Sejarah Kenotariatan Di Indonesia

Treesna Sari Berliana L.Tobing : Peran Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian Dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi, 2008 USU Repository © 2008 tingkat organisasi di atasnya permodalan, administrasi dan manajemen; 2. Masalah-masalah dalam koperasi dapat diatasi dalam lingkungan kerjasamanya sendiri, dan ini berarti berkurangnya atau hilangnya ketergantungan pada perusahaan atau badan lain di luarnya atau bahkan dari sektor lain. 110

B. Tinjauan Umum Tentang Kenotariatan

1. Sejarah Kenotariatan Di Indonesia

Notaris adalah suatu jabatan yang dari zaman dahulu sampai saat sekarang ini disegani oleh masyarakat, karena merupakan suatu fungsionaris dalam masyarakat. Masyarakat biasa menganggap seorang Notaris pejabat tempat seseorang dapat memperoleh nasehat yang dapat diandalkan dan segala sesuatu yang dibuat secara tertulis serta yang ditetapkannya adalah benar, terutama dalam proses hukum. Notaris merupakan jabatan tertentu yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat. Di Indonesia, Notaris telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, namun hanya oleh segelintir orang saja.. Selain karena dominasi Notaris oleh orang yang berkebangsaan Belanda, yang notabene umumnya bertempat kedudukan di kota-kota besar, pada saat itu tingkat kesadaran dan budaya hukum masyarakat Indonesia bersifat primordial. Masyarakat Indonesia masih berpegang teguh pada hukum adatnya dan kaedah-kaedah religius, masih rendah dan sempit, lebih-lebih lagi dimana para pengasuh dari lembaga notariat itu lebih menitikberatkan orientasinya pada hukum Barat. 111 Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi kurang dikenalnya Notaris oleh sebagian besar masyarakat Indonesia pada saat itu, padahal sebenarnya merekalah 110 Tom Gunadi, Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Bandung : Angkasa, 1981, hal 61-62 111 G.H.S. Lumban Tobing, Op. Cit, hal. 2. Treesna Sari Berliana L.Tobing : Peran Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian Dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi, 2008 USU Repository © 2008 kalangan masyarakat yang justru harus dilayani. 112 Sejarah notariat di Indonesia tidak terlepas dari sejarahnya di negara-negara Eropa pada umumnya dan di negara Belanda pada khususnya. Belanda selalu berupaya untuk menerapkan hukum yang berlaku di negaranya terhadap semua negara jajahannya di dunia. Pertukaran perundang-undangan bidang Notariat di Indonesia berakar pada Notariswet Belanda Ned. Stb. No. 20, tanggal 9 Juli 1842, yang mana sebagian besar isinya mengambil contoh dari undang-undang Notaris Perancis 25 Ventosan XI, tanggal 16 Maret 1803, yang dulu pernah berlaku di negeri Belanda. 113 Di Indonesia, Notariat mulai dikenal sejak abad ke-17. Orang pertama yang diangkat sebagai Notaris di Indonesia adalah seorang Sekretaris dari College Van Schepenen di Jacatra Batavia, bernama Melchior Karchem. Dalam akta pengangkatannya tersebut juga memuat instruksi yang menguraikan bidang pekerjaan dan wewenangnya, yakni untuk menjalankan tugas jabatannya di kota Jakarta untuk kepentingan publik. Pengangkatan tersebut juga disertai dengan sumpah, yang bertujuan untuk menjamin dan menjaga kerahasiaan atas akta-akta yang dibuatnya. 114 Peraturan-peraturan dibidang Notariat, selama pemerintahan Belanda sampai dengan Inggris, bahkan sampai berakhirnya kekuasaan Inggris di Indonesia, tetap berlaku tanpa ada perubahan hingga tahun 1822. Dalam tahun 1822 tersebut hanya satu kali dilakukan perubahan, itu pun hanya suatu resume dari peraturan-peraturan yang telah ada sebelumnya, yang dituangkan dalam Instructie voor de Notarissen in Indonesia, terdiri atas 34 Pasal. Di dalamnya dijelaskan bahwa Notaris adalah pegawai umum yang harus mengetahui seluruh perundang-undangan yang berlaku, yang dipanggil dan diangkat untuk membuat akta-akta dan kontrak-kontrak, dengan maksud 112 Ibid, hal 4 113 Ibid, hal 6 114 Ibid Treesna Sari Berliana L.Tobing : Peran Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian Dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi, 2008 USU Repository © 2008 untuk memberikan kepadanya kekuatan dan pengesahan, menetapkan dan memastikan tanggalnya, menyimpan asli atau minutanya dan mengeluarkan grosse-nya, demikian juga salinannya yang sah dan benar. 115 Pada tahun 1860, oleh pemerintah Belanda, peraturan-peraturan mengenai jabatan Notaris di Indonesia mulai disesuaikan dengan yang berlaku di negeri Belanda, dengan diundangkannya Peraturan Jabatan Notaris Notaris Reglement, pada tanggal 26 Januari 1860 Stb. No. 3 dan mulai diberlakukan pada tanggal 1 Juli 1860. Dengan demikian, kelembagaan Notariat di Indonesia memiliki dasar yang kuat. Sebagaimana peraturan-peraturan yang sebelumnya, peraturan jabatan Notaris ini juga tidak mendapat sambutan baik, karena di dalam Pasal-pasalnya banyak terdapat sanksi- sanksi yang terkait dengan uang, di samping banyaknya pasal ketentuan hukuman. Setelah ratusan tahun Staatsblad 1860 No. 3 digunakan sebagai peraturan jabatan Notaris di Indonesia, ternyata ketentuan yang ada dalam peraturan tersebut dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu perlu diadakan pembaharuan dan pengaturan kembali secara menyeluruh dalam satu undang-undang yang mengatur tentang jabatan Notaris, sehingga dapat tercipta unifikasi hukum yang berlaku untuk semua penduduk di seluruh Republik Indonesia. “Dalam rangka mewujudkan unifikasi hukum dibidang kenotariatan tersebut, dibentuk undang-undang tentang Jabatan Notaris”. 116 Setelah diadakan pertemuan dan diskusi antara pemerintah dan Ikatan Notaris Indonesia, akhirnya pada tanggal 6 Oktober 2004 pemerintah mengesahkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, 117 yang bertujuan untuk mengganti peraturan yang lama yaitu Reglement op Het Notaris Ambt 115 Ibid, hal 9 116 Penjelasan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004, hal. 43. 117 G.H.S. Lumban Tobing, Op. Cit, hal. 10 Treesna Sari Berliana L.Tobing : Peran Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian Dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi, 2008 USU Repository © 2008 in Indonesia Stb. 1860 : 3, yang merupakan produk zaman penjajahan Belanda, yang dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, undang-undang ini tidak mungkin diterapkan tanpa diikuti dengan suatu aturan khusus bagi Notaris, yang mana aturan khusus tersebut dituangkan dalam sebuah Kode Etik Notaris. Kode Etik Notaris ini telah mengalami beberapa kali pembaharuan. Pertama kali diputuskan dalam kongres Ikatan Notaris Indonesia ke-XIII di Bandung pada tahun 1987, kemudian pada tanggal 26 Oktober 1990 di Denpasar, Bali, dan terakhir Kode Etik Notaris diputuskan dan ditetapkan di Bandung, pada tanggal 27 Januari 2005 sebagai penyempurnaan dari Kode Etik sebelumnya. Kode Etik ini diperlukan untuk kebaikan Notaris itu sendiri. Secara umum dikatakan bahwa : 1. Kode Etik profesi dipakai sebagai sarana kontrol sosial. 2. Kode Etik profesi mencegah pengawasan ataupun campur tangan dari luar terhadap intern perilaku anggota-anggota kelompok profesi tersebut, karena nilai-nilai etika. 3. Kode Etik profesi penting untuk pengembangan patokan kehendak yang tinggi dari para anggota kelompok profesi tersebut, yakni meningkatkan tingkat profesionalismenya guna peningkatan mutu kepada masyarakat umum yang membutuhkan jasa pelayanan mereka. 118

2. Fungsi Notaris