Alat Pengumpulan Data Metode Penelitian 4.

Treesna Sari Berliana L.Tobing : Peran Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian Dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi, 2008 USU Repository © 2008

6. Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan. Oleh karena itu bahan dasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah bahan dasar hukum normatif yaitu dari sudut kekuatan mengikatnya dibedakan menjadi tiga golongan, yakni bahan hukum primer, sekunder dan tertier. 82 a. Bahan Hukum Primer. Yang dimaksud dengan bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat dari sudut norma dasar kaidah dasar, peraturan dasar perundang-undangan. b. Bahan Hukum Sekunder. Yang dimaksud dengan bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang berupa hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah dari kalangan hukum yang dianggap relevan dengan penelitian ini. c. Bahan Hukum Tertier. Yang dimaksud dengan bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 83

6. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi dokumen atau bahan pustaka yang berkaitan dengan perkoperasian sebelum dan sesudah Indonesia merdeka. Sebagai penunjang hal tersebut maka dilakukan 82 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu tinjaun Singkat, Jakarta : PT Rajawali, 1995, hal 33 83 Ibid, hal 13 Treesna Sari Berliana L.Tobing : Peran Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian Dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi, 2008 USU Repository © 2008 pengumpulan data sekunder yaitu dengan menelaah berbagai buku hukum atau karya ilmiah, dokumen-dokumen, majalah-majalah dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini serta dengan melakukan wawancara kepada Ibu Notaris Anita Simanjuntak, Ibu Notaris Nursaida Hasibuan SH, Bapak Notaris Syafril Warman SH, di Medan dan Narasumber dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yaitu Bapak Salmeks Saragih SH, M.Hum, yang memahami mengenai permasalahan dalam penelitian ini. 7. Analisis Data Setelah data dikumpulkan, tahap berikutnya adalah menganalisis data. Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap suatu masalah yang diteliti. Sebelum menganalisis data, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk mengetahui keakuratannya. Selanjutnya diadakan pengelompokkan terhadap data yang sejenis untuk kepentingan analisis dan penulisan. Evaluasi dilakukan terhadap data dengan pendekatan kualitatif, yaitu data yang sudah dikumpulkan dipilah-pilah dan dilakukan pengolahannya. 84 Setelah dipilah dan diolah lalu dianalisis secara logis dan sistimatis dengan menggunakan metode berfikir deduktif, sehingga diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. 84 Lexi J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001, hal 3. Treesna Sari Berliana L.Tobing : Peran Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian Dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi, 2008 USU Repository © 2008

BAB II PERANAN NOTARIS DALAM MEMBUAT AKTA PENDIRIAN DAN

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN

A. Tinjauan Umum Tentang Koperasi 1. Sejarah Koperasi di Indonesia

Keberadaan koperasi di Indonesia dapat dipahami melalui urutan kronologi dan sejarah regulasi atau peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang koperasi di Indonesia. Melalui kronologi dan sejarah peraturan perundang-undangan tersebut, akan diketahui pokok-pokok yang diubah dan diatur; sehingga dapat diketahui pula arah perkembangan koperasi yang ada di Indonesia. Kekhususan koperasi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh ideologi bangsa dan sistem politik ekonomi negara yang tercermin dari isi peraturan perundang-undangan yang mengatur perkoperasian di Indonesia. 85 Di Indonesia, perkembangan koperasi berjalan sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa tahun 1896 sd 1908, merupakan titik awal dikenalnya koperasi di Indonesia yang berasal dari Eropa Barat. Pertama kali koperasi muncul di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Pada saat itu, seorang pamong praja yang bernama R. Aria Wirya Atmadja dengan pertolongan E. Sieburgh, asisten residen di Purwokerto, mendirikan sebuah bank simpanan yang diberi nama Hulp Spaar Bank, untuk menolong para pegawai negeri kaum priyayi yang terjerat tindakan dalam soal riba dari kaum lintah darat. Bank ini memberikan pinjaman kepada pegawai negeri dengan bunga yang sangat rendah dari dana yang dikumpulkan oleh para pegawai negeri itu sendiri. Ide ini diperluas oleh De Walff van Westerrode, yang menggantikan E. Sieburgh. Usaha R. Aria Wirya Atmadja ini mendapat hambatan dari politik pemerintah penjajah waktu itu, tetapi beliau tetap berhasil melakukan beberapa hal, yakni : 1. Mendirikan bank simpanan, yang dianjurkan untuk kemudian diubah menjadi koperasi. 85 Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay, op,cit hal 47