bagaimanapun pengaturannya harus kita usahakan mampu mengarahkan keyakinan dan pandangan
pembaca. Penataan detail-detail ini ada beberapa cara, antara lain, cara induktif , cara deduktif, cara
kronologi, dan cara penonjolan. e
Kewenangan Kewenangan
tidak selalu
berkaitan dengan
kewenangan hukum. Tetapi yang dimaksud disini adalah kewenagan menyangkut
“penerimaan dan kesadaran” pembaca terhadap pengarang.
4. Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi
Keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah menulis paragraf. Dalam
menulis paragraf, siswa dilatih untuk dapat menuangkan ide atau gagasan mereka, kemudian menyusun kalimat demi kalimat menjadi sebuah paragraf
yang utuh dan mudah dipahami pembaca. Paragraf persuasif adalah salah satu jenis karangan atau tulisan yang bertujuan untuk memengaruhi
pembaca. Oleh karena itu sebuah tulisan persuasif memerlukan data sebagai penunjang. Data yang digunakan dalam tulisan atau karangan persuasif lebih
baik berupa fakta. Dalam tulisan atau karangan persuasif biasanya menggunakan kalimat-kalimat yang sifatnya mengajak atau memengaruhi
pembaca agar bersikap atau melakukan sesuatu. Pada penelitian ini, pembelajaran menulis paragraf persuasif dilihat
dengan menggunakan aspek penilaian kualitas isi gagasan yang diungkapkan, ketepatan kalimat yang dapat meyakinkanmembujuk
pembaca, dan alat pengembangan kalimat yang dapat mempengaruhi pembaca. Penilaian tersebut untuk meningkatkan keterampilan menulis
siswa kelas X SMA dan diharapkan dapat memenuhi indikator yang harus dicapai oleh siswa sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar yang telah
ditentukan dalam pembelajaran menulis paragraf persuasif. Sebelum siswa memulai membuat paragraf persuasi, siswa terlebih dahulu membuat
kerangka persuasi yang nantinya akan dikembangkan menjadi paragraf yang utuh.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan dari hasil tinjauan peneliti. Penelitian membuktikan bahwa metode dan teknik berbagai macam media yang tepat sangat berperan aktif
dalam menunjang peningkatan pembelajaran siswa dalam menulis paragraf persuasi. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan, seperti tiga penelitian di bawah ini: 1.
Skripsi Putri Nurdani, “Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi dengan Menggunakan Media Gambar Pahlawan di Kelas X MAN I
Tangerang Tahun Pelajaran 20102011 ”, Banten, Universitas
Ageng Tirtayasa, 2011. Persamaan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Putri Nurdani menggunakan media
gambar pahlawan sebagai penunjang pembelajaran menulis persuasi, sedangkan,
penelitian yang
akan peneliti
lakukan tidak
menggunakan media. Peneliti hanya menganalisis kemampuan siswa dalam membuat paragraf persuasi.
2. Skripsi Nur Saadah, “Kemampuan Menulis Paragraf Persuasi
Berdasarkan Iklan Gambar pada Siswa Kelas VIII MTs. Soebono Mantofani
Jombang-Ciputat, Tangerang
Selatan ”, Jakarta,
Universitas Islam Negeri, 2012. Persamaan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Saadah menggunakan iklan
gambar sebagai penunjang pembelajaran menulis persuasi, sedangkan,
penelitian yang
akan peneliti
lakukan tidak
menggunakan media. Peneliti hanya menganalisis kemampuan siswa dalam membuat paragraf persuasi. Objek yang diteliti oleh peneliti
adalah paragraf persuasi siswa kelas X SMA, sedangkan, objek yang
diteliti oleh Nur Saadah adalah paragraf persuasi siswa kelas VIII MTs.
3. Skripsi Qoriatun, “Penulisan Paragraf Persuasif dengan Pola
Pengembangan Sugesti pada Tugas Siswa kelas X Madrasah Aliyah Nahdatul Ulama Putra Tahun Pelajaran 20122013
”, Jakarta, Universitas Islam Negeri, 2014. Persamaan penelitian yang akan
peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah
penelitian yang dilakukan oleh Qoriatun menggunakan pola pengembangan sugesti sebagai penunjang pembelajaran menulis
persuasi, sedangkan, penelitian yang akan peneliti lakukan adalah peneliti hanya menganalisis kemampuan siswa dalam membuat
paragraf persuasi.