan berperilaku tidak etis dan opportunistic yang dapat memberikan dampak pada kualitas labai. Laba yang
bersifat oportunis yang memiliki kualitas rendah tidak akan mewakili informasi yang sebenarnya yang tentunya
akan sangat merugikan bagi para investor dan juga perusahanan sebab hal ini berhubungan dengan nilai dari
perusahaan tersebut yang tercermin dari harga saham yang ditransaksikan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Theresia 2005 Ujiyanto dan
Pramuka 2007. Earning management discrecionary accrual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan.
85
2 Jumlah Dewan Komisaris terhadap nilai perusahaan Dari hasil uji t pada tabel 4.12 menunjukkan nilai
koefesien sebesar 0,041 dengan nilai t sebesar -1,124 dan nilai signifikan dewan komisaris sebesar 0,262. Nilai
signifikansi pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. yang berarti dewan komisaris tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sylvia 2005 dan Rizal 2008 yang menyatakan bahwa dewan komisaris tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun
penelitian ini
bertentangan dengan
penelitian yang dilaukuan oleh Mas’ud dan Hamonangan 2006 yang menyatakan bahwa dewan komisaris
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
3 Kepemilikan institusional terhdap nilai perusahaan Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan koefesien
0,267 nilai t sebesar 7,463 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih
kecil dari 0,05, yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
86
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan, kartika 2007 Rizal 2008 dan Diah Ayu
Pratiwi 2010 serta Serli 2011 yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hal ini mungkin dikarenakan pihak institusional dapat mengontrol perusahaan dengan lebih
teliti sehingga kemungkinan manajemen melakukan manajemen laba dapat dikurangi yang pada akhirnya akan
meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut. Namun
penelitian ini
bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz 2003 yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
tidak berpengaruh sigtifikan terhadap nilai perusahaan. 4 Kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial memiliki tingkat koefesien 0,021. nilai t
sebesar -0,599 dan signifikansi sebesar 0,549. tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ho
diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Permanasari 2010 yang menyatakan bahwa kepemilikan
87
manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga dengan penelitian
Rustendi dan Jimmy 2008. Penolakan hipotesis ini kemungkinan terjadi dikarenakan kepemilikan manajerial
terlalu rendah sehingga kinerja manajer dalam mengelola perusahaan kurang optimal dan manajer sebagai pemegang
saham minoritas belum dapat berpartisipasi aktif dalam membuat suatu keputusan diperusahaan, sehingga tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Gudono 2000 dan Mehran 1994. Kedua peneliti
tersebut menyatakan
bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
5 Klasifikasi akuntan publik terhadap terhadap nilai perusahaan
Variabel klasifikasi akuntan publik memiliki nilai koefesien sebesar 0, 204 dengan nilai t sebesar -1,929 dan
nilai signifikansi sebesar 0, 055. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti
klasifikasi akuntan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
88
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Utama 2006 menyatakan
bahwa KAP tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi atau bagusnya kualitas dari auditor tidak
berpengaruh terhadapi
nilai perusahaan.
Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor bereputasi dipercaya
lebih berkualitas sehingga dapat menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, namun investor tidak terlalu
merespon hal ini. Investor cenderung melihat peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris dalam
meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut. Namun, Penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Herawaty 2008 yang menyatakan bahwa klasifikasi akuntan publik yang diukur
dengan KAP Big 4 dan Non big 4 berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
6 Ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan Ukuran perusahaan memiliki nilai koefesien
sebesar 0, 954 dengan nilai t sebesar 7,958 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 Nilai signifikansi pengujian
tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa Ha dierima dan Ho ditolak. hasil tersebut menunjukkan bahwa
89
variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi 0,05.
Ukuran perusahaan dapat diproksi melalui Total Asset TA atau kekayaan perusahaan pada akhir tahun
Taswan, 2003. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar maka pihak manajemen akan lebih leluasa dalam
menggunakan asset yang ada di perusahaan tersebut. Kemudahan dalam mengendalikan asset perusahaan akan
meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga, investor cenderung menyukai perusahaan yang dengan kemampuan
memunculkan dana yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Hanung 2007 serta Herawaty
2008, yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dimana
semakin besar ukuran suatu perusahaan maka nilai perusahaan akan semakin meningkat. Temuan ini
menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan ukuran perusahaan dalam membeli saham. Ukuran perusahaan
dijadikan patokan bahwa perusahaan tersebut mempunyai nilai perusahaan yang baik.
90
Namun hasil ini berbeda dengan penelitian Darmawati 2005 maupun penelitian Siallagan dan
Mas’ud 2006 yang
menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. b. Uji simultan uji F
Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi pada kolom sig dan
nilai F tabel. Hasil analisis regresi disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.13 Hasil uji simultan
ANOVA
b
Model Sum of
Squares df
Mean Square
F Sig.
1 Regression
35.723 6
5.954 81.046 .000
a
Residual 24.169
329 .073
Total 59.892
335
Sumber : data sekunder yang diolah Dari hasil analisis regresi tersebut, didapat nilai F
tabel adalah 81,046 dengan tingkat signifikansi 0,001 oleh karna lebih kecil dari 0,05 maka model regresi panelitian
ini dapat dipakai untuk memprediksi nilai perusahaan. Berdasarkan tingkat signifikansi dari tabel 4.13 tersebut
lebih kecil dari 0,05 bararti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara
simultan bersama-sama earning management, jumlah
91
dewan komisaris, kepemillikan institusional, kepemilikan manajerial, klasifikasi akuntan publik dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain, model regresi yang terbentuk adalah
signifikan.
93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan