Kondisi Iklim dan Topografis Potensi Wilayah

Sebelah Timur: Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Jarak dari kantor camat ke kantor Bupati kabupaten Humbang Hasundutan yaitu empat belas Kilometer. Sumber: KSK Kecamatan Baktiraja 2008.

4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografis

Kecamatan Baktiraja berada diatas permukaan laut 500- 1.500 meter, dengan jumlah curah hujan rata-rata setiap tahun 1895 Millimeter, dengan jumlah hari hujan setiap tahunnya 162 hari. Dari kondisi geografis diatas maka daerah Humbang Hasundutan merupakan daerah yang beriklim tropis, dari ketinggian permukaan laut daerah tersebut memiliki suhu sedang berkisar antara 20 – 30 C dan merupakan daerah perbukitan bergelombang kuat yang mencapai 69 wilayah dengan diikuti zona lemah struktur minor yang rawan terhadap aktifitas gempa bumi yang menyebabkan getaran tanah permukaan Ground Shaking, longsor maupun gerakan tanah. Sumber: BMG, dari Stasiun Klimatologi.

4.1.3. Kondisi Demografis

Kabupaten Humbang Hasundutan terbagi dalam 10 kecamatan, kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Parlilitan dengan luas sekitar 72.774,71 Ha atau 29 dari total luas wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan dan kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Baktiraja dengan luas sekitar 5.036 Ha atau 0.89 persen dari luas Wilayah daerah Humbang Hasundutan. Kecamatan Baktiraja terdiri dari tujuh desa Universitas Sumatera Utara yaitu, desa Tipang, desa Marbun Toruan, desa Siunong-unong Julu, desa Simamora, desa Sinambela, desa Simangulampe, dan desa Marbun TongaDolok. Kecamatan ini dihuni oleh sebagian besar penduduk suku Batak Toba, hanya sedikit dari suku yang lain, seperti suku Karo, Suku Simalungun dan lain-lain. Penduduk di Kecamatan Baktiraja menganut agama Kristen, walaupun masih terbagi-bagi yaitu sebagian besar adalah penganut Kristen Protestan, hanya sedikit yang menganut agama Katolik, Pentakosta, dan GKII. Tabel 1.1 Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut desa tahun 2008 No Desa Luas Ha Jumlah penduduk Jiwa Kepadatan penduduk jiwakm 2 1 Tipang 1.156 1.454 Lk 709, Pr 745 110, 81 2 Marbun Toruan 695 976 Lk 473, Pr 503 132, 09 3 Sinambela 420 906 Lk,478 Pr 428 222, 86 4 Simangulampe 594 492 Lk 220, Pr 272 96, 97 5 Simamora 680 784 Lk 376, Pr 408 115, 29 6 Siunong-Unong Julu 448 572 Lk, 273, Pr 299 127, 68 7 Marbun Tonga Marbun Dolok 1.048 1.122 Lk. 565, Pr 557 107, 67 Jumlah 5.036 6.190

122, 92

Sumber: BPS Kabupaten Humbahas 2008. Universitas Sumatera Utara

4.1.4 Potensi Wilayah

Wilayah Baktiraja pada awalnya memiliki potensi lahan yang cukup subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian yang mampu menunjang pertumbuhan sektor perekonomian, tetapi pada belakangan ini potensi tersebut agak berkurang, Selain itu juga Baktiraja memiliki potensi lain yaitu wilayah Danau Toba dan sungai dalam membudidayakan ikan dan juga sebagai tempat perhubungan melalui air yaitu dari Baktiraja ke Balige, Parapat, Muara, dan juga ke daerah Samosir dengan menggunakan kapal. Potensi Keindahan Alam Pariwisata Baktiraja terkenal dengan nama Aek Sipangolu air yang menghidupkan yang berada di desa Simangulampe. Dimana menurut masyarakat jika seseorang terkena jenis penyakit apapun apabila orang tersebut berendammandi dan meminum air dari Aek Sipangolu maka ia akan sembuh. Aek Sipangolu adalah air yang keluar ketika dalam perjalanan bepergian selalu menunggang kuda bernama “Gajah Putih”, dalam perjalanan Raja Sisingamangaraja XII merasa kehausan, lalu beliau menancapkan tongkatnya ke batu dan keluarlah air yang disebut dengan “Aek Bibir” karena Raja itu langsung meminum dengan mulutnya sendiri. Aek Sipangolu selalu dikunjungi oleh Universitas Sumatera Utara masyarakat setempat dan juga dari luar. Ketika akan ketempat ini menurut kebiasaan tidak boleh makan daging babi dua hari sebelum ketempat itu, Jika memang sangat ingin mandi mereka harus membawa unte pangir jeruk purut lalu bisa mandi. Menurut mereka yang sudah mengalaminya jika kita datang ke tempat ini datang untuk meminta sesuatu, ketika akan dikabulkan airnya akan kelihatan semakin deras, artinya menurut para tua-tua kita dalam keadaan beruntung, sebaliknya, jika pada saat kita datang dan mandi airnya tetap dan seperti kecil maka kemungkinan kita kurang beruntung, itulah tanda-tanda yang bisa kita lihat, dan banyak masyarakat yang mengakui hal tersebut. Kedua, “Tombak hutan, Sulu-sulu obor”, sebelumnya dinamakan “Tombak Situan Hobonaran” artinya tempat yang suci dan keramat. Menurut masyarakat, ditempat inilah Boru Pasaribu istri Raja Onan Sinambela mandi dengan air jeruk purut unte pangir kemudian bersemedi dan berdoa kepada “Mula Jadi Nabolon” Tuhan Yang Maha Esa untuk di karuniai anak laki-laki karena sudah lama berkeluarga namun belum memperoleh anak atau keturunan. Tempat bersemedi itu didalam sebuah goa yang berada persis ditengah-tengah “Tombak Sulu-Sulu”. Tombak hutan, Sulu-sulu obor, sehingga bermakna sebuah kawasan hutan kecil yang dapat memberikan sinar dan pelita kehidupan. Permohonan Boru Pasaribu dikabulkan Mula Jadi Nabolon Tuhan Yang Maha Kuasa dan secara mujizat ia mengandung dan melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Sisingamangaraja. Saat itulah “Tombak Situan Habonaran” berubah menjadi “Tombak Sulu-Sulu” yang berarti suatu tempat yang dapat memberikan cahaya terang bagi kehidupan. Lokasi itu berada di desa Marbun Dolok. Universitas Sumatera Utara Kecamatan Baktiraja dan selalu dikunjungi orang khususnya bagi keluarga yang telah lama mendambakan keturunan. Kedua daerah wisata ini juga sering dikunjungi oleh para perantau, misalnya ketika memperingati seratus tahun wafatnya pahlawan nasional Sisingamangaraja XII yang dilaksanakan di Kecamatan Baktiraja tepatnya di desa Sinambela lapangan SMP Negeri 1 Baktiraja, banyak yang mengujungi daerah ini termasuk bapak Akbar Tanjung dan beberapa menteri, pada saat itu momennya adalah “napak tilas” pahalawan Nasional Sisingamangaraja XII. Selain itu ada juga tongkat raja Sisingamangaraja XII yang ditancapkan ke tanah yang tumbuh menjadi pohon hariara pohon ara yang besar di desa Sinambela.

4.2. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baktiraja tepatnya di daerah Danau Toba. Danau Toba adalah salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat di daerah pinggiran Danau Toba termasuk Kecamatan Baktiraja, Danau Toba adalah salah satu air tawar terbesar di dunia, yang memiliki luas areal perairan puluhan Kilometer persegi, dengan kedalaman sampai 900 Meter pada bagian yang terdalam. Danau Toba terletak pada daerah dataran tinggi di Sumatera Utara, dengan ketinggian permukaan airnya mencapai 698 meter dari permukaan laut. Secara geografis Danau Toba terletak pada area antara: 2010’ LU sampai dengan 3000’ LU dan antara 98020’ BT sampai dengan 99050’ BT. Danau Toba tercakup dalam wilayah administrasi dari tujuh Kabupaten yang terletak di daerah Sumatera Utara yang diapit oleh: Universitas Sumatera Utara