68
B. Hasil analisi dan pembahasan
1.  Uji Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai
maksimum,  minimum  dan  rata-rata  masing-masing  variabel penelitian  yang  digunakan.  Alat  yang  digunakan  untuk
mendeskripsikan  variabel  dalam  penelitian  ini  adalah  nilai minimum, maksimum, rata-rata mean dan standar deviasi.
Variabel-variabel  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini meliputi  earning  management  yang  diproksikan  dengan
discretionary accrual, corporate governance yang diukur dengan dewan
komisaris, kepemilikan
manajerial, kepemilikan
institusional  dan  klasifikasi  akuntan  publik  serta  ukuran perusahaan    yang  merupakan  variabel  independen  terhadap  nilai
perusahaan  yang  diukur  dengan  menggunakan  harga  saham penutupan  yang  merupakan  variabel  dependen.  Hasil  pengujian
variabel-variabel  tersebut  secara  deskriptif  dijelaskan  seperti berikut ini :
a.  Earning management Berdasarkan  perhitungan  dengan  rumus  model  Jones
yang  dimodifikasi  Riahi-Belkoui,  2007  maka  didapat  hasil perhitungan  statistik  deskriptif  manajemen  laba  tahun  2008,
2009, 2010, dan 2011 dengan spss 16.0 sebagai berikut :
69
Sumber: data diolah Berdasarkan    hasil  statistik  deskriptif  diatas,  terlihat
bahwa  nilai  minimum  dari  earning  management  yang diproksikan  dengan  discretionary  accrual  sebesar    -1,19  yang
membuktikan  besaran  income  descreasing  salah  satu  model manajemen laba dengan tujuan agar laba terlihat lebih kecil dari
yang seharusnya, sedangkan nilai maksimum 1,80 membuktikan bahwa  income  increasing  yang  termasuk  pola  manajemen  laba
telah  dilakukan  didalam  perusahaan  sampel,  hal  ini  didukung oleh  bonus  plan  hypotesis,  bahwa  manjer  meningkatkan  laba
dengan  tujuan  untuk  memperoleh  bonus  yang  dihitung  atas dasar laba. Standar deviasi pada tabel menunjukkan kemiringan
data pada nilai 0,27433 dengan nilai rata – rata populasi -0,0042 nilai    mean  ini  dibawah  nilai  dari  standar  deviasi  hal  ini
menunjukkan bahwa data tidak terdapat outliet Sujianto, 2009. Tabel 4.2
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Earning
336 -1.19
1.80 -.0042
.27433 Valid N listwise
336
70
b.  Jumlah Dewan komisaris Dewan
komisaris adalah
proksi dari
corporate governance  yang    diukur  berdasarkan  jumlah  dewan  komisaris
yang  ada  dalam  suatu  perusahaan.  Hasil  perhitungan  statistik deskriptif  untuk  jumlah  dewan  komisaris  selama  tahun  periode
penilitian dengan SPSS 16.0 adalah sebagai berikut : Table 4.3
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Komisaris
336 2.00
11.00 4.3185
1.82595 Valid N listwise
336
Sumber : data sekunder diolah Dari  hasil pengujian table 4.3  menunjukkan  bahwa nilai
minimum komisaris independen sebesar 2,00 atau 2 orang  yang dimiliki  oleh  PT.  Inti  Keramik  Alam  Asri  Industri.Tbk  dan  PT
Beton Jaya Manunggal. Tbk selama periode 2008-2011 dan nilai maksimum  sebesar  11,00  atau  11  orang  yang  dimiliki  oleh  PT
Astra Internasional. Tbk pada tahun 2010 dan 2011. Nilai  mean sebesar  4,3185  atau  4  orang  dan  standar  deviasi  dari  dewan
komisaris independen sebesar 1,82595 atau 2 orang.
71
c.  Kepemilikan institusional Kepemilikan  saham  institusioal  diukur  dari  jumlah
persentase  saham  yang  dimiliki  oleh  institusi  disetiap perusahaan.  Maka  hasil  statistik  deskriptif  kepemilikan  saham
institusional adalah sebagai berikut : Table 4.4
Descriptive Statistics
Sumber : data diolah Pada  tabel  4.4  menunjukkan  bahwa  sampel  yang
kepemilikan saham institusionalnya terbesar adalah PT. Bentoel Internasional Investama Tbk ditahun 2010 yaitu sebesar 99,14
dan  sampel  dengan  proporsi  kepemilikan  saham  institusional terkecil  adalah  PT.  Beton  Jaya  Manunggal  Tbk  pada  tahun
2008-2009.  Untuk  besaran    rata-rata  komposisi  saham  yang dimiliki  oleh  pihak    institusional  dari  banyaknya  jumlah  data
yang  diteliti  sebesar  71,59.  standar  deviasi  dari  kepemilikan saham    institusional  sebesar  19,03245,  nilai  ini  menunjukkan
besarnya  keragaman  dari  kepemilikan  saham  instituonal  yang diteliti.
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation institusional
336 .00
99.14  71.5869 19.03245
Valid N listwise 336
72
d.  Kepemilikan Manajerial Dalam  penelitian  ini  kepemilikan  manajerial  diukur
dengan  dummy  variable,  apabila  ada  kepemilikan  manajerial dalam  perusahaan  maka  akan  dinilai  satu  jika  tidak  maka  nol.
hasil  statistik  deskriptif  kepemilikan  manajerial  adalah  sebagai berikut :
Table 4.5
Sumber: data diolah variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum
sebesar    0,00  dan  nilai  maksimum  sebesar  100.  Nilai  rata- rata  variabel  ini  adalah  sebesar  0,2411  dengan  standar  deviasi
sebesar  0,42837.  Hal  ini  berarti  bahwa  manajer  perusahaan memiliki 24 saham dari seluruh saham perusahaan.
e.  Klasifikasi Akuntan Publik Klasifikasi  akuntan  publik  dalam  penelitian  ini
menggunakan  dummy  variable.  Jika  perusahaan  diaudit  oleh KAP Big 4 maka akan dinilai satu, sedangkan jika tidak diaudit
oleh  KAP  Big  4  makan  nilainya  nol.  hasil  statistik  deskriptif klasifikasi akuntan publik adalah sebagai berikut :
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Manajerial
336 .00
1.00 .2411
.42837 Valid N listwise
336
73
Table 4.6
Descriptive Statistics
N Minimum  Maximum  Mean
Std. Deviation Kap
336 .00
1.00 .4077
.49215 Valid N listwise
336
Sumber : data sekunder diolah Variabel  klasifikasi  akuntan  publik  memiliki  nilai
minimum  sebesar  0,00  dan  nilai  maksimum  sebesar  100. Nilai rata-rata variabel ini adalah sebesar 0,4077 sedangkan nilai
standar  devisasi  sebesar  0,49215.  Hal  ini  berarti  bahwa perusahaan  sampel  rata-rata  menggunakan  kalsifikasi  akuntan
publik  yang  berkualitas  sebesar  40.  Penggunaan  akuntan publik
yang berkualitas  akan
mengurangi  kesempatan perusahaan  untuk  melakukan  kecurangan  dalam  menyajikan
informasi yang tidak akurat. f.  Ukuran perusahaan
Menurut Yenny Charlemagne 2005 dalam Asnawi dan Wijaya  2006,  ukuran  perusahaan  berdasarkan  total  assets
dikategorikan menjadi dua kriteria, yaitu : 1.  Perusahaan  besar,  kriterianya  :  total  assets  lebih  besar  dari
400 milliar. 2.  Perusahaan kecil, kriterianya : total assets lebih kecil dari 400
milliar.
74
Variabel  ukuran  perusahaan  berdasarkan  total  assets dibentuk  menjadi  variabel  dummy,  yaitu  :  perusahaan  besar
dengan nilai dummy 1 dan perusahaan kecil dengan nilai dummy 0.  Hasil  statistik  deskriptif  ukuran  perusahaan  adalah  sebagai
berikut : Tabel 4.7
V a
r i
sumber: data diolah Tabel  ukuran  perusahaan  memiliki  nilai  minimum
sebesar  0,00  dan  nilai  maksimum  sebesar  100.  Nilai  rata- rata  variabel  ini  adalah  sebesar  0,7411  sedangkan  nilai  standar
devisasi sebesar 0,4387. Hal ini berarti perusahaan sampel dapat dikategorikan
dalam perusahaan
besar dengan
tingkat persebaran  data  sebesar  0,4387  karena  memiliki  nilai  standar
deviasi yang lebih kecil dari nilai rata – rata 0,43870  0,7411, sehingga  dapat  disimpulkan  hampir  semua  perusahaan  sampel
memiliki ukuran perusahaan yang sama.
Descriptive Statistics
N Minimum  Maximum  Mean
Std. Deviation Size
336 .00
1.00 .7411
.43870 Valid N listwise
336
75
g.  Nilai perusahaan Nilai  perusahaan  di-proksi-kan  harga  saham  penutupan
sebagai  dasar  perhitungannya.  Adapun  hasil  perhitungan statistik deskriptif nilai perusahaan adalah sebagai berikut :
Table 4.8
Descriptive Statistics
N Minimum  Maximum
Mean Std. Deviation
Nilai 336
1.06 1620.00
2.39722 292.33617
Valid N listwise 336
Sumber : data sekunder diolah Dilihat  dari  tabel  4.8  diatas  menunjukkan  bahwa  nilai
minimum  nilai  perusahaan  sebesar  1,06  sedangkan  nilai maksimum  sebesar  1620  dan  mean  sebesar  2,39722  dengan
standar deviasi 292,33617. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan  yang  digunakan  sampel  memiliki  nilai  positif
meningkat.  Homongan  Siallagan  dan  Mas’ud  Machfoedz 2006.
2.   Uji asumsi klasik a.  Uji normalitas
Uji  normalitas  dilakukan  dengan  menggunakan metode  propability-plot  p-plot,  pengujian  ini  dimaksudkan
untuk  mengetahui  apakah  dalam  model  regresi,  variabel pengganggu  atau  residual  mempunyai  distribusi  normal.
76
Pengujian  normalitas  yang  dilakukan  dalam  penelitian  ini untuk  menguji  apakah  data  telah  berdistribusi  normal  atau
tidak, adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 P- plot
Dari gambar 4 memperlihatkan penyebaran data yang ada disekitar dan mengikuti garis diagonal. Ini menunjukkan
bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. b.  Uji Multikoloniearitas
Multikolonealitas  menunjukkan  apakah  dalam  model regresi  ditemukan  adanya  korelasi  antar  variabel  bebas
variabel  independen.  Model  regresi  yang  baik  seharusnya tidak terjadi kolerasi antar variabel  independennya. Terdapat
beberapa  metode  yang  dapat  digunakan  untuk  mendeteksi
77
adanya masalah multikolinearitas, salah satu metodenya ialah dengan melihat nilai korelasi parsial.
Uji multikolinearitas
dengan korelasi
parsial dilakukan
dengan membandingkan
antara koefesien
determinasi  keseluruhan  dengan  nilai  koefesien  korelasi parsial  semua  variabel  bebasnya.  Jika  nilai  koefesien
determinasi  keseluruhan  lebih  besar  dari  nilai  koefesien parsial  semua  variabel  bebasnya  maka  model  tersebut  tidak
mengandung gejala multikolinearitas Suliyanto, 2011: 88. Hasil  uji  multikolonieritas  terhadap  data  ditunjukkan
pada tabel berikut ini : Tabel 4.9
Hasil uji multikolinearitas
Summary
b
M o
d e
l
Sumber : data diolah Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .772
a
.596 .589
.27104
78
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Correlations B
Std. Error
Beta Zero-
order Partial
Part 1  Constant
.394  .017 23.099
.000 Earning
-.061  .028 -.114  -2.187
.029 .471
-.120 -.077
Komisaris -.059  .052
-.041  -1.124 .262
.082 -.062
-.039 Institusional
.188  .025 .267
7.463 .000
.376 .380
.261 Manajerial
-.011  .018 -.021
-.599 .549
.016 -.033
-.021 Kap
-.167  .087 -.204  -1.929
.055 .659
-.106 -.068
Ukuran .778  .098
.954 7.958
.000 .721
.402 .279
Sumber : data sekunder diolah Berdasarkan  output  pada  model  summary  terlihat
bahwa  koefesien  determinasi  secara  keseluruhan  adalah sebesar  0.596  sedangkan  untuk  nilai  korelasi  parsial  yang
terlihat  bahwa  nilai-nilainya  tidak  ada  yang  lebih  besar  dari koefesien  determinasi  keseluruhannya,  hal  ini  menunjukkan
bahwa  model  regresi  yang  terbentuk  tidak  terjadi  gejala multikolinearitas.
c.  Uji Autokolerasi Untuk  mengetahui  ada  tidaknya  masalh  autokorelasi
digunakan  uji  Durbin  Watson.  Uji  D-W  hanya  digunakan untuk  autokorelasi  tingkat  stud  an  mensyaratkan  adanya
intercept  konstanta  dalam  model  regersi  dan  tidak  ada
79
variabel  lagi  diantara  variabel  independen  Ghozali,  2005: 96.
Panduan  mengenai  angka  D-W  untuk  mendeteksi autokorelasi  biasa dilihat pada table D-W,  yang  biasa dilihat
pada  buku  stastistik  yang  relevan.  Namun  demikian  secara umum biasa diambil patokan Santoso, 2000: 219 :
1.  Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2.  Angka  D-W  di  antara  -2  sampai  +2  berarti  tidak  ada
autokorelasi 3.  Angka D-W di atas +2 berarti ada Autokorelasi negatif
Tabel 4.10 Hasil uji autokolerasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-
Watson 1
.772
a
.596 .589
.27104 1.900
Sumber: Data Diolah Dari  tabel  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  nilai
Durbin-  Watson  sebesar  1,900.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa nilai  Durbin  –Watson  berada  diantara  -2  sampai  +2,  artinya
tidak  ada  masalah  autokorelasi  dalam  penelitia  ini.  Ukuran yang  diambil  berdasarkan  sumber  Singgih  Santoso  2000:
219.
80
d.  Uji heterokedastisitas Heterokedastisitas  dilakukan  untuk  menguji  apakah
dalam  model  regresi  terjadi  ketidaksamaan  variance  dari residual  suatu  pengamatan  ke  pengamatan  lain.  Hasil
pengujian  dapat  diamati  dengan  menggunakan  grafik scatterplot.
Gambar 4.2 Hasil uji heterokedastisitas
Gambar 4.2 Hasil uji heteroskedastisitas
Dari  grafik  scatterplot  diatas  terlihat  bahwa  titik- titik  menyebar  secara  acak  serta  tersebar  baik  diatas
maupun  dibawah  angka  0  pada  sumbu  Y  Maka  dapat disimpulkan  bahwa  tidak  terjadi  heteroskedastisitas  pada
model regresi yang dipakai.
81
3.   Koefesien determinasi adjusted R² Koefesien  determinasi  bertujuan  untuk  menerangkan
seberapa  jauh  kemampuan  variabel-variabel  independen menjelaskan
variabel dependen.
Kelemahan dalam
menggunakan  R²  adalah  adanya  bias  terhadap  jumlah variabel  independen  yang  dimasukkan  kedalam  model.
Dalam  penelitian  ini  digunakan  nilai  adjusted  R²  untuk mengukur
kemampuan variabel-variabel
independen menjelaskan variabel dependen.
Tabel 4.11 Hasil analisis adjusted R²
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.772
a
.596 .589
.27104
Sumber : data sekunder diolah Tabel  4.11  menunjukkan  nilai  R²  sebesar  0.723.  hal
ini  berarti  nilai  perusahaan  sebagai  variabel  dependen  yang diproksikan  dengan  harga  saham  dapat  dijelaskan  oleh
variabel  independen  yang  diproksikan  dengan    earning management,
kepemilikan institusional,
kepemilikan managerial,  klasifikasi  akuntan  publik,  jumlah  komisaris
independen  dan  ukuran  perusahaan  sebesar  72.  sedangkan sisanya  28  dijelaskan  oleh  variabel  lain  yang  tidak
diikutsertakan  dalam  model  seperti  manajemen  resiko,
82
leverage Uyun, 2011, bonus kompensasi, komite audit dan ukuran dewan direksi Praditha, 2011, serta corporate social
responsibility Permanasari, 2010. 4.   Uji hipotesis
a.  Uji Individu  uji t Uji  t  bertujuan  untuk  menguji  seberapa  jauh
variabel-variabel independen secara individu menerangkan variabel dependen ghozali, 2005. Berikut pengujiannya :
Tabel 4.12 Hasil uji regresi variabel
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error
Beta 1
Constant .394
.017 23.099
.000 Earning
-.061 .028
-.114  -2.187 .029
Komisaris -.059
.052 -.041  -1.124
.262 Institusional
.188 .025
.267 7.463
.000 Manajerial
-.011 .018
-.021 -.599
.549 Kap
-.167 .087
-.204  -1.929 .055
Ukuran .778
.098 .954
7.958 .000
Sumber : data sekunder diolah Berdasarkan  tabel  4.12  diatas  maka  persamaan
regresinya dapat dirumuskan sebagai berikut: Y =
0,394 –  0,061
−
0,059
₂
+ 0,188 D
−
0,011 D
−
0,167 + 0,778
D
+ e
83
Untuk  menguji  hipotesis  yang  diajukan  diterima  atau ditolak dengan melihat tingkat signifikasi pada kolom sig di
tabel  4.12  maka  hipotesis  penelitian  tentang  pengaruh  antar variabel  .dependen  dan  variabel  independen  secara  individu
dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Earning management terhadap nilai perusahaan
Hasil  pengujian  hipotesis  1  mengenai  pengaruh manajemen  laba  terhadap  nilai  perusahaan  menunjukkan
koefesien 0,114  nilai t sebesar -2,187 dengan signifikansi sebesar  0,029.  Nilai  signifikansi  pengujian  tersebut  lebih
kecil  dari  0,05.  Dengan  demikian  variabel  earnings management  mempunyai  pengaruh  yang  signifikan
terhadap  nilai  perusahaan.  Dengan  demikian,  hipotesis  1 yang
menyatakan bahwa
earning management
berpengaruh terhadap nilai perusahaan diterima. Hasil ini selaras  dengan penelitian yang dilakukan
oleh  Paramita  2008,  Diah  Ayu  Pratiwi  2010  yang menyatakan  bahwa  earning  management  mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan  agency  theory  bahwa  hubungan
keagenan  dapat  menimbulkan  konflik  kepentingan  antara pemilik  investor  dan  manajer  agen.  Kontrak  dibuat
dengan  harapan  dapat  meminimalisir  konflik  kepentingan
84
tersebut.  Hasil  penlitian  ini  menemukan  bahwa  tindakan earning  management  yang  dilakukan  oleh  manajer  tidak
akan  memberikan  reaksi  yang  menguntungkan  yang nantinya
akan berdampak
pada penurunan
nilai perusahaan  yang  tercermin  pada  harga  saham  itu  sendiri,
sehingga  ketika  tujuan  yang  dimiliki  antara  pihak manajemen  dan  pihak  pemodal  berbeda  maka  konflik
keagenan tidak dapat dihindari dalam perusahaan tersebut. Pihak  manajemen  akan  merugikan  pemilik  modal
dengan berperilaku tidak etis dan opportunistic yang dapat memberikan  dampak  pada  kualitas  labai.  Laba  yang
bersifat  oportunis  yang  memiliki  kualitas  rendah  tidak akan  mewakili  informasi  yang  sebenarnya  yang  tentunya
akan  sangat  merugikan  bagi  para  investor  dan    juga perusahanan  sebab  hal  ini  berhubungan  dengan  nilai  dari
perusahaan tersebut yang tercermin dari harga saham yang ditransaksikan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang  dilakukan  oleh  Theresia  2005  Ujiyanto  dan
Pramuka  2007.  Earning  management  discrecionary accrual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan.
85
2 Jumlah Dewan Komisaris terhadap nilai perusahaan Dari  hasil  uji  t  pada tabel  4.12  menunjukkan  nilai
koefesien  sebesar 0,041 dengan  nilai t sebesar -1,124 dan nilai  signifikan  dewan  komisaris  sebesar  0,262.  Nilai
signifikansi pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. yang berarti  dewan  komisaris  tidak  berpengaruh  secara
signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian  ini  selaras  dengan  penelitian  yang
dilakukan  oleh  Sylvia  2005  dan  Rizal  2008  yang menyatakan  bahwa  dewan  komisaris  tidak  memiliki
pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun
penelitian ini
bertentangan dengan
penelitian  yang  dilaukuan  oleh  Mas’ud  dan  Hamonangan 2006  yang  menyatakan  bahwa  dewan  komisaris
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
3 Kepemilikan institusional terhdap nilai perusahaan Berdasarkan  tabel  4.12  menunjukkan  koefesien
0,267    nilai  t  sebesar  7,463  dengan  nilai  signifikansi sebesar  0,000.  Nilai  signifikansi  pengujian  tersebut  lebih
kecil  dari  0,05,  yang  berarti  Ha  diterima  dan  Ho  ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
86
Hasil penelitian  ini selaras dengan penelitian yang dilakukan,  kartika  2007  Rizal  2008    dan    Diah  Ayu
Pratiwi 2010 serta Serli 2011 yang menyatakan bahwa kepemilikan  institusional  berpengaruh signifikan terhadap
nilai  perusahaan.  Hal  ini  mungkin  dikarenakan  pihak institusional  dapat  mengontrol  perusahaan  dengan  lebih
teliti  sehingga  kemungkinan  manajemen  melakukan manajemen laba dapat dikurangi yang pada akhirnya akan
meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut. Namun
penelitian ini
bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz 2003  yang  menyatakan  bahwa kepemilikan  institusional
tidak berpengaruh  sigtifikan terhadap nilai perusahaan. 4 Kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan
Tabel  4.12  menunjukkan  bahwa  kepemilikan manajerial  memiliki  tingkat  koefesien  0,021.  nilai  t
sebesar  -0,599    dan  signifikansi  sebesar  0,549.  tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ho
diterima  dan  Ha  ditolak  sehingga  dapat  dikatakan  bahwa kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil  penelitian  ini  sesuai  dengan  hasil  penelitian
Permanasari 2010  yang  menyatakan bahwa kepemilikan
87
manajerial  tidak  memiliki  pengaruh  yang  signifikan terhadap  nilai  perusahaan,  begitu  juga  dengan  penelitian
Rustendi  dan  Jimmy  2008.  Penolakan  hipotesis  ini kemungkinan  terjadi  dikarenakan  kepemilikan  manajerial
terlalu  rendah  sehingga  kinerja  manajer  dalam  mengelola perusahaan kurang optimal dan manajer sebagai pemegang
saham  minoritas  belum  dapat  berpartisipasi  aktif  dalam membuat  suatu  keputusan  diperusahaan,  sehingga  tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian  ini  tidak  sesuai  dengan  penelitian  yang
dilakukan oleh Gudono 2000 dan Mehran 1994. Kedua peneliti
tersebut menyatakan
bahwa kepemilikan
manajerial  berpengaruh  signifikan    terhadap  nilai perusahaan.
5  Klasifikasi  akuntan  publik  terhadap  terhadap  nilai perusahaan
Variabel  klasifikasi  akuntan  publik  memiliki  nilai koefesien sebesar 0, 204 dengan nilai t sebesar -1,929 dan
nilai  signifikansi  sebesar  0,  055.  Nilai  signifikansi pengujian  tersebut  lebih  besar  dari  0,05.  Hal  ini  berarti
klasifikasi  akuntan  publik  tidak  berpengaruh  signifikan terhadap nilai perusahaan.
88
Penelitian  ini  selaras  dengan  penelitian  yang dilakukan  oleh  Siregar  dan  Utama  2006  menyatakan
bahwa  KAP tidak  berpengaruh terhadap  nilai  perusahaan. Semakin  tinggi  atau  bagusnya  kualitas  dari  auditor  tidak
berpengaruh terhadapi
nilai perusahaan.
Laporan keuangan  yang  diaudit  oleh  auditor  bereputasi  dipercaya
lebih  berkualitas  sehingga  dapat  menampilkan  nilai perusahaan yang sebenarnya, namun investor tidak terlalu
merespon  hal  ini.  Investor  cenderung  melihat  peran monitoring  yang  dilakukan  dewan  komisaris  dalam
meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut. Namun,  Penelitian  ini  bertentangan  dengan
penelitian  yang  dilakukan  oleh  Herawaty  2008  yang menyatakan bahwa klasifikasi akuntan publik yang diukur
dengan  KAP  Big  4  dan  Non  big  4  berpengaruh  terhadap nilai perusahaan.
6  Ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan Ukuran  perusahaan  memiliki  nilai  koefesien
sebesar            0,  954  dengan  nilai  t  sebesar  7,958  dan  nilai signifikansi  sebesar  0,000  Nilai  signifikansi  pengujian
tersebut  lebih  kecil  dari  0,05  yang  berarti  bahwa  Ha dierima dan Ho ditolak. hasil tersebut menunjukkan bahwa
89
variabel  ukuran  perusahaan  berpengaruh  signifikan terhadap nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi 0,05.
Ukuran  perusahaan  dapat  diproksi  melalui  Total Asset  TA  atau  kekayaan  perusahaan  pada  akhir  tahun
Taswan, 2003. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar  maka  pihak  manajemen  akan  lebih  leluasa  dalam
menggunakan  asset  yang  ada  di  perusahaan  tersebut. Kemudahan  dalam  mengendalikan  asset  perusahaan  akan
meningkatkan  nilai  perusahaan.  Sehingga,  investor cenderung menyukai perusahaan yang dengan kemampuan
memunculkan dana yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Hasil  ini selaras dengan penelitian  yang dilakukan oleh    Rachmawati  dan  Hanung  2007  serta  Herawaty
2008,  yang  menyatakan  bahwa  ukuran  perusahaan berpengaruh  signifikan  terhadap  nilai  perusahaan  dimana
semakin  besar  ukuran  suatu  perusahaan  maka  nilai perusahaan  akan  semakin  meningkat.    Temuan  ini
menunjukkan  bahwa  investor  mempertimbangkan  ukuran perusahaan  dalam  membeli  saham.  Ukuran  perusahaan
dijadikan patokan  bahwa perusahaan tersebut  mempunyai nilai perusahaan yang baik.
90
Namun  hasil  ini  berbeda  dengan  penelitian Darmawati  2005  maupun  penelitian  Siallagan  dan
Mas’ud  2006 yang
menyatakan bahwa  ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. b.  Uji simultan uji F
Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan  melihat  nilai  signifikansi  pada  kolom  sig  dan
nilai  F  tabel.  Hasil  analisis  regresi  disajikan  dalam  tabel berikut ini :
Tabel 4.13 Hasil uji simultan
ANOVA
b
Model Sum of
Squares df
Mean Square
F Sig.
1 Regression
35.723 6
5.954  81.046 .000
a
Residual 24.169
329 .073
Total 59.892
335
Sumber : data sekunder yang diolah Dari  hasil  analisis  regresi  tersebut,  didapat  nilai  F
tabel adalah 81,046 dengan tingkat signifikansi 0,001 oleh karna  lebih kecil dari 0,05 maka model regresi panelitian
ini  dapat  dipakai  untuk  memprediksi  nilai  perusahaan. Berdasarkan  tingkat  signifikansi  dari  tabel  4.13  tersebut
lebih  kecil  dari  0,05  bararti  Ha  diterima  dan  Ho  ditolak. Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  secara
simultan  bersama-sama  earning  management,  jumlah
91
dewan  komisaris,  kepemillikan  institusional,  kepemilikan manajerial,  klasifikasi  akuntan  publik  dan  ukuran
perusahaan  berpengaruh  terhadap  nilai  perusahaan. Dengan  kata  lain,  model  regresi  yang  terbentuk  adalah
signifikan.
93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan