Kerangka Berpikir KAJIAN PUSTAKA

Nisa, 2007 menjelaskan, Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual, maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual. Pencegahan lain melalui pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi pendonor darah. Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-C: a. A adalah abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. b. B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya sajatidak berganti-ganati pasangan. c. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bias dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan menggunakan kondom.

2.5. Kerangka Berpikir

Optimisme adalah keyakinan bahwa harapan mengenai sesuatu yang baik pasti akan terjadi. Self esteem adalah kemampuan seseorang untuk menilai dan memberi penghargaan atas dirinya sendiri sedangkan dukungan sosial adalah adanya orang lain yang dapat diandalkan kemampuan dan kehadirannya jika individu dalam keadaan yang memerlukan bantuan dan orang tersebut menunjukan bahwa ia peduli, menyayangi dan menghargai individu. Pada Orang dengan HIVADIS diharapkan memiliki self esteem yang tinggi yang dapat mempengaruhi optimisme dan dukungan sosial yang membuat ODHA bisa survive. Soraya 2006 menjelaskan Apabila seseorang telah didiagnosis terinfeksi HIV biasanya mereka akan menghadapi berbagai masalah diantaranya perasaan malu, tidak diterima dalam keluarga atau masyarakat, merasa dikucilkan, tidak memilki masa depan, akan menjadi beban orang lain, sulit mendapatkan pekerjaan, tidak punya teman, khawatir tidak adaanya obat yang dapat menyembuhkannya dari virus itu, merasa tidak berguna hilang semangat dan takut akan segera meninggal. Menurut Minchinton 1996, self esteem adalah penilaian terhadap diri sendiri, tolak ukur harga diri kita sebagai manusia, berdasarkan pada kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri. Self esteem juga dapat dideskripsikan sebagai penghormatan terhadap diri sendiri atau perasaan mengenai diri yang berdasarkan pada keyakinan mengenai apa dan siapa diri kita sebenarnya. Self esteem bukan hanya sekedar aspek atau kualitas diri tetapi dengan pengertian yang lebih luas yang merupakan kombinasi yang berhubungan dengan karakter dan perilaku. Dalam hal ini pentingnya self esteem merupakan inti diri kita –dasar dalam diri yang kita bangun dalam hidup. Selama kita tidak hidup sendirian di bumi ini, perasaan mengenai diri sendiri dapat mempengaruhi bagaimana cara berhubungan dengan orang lain di sekitar kita dan pada setiap aspek dalam hidup kita. Sarafino 1998 menyatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti adanya penerimaan dari orang tua atau sekelompok orang terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong Smet, 1994. Definisi serupa yang diutarakan oleh Sarason dalam Gottlieb, 1983, Ia menekankan adanya orang lain yang dapat diandalkan kemampuan dan kehadirannya jika individu dalam keadaan yang memerlukan bantuan dan orang tersebut menunjukan bahwa ia peduli, menyayangi dan menghargai individu. Kemampuan dalam menilai diri ini adalah bagaimana seseorang memberi penghargaan atas dirinya sendiri, apakah evaluasi terhadap diri dinilai sebagai sesuatu yang positif atau negatif yang nantinya dapat membuatnya menjadi optimis atau malah sebaliknya pesimis. Sedangkan seseorang yang dapat menilai dirinya secara positif diasumsikan memiliki pemikiran yang lebih optimis dibandingkan seseorang yang menilai dirinya secara negatif. Asumsi penulis tersebut dapat digambarkan melalui bagan di bawah ini : Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Self Esteem 1. Perasaan mengenai diri sendiri 2. Perasaan terhadap hidup 3. Hubungan dengan orang lain Dukungan Sosial Optimisme Hidup ODHA

2.6. Hipotesis Penelitian