lakukan. Dengan pengertian lain kompetensi adalah potensi yang ada dalam diri individu yang dapat dikembangkan untuk menghadapi perannya di masa datang
dengan mengembangkan sejumlah kecakapan hidup life skill, yaitu kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan
secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Berkaitan dengan kompetensi dapat ditentukan berdasarkan motif sosial. Mitrani 2002:155 menyebutkan tiga motif social bagi setiap perorangan, yang
menentukan perilaku dan kompetensi orang tersebut. Gabungan antara dorongan untuk berprestasi, hasrat untuk memelihara hubungan bersahabat dengan orang lain,
dan dorongan untuk berkuasa, atau keinginan untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, menghasilkan bermacam-macam sikap dalam pekerjaan, tergantung
pada tingkat intensitasnya masing-masing. Selanjutnya Alwi 2001:48 menyebutkan : kompetensi yang dimiliki pegawai secara individual harus mampu mendukung
pelaksanaan strategi organisasi dan mampu mendukung setiap perubahan yang dilakukan manajemen. Kompetensi-kompetensi yang dimiliki itu haruslah dalam
tatanan kesatuan strategi. Artinya kompetensi yang dimiliki individu dapat mendukung sistem kerja berdasarkan tim.
2. Semangat kerja
Universitas Sumatera Utara
Kecendrungan anggota organisasi berusaha lebih keras mencapai tujuan dan sasaran organsasi termasuk perasaan terikat. Semangat kerja adalah gejala
kelompok yang melibatkan kerjasama dan perasaan memilliki. Masalah semangat kerja adalah masalah yang sangat penting untuk
dipecahkan oleh setiap manajemen dalam rangka menciptakan kerjasama pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.
Leighten dalam Moekijat 1991 : 185 memberikan pengertian semangat kerja adalah “Kemampuan sekelompok orang-orang untuk bekerjasama dengan giat dan
konsekuen dalam mengejar tujuan bersama”. Menurut Nitisemito 1993 : 159 memberikan definisi : “Semangat kerja merupakan dorongan dari dalam diri dan
sungguh-sungguh”. Menurut Moekijat 1995 : 45 semangat kerja merupakan : “Kemauan seseorang di dalam menyelesaikan pekerjaan terhadap pekerjaan yang
diberikan oleh pimpinan sesuai dengan peraturan perusahaan”. Semangat kerja itu sendiri bersumber dari kepuasan kerja dan kepuasan kerja
itu sendiri bersumber dari terpenuhinya keinginan dan kebutuhan para pegawai baik secara ekonomis maupun secara psikologis. Semangat seseorang timbul karena
adanya suatu tujuan. Tujuan yang jelas, terarah, dan pasti membuat orang tidak cepat menjadi lelah. Sebaliknya, manusia yang tidak mempunyai tujuan, bahkan yang
mempunyai tujuan tetapi samar-samar, akan sering mengalami kelelahan, bukan hanya fisik tetapi juga pikiran dan keyakinan. Tujuan yang samar-samar juga sering
Universitas Sumatera Utara
dilihat dari semangat orang yang setengah-setengah. Karena tujuannya tidak pasti, semangatnya pun tidak pasti sehingga hasilnya pun tidak pasti.
Menurut Tjandra 2004 : 32, Semangat adalah suatu keadaan pikiran yang memberikan inspirasi dan merangsang seseorang untuk melakukan pekerjaannya.
Semangat merupakan pendorong utama untuk mempengaruhi orang lain, dan secara sadar maupun tidak sadar semangat akan menyebabkan “sugesti diri” secara otomatis.
Sewaktu kita memberikan semangat pada orang lain, kita juga akan terpengaruh dengan sendirinya. Semangat bukanlah datang dari negeri tak bertuan, tetapi setiap
kali datang, semangat dapat menyelesaikan masalah kehidupan, karena semangat merupakan salah satu emosi terbesar, yang secara otomatis akan membuat kita
memiliki pandangan yang positif. Jadi, tentu saja setiap orang bisa mendapatkan semangat itu tanpa harus
mengeluarkan uang untuk membayarnya. Sebaliknya dengan semangat kita bisa mendapatkan hasil yang luar biasa.
Indikasi turunnya semangat kerja ini penting diketahui oleh setiap perusahaan, karena dengan pengetahuan tentang indikasi ini akan dapat diketahui
sebab turunnya semangat kerja. Dengan demikian organisasi akan dapat mengambil tindakan - tindakan pencegahan atau pemecahan masalah seawal mungkin.
Nitisemito 1993 : 161 menyatakan bahwa indikasi turunnya semangat kerja pegawai adalah sebagai berikut :
- Turun atau rendahnya produktivitas kerja
Universitas Sumatera Utara
- Tingkat absensi yang naik atau tinggi - Tingkat kerusakan yang naik atau tinggi
- Kegelisahan dimana – mana - Pemogokan
- Labour turn over yang tinggi - Tuntutan yang sering terjadi
- Turun atau rendahnya produktivitas kerja
Salah satu indikasi turunnya semangat kerja adalah ditunjukkannya dari turunnya produktivitas kerja. Turunnya produktivitas kerja ini dapat diukur atau
diperbandingkan dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena kemalasan, penundaan pekerjaan dan sebagainya. Dan itu semua adalah
merupakan suatu indikasi adanya semangat kerja yang turun. Apabila terjadi penurunan produktivitas kerja, maka hal ini berarti merupakan indikasi bahwa dalam
organisasi tersebut terjadi semangat kerja yang menurun. Meskipun demikian sebelum kita mengambil suatu kesimpulan hendaknya kita meneliti terlebih dahulu,
apakah ada faktor yang lain yang mempengaruhi turunnya produktivitas kerja.
- Tingkat absensi yang naik atau tinggi
Tingkat absensi yang naik, sebenarnya juga merupakan salah satu indikasi turunnya semangat kerja. Karena itu bila ada gejala-gejala absensi naik maka
perlu segera dilakukan penelitian. Untuk melihat apakah naiknya tingkat absensi
Universitas Sumatera Utara
tersebut merupakan indikasi turunnya semangat kerja maka kita tidak boleh melihat baik tingkat absensi ini secara perseorangan tetapi harus kita lihat secara rata-rata.
Apakah tingkat absensi naik maka sebelum kita mengambil kesimpulan bahwa semangat kerja turun kita harus meneliti terlebih dahulu apakah ada hal-hal lain yang
merupakan penyebab turunnya semangat kerja. -
Tingkat kerusakan yang naik atau tinggi Indikasi lain yang menunjukkan turunnya semangat kerja adalah
bilamana ternyata tingkat kerusakan baik terhadap bahan baku, barang jadi maupun peralatan yang dipergunakan meningkat. Naiknya tingkat kerusakan tersebut
sebetulnya menunjukkan bahwa perhatian dalam pekerjaan berkurang, terjadinya kecerobohan dalam pekerjaan dan sebagainnya. Dan ini semua menunjukkan bahwa
semangat kerja turun.
- Kegelisahan dimana - mana
Kegelisahan terjadi apabila semangat turun. Sebagai seorang pimpinan kita harus dapat mengetahui adanya kegelisahan yang timbul. Kegelisahan-
kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk ketidak tenangan kerja, keluh kesah serta hal-hal yang lain. Hal ini perlu diketahui sebab kegelisahan merupakan salah
satu indikasi turunnya semangat kerja. Kegelisahan pada tingkat terbatas dengan dibiarkan begitu saja mungkin akan berhenti dengan sendirinya, tetapi pada tingkat
tertentu membiarkan begitu saja bukanlah tindakan yang bijaksana. Kegelisahan pada
Universitas Sumatera Utara
tingkat tertentu yang dibiarkan begitu saja akan dapat merugikan organisasi dengan segala akibatnya yang tidak kita inginkan.
- Pemogokan
Indikasi yang paling kuat turunnya semangat kerja adalah bilamana terjadi pemogokkan. Hal ini disebabkan karena pemogokan adalah merupakan
perwujudan dari ketidakpuasan, kegelisahan dan lain sebagainnya. Bilamana hal ini telah memuncak dan tidak tertahan lagi, maka hal ini akan menimbulkan tuntutan.
Dan bilamana tuntutan ini tidak berhasil pada umumnya berakhir dengan suatu pemogokan. Jadi sebenarnya pemogokan adalah merupakan indikasi yang paling kuat
terhadap turunnya semangat kerja, oleh karena itu setiap organisasi mencegah kemungkinan timbulnya pemogokan. Bilamana terjadi pemogokan maka hal ini
bukannya sekedar indikasi turunnya semangat kerja, tetapi pemogokan ini dapat menimbulkan kelumpuhan bagi organisasi dengan segala akibatnya. Meskipun yang
mempengaruhi terhadap hubungan antara atasan dan bawahan dapat berlangsung cukup lama.
- Labour turn over yang tinggi
Keluar masuknya pegawai yang meningkat disebabkan karena ketidak senangan mereka bekerja pada organisasi tersebut, sehingga untuk itu mereka
berusaha mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih sesuai. Tingkat keluar
Universitas Sumatera Utara
masuknya buruh yang tinggi selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat mengganggu kelangsungan kehidupan organisasi.
- Tuntutan yang sering terjadi
Seringnya terjadi tuntutan merupakan indikasi menurunnya semangat kerja. Tuntutan sebetulnya merupakan perwujudan dan ketidakpuasan, dimana pada
tahapan tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan. Oleh karena itu bila mana dalam suatu organisasi sering terjadi tuntutan maka organisasi
tersebut harus waspada. Mungkin tuntutan tersebut terjadi bukan merupakan indikasi turunnya semangat kerja, tapi karena kekuatan politik. Meskipun demikian seringnya
terjadi tuntutan adalah merupakan indikasi yang cukup kuat adanya semangat kerja yang menurun.
Dari beberapa hal yang dapat mempengaruhi semangat kerja tersebut, maka pihak organisasi harus memperhatikan faktor-faktor tersebut sehingga dengan
demikian semangat kerja pegawai pada organisasi akan dapat meningkat dan tujuan organisasi akan dapat tercapai dengan baik. Untuk itu organisasi harus selalu
berupaya meningkatkan semangat kerja karyawan. Untuk dapat meningkatkan semangat kerja pegawai ada beberapa cara yang harus diperhatikan. Nitisemito
1994: 170 menyatakan : 1. Gaji yang cukup
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal pemberian gaji, organisasi sudah memperhatikan dengan seksama, yaitu dengan memperhitungkan pangkat dan golongan dan sesuai dengan
standar gaji yang akan diberikan oleh perusahaan, selain itu juga organisasi selalu memperhitungkan imbalan jasa seperti pemberian jatah beras, perawatan kesehatan,
fasilitas perumahan. 2. Memperhatikan kebutuhan rohani
Kebutuhan rohani didalam organisasi juga diperhatikan yaitu organisasi selalu memberikan rekreasi dalam setiap tahunnya, mendirikan tempat ibadah, dan
partisipasi lainnya. Sehingga dengan demikian para pegawai dalam menjalankan tugasnya dapat dengan lebih tenang dan lebih baik.
3. Sekali-kali perlu menciptakan suasana santai
Suasana kerja yang rutin sering kali menimbulkan kebosanan dan ketegangan kerja bagi para karyawan. Untuk menghindarkan hal - hal seperti itu
maka organisasi merasa perlu sekali - kali menciptakan suasana santai. 4. Harga diri perlu mendapatkan perhatian
Organisasi juga selalu memperhatikan harga diri pihak pegawainnya, yaitu dengan memberikan penghargaan didepan rekan-rekannya secara wajar apabila
pegawai tersebut berprestasi secara baik yang dapat menguntungkan pihak organisasi.
5. Tempat para pegawai pada posisi yang tepat
Universitas Sumatera Utara
Menempatkan pegawai pada posisi yang tepat juga merupakan kriteria yang harus diperhatikan, karena dengan menempatkan pegawai pada posisi yang
tepat dapat meningkatkan semangat kerja yang lebih baik.
6. Berikan kesempatan pada mereka yang maju Semangat kerja pegawai juga akan timbul jika pegawai yang bekerja pada
organisasi tersebut mempunyai harapan untuk maju dalam organisasi tersebut.
3. Kepuasan Kerja