Analisis Sensitifitas Respon Konsumen Pada Perluasan Merek (brand extension) Sabun Mandi Merek Lifebuoy (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara).

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

ANALISIS SENSITIFITAS RESPON KONSUMEN PADA

PERLUASAN MEREK (BRAND EXTENSION)

SABUN MANDI MEREK LIFEBOY

(Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

DRAFT SKRIPSI OLEH

RIKA INDAH SARI YANTI 060521034

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Rika Indah Sari Yanti, 2009. Analisis Sensitifitas Respon Konsumen Pada Perluasan Merek (brand extension) Sabun Mandi Merek Lifebuoy (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara), dibawah Bimbingan Dr. Endang S. Rini M.Si, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe SE. M.Si (Ketua Departemen Manajemen), Dr. Yeni Absah SE, M.Si (Penguji I), dan Dr. Beby Kaerina SE, MM (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis besarnya tingkat sensitifitas dan arah respon konsumen pada perluasan merek (brand extension) sabun mandi merek Lifebuoy pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, metode analisis sensitivitas respon dan metode statistik yaitu, uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan SPSS 16,00 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 37,74% dari responden adalah umur 19 tahun dan 75,47% dari konsumen stambuk 2008. Tingkat sensitivitas respon konsumen terhadap perluasan merek (brand extenson) dari sabun mandi padat Lifebuoy ke sabun mandi cair adalah 6,28. Sensitivitas ini lebih besar dari 1 maka termasuk dalam ukuran sensitif. Dapat diketahui bahwa kekuatan respon pada sabun mandi cair Lifebuoy lebih besar dari pada kekuatan respon pada sabun mandi padat Lifebuoy. Hal ini dapat dilihat dari selisih pengurangan nilai yaitu sebesar 101. Ini menunjukkan bahwa arah respon konsumen terhadap perluasan merek (brand extension) dari sabun mandi padat Lifebuoy ke sabun mandi cair Lifebuoy adalah positif. Adanya perluasan merek dari sabun mandi padat Lifebuoy ke sabun mandi cair Lifebuoy mampu membuat respon sensitif dan responden juga memberikan sikap positif untuk menggunakan sabun mandi cair Lifebuoy.


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat, hidayah serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan semua sahabat-sahabatnya yang telah berjuang dan membawa kita kepada jalan yang benar. Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada Ayahanda H. Rohim dan Ibunda Hj. Ngatiyem atas cinta kasih, pengorbanan, dukungan, serta do’anya yang selalu diberikan kepada penulis.

Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan program studi S-1 pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dengan judul :

“Analisis Sensitifitas Respon Konsumen Pada Perluasan Merek (brand

Extension) Sabun Mandi Merek Lifebuoy” (studi kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Univerrsitas Sumatera Utara).

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dalam bentuk sumbangan pikiran, tenaga, waktu dan materi yang tidak dapat diukur. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekertaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang S. Rini, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan pengarahan seta memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Yeni Absah SE, M.Si, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan banyak waktu, pemikiran, saran serta banyak masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Beby Kaerina SE, MM, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan banyak waktu, pemikiran, saran serta banyak masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Bongsu Hutagalung M.Si selaku Dosen Wali yang telah membantu dan memotivasi penulis untuk meningkatkan prestasi belajar pada setiap semester selama penulis aktif dalam perkuliahan.

8. Seluruh dosen tercinta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Pegawai Departemen Manajemen yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.


(5)

10. Terima kasih pada PT. Unilever,Tbk Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11. Saudaraku tercinta: Kakanda Sri Dewi Hartini AMkeb dan Adinda Rikwan Yusuf yang selama ini selalu menjadi bagian yang terpenting dalam hidup penulis dan selalu ada dalam suka dan duka.

12. For someone who always support me everytime, thank you.

13. Kepada sahabat-sahabatku Kiki, K’ Imel, Fina, Oksi, Asri, Irma dan semua anak-anak M’06 Ekstension tanpa terkecuali yang telah mendoakan, membantu, memberikan semangat yang tiada henti bagi penulis selama perkuliahan hingga selesai mengerjakan skripsi ini.

14. Kepada temen-temen seperjuangan Genk Ronggenk Ndah, Lisa, O’oy, Adq, Lili, Dd’, Desi juga B’ Denny serta Roemah Chocolate terima kasih atas bantuan dukungannya.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesian skripsi ini.

Penulis menyadari kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan dari skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita dan menjadi masukan bagi dunia pendidikan.

Medan, Oktober 2009 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Kerangka Konseptual ... 6

D. Hipotesis ... 6

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Variabel Dan Defenisi Operasional Variabel ... 8

2. Skala Pengukuran ... 9

3. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 10

4. Populasi Dan Sampel ... 10

5. Jenis Dan Sumber Data ... 11

6. Teknik Pengumpulan Data ... 11

7. Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 12

8. Metode Analisis Data ... 12

BAB II URAIAN TEORITIS ... 15

A. Penelitian Terdahulu ... 15

B. Pengertian Perilaku Konsumen ... 16

C. Pengertian Respon ... 16

D. Hubungan Perilaku Konsumen Dengan Respon Konsumen ... 17

E. Dimensi-Dimensi Konsumen ... ... 17

F. Persepsi Konsumen ... 23

G. Sensitivitas Respon ... 24

H. Merek ... 24

I. Strategi Merek ... 25

J. Perluasan Merek ... 26

K. Hubungan Antara Konsep : Sensitivitas Respon Konsumen ... 29

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 32

A.Sejarah Perusahaan ... 32

B. Perkembangan Perusahaan ... 32

1. Misi Unilever ... 32

2. Produk-Produk Unilever ... 33

C. Prestasi dan Penghargaan Unilever ... 35


(7)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Uji Validitas dan Reabilitas ... 39

1. Uji Validitas 1 ... 39

2. Uji Validitas 2 ... 41

3. Uji Reliabilitas ... 42

B. Analisis Deskriptif ... 42

1. Identitas Responden ... 43

2. Deskriptif Variabel ... 44

C. Analisis Sensitivitas ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A.Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Top Brand Index

Tabel 1.2 : Brand Value Sabun Mandi Padat Tabel 1.3 : Brand Value Sabun Mandi Cair Tabel 1.4 : Jumlah Penjualan

Tabel 1.5 : Instrumen Skala Likert

Tabel 2.1 : Tingkatan-Tingkatan Respon Positif Tabel 2.2 : Tingkatan-Tingkatan Respon Negatif Tabel 4.1 : Item-Total Statistik

Tabel 4.2 : Item-Total Statistik Tabel 4.3 : Reliability Statistics Tabel 4.4 : Umur Responden

Tabel 4.5 : Jenis Kelamin Responden Tabel 4.6 : Stambuk Responden

Tabel 4.7 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Sabun Mandi Padat Lifebuoy Tabel 4.8 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Sabun Mandi Cair Lifebuoy Tabel 4.9 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Kesadaran (Brand Awarness) Tabel 4.10 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Pengetahuan (Knowledge) Tabel 4.11 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Kesukaan (Liking)

Tabel 4.12 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Kecenderungan (Preference) Tabel 4.13 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Keyakinan (Conviction) Tabel 4.14 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Pembelian (Purchase)

Tabel 4.15 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Kesadaran (Brand Awarness) Tabel 4.16 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Pengetahuan (Knowledge) Tabel 4.17 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Kesukaan (Liking)

Tabel 4.18 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Kecenderungan (Preference) Tabel 4.19 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Keyakinan (Conviction) Tabel 4.20 : Distribusi Pendapat Responen Terhadap Pembelian (Purchase) Tabel 4.21 : Kekuatan Respon Pada Sabun Mandi Padat Lifebuoy

Tabel 4.22 : Kekuatan Respon Pada Sabun Mandi Cair Lifebuoy

Tabel 4.23 : Kekuatan Respon Perluasan Merek Sebelum Perubahan (R0) dan Sesudah Perubahan (R1)

Tabel 4.24 : Kekuatan Stimulus Pada Sabun Mandi Padat Lifebuoy Tabel 4.25 : Kekuatan Stimulus Pada Sabun Mandi Cair Lifebuoy

Tabel 4.26 :Perubahan Kekuatan Stimulus Pada Sebelum Perubahan (S0) dan Sesudah Perubahan (S1)


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Penelitian Gambar 2.1 : Model Hierarchy Of Effect Gambar 2.2 : Brand Strategy


(10)

ABSTRAK

Rika Indah Sari Yanti, 2009. Analisis Sensitifitas Respon Konsumen Pada Perluasan Merek (brand extension) Sabun Mandi Merek Lifebuoy (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara), dibawah Bimbingan Dr. Endang S. Rini M.Si, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe SE. M.Si (Ketua Departemen Manajemen), Dr. Yeni Absah SE, M.Si (Penguji I), dan Dr. Beby Kaerina SE, MM (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis besarnya tingkat sensitifitas dan arah respon konsumen pada perluasan merek (brand extension) sabun mandi merek Lifebuoy pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, metode analisis sensitivitas respon dan metode statistik yaitu, uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan SPSS 16,00 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 37,74% dari responden adalah umur 19 tahun dan 75,47% dari konsumen stambuk 2008. Tingkat sensitivitas respon konsumen terhadap perluasan merek (brand extenson) dari sabun mandi padat Lifebuoy ke sabun mandi cair adalah 6,28. Sensitivitas ini lebih besar dari 1 maka termasuk dalam ukuran sensitif. Dapat diketahui bahwa kekuatan respon pada sabun mandi cair Lifebuoy lebih besar dari pada kekuatan respon pada sabun mandi padat Lifebuoy. Hal ini dapat dilihat dari selisih pengurangan nilai yaitu sebesar 101. Ini menunjukkan bahwa arah respon konsumen terhadap perluasan merek (brand extension) dari sabun mandi padat Lifebuoy ke sabun mandi cair Lifebuoy adalah positif. Adanya perluasan merek dari sabun mandi padat Lifebuoy ke sabun mandi cair Lifebuoy mampu membuat respon sensitif dan responden juga memberikan sikap positif untuk menggunakan sabun mandi cair Lifebuoy.


(11)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Diah Darmayanti pada tahun 2007 dengan judul ”Analisa Sensitivitas Respon Konsumen Terhadap

Ekstensifikasi Merek (brand extension) Pada Margarine Merek Filma di Surabaya”, dimana pada penelitian tersebut diperoleh dua kesimpulan. Kesimpulan

pertama adalah respon konsumen atas brand extension dari minyak goreng ke margarine Filma adalah 5,86. Oleh karena sensitivitas ini lebih besar dari satu maka termasuk dalam ukuran sensitif, berdasarkan hukum elastisitas (sensitivitas) semakin mendekati angka nol (0). Dengan demikian responden yang telah memakai minyak goreng Filma, dengan adanya margarine menjadi sensitif atau merespon dengan pengenalan, pengetahuan, kesukaan, pilihan, keyakinan dan keputusan pembelian terhadap margarine filma. Kesimpulan yang kedua adalah oleh karena nilai kekuatan respon dan atribut lebih tinggi pada margarine Filma maka arah perubahan adalah positif.

Perluasan merek dari minyak goreng ke margarin Filma mampu membuat responden sensitif serta memberikan respon positif untuk menggunakan margarine tersebut setelah mencoba minyak goreng Filma. Dengan perubahan respon yang positif tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menunjukkan sensitif positif.


(12)

B. Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut American Marketing Association ”Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka...” Sedangkan menurut Nugroho (2003:3) : ”Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, temasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.”

Berdasarkan kedua defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen dalam memilih maupun membeli suatu produk pasti melalui proses yang cukup rumit. Dikatakan rumit karena banyak variasi produk yang memungkinkan konsumen sulit dalam pembuatan keputusan. Maka dari itu, salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mempengaruhi keputusan konsumen adalah dengan melakukan bauran pemasaran (marketing mix), bisa berupa perubahan produk beserta elemen-elemennya atau melalui penyampaian kata-kata, gambar, atau simbol yang berkaitan dengan produk yang ditawarkan pada konsumen. Kegiatan bauran pemasaran tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi persepsi konsumen.

C. Pengertian Respon

Respon biasanya memainkkan peranan utama dalam membentuk sebuah perilaku. Dalam banyak hal, respon terhadap merek tertentu sering mempengaruhi apakah konsumen akan membeli atau tidak. Respon positif terhadap suatu merek akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap merek tertentu. Dan sebaliknya respon negatif akan menghalangi


(13)

konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk. Menurut Simamora (2003:126) : ”Respon adalah reaksi konsumen terhadap stimuli tertentu.” Sedangkan menurut Loudon dan Bitta (dalam Anwar,2000:4) : ”Respon merupakan hasil aktivitas individu sebagai reaksi dari adanya stimulus”. ”Stimuli atau stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu (Nugroho,2005:160).”

Berdasarkan defenisi diatas, dapat dilihat bahwa respon itu timbul bila ada stimuli yang kemudian ditanggapi sehingga timbul keinginan untuk bertindak. Respon hanya akan ada bila digambarkan dalam bentuk perilaku lisan dan perilaku perbuatan. Lalu timbul proses evaluasi yang menentukan apakah menerima atau tidak menolak terhadap obyek atau produk yang dihadapi.

D. Hubungan Respon Konsumen dan Perilaku Konsumen

Respon hanya salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, tetapi dalam keputusan tertentu faktor-faktor lain mungkin lebih berpengaruh dibanding respon. Implikasi pemasaran dari hubungan respon dan perilaku berkaitan dengan pengukuran komponen-komponen kognitif (berpikir) dan afektif (perasaan) dari respon pembeli, hasil pengukuran dapat didayagunakan untuk meramalkan perilaku.

E. Dimensi-dimensi Respon

Menurut Simamora (2003:134) dimensi-dimensi respon meliputi hal-hal sebagai berikut:


(14)

a. Tahap

Respon konsumen terhadap suatu produk melewati beberapa tahap, menurut model AIDA. Tahap respon meliputi perhatian (attention), ketertarikan (interest), keinginan (desire), dan tindakan (action). Perhatian dapat diartikan sebagai perhatian konsumen terhadap produk atau jasa dari beberapa pilihan yang tersedia di pasar. Setelah konsumen melewati tahap perhatian, maka akan timbul minat atau ketertarikan terhadap produk atau jasa yang mempunyai kelebihan bibanding produk atau jasa yang lain. Ketertarikan terhadap produk atau jasa itu, membuat mempunyai keinginan atau hasrat yang kuat untuk melakukan pembelian. Hasrat yang timbul dalam diri konsumen dipengaruhi oleh stimuli-stimuli baik internal maupun eksternal (Simamora 2003:126). Tahap yang terakhir adalah tindakan , yaitu dimana konsumen akan melakukan tindakan pembelian dari produk atau jasa yang sudah dipilih, akan tetapi tidak menutup kemungkinan konsumen dapat membatalkan pembeliannya karena faktor tertentu.

b. Panjang

Panjang maksimal stimulus tergatung model apa yang digunakan. Dengn model Hierarchy-of-effect, panjang responnya adalah enam. Namun, tidak berarti bahwa respon yang menggunakan AIDA lebih pendek dari pada model Hierarchy-of-effect. Justru, panajang maksimal respon pada setiap model adalah sama. Begitu pula panjang minimal. Sebuah respon yang maksimal (action) dalam model AIDA adalah empat. Ini sama panjangnya dengan respon maksimal dalam model Hierarchy-of-effect (purchase) yang panjangnya enam.


(15)

c. Arah

Ada dua arah respon, yaitu positif dan negatif. Respon positif terjadi apabila respon mengarah pada perilaku yang diinginkan. Jika menggunakan model AIDA, respon positifnya adalah perhatian, berminat ingin dan bertindak. Sedangkan respon negatifnya adalah menjadi bingung, tidak berminat, tidak ingin, dan tidak bertindak.

d. Lebar

Lebar menyatakan seberapa besar respon yang terjadi ditiap tahap. Lebar maksimal tergantung pada skala yang digunakan. Banyaknya kelas tergantung kemapuan untuk membentuk kategori lebar respon. Yang perlu diperhatikan adalah perbedaan nyata, perbedaan ini harus bersifat bertingkat dan perbedaan tingkatan terjadi secara merata. Tingkatan-tingkatan responnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Tingkatan-tingkatan Respon Positif Tahap

Respon

Lebar = 1 Lebar = 2 Lebar = 3

Awareness Brand Recognition

Familiar brand Top-of mind

Knowledge Tahu sedikit Tahu banyak Tahu semuanya

Liking Cukup suka Suka Sangat suka

Preference Second brand alternatives

Together with other brand (divided brand preference)

The only once (top of hearth) alternative

Conviction Cukup yakin Yakin Sangat yakin

Purchase Sekedar mencoba

Pembeli teratur Pembeli teratur sekaligus mempromosikan produk kepada orang lain


(16)

Tabel 2.2

Tingkatan-Tingkatan Respon Negatif Tahap

Respon

Lebar = 1 Lebar = 2 Lebar = 3

Awareness Samar-samar (antara ingat dan lupa)

Lupa tetapi masih bisa diingat

Lupa sama sekali

Knowledge Cukup bingung Bingung Sangat bingung

Liking Cukup tidak suka Tidak suka Sangat tidak suka

Preference Merek yang tidak dipilih

Menghindari merek Memusuhi merek

Conviction Cukup tidak yakin Tidak yakin Sangat tidak yakin

Purchase Mengurangi pembelian

Menghentikan pembelian kembali, tetapi tetap memakai produk yang dibeli

Mengembalikan

produk uang telah dibeli kepada penjual

Sumber : Simamora (2003:137)

Contoh Model Hierarchy Respon Model Hierarchy of Effect Area Cognitive

Area Effective

Area Behavior

Sumber : Kotler (2003:568)

Gambar 2.1 Model Hierarchy of Effect

Awareness

Knowledge

Liking

Preference

Conviction


(17)

Menurut gambar 2.1 tahapan dalam model Hierarchy of Effect terdiri dari tiga area yaitu : (Kotler,2003:568)

1. Area Kognitif (Cognitive Area)

Area ini adalah area dimana konsumen menyadari akan kebenaran suatu produk atau jasa kemudian konsumen mulai mengerti dan mengetahui fungsi produk atau jasa tersebut. Area kognitif meliputi: a. Kesadaran (Brand Awarness)

Jika pasar sasaran belum mengenal produk, maka perusahaan perlu membuat promosi agar mereka mulai mengenal produk, maka perusahaan perlu membuat promosi agar mereka mulai mengenal produk. Dengan kata lain, pasar sasaran sadar bahwa produk itu ada. Kegiatan promosi seperti ini perlu untuk produk-produk baru. b. Pengetahuan (Knowledge)

Bisa saja pasar sasaran kenal, sadar atau ingat nama produk, tetapi tidak tahu banyak mengenai produk. Pengetahuan merupakan respon kedua setelah kesadaran. Jika mencapai tahap ini, tentu perusahaan harus membuat promosi yang informatif.

2. Area Efektif (Effective Area)

Area ini mencakup tahap dimana konsumen mulai timbul perasaan suka dan yakin akan produk atau jasa yang disukainya. Setelah produk atau jasa tersebut menjadi pilihannya untuk dikonsumsi. Area efektif meliputi:

a. Kesukaan (Liking)

Jika mereka suka atau berminat terhadap produk tersebut, artinya target pasar sasaran sudah samapai pada tahap ketiga dalam


(18)

model yang digunakan. Bisa saja pasar sasaran menyukai produk tetapi tidak menempatkannya lebih penting dibanding produk-produk lain yang sama.

b. Pilihan (Preference)

Jika target pasar sasaran sudah menempatkan produk sebagai pilihan pertama, maka pasar sasaran sudah sampai pada tahap preferensi dalam model.

c. Keyakinan (Conviction)

Bisa saja pasar sasaran sudah menjadikan produk sebagai pilihan, akan tetapi tidak memiliki keyakinan yang pasti mengenai produk, biasanya orang-orang akan lebih mempromosikan juga kepada orang lain. Sehingga perusahaan dapat memperoleh promosi gratis melalui komunikasi dari mulut ke mulut (word-of mouth communication)

3. Area Tindakan (Behavior Area)

Area ini merupakan tahap akhir konsumen yaitu konsumen akan mulai melakukan pembelian, area ini adalah Pembelian (purchase). Inilah tahap terakhir dalam proses. Pada akhirnya, pasar sasaran yang sudah dikenal, tahu menjadikan produk sabagai pilihan dan yakin akan pilihannya akan membeli produk pada saat yang tepat.

e. Kekuatan

Iklan sebuah merek sangat erat kaitannya dengsn respon konsumen. Semakin kuat respon tersebut dalam mempengaruhi konsumen maka respon dari konsumen terhadap merek produk yang diiklan juga semakin besar, demikian juga sebaliknya. Untuk mengukur kekuatan respon, harus


(19)

memperhatikan dua dimensi, yaitu panjang dan lebar. Dengan mengalikan kedua dimensi ini, maka akan diperoleh kekuatan respon.

f. Kecepatan

Kecepatan dalam memberikan respon berbeda-beda pada tiap konsumen. Ada yang sampai pada tahap pembelian begiru mendapat stimuli, adapula yang setelah waktu yang sangat lama baru melakukan pembelian. Bahkan, ada yang tidak sampai pada tahap pembelian sama sekali.

g. Lama bertahan

Ada respon sesaat, ada pula respon yang berlangsung dalam jangka waktu panjang. Dalam persepsi respon yang berlangsung sesaat dinamakan sensasi.

F. Persepsi konsumen

Menurut Kotler (2003:197): ” Persepsi merupakan suatu proses dimana individu memilih, mengorganisasikan, dan menginterprestasikan rangsangan menjadi suatu gambar yang berarti dan saling terkait terhadap obyek yang dihadapi.” Sedangkan menurut Nugroho (2003:160): ”Persepsi konsumen dapat didefenisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu,nstimulus (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima indera.”


(20)

G. Sensitivitas Respon

Menurut Simamora (2003:201): ”Sensitivitas respon adalah tingkat perubahan respon sebagai damapak perubahan dihitung dengan persentase. Jadi, sensitivitas respon adalah persentase perubahan stimuli.”

H. Merek

Menurut American Marketing Assosiation dalam Rangkuti (2002:1), defenisi merek adalah sebagai berikut:

“Merek adalah nama, tanda, symbol, atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pembelian merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing”

Menurut Kotler (2003:575): “Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol atau rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.”

Menurut Rangkuti (2002:2): merek dapat juga dibagi dalam pengertian lainnya seperti:

1. Brand Name (nama merek) yang merupkan bagian dari yang dapat diucapkan.

2. Brand Mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan. Seperti lambang, desain huruf atau warna khusus.

3. Trade Mark (tanda merek dagang) yang merupakn merek atau sebagian merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan


(21)

sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjual dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek (tanda merek).

4. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis, karya musik atau karya seni.

I. Strategi Merek

Exiting Product New Product Category Exiting Brand Line Extension Brand Extension

New Brand Multi Brand New Brand

Sumber : Kotler (2003:555) Gambar 2.2 Brand Strategy

Menurut Kotler (2003:556) perusahaan memiliki empat pilihan dalam hal strategi merek yang ditunjukkan pada gambar 2.2 yaitu:

1. Perluasan Lini (Line Extension)

Perluasan lini terjadi bila perusahaan memperkenalkan unit tambahan dalam kategori produk yang sama, biasanya dengan tampilan baru seperti rasa, bentuk, warna baru, tambahan, ukuran kemasan dan lainnya.

2. Perluasan Merek (Brand Extenson)

Perluasan merek dapat terjasi bila perusahaan memutuskan untuk menggunakan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori baru.

3. Mullti Merek (Multi Brand)

Multi merek dapat terjadi apabila perusahaan memperkenalkan berbagai merek tambahan dalam kategori produk yang sama.


(22)

4. Merek Baru (New Brand)

Merek baru dapat dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki satupun merek yang sesuai dengan produk yang dihasilkan atau apabila citra dari merek tersebut tidak membantu untuk produk baru tersebut.

J. Perluasan Merek

Menurut Rangkuti (2002:11): ”Perluasan merek dapat terjadi apabila perusahaan memutuskan untuk menggunakan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori produk baru.” Dalam situasi persaingan bisnis yang kian lama makin ketat ini, perluasan merek merupakan salah satu strategi untuk memperkenalkan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori baru. Tujuan dari adanya penerapan perluasan merek ini adalah perusahaan mengharapkan merek yang sudah terkenal bisa mendorong dan meningkatkan penjualan serta supaya konsumen tidak merasa asing lagi terhadap produk baru yang ditawarkan tersebut sehingga kehadirannya dengan cepat diterima konsumen.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rangkuti (2002:127), penerapan perluasan merek memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap merek yang sudah ada. Dengan demikian penelitian mengenai merek merupakan faktor yang sangat penting karena hal ini sangat mempengaruhi merek yang sudah ada, khususnya apabila konsumen sangat mengetahui tentang merek tersebut.

Menurut Rangkuti (2002:114), perluasan merek secara umum dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:


(23)

1. Perluasan lini (line extension)

Artinya perusahaan membuat produk baru dengan menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induk. Meskipun target market produk yang baru tersebut berbeda, tetapi kategori produknya sudah dilayani oleh merek induk (merek yang lama).

2. Perluasan kategori (category extension)

Artinya perluasan tetap menggunakan merek induk yang lama untuk memasuki kategori produk yang sama sekali berbeda dari yang dilayani oleh merek induk sekarang.

a. Strategi Perluasan Merek

Menurut Tauber dalam Rangkuti (2002:116) strategi yang digunakan untuk perluasan merek antara lain:

1. Memperkenalkan produk yang sama dengan bentuk yang berbeda. 2. Memperkenalkan produk yang mengandung rasa, campuran bahan

kimia, atau komponen yang berbeda.

3. Memperkenalkan produk-produk ikutan sebagai pelengkap produk dan merek utama.

4. Memperkenalkan produk baru yang sesuai dengan teknologi yang dikuasai perusahaan.

5. Memperkenalkan produk yang relevan dengan merek yang di-franchise-kan.

6. Memperkenalkan produk baru yang merefleksikan keunggulan, atribut, fitur dari produk lama.

7. Memperkenalkan produk baru yang menggunakan merek terkenal yang sudah dimiliki perusahaan.


(24)

b. Keunggulan dan Kelemahan Perluasan Merek

Keunggulan dari perluasan merek menurut Rangkuti (2002:121) adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi persepsi resiko ditolaknya produk tersebut oleh pelanggan.

2. Memanfaatkan kemudahan saluran distribusi yang sudah ada. 3. Meningkatkan efesiensi biaya promosi.

4. Mengurangi biaya perkenalan produk baru serta program tindak lanjut pemasaran.

5. Mengurangi biaya pengembangan produk baru.

6. Menyediakan variasi pilihan produk kepada pelanggan. 7. Meningkatkan efesiensi desain logo dan kemasan.

Sedangkan kelemahan perluasan merek menurut Rangkuti (2002:121) adalah sebagai berikut:

1. Dapat membingungkan pelanggan dalam memilih produk mana yang paling baik.

2. Retail cenderung beranggapan bahwa perluasan lini semata-mata merupakan me-too product, yaitu semata-mata merupakan photo copy dari merek yang sudah ada, sehingga mereka tidak perlu menyimpan stok produk tersebut.

3. Dapat merusak merek induk yang sudah ada.

4. Seandainya produk baru dengan perluasan lini tersebut sukses dipasar, ada kemungkinan ia memakan merek induk yang sudah ada. Penyebabnya adalah konsumen induk yang sudah ada beralih keproduk baru.


(25)

5. Merek tersebut menurun kekuatannya. Merek yang sebelumnya hanya fokus kesalah satu kategori saja, akibat dari adanya perluasan merek, menjadi memiliki bermacam-macam kategori sehingga tidak memiliki identitas yang jelas.

6. Seandainya perluasan merek tersebut dilakukan tidak secara konsisten. Artinya, atribut atau manfaat ysng melekat pada merek tersebut saling bertentangan dengan merek induk, sehingga konsumen merubah persepsinya.

7. Seandainya perluasan merek tersebut dilakukan secara besar-besaran, hal ini menyebabkan menurunnya persepsi terhadap merek tersebut.

K. Hubungan Antara Konsep : Sensitivitas Respon Konsumen

Menurut Peter dan Olson (2002:22) ”menjelaskan bahwa perilaku yang timbul dari diri seseorang didorong oleh adanya kebutuhan. Kebutuhan yang ada pada diri seseorang mendorong seseorang untuk berperilaku.” Respon perilaku seseorang selalu berorientasi pada tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan yang diinginkannya atau berbuat sesuatu sehingga setiap perilaku yang ditampilkan seseorang dalam kehidupan sehari-hari adalah semuanya itu untuk mewujudkan sebuah kepuasan. Manusia mempunyai tingkat kebutuhan yang berbeda antara satu dengan yang lain, demikian juga nilai intensitas kebutuhannya pun juga berbeda-beda.

Respon bisa mencakup area pengetahuan (cognitive response), area perasaan (affective response), dan area tindakan (behavioral response). Respon berperan penting dalam membentuk perilaku konsumen, sehingga


(26)

akan mempengaruhi seorang konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk dengan waktu tertentu. Respon yang positif terhadap merek tertentu memungkinkan konsumen melakukan pembelian, sedangkan respon negative akan menjadi salah satu penghambat bagi konsumen dalam melakukan pembelian. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek produk tertentu akan besar kemungkinannya untuk cenderung mengamati sekecil apapun perubahan yang dilakukan oleh perusahaan atas merek tersebut. Tujuan dari perubahan ini adalah untuk menstimulasi dengan harapan dapat meningkatkan penjualan, oleh karena itu perubahan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan respond an sensasi konsumen yang bisa mendorong timbulnya sensitivitas melalui perubahan stimuli.

Perubahan produk dan image yang menjadi stimuli ini pada akhirnya akan membentuk tingkat sensitivitas konsumen dimana sensitivitas itu akan membentuk sensasi konsumen yang merupakan titik awwal pembentukan persepsi. Sehingga akhirnya konsumen mampu menginterprestaasikan stimuli kedalam suatu gambaran dunia yang mengglobal. Sensitivitas yang tinggi akan menghasilkan kebutuhan yang paling kuat pada saat tertentu yang akan menggerakkan sensitivitas seseorang untuk berperilaku kearah tercapainya tujuan.


(27)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar global telah mengakibatkan kondisi persaingan yang sangat tinggi, para pelaku pasar dan produsen dituntut agar dapat bersaing dalam kompetisi ini. Seiring dengan globalisasi dan perkembangan jaman, teknologi dan perubahan gaya hidup manusia modern, tingkat kebutuhan dan keinginan konsumen turut berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu. Proses pemasaran tidak hanya melibatkan pertempuran produk, akan tetapi juga melibatkan pertempuran mengenai persepsi konsumen. Untuk membangun sebuah persepsi dapat dilakukan dengan mengenal identitas merek dan memahami perilaku merek. Merek saat ini telah menjadi asset perusahaan yang paling bernilai. Selain sangat membantu dalam penetrasi pasar, merek yang kuat dapat menciptakan loyalitas, selain itu merek juga lebih bermakna daripada sekedar produk. Produk hanya menjelaskan atribut fisik berikut dimensinya sehingga tidak lebih dari komoditi yang dapat dipertukarkan. Sedangkan merek dapat menjelaskan emosi serta hubungan secara spesifik dengan pelanggannya (Rangkuti, 2004:93).

Perluasan merek (brand extension) merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga keutuhan citra merek dimata konsumen. Strategi perluasan merek memberikan sejumlah keuntungan, karena merek tersebut pada umumnya lebih cepat dihargai (karena sudah kenal sebelumnya), sehingga kehadirannya dapat cepat diterima oleh konsumen karena dari perspektif konsumen merek yang terpercaya merupakan jaminan atas konsistensi kinerja suatu produk dan


(28)

menyediakan manfaat yang dicari konsumen ketika membeli produk atau merek tertentu (Suyanto, 2007:77).

Perluasan merek (brand extension) inilah yang dilakukan oleh perusahaan PT. Unilever Indonesia dalam rangka memperkenalkan produk-produk baru dengan varian yang berbeda dengan menggunakan merek yang telah ada. Hal ini dilakukan untuk menghadapi banyaknya perusahaan pesaing, termasuk perusahaan besar seperti P&G, Wings dan Indofood. PT. Unilever Indonesia melakukan brand extention pada beberapa produk yang dikembangkan ke dalam beberapa kategori produk baru, salah satunya yaitu Sabun Mandi Lifebuoy. Di Indonesia, salah satu produk Unilever yang menjadi pemimpin pasar adalah Lifebuoy. Strategi perluasan merek (brand extension) Lifebuoy pada penelitian ini dimulai dari Sabun Mandi Padat Lifeboy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy. Lifebuoy yang sudah kuat dipasar sabun telah menjadi Top Brand Index sabun mandi dan mengantongi peringkat pertama dengan persentase 43,0% di Indonesia (Majalah Marketing Vol 1, 2008).

Tabel 1.1

Top Brand Index Kategori Sabun Mandi 2008

Merek Top Brand Index

Lifeboy 43,0%

Lux 23,2%

Nuvo 8,2%

Giv 8,0%

Shinzu'i 2,9%

Sumber : Majalah Marketing Vol 1,2008

Lifebuoy adalah salah satu merek tertua, suatu merek yang benar-benar mendunia sebelum istilah merek global diciptakan. Sabun disinfektan royal Lifebuoy diluncurkan pada tahun 1894 sebagai suatu produk baru yang terjangkau di Inggris, untuk mendukung orang mendapatkan kebersihan diri yang lebih baik. Setelah diluncurkan, sabun mandi Lifebuoy menjangkau negara-negara seperti India, suatu negara tempat sabun ini masih merupakan merek terkemuka di pasar. PT. Unilever


(29)

Indonesia memanfaatkan kekuatan merek Sabun Mandi Padat Lifebuoy dengan mengekstensifikasi ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy.

Menurut survei yang dilakukan SWA bersama MarkPlus dan MARS, Lifebuoy adalah salah satu produk yang memiliki brand value tertinggi pada tahun 2003 sampai dengan 2008 untuk kategori sabun mandi padat dan peringkat ke dua untuk kateori sabun mandi cair.

Tabel 1.2

Brand Value Sabun Mandi Padat 2006-2008 (dalam persen)

Merek Brand Value 2006 Brand Value 2007 Brand Value 2008

Lifebuoy 39,4 48,4 285,5

Lux 29,0 31,8 159,5

Nuvo 8,4 15,4 51,8

Giv 7,6 14,7 40,8

Shinzui 3,7 11,7 -

Sumber : Majalah SWA No.18/XXIV/September 2008 Tabel 1.3

Brand Value Sabun Mandi Cair 2006-2008 (dalam persen)

Merek Brand Value 2006 Brand Value 2007 Brand Value 2008

Lux 36,1 39,0 238,3

Lifebuoy 28,0 37,4 190,5

Biore 10,1 18,8 53,2

Dove 2,6 11,2 15,1

Nuvo 1,7 - 18,6

Sumber : Majalah SWA No.18/XXIV/September 2008

Perlindungan dan kebersihan adalah komitmen Lifebuoy untuk masyarakat. Tujuan Lifebuoy adalah memberikan solusi kebersihan dan kesehatan yang terjangkau dan mudah diperoleh sehingga orang dapat menjalani hidup tanpa rasa khawatir dengan kebersihan dan akibatnya terhadap kesehatan. Oleh karena itu, sejak bertahun-tahun yang lalu Lifebuoy telah membuat program-program pertanggung jawaban


(30)

sosial untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada masyarakat tentang arti penting menjaga kebersihan. Program-program yang telah dilakukan Lifebuoy antara lain kampanye membudayakan menuci tangan dengan sabun, kampanye kebersihan lingkungan, menyumbang sarana Masyarakat Cinta Kebersihan (MCK) untuk masyarakat miskin, menyumbang sarana kebersihan untuk sekolah-sekolah dalam program “berbagi sehat” yang pada intinya mengajak masyarakat untuk saling mengingatkan untuk menjaga kebersihan.

Pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa Lifebuoy selalu meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 Lifebuoy berada pada peringkat pertama degan persentase sebesar 285,5% untuk kategori sabun padat. Dalam perkembangannya Lifebuoy mulai melirik untuk memasuki kategori produk yang baru. Setelah melakukan variasi produk dengan melakukan perluasan merek ke sabun cair, perluasan merek yang paling baru yang dilakukan Lifebuoy adalah dengan mengeluarkan produk baru berupa shampo pada tahun 2006 lalu. Perluasan merek (brand extension) dari Sabun Mandi Padat Lifebuoy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy tentu saja memberikan pengaruh terhadap respon konsumen. Konsumen atau bahkan pasar secara keseluruhan akan memberikan perhatian, minat, keinginan, keyakinan bahkan mungkin pembelian terhadap Sabun Mandi Cair Lifebuoy.

Sensitivitas respon yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat perubahan respon yang terjadi karena perubahan stimuli akibat adanya perluasan merek (brand extension). Generalisasi stimulus terjadi pada saat respon terhadap suatu stimulus dibangkitkan oleh stimulus lain yang serupa tetapi berbeda.(Simamora, 2003:154). Stimuli yang terbentuk dari Sabun Mandi Cair Lifebuoy yang sudah dikenal oleh banyak konsumen seperti membunuh kuman ditangan yang dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan, aroma Lifebuoy


(31)

yang khas, membantu melembabkan kulit, memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap kuman dan menimbulkan busa yang kaya pada kulit.

Berdasarkan prasurvei yang dilakukan penulis, dimana survei yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara angkatan 2008 sampai dengan 2009 diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara angkatan 2008-2009 lebih dominan menggunakan Sabun Mandi Cair Lifebuoy untuk perawatan tubuh. Hal ini juga dapat dilihat dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada Pasar Padang Bulan melalui divisi pemasaran sabun mandi PT.Unilever Indonesia. Dimana terdapat banyak konsumen yang menggunakan Sabun Mandi Cair Lifebuoy.

Tabel 1.4

Jumlah Penjualan Lifebuoy 2008 Pasar Padang Bulan Medan Nama Produk

Jumlah

Penjualan Persentase

Lifebuoy Bar Soap 33.002.970 Kotak 39%

Lifebuoy Body Wash 25.386.900 Botol 30%

Lifebuoy Clear Skin 15.232.140 Botol 18%

Lifebuoy Shampo 11.000.990 Botol 13%

Sumber : Divisi Pemasaran PT. Unilever Indonesia (data diolah)

Tabel 1.4 menunjukkan data penjualan Sabun Mandi Lifebuoy pada tahun 2008. Untuk peringkat tertinggi diduduki oleh Lifebuoy Bar Soap yang mampu menjual 33.002.970 kotak atau dengan persentase 39%, peringkat ke dua yaitu Lifebuoy Body Wash menjual sekitar 25.386.900 botol dengan persentase 30%, peringkat ke tiga yaitu Lifebuoy Clear Skin dengan penjualan 15.232.140 botol atau 18%, dan untuk peringkat terakhir diduduki oleh Lifebuoy Shampo dengan penjualan 11.000.990 botol atau 13%.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Analisis Sensitifitas Respon Konsumen Pada


(32)

Perluasan Merek (brand extension) Sabun Mandi Merek Lifebuoy (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat diambil suatu rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah konsumen sensitive terhadap perluasan merek (brand extension) Sabun Mandi Padat Lifebuoy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara?

2. Kemana arah konsumen terhadap perluasan merek (brand extension) Sabun Mandi Padat Lifebuoy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara?

C. Kerangka Konseptual

Sensitifitas respon merupakan tingkat kepekaan atau perubahan kesadaran konsumen terhadap kehadiran suatu produk yaitu merek baru yang mempengaruhi perilakunya dalam memenuhi kebutuhannya sebagai dampak adanya perluasan merek sabun mandi merek Lifebuoy.

Tingkat sensitifitas dan arah respon konsumen terhadap fenomena perluasan merek (brand extension) dianalisis dengan menggunakan model Hierarchy-of-effect yang meliputi enam tahap yaitu: kesadaran (brand awareness), pengetahuan (knowledge), kesukaan (liking), kecenderungan (preference), keyakian (conviction), dan pembelian (purchasing).


(33)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian Sumber: (Simamora 2003:128) data diolah D. Hipotesis

”Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiono:2003:51).”

Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah:

1. Konsumen sensitive terhadap perluasan merek (brand extension) Sabun Mandi Padat Lifebuoy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy.

2. Konsumen memiliki arah positif pada perluasan merek (brand extension) Sabun Mandi Padat Lifebuoy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Mengetahui dan menganalisis besarnya tingkat sensitifitas dan arah respon konsumen pada perluasan merek (brand extension) sabun mandi merek Lifebuoy pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Sebagai sumbangan informasi dan masukan agar dapat melakukan strategi perluasan merek yang tepat dan mengetahui secara jelas respon konsumen Sensitivitas

Respon Konsumen: 1. Kesadaran 2. Pengetahuan 3. Kesukaan 4. Kecenderungan 5. Keyakinan 6. Pembelian

Perluasan Merek (brand Extension)


(34)

terhadap perluasan merek sehingga bisa meraih kesuksesan yang diharapkan.

b. Bagi Penulis

Untuk memperdalam pengetahuan dibidang manajemen pemasaran mengenai sensitivitas dan arah respon konsumen terhadap perluasan suatu merek (brand extension)

c. Bagi Pihak lain

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang

F. Metode Penelitian

1. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel

a. Sensitifitas respon adalah tingkat perubahan respon sebagai dampak perluasan merek sabun mandi merek Lifebuoy. Tingkat perubahan dihitung dengan persentase. Dinyatakan sensitive apabila memiliki nilai sensitivitas lebih dari satu dan sebaliknya apabila tidak sensitive maka nilai sensitivitas kurang dari satu. Hal ini ditunjukkan dengan indikator:

1) Kesadaran merek (brand awareness). Pada fase awal, awareness berasal dari ditangkapnya informasi tentang merek dan produk oleh konsumen, baik oleh usaha yang dilakukan oleh konsumen sendiri dalam aktivitasnya (baik sengaja maupun tidak sengaja mencari) ataupun oleh aktivitas pro aktif pengelola produk/merek untuk mengkomunikasikan produk. Indikatornya adalah sebagai merek yang mudah diingat, mudah dikenali dan memiliki ciri khas.


(35)

2) Pengetahuan (knowledge). Perusahaan perlu membuat pelanggan mengetahui produk yang ditawarkan, mulai dari functional benefit sampai dengan emotional benefit yang akan diterimanya. Dengan mengetahui semua informasi atau knowledge

3) Tingkat kesukaan (liking). Setelah adanya perluasan merek konsumen akan mulai menyukai produk tersebut. Indikatronya adalah merek tersebut menjadi lebih disukai, diminati juga menjadi merek favorit.

mengenai produk, maka pelanggan akan merasa dihargai dan akan lebih menghargai produk tersebut maupun perusahaannya. Indikatornya adalah sebagai merek yang mudah dimengerti tujuannya, informasi yang tersedia mudah diserap dan deskripsi tentang produk jelas.

4) Kecenderungan (preference). Kecenderungan konsumen terhadap tingkat pemilihan produk. Indikotornya adalah memiliki beragam pilihan keharuman dan mudah didapat.

5) Keyakinan (conviction.). Keyakinan membentuk citra produk dan merek, dan orang akan bertindak berdasarkan citra dan jaminan merek terserbut. Indikatornya adalah aman bagi semua jenis kulit dan mempumyai kualitas.

6) Pembelian (purchase), ini adalah tahapan akhir dalam proses. Pada akhirnya, pasar sasaran sudah dikenal, tahu, suka, dan menjadikan sabun mandi Lifebuoy sebagai pilihan serta yakin akan pilihannya dan akan membeli dan memakai merek Lifebuoy.

b. Perluasan merek adalah strategi perusahaan untuk menggunakan merek yang sudah ada pada produknya pada suatu kategori baru. Perluasan merek yang dilakukan oleh PT. Unilever Indonesia termasuk perluasan kategori,


(36)

yaitu tetap menggunakan merek Lifebuoy untuk kategori produk yang berbeda yaitu produk sabun mandi.

2. Skala Pengukuran

Menurut Sugiono (2006:84): ”Skala Likert yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Penelitian ini menggunakan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skala 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian. Skala yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.5

Instrumen Skala Likert

No Alternatif Jawaban Skor

1 Setuju Sekali (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Netral (N) 3

4 Kurang Setuju (KS) 2

5

Tidak Setuju Sekali (TSS) 1

Sumber: Sugiono (2006:105), data diolah. 3. Lokasi Penelitian dan Waktu

Lokasi penelitian adalah di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara jalan Universitas No.28 Kampus USU Padang Bulan. Penelitian ini direncanakan mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan September 2009.

4. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik suatu kesimpulan (Sugiono


(37)

2004:72). Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara angkatan 2008 sampai dengan 2009. Jumlah yang diperoleh adalah 53 dari 95 orang mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 53 orang, yang diperoleh berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Mengenal adanya sabun mandi Lifebuoy.

2. Pernah menggunakan Sabun Mandi Padat Lifebuoy dan Sabun Mandi Cair Lifebuoy

b. Sampel

Penentuan jumlah sampel menggunakan teknik sampling sensus. Sampling sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2005:78), sehingga jumlah sampel penelitian ini adalah 53 orang.

5. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu:

a. Data primer

”Data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber asli (Kuncoro,2003:136).” Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa yang menggunakan Sabun Mandi Padat Lifebuoy dan Sabun Mandi Cair Lifebuoy di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

b. Data Sekunder

”Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain (Kuncoro,2003:136).” Data ini diperoleh peneliti berupa jumlah


(38)

mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara, studi pustaka baik dari buku maupun jurnal, internet, majalah, informasi dari perusahaan bersangkutan dan tabloid yang dapat mendukung penelitian ini.

6. Tehnik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Kuesioner

Menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden terpilih tentang bagaimana pengaruh faktor kesadaran, pengetahuan, kesukaan, kecenderungan, keyakinan dan pembelian terhadap pembentukan sensitivitas respon konsumen terhadap perluasan merek (brand extension) dari Sabun Mandi Padat Lifebuoy ke Sabun Mandi Cair Lifebuoy pada mahasiswa Fakultas Ilmu komputer Universitas Sumater Utara.

b. Studi Dokumentasi

Studi kepustakaan dibuat untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam buku yang memberikan landasan bagi perumusan hipotesis, penyusunan kuesioner, dan pembahasan teoritis. Penelitian ini juga menyertai informasi yang dapat melalui artikel yang relevan dan jurnal-jurnal ilmiah dan buku-buku lain yang berkaitan dengan penelitian.

7. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16,00 dengan kriteria sebagai berikut:


(39)

b. Jika r hitung < r tabel b. Uji Reliabilitas

, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16,00 butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika r alpha positif atau > r tabel maka pertanyaan reliabel. b. Jika r alpha negatif atau < r tabel maka pertanyaan tidak reliabel.

8. Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode ini merupakan suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah yang sedang diteliti.

b. Metode Analisis Sensitivitas Respon

Metode ini menganalisis tingkat perubahan respon sebagai dampak perubahan stimuli. Tingkat perubahan dihitung dengan persentase. Sensitivitas respon adalah tingkat perubahan respon dibagi persentase

perubahan stimuli. Tingkat perubahan dihitung dengan

persentase.”Dikatakan sensitive apabila memiliki nilai sensitivitas lebih dari satu, dan sebaliknya dikatakan tidak sensitive jika nilai sensitivitas kurang dari satu (Simamora, 2003:216)

Secara sistematis, kalimat ini dapat ditulis menjadi (Simamora, 2003:201): Sr =

%∆S

%∆R

Dimana :


(40)

∆R : perubahan respon ∆S : perubahan stimuli

Perubahan respon dapat ditulis dengan rumus berikut (Simamora, 2003:201):

∆R = R1 – R

Dimana:

0

R1

R

= respon setelah perubahan

0

Persentase perubahan respon dihitung dengan rumus: = respon sebelumnya

%∆R = R1 – R0

R0

x 100%

Alat-alat (formula) diatas hanya mampu menunjukkan persentase perubahan kekuatan respon dari Lifebuoy sabun mandi padat (R0) dengan

kekuatan respon dari Lifebuoy sabun mandi cair (R1

Sementara itu perubahan stimuli dihitung denga rumus berikut :

) secara keseluruhan.

∆S = S1 – S

Dimana :

0

S1

S

: stimuli setelah perubahan

0

Persentase perubahan stimuli dihitung dengan rumus : : stimuli sebelumnya

%∆S = S1 – S0

S0


(41)

Dengan demikian, sensitivitas respon dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut Simamora (2003:202)

R1 – R0

Sr = R0

x 100%

S1 – S0

S0

x 100%

Sr = R1 – R0 x S0

S0 S1 – S

Sr =

0

∆R x ∆S R

S0

Sr =

0

∂R x ∂S S

R

Sensitif atau tidak sensitif dapat dilihat dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika Sr < 1, maka dinyatakan tidak sensitif


(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No.34.

Nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980. Nama perusahaan diubah lagi menjadi PT Unilever Indonesia Tbk dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.

PT Unilever Tbk bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.

B. Perkembangan Perusahaan 1. Misi Unilever

Misi Unilever adalah peningkatan vitalitas hidup. Unilever memenuhi kebutuhan akan nutrisi, kesehatan dan perawatan pribadi sehari-hari dengan


(43)

Axe memberi pria Indonesia keunggulan tersendiri dalam mendapatkan pasangan kencan

produk-produk yang membuat para pemakainya merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan.

Prinsip bisnis Unilever menjabarkan standar operasional yang harus dilaksanakan oleh semua karyawan Unilever di seluruh dunia, yang mendukung pendekatan Unilever terhadap tata kelola dan tanggung jawab perusahaan.

Keinginan untuk mendapatkan vitalitas, kesehatan dan gizi merupakan prioritas Unilever dan Unilever akan terus bekerja keras untuk mengembangkan produk baru yang memungkinkan pengkonsumsian makanan sehat menjadi nikmat, menyegarkan dan terjangkau untuk setiap orang di manapun juga.

2. Produk-Produk Unilever

a. Kategori Perawatan Pribadi

Sunsilk mendorong remaja untuk mandiri dan menyadari potensi mereka. Clear secara Aktif memberikan jalan keluar terbaik dari ketombe dan masalah-masalah kulit kepala lain Pond’s memahami bahwa wanita selalu merasa berkepentingan dengan kulit yang indah. Lux, mendorong kaum perempuan untuk berani menggali potensi kecantikan dalam dirinya. Rexona, tidak akan pernah membuat para pria dan wanita Indonesia takut lagi terhadap keringat di bawah ketiak


(44)

b. Kategori Makanan Citra memberikan wanita kecantikan alami secara keseluruhan Bango, benar-benar kecap Lifebuoy berbagi sehat – Menularkan kebiasaan cuci tangan dengan sabun kepada anak-anak sekolah Pepsoden membebaskan anak dari gigi berlubang melalui program edukasi perawatan dan kesehatan gigi. Wall’s membawa keceriaan dan kegembiraan dalam kebersamaan. Taro adalah salah satu merek makanan ringan unggulan di Indonesia. Hangatnya kebersamaan bersama Sariwangi. Memberdayakan wanita Indonesia dan membantu memenuhi kebutuhan gizi keluarga Blue band satukan hati bersama anak-anak.


(45)

c. Kategori Perawatan Rumah

Semua data mengenai produk-produk diperoleh melalui situs

C. Prestasi Dan Penghargaan

Posisi Unilever yang kuat sebagai pemimpin pasar telah diakui melalui berbagai penghargaan nasional dan regional yang diterimanya. Berikut penghargaan yang diterima Unilever dalam empat tahun terakhir:

1) Pada tahun 2004, PT. Unilever Indonesia menerima 47 penghargaan lokal dan regional baik dari berbagai media massa papan atas maupun instansi pemerintah.

2) Pada tahun 2005, 71 penghargaan diterima Unilever, antara lain: The Indonesian Costumer Loyalty Awards (SWA and MARS), peringkat teratas untuk Coorporate Government in Indonesian (The Asset Magazine). Dalam Indonesian Best Brand Awards dan Golden Indonesian Best Brand Awards (SWA and MARS) Unilever mendapatkan 17 penghargaan. Most Admired Knowledge Enterprise (Dunamis Organization Services). Indonesia’s Most Admires Company 2005 (Business Week and Frontier). International Energy

Rinso memberikan hasil cuci yang paling bersih dan pengalaman berpakaian yang terbaik.

Sunlight merupakan pembersih ampuh yang membuat peralatan rumah tangga menjadi lebih mudah dibersihkan.


(46)

Glopbe Award untuk program lingkungsn hidup kategori air. Padma Award dari departemen social dan masih banyak lagi.

3) Pada tahun 2006 PT. Unilever Indonesia melalui brand-brand yang dimilikinya kembali membuktikan keunggulannya dengan meraih 10 penghargaan dalam “Indonesian Best Brand Awards 2006” (IBBA) yang diselenggarakan oleh majalah SWA dan MARS. Ajang ini merupakan program regular pemberian penghargaan terhadap The Most Valuable Brand untuk setiap kategori produk dengan berpijak pada survey nasional terhadap beragam merek. Ada eanam variable yang digunakan dalam pengukuran survey ini, yaitu popularitas merek, popularitas iklan. Nilai merek, persepsi atas kualitas merek tingkat kepuasan dan loyalitas, pangsa pasar serta potensi merek untuk mengakuisisi konsumen dimasa depan.

D. Tinjauan Mengenai Lifebuoy

Lifebuoy adalah salah satu merek tertua, suatu merek yang benar-benar mendunia sebelum istilah merek global diciptakan. Sabun Disinfektan Royal Lifebuoy diluncurkan pada tahun 1894 sebagai suatu produk baru yang terjangkau di Inggris, untuk mendukung orang mendapatkan kebersihan diri yang lebih baik. Segera setelah diluncurkan, sabun Lifebuoy berkelana ke seluruh dunia, menjangkau negara-negara seperti India, suatu negara tempat sabun ini masih merupakan merek terkemuka di pasar.

Lifebuoy selalu merajai bidang kesehatan melalui kebersihan selama 110 tahun lebih dalam sejarahnya. Hal yang utama bagi Lifebuoy adalah Janji perlindungan dan komitmennya untuk mendukung kehidupan melalui perlindungan yang lebih baik. Lifebuoy, suatu jaminan perlindungan jika anda merasa terancam.


(47)

Sebagai contoh, kampanye yang dilakukan pada tahun 1930-an di AS diberi judul “Mencuci tangan membantu menjaga kesehatan”, mendorong penggunaan sabun Lifebuoy untuk membunuh kuman di tangan yang dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan. Kampanye yang sama terus berlanjut hingga saat ini, dengan program pendidikan kebersihan Lifebuoy yang terus berlangsung di negara-negara termasuk India, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Indonesia dan Vietnam.

Lifebuoy selalu memainkan peran di masa-masa krisis, membantu mencegah penyebaran kuman dan penyakit:

1. Selama Serangan kilat ke London pada tahun 1940, sabun Lifebuoy memberikan fasilitas mencuci darurat gratis bagi penduduk kota London. Mobil gerbong Lifebuoy dilengkapi dengan alat pancuran air hangat, sabun dan handuk.

2. Setelah terjadinya tsunami di Asia pada tahun 2004, sabun batangan Lifebuoy merupakan elemen kunci dalam paket lepas yang dibagi-bagikan di wilayah India Selatan, Sri Lanka dan Indonesia untuk membantu mencegah penyebaran penyakit infeksi yang mewabah setelah terjadinya bencana tersebut.

3. Pada tahun 2005 lebih dari 200.000 sabun batangan Lifebuoy disumbangkan kepada UNICEF dan Komite Palang Merah Internasional untuk membantu operasi penanggulangan akibat gempa bumi di India Utara dan Pakistan.

Program-program yang telah dilakukan oleh Lifebuoy di Indonesia antara lain, kampanye membudayakan mecuci tangan dengan sabun, kampanye kebersihan lingkungan, menyumbang sarana MCK untuk masyarakat miskin, menyumbang sarana kebersihan untuk sekolah-sekolah dalam program ”berbagi sehat” yang intinya mengajak masyarakat untuk saling mengingatkan untuk menjaga kebersihan.


(48)

Sabun batangan klasik Lifebuoy sejak tahun 2000 telah mengalami perubahan besar untuk menjamin agar sabun tersebut memberikan perlindungan kebersihan yang lebih jauh lagi dan pengalaman mencuci yang menyehatkan dan semakin menyenangkan bagi miliaran konsumennya:

1. Bentuk batu bata merah keras klasik sabun Lifebuoy telah digantikan dengan bentuk Lifebuoy signature yang baru. Bentuk yang baru membuat sabun itu mudah digenggam dan digunakan.

2. Tim Lifebuoy telah mengembangkan suatu formula baru yang memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap kuman dan menimbulkan busa yang kaya pada kulit.

3. Aroma Lifebuoy yang khas seperti obat dan karbol telah digantikan dengan wewangian kesehatan yang lebih menyenangkan dan modern.

4. Lifebuoy telah menjadi lebih dari sekedar sabun batangan berwarna merah – saat ini merek ini memberikan solusi kebersihan dan kesehatan bagi keluarga, termasuk rangkaian sabun batangan, cairan pencuci tangan dan gel pencuci cair. Inovasi Lifebuoy yang paling baru diarahkan kepada keprihatinan utama pada kebersihan dan kesehatan kulit di kalangan remaja ABG dan para pemuda: kulit berminyak dan berjerawat. Lifebuoy Clear Skin adalah sabun batangan yang diformulasikan dengan menggunakan teknologi baru radikal yang sudah terbukti secara klinis mengurangi jerawat yang parah hingga 70% dalam waktu 6 minggu. Dengan pemakaian teratur, dua kali sehari terbukti dapat mencegah dan mengurangi timbulnya kembali jerawat.

Berikut adalah produk-produk dari Lifebuoy: 1. Lifebuoy Bar Soap


(49)

3. Lifebuoy Daily Care 4. Lifebuoy Anti Dandruff 5. Actifresh Bodywash 6. Naturepure Bodywash 7. Totalprotect Bodywash


(50)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid (Sugiyono, 2005:109). Pengujian validitas menggunakan pendekatan koefisien korelasi yaitu cara mengkoreksi antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya, dan bila nilai korelasinya positif dan r ≥ 0,3 maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama, dan bila koefisien korelasi (r) positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan variabel.

1. Uji Validitas 1

Tabel 4.1

Item-Total Statistik

No Butir

Pertanyaan

Nilai r tabel Corrected Item-Total Correlation

Keterangan

1 Butir1 0,361 0,743 Valid

2 Butir2 0,361 0,021 Tidak Valid

3 Butir3 0,361 0,144 Tidak Valid

4 Butir4 0,361 0,613 Valid

5 Butir5 0,361 0,642 Valid

6 Butir6 0,361 0,165 Tidak Valid

7 Butir7 0,361 0,466 Valid

8 Butir8 0,361 0,491 Valid

9 Butir9 0,361 0,598 Valid

10 Butir10 0,361 0,790 Valid

11 Butir11 0,361 0,707 Valid

12 Butir12 0,361 0,645 Valid

13 Butir13 0,361 0,505 Valid

14 Butir14 0,361 0,634 Valid

15 Butir15 0,361 0,591 Valid


(51)

17 Burir17 0,361 0,802 Valid

18 Butir18 0,361 0,814 Valid

19 Butir19 0,361 0,573 Valid

20 Butir20 0,361 0,584 Valid

21 Butir21 0,361 0,582 Valid

22 Butir22 0,361 0,440 Valid

23 Butir23 0,361 0,553 Valid

24 Butir24 0,361 0,362 Valid

25 Butir25 0,361 0,564 Valid

26 Butir26 0,361 0,408 Valid

27 Butir27 0,361 0,593 Valid

28 Butir28 0,361 0,502 Valid

29 Butir29 0,361 0,512 Valid

30 Butir30 0,361 0,478 Valid

31 Butir31 0,361 0,637 Valid

32 Butir32 0,361 0,583 Valid

33 Butir33 0,361 0,791 Valid

34 Butir34 0,361 0,603 Valid

35 Butir35 0,361 0,584 Valid

36 Butir36 0,361 0,581 Valid

37 Butir37 0,361 0,578 Valid

38 Butir38 0,361 0,658 Valid

39 Butir39 0,361 0,755 Valid

40 Butir40 0,361 0,727 Valid

41 Butir41 0,361 0,608 Valid

42 Butir42 0,361 0,557 Valid

43 Butir43 0,361 0,748 Valid

44 Butir44 0,361 0,676 Valid

45 Butir45 0,361 0,630 Valid

46 Butir46 0,361 0,821 Valid

47 Butir47 0,361 0,728 Valid

48 Butir48 0,361 0,730 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2009)

Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi dari 48 butir pertanyaan yang ada, ternyata ada 3 butir pertanyaan ditemukan yang tidak valid dengan r hitung (Corrected item-Total Correlation) lebih di bawah dari 0,361 yaitu butir pertanyaan nomor 2, 3 dan 6 dan perlu dilakukan uji validitas kedua.

2. Uji Validitas 2


(52)

Item-Total Statistik

No Butir

Pertanyaan

Nilai r tabel Corrected Item-Total Correlation

Keterangan

1 Butir1 0,361 0,743 Valid

2 Butir4 0,361 0,658 Valid

3 Butir5 0,361 0,652 Valid

4 Butir7 0,361 0,510 Valid

5 Butir8 0,361 0,421 Valid

6 Butir9 0,361 0,616 Valid

7 Butir10 0,361 0,785 Valid

8 Butir11 0,361 0,707 Valid

9 Butir12 0,361 0,671 Valid

10 Butir13 0,361 0,662 Valid

11 Butir14 0,361 0,683 Valid

12 Butir15 0,361 0,421 Valid

13 Butir16 0,361 0,654 Valid

14 Burir17 0,361 0,732 Valid

15 Butir18 0,361 0,804 Valid

16 Butir19 0,361 0,599 Valid

17 Butir20 0,361 0,581 Valid

18 Butir21 0,361 0,567 Valid

19 Butir22 0,361 0,539 Valid

20 Butir23 0,361 0,551 Valid

21 Butir24 0,361 0,379 Valid

22 Butir25 0,361 0,560 Valid

23 Butir26 0,361 0,407 Valid

24 Butir27 0,361 0,362 Valid

25 Butir28 0,361 0,495 Valid

26 Butir29 0,361 0,489 Valid

27 Butir30 0,361 0,465 Valid

28 Butir31 0,361 0,659 Valid

29 Butir32 0,361 0,390 Valid

30 Butir33 0,361 0,792 Valid

31 Butir34 0,361 0,500 Valid

32 Butir35 0,361 0,566 Valid

33 Butir36 0,361 0,577 Valid

34 Butir37 0,361 0,606 Valid

35 Butir38 0,361 0,657 Valid

36 Butir39 0,361 0,756 Valid

37 Butir40 0,361 0,729 Valid

38 Butir41 0,361 0,617 Valid

39 Butir42 0,361 0,573 Valid

40 Butir43 0,361 0,748 Valid

41 Butir44 0,361 0,675 Valid

42 Butir45 0,361 0,621 Valid

43 Butir46 0,361 0,833 Valid

44 Butir47 0,361 0,750 Valid

45 Butir48 0,361 0,734 Valid


(1)

2

5

5

5

4

4

4

4

4

5

5

5

4

4

4

4

5

5

5

3

4

4

4

4

4

4

3

4

4

4

4

4

4

4

4

3

3

4

4

5

5

5

4

3

4

4

4

4

4

3

4

4

4

4

4

3

4

5

4

4

4

4

4

3

4

4

4

4

4

3

4

3

4

4

4

4

6

4

3

5

3

5

5

4

5

5

5

5

4

5

5

5

4

4

5

7

4

3

4

3

4

4

5

4

4

4

3

4

4

4

4

4

5

5

8

4

4

4

4

4

4

3

4

4

3

4

4

4

4

4

3

4

4

9

4

4

5

5

5

4

5

3

4

5

4

3

4

5

4

5

4

4

10

4

4

3

4

3

3

3

3

4

4

3

3

3

3

4

3

3

4

11

4

4

4

3

4

4

5

4

4

5

5

3

4

4

4

3

4

4

12

4

4

3

3

4

4

4

3

3

4

4

4

4

4

3

3

4

4

13

4

4

3

3

4

4

4

3

3

4

4

4

4

4

3

3

4

4

14

4

4

4

3

3

4

4

3

4

4

4

3

3

4

3

3

4

4

15

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

16

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

17

4

4

4

4

4

4

3

4

4

4

4

4

4

4

4

3

3

4

18

4

4

3

4

3

4

3

3

3

4

4

3

3

4

4

3

3

4

19

4

4

3

4

3

4

4

3

4

4

4

4

3

4

5

3

4

5

20

5

5

5

4

4

4

4

4

5

5

5

4

4

4

4

5

5

5

21

4

4

4

4

4

4

3

3

4

4

3

4

3

4

4

3

3

5

22

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

23

4

4

4

4

4

3

4

4

4

4

4

4

3

4

3

4

4

4

24

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

3

4

4

4

4

4

4

25

4

4

4

4

4

4

3

3

4

4

4

4

4

4

3

3

3

4

26

5

4

4

4

4

4

4

4

4

5

5

5

5

5

5

5

5

5

27

4

4

4

4

3

3

4

4

4

4

4

4

3

4

4

4

4

4

28

4

4

4

3

4

4

5

4

4

4

4

3

4

4

4

3

4

4

29

5

5

4

5

3

4

5

4

4

4

4

4

4

3

4

4

5

5

30

4

4

4

4

3

4

3

4

4

4

4

4

3

4

4

3

4

4

LAMPIRAN HASIL UJI VALIDITAS

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.943 48

Item Statistics


(2)

B1 3.8333 .64772 30

B2 3.4667 .86037 30

B3 4.1667 .53067 30

B4 4.0000 .58722 30

B5 3.9333 .58329 30

B6 4.0333 .31984 30

B7 3.7667 .72793 30

B8 3.3667 .92786 30

B9 3.6333 .55605 30

B10 3.3667 .85029 30

B11 3.5000 .73108 30

B12 3.5000 .77682 30

B13 4.1000 .48066 30

B14 4.1667 .53067 30

B15 4.0000 .74278 30

B16 3.8000 .61026 30

B17 3.9667 .71840 30

B18 4.1333 .50742 30

B19 4.1667 .79148 30

B20 3.8667 .73030 30

B21 4.1333 .43417 30

B22 4.2333 .50401 30

B23 3.9667 .55605 30

B24 3.9667 .76489 30

B25 4.0333 .66868 30

B26 3.9000 .60743 30

B27 4.1000 .48066 30

B28 3.7000 .83666 30

B29 4.0333 .66868 30

B30 4.2333 .50401 30

B31 4.1000 .54772 30

B32 4.0333 .61495 30

B33 3.9667 .71840 30

B34 3.7667 .62606 30

B35 3.7333 .63968 30

B36 3.8333 .53067 30

B37 3.8667 .77608 30

B38 3.6667 .60648 30

B39 3.9667 .61495 30

B40 4.1000 .60743 30

B41 3.9667 .66868 30

B42 3.7333 .63968 30

B43 3.7667 .67891 30

B44 3.9667 .61495 30

B45 3.9000 .66176 30

B46 3.6000 .77013 30

B47 3.8667 .73030 30

B48 4.2333 .62606 30


(3)

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

B1 183.3000 252.148 .743 .940

B2 183.6667 266.506 .021 .946

B3 182.9667 265.068 .144 .943

B4 183.1333 261.499 .613 .943

B5 183.2000 262.510 .642 .943

B6 183.1000 266.024 .165 .943

B7 183.3667 256.447 .466 .942

B8 183.7667 261.151 .491 .945

B9 183.5000 256.879 .598 .941

B10 183.7667 246.047 .790 .939

B11 183.6333 250.930 .707 .940

B12 183.6333 251.344 .645 .940

B13 183.0333 262.861 .505 .943

B14 182.9667 261.620 .634 .942

B15 183.1333 262.602 .591 .944

B16 183.3333 262.230 .652 .943

B17 183.1667 260.833 .802 .943

B18 183.0000 264.552 .814 .943

B19 182.9667 252.792 .573 .941

B20 183.2667 253.720 .584 .941

B21 183.0000 259.517 .582 .941

B22 182.9000 260.438 .440 .942

B23 183.1667 257.661 .553 .941

B24 183.1667 258.351 .362 .943

B25 183.1000 255.334 .564 .941

B26 183.2333 259.495 .408 .942

B27 183.0333 262.033 .593 .942

B28 183.4333 253.771 .502 .942

B29 183.1000 261.955 .512 .943

B30 182.9000 259.817 .478 .942

B31 183.0333 256.378 .637 .941

B32 183.1000 260.369 .583 .942

B33 183.1667 249.385 .791 .939

B34 183.3667 261.344 .603 .943

B35 183.4000 255.490 .584 .941

B36 183.3000 257.666 .581 .941

B37 183.2667 252.961 .578 .941

B38 183.4667 254.740 .658 .941

B39 183.1667 252.695 .755 .940

B40 183.0333 253.413 .727 .940

B41 183.1667 254.420 .608 .941

B42 183.4000 256.041 .557 .941

B43 183.3667 251.275 .748 .940

B44 183.1667 254.213 .676 .940

B45 183.2333 254.116 .630 .941

B46 183.5333 247.361 .821 .939


(4)

B48 182.9000 252.921 .730 .940

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

187.1333 267.844 16.36593 48

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excluded(a) 0 .0

Total 30 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.947 45

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

B1 3.8333 .64772 30

B3 4.1667 .53067 30

B5 3.9333 .58329 30

B7 3.7667 .72793 30

B8 3.3667 .92786 30

B9 3.6333 .55605 30

B10 3.3667 .85029 30

B11 3.5000 .73108 30

B12 3.5000 .77682 30

B13 4.1000 .48066 30

B14 4.1667 .53067 30

B15 4.0000 .74278 30

B16 3.8000 .61026 30

B17 3.9667 .71840 30

B19 4.1667 .79148 30

B20 3.8667 .73030 30

B21 4.1333 .43417 30

B22 4.2333 .50401 30


(5)

B24 3.9667 .76489 30

B25 4.0333 .66868 30

B26 3.9000 .60743 30

B27 4.1000 .48066 30

B28 3.7000 .83666 30

B29 4.0333 .66868 30

B30 4.2333 .50401 30

B31 4.1000 .54772 30

B32 4.0333 .61495 30

B33 3.9667 .71840 30

B34 3.7667 .62606 30

B35 3.7333 .63968 30

B36 3.8333 .53067 30

B37 3.8667 .77608 30

B38 3.6667 .60648 30

B39 3.9667 .61495 30

B40 4.1000 .60743 30

B41 3.9667 .66868 30

B42 3.7333 .63968 30

B43 3.7667 .67891 30

B44 3.9667 .61495 30

B45 3.9000 .66176 30

B46 3.6000 .77013 30

B47 3.8667 .73030 30

B48 4.2333 .62606 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

B1 167.6667 240.782 .742 .944

B3 167.3333 253.885 .116 .948

B4 167.3333 253.885 .658 .987

B5 167.5667 250.875 .652 .947

B7 167.7333 243.995 .510 .946

B8 168.1333 251.085 .421 .949

B9 167.8667 245.085 .616 .945

B10 168.1333 234.947 .785 .944

B11 168.0000 239.586 .707 .944

B12 168.0000 239.379 .671 .945

B13 167.4000 251.834 .662 .947

B14 167.3333 250.299 .683 .947

B15 167.5000 250.534 .421 .948

B16 167.7000 250.631 .654 .947

B17 167.5333 250.257 .732 .948

B18 168.0000 251.835 ..804 .965

B19 167.3333 240.782 .599 .945

B20 167.6333 242.378 .581 .945

B21 167.3667 248.171 .567 .946

B22 167.2667 248.892 .439 .946


(6)

B24 167.5333 246.464 .378 .947

B25 167.4667 243.982 .560 .945

B26 167.6000 247.972 .407 .946

B27 167.4000 250.386 .362 .946

B28 167.8000 242.510 .495 .946

B29 167.4667 249.568 .489 .947

B30 167.2667 248.478 .465 .946

B31 167.4000 244.524 .659 .945

B32 167.4667 248.189 .390 .946

B33 167.5333 238.051 .792 .944

B34 167.7333 249.789 .500 .947

B35 167.7667 244.392 .566 .945

B36 167.6667 246.230 .577 .945

B37 167.6333 240.930 .606 .945

B38 167.8333 243.316 .657 .945

B39 167.5333 241.292 .756 .944

B40 167.4000 241.972 .729 .944

B41 167.5333 242.809 .617 .945

B42 167.7667 244.254 .573 .945

B43 167.7333 239.926 .748 .944

B44 167.5333 242.809 .675 .945

B45 167.6000 242.869 .621 .945

B46 167.9000 235.817 .833 .943

B47 167.6333 238.654 .750 .944


Dokumen yang terkait

Analisis Strategi Perluasan Merek (Brand Extension) Gatsby Hair Gel ke Gatsby Splash Cologne Terhadap Sensitivitas Respon Konsumen pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

8 112 141

Pengaruh Brand Image terhadap Motivasi Mahasiswa Angkatan 2007/ 2008 dalam Memilih Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

1 43 78

Analisis Sensitivitas Respon Konsumen Pada Perluasan Merek (Brand Extension) Sabun Mandi Lifebuoy ke Shampoo Lifebuoy (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia)

5 100 111

Analisis Sensitivitas Respon Konsumen Terhadap Ekstensifikasi Merek (Brand Extention) Pada Vaseline Hand &amp; Body Lotion (Studi Kasus Mahasiswi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

2 79 103

Pengaruh strategi brand extension terhadap intensi membeli konsumen: studi kasus pemakaian brand extension Lifebuoy untuk sampul

1 81 146

Analisis Pengaruh Sensitivitas Respon Konsumen terhadap Perluasan Merek (Brand Extension) pada Produk Sabun Mandi Bayi Merek Mittu (Studi Kasus pada Ibu Muda di Young Moms Community Bandung).

1 3 20

Analisis Pengaruh Sensitivitas Respon Konsumen terhadap Perluasan Merek (Brand Extension) (Studi Kasus pada Produk Sabun Merek Gatsby di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha).

2 10 23

Analisis Sensitivitas Respon Konsumen terhadap Perluasan Merek (Brand Extension) pada Shampoo Merek Lifebuoy (Studi Kasus di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha).

0 1 21

Analisis Strategi Perluasan Merek (Brand Extension) Gatsby Hair Gel ke Gatsby Splash Cologne Terhadap Sensitivitas Respon Konsumen pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 0 13

ANALISA SENSITIVITAS RESPON KONSUMEN DARI EKSTENSIFIKASI MEREK (BRAND EXTENSION) PADA SABUN MANDI CAIR MEREK CITRA (STUDI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO) - repository perpustakaan

0 0 16