Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being

seseorang yang memiliki tingkat penerimaan diri yang kurang baik dapat ditandai dengan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, merasa kecewa dengan pengalaman masa lalu, dan mempunyai pengharapan untuk tidak menjadi dirinya saat ini.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being

Ryff dalam Wells, 2010 mengungkapkan bahwa variasi well well-being dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini: a. Usia Usia dan tingkat pendidikan meletakkan individu dalan posisi tertentu dalam struktur sosial. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ryff 1989, ditemukan adanya perbedaan tingkat psychological well-being pada orang dari berbagai kelompok usia. Dalam dimensi penguasaan lingkungan terlihat adanya peningkatan seiring dengan pertambahan usia. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin mengetahui kondisi yang terbaik bagi dirinya. Oleh karenanya, individu tersebut semakin dapat pula mengatur lingkungannya menjadi yang terbaik sesuai dengan keadaan dirinya. Individu yang berada dalam tahap dewasa madya menunjukkan titik tertinggi dalam hal kemampuan untuk mengambil keputusan dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap kehidupan keluarga dan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara b. Tingkat pendidikan Individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi dikatakan juga memiliki psychological well-being yang tinggi. Individu yang memiliki kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih baik umumnya memiliki tingkat psychological well-being yang juga lebih baik dibandingkan individu yang berpendidikan rendah. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang baik akan mempengaruhi keputusan yang mereka pilih, pekerjaan dan kehidupan keluarga mereka Ryff, 2002. c. Status sosial ekonomi Psychological well-being sering dikaitkan dengan status sosial ekonomi seseorang. Status sosial ekonomi berkaitan erat dengan beberapa dimensi psychological well-bein seperti penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, dan pertumbuhan diri. Individu yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih baik dari dirinya Ryff, dalam Snyder Lopez, 2002. Individu dengan tingkat penghasilan tinggi, status menikah, dan mempunyai dukungan sosial tinggi akan memiliki psychological well-being yang lebih tinggi. Berbagai hal yang mempengaruhi yaitu lingkungan sekitar, lingkungan pekerjaan, dan kesehatan berkaitan dengan psychological well-being seseorang. Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah cenderung memiliki psychological well-being yang lebih rendah hal ini terkait dengan berbagai kemampuan mereka dalam mendapatkan kesehatan, pendidikan, dan hiburan yang layak. Seseorang dengan tingkat ekonomi dan Universitas Sumatera Utara sosial yang tinggi dikaitkan otonomi, pengembangan diri dan penguasaan lingkungan yang lebih baik. d. Peran Jenis Kelamin Sejumlah penelitian menyatakan adanya kaitan yang erat antara peran yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari dan psychological well-being seseorang. Umumnya wanita memiliki nilai yang lebih baik dalam menjalin hubungan positif dengan orang lain. Sedangkan secara keseluruhan pria memiliki self esteem dan well-being yang lebih baik dibandingkan wanita. Namun secara keseluruhan jika dilihat dari dimensi psychological well-being lainnya, pria memiliki tingkat psychoilogical well-being yang lebih baik dibandingkan dengan wanita. Pria dan wanita yang menikah memiliki self esteem dan well-being yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak menikah. Saat ini, jumlah wanita yang memasuki dunia kerja semakin meningkat disamping itu mereka masih tetap mempunyai tanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan anak. Di saat seperti inilah wanita dituntut untuk mampu menyesuaikan beban pekerjaan yang meningkat antara pekerjaan dan tugas rumah tangga. Hal inilah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan wanita. Tanggung jawab dalam keluarga penting peranannya terhadap psychological well-being. Menurut Escriba-Aguir 2004 wanita yang lebih banyak menghabiskan waktunya sebagi ibu rumah tangga memiliki psychological well-being yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang bekerja. Sedangkan sebagian besar wanita yang bekerja memiliki tingat well- Universitas Sumatera Utara being yang tinggi terkait dengan kepuasaan yang mereka rasakan antara keberhasilan dalam keluarga dan pekerjaan. sedan dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Selain itu tingkat well-being juga terkait dengan periode kehidupan, khususnya pada wanita yaitu terjadinya proses menopause. Well-being meningkat dari awal menopause hingga mencapai akhir tahapan menopause. e. Kepribadian Kepribadian sering kali dihubungkan dengan dimensi psychological well- being, Scmutte dan Ryff 1997 menemukan bahwa sifat neurotic, ekstrovert dan conscientiousness adalah prediktor yang konsisten dari dimensi-dimensi well-being khususnya, penerimaan diri, penguasaan lingkungan dan tujuan hidup. Walaupun begitu aspek-aspek psychological well-bieng yang lain juga berkorelasi dengan sifat-sifat yang lainnya. Misalnya sifat keterbukaam terhadap pengalaman baru dan esktrovert adalah prediktor dari dimensi pertumbuhan diri, sedangkan sifat agreeableness adalah prediktor dari dimensi hubungan positif dengan orang lain. Dimensi psychological well-being, otonomi, diprediksi oleh beberapa sifat, namun yang paling menonjol adalah neurotic f. Budaya Ryff 1995 mengatakan bahwa sistem nilai individualisme-kolektivisme memberi dampak terhadap psychological well-being yang dimiliki suatu masyarakat. Budaya barat memiliki skor yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri dan dimensi otonomi, sedangkan budaya timur yang Universitas Sumatera Utara menjunjung tinggi nilai kolektivisme, memiliki skor yang tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain. Hal ini dikarenakan budaya individualism mendorong seseorang mampu menerima segala kekurangan agar dapat bertindak lebih mandiri dalam berbagai hal hal ini berbeda dengan budaya kolektivisme yang mengutakan rasa kebersamaan yang terkadang membuat seseorang tidak perlu berbuat banyak untuk dirinya dan orang-orang disekilingnya karena mereka masih memiliki orang-orang yang bersedia membantu.

B. WANITA BEKERJA