Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Pengujian Nondestruktif

ketebalan yang diinginkan yaitu 1 cm. Tekanan kempa yang digunakan sebesar 25 kgcm 3 , dengan waktu kempa 7 menit, dan suhu 160° C. Gambar 5 Alat kempa panas

3.3.8 Pengondisian

Setelah proses pengempaan, lembaran-lembaran OSB diberi perlakuan conditioning dengan cara penumpukan rapat solid files selama ±14 hari agar perekat mengeras dan kadar air berada dalam kondisi kesetimbangan sebelum dilakukan pengujian sifat fisis dan mekanisnya. Gambar 6 Pola penentuan contoh uji Keterangan: A,D : contoh uji untuk MOE dan MOR tegak lurus serat kondisi kering dan basah 20 x 5 x 1 cm B,C : contoh uji untuk MOE dan MOR sejajar serat kondisi kering dan basah 20 x 5 x 1 cm E : contoh uji untuk kadar air dan kerapatan 10 x 10 x 1 cm F : contoh uji untuk kuat pegang sekrup 10 x 5 x 1 cm G : contoh uji uji untuk pengembangan tebal dan daya serap air 5 x 5 x1 cm H : contoh uji untuk internal bond 5 x 5 x 1 cm I : cadangan 5 x 5x 1 cm 3.4 Pengujian Sifat Fisis 3.4.1 Kerapatan KR Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volume kering udara. Contah uji berukuran 10 X 10 X 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 2003 ditimbang beratnya m1, lalu diukur rata-rata panjang, lebar dan tebalnya untuk menentukan volume contoh uji v. Nilai kerapatan dihitung dengan persamaan : ⁄

3.4.2 Kadar Air KA

Contoh uji berukuran 10 X 10 X 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 2003 yang digunakan adalah bekas contoh uji kerapatan. Kadar air OSB dihitung berdasarkan berat awal m1 dan berat kering oven m2 selama 24 jam pada suhu 103 ± 2° C. Nilai KA dihitung dengan persamaan :

3.4.3 Daya Serap Air DSA

Contoh uji berukuran 5 X 5 X 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 2003 ditimbang berat awalnya m1. Kemudian direndam dalam air dingin selama 2 dan 24 jam, setelah itu ditimbang beratnya m2 . Nilai DSA dihitung dengan persamaan :

3.4.4 Pengembangan Tebal PT

Contoh uji pengembangan tebal berukuran 5 X 5 X 1 cm sama dengan contoh uji daya serap air. Pengembangan tebal didasarkan pada tebal sebelum t1 yang diukur pada keempat sisi dan dirata-ratakan dalam kondisi kering udara dan tebal setelah perendaman t2 dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam. Nilai PT dihitung dengan persamaan : 3.5 Pengujian Sifat Mekanis OSB 3.5.1 Modulus Lentur Modulus of Elasticity = MOE Pengujian MOE dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu pengujian non destruktif dan pengujian destruktif. Pengujian destruktif menggunakan alat Universal Testing Machine merk Instron dengan menggunakan lebar bentang jarak penyangga 15 kali tebal nominal, tetapi tidak kurang dari 15 cm. Contoh uji yang digunakan berukuran 5 x 20 x 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 2003 yaitu pada arah longitudinal searah dengan orientasi strand pada lapisan permukaan OSB dan pada arah transversal tegak lurus dengan orientasi strand pada lapisan permukaan OSB. Pembebanan contoh uji diberikan dengan kecepatan 10 mmmenit. Pengujian MOE s dilakukan dalam dua kondisi yaitu kering dan basah. Kondisi basah dimana contoh uji sebelum dilakukan pengujian direndam dengan air selama 24 jam. Untuk uji destruktif, nilai MOE dihitung dengan persamaan : ⁄ Keterangan : MOEs : Modulus of Elasticity kgfcm 2 P : beban dibawah batas proporsi kgf L : jarak sangga cm Y : defleksi pada beban P cm b : lebar contoh uji cm t : tebal contoh uji cm

3.5.2 Modulus Patah Modulus of Rupture = MOR

Pengujian MOR dilakukan bersama-sama dengan pengujian MOE dengan memakai contoh uji yang sama. Pada pengujian ini, pembebanan pada pengujian MOE dilanjutkan sampai contoh uji mengalami kerusakan patah. Nilai MOR dihitung dengan persamaan: ⁄ Keterangan : MOR : modulus of rupture kgfcm 2 P : beban maksimum kgf L : jarak sangga cm b : lebar contoh uji cm h : tebal contoh uji cm Gambar 7 Proses pengujian MOEs dan MOR

3.5.3 Internal Bond IB

Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 2003 direkatkan pada dua buah blok alumunium dengan perekat dan dibiarkan mengering selama 24 jam. Kedua blok ditarik tegak lurus permukaan contoh uji dengan kecepatan 2 mmmenit sampai beban maksimum. Nilai IB dihitung dengan persamaan sebagai berikut : ⁄ Keterangan : IB : internal bond strength kgfcm 2 P : beban maksimum kgf b : lebar contoh uji cm L : panjang contoh uji cm Gambar 8 Proses pengujian internal bond

3.5.4 Kuat Pegang Sekrup Screw Holding Power

Contoh uji berukuran 5 cm x 10 cm x 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 2003. Sekrup yang digunakan berdiameter 2,7 mm, panjang 16 mm dimasukkan hingga mencapai kedalaman 8 mm. Nilai kuat pegang sekrup dinyatakan oleh besarnya beban maksimum yang dicapai dalam kilogram. Gambar 9 Pengujian kuat pegang sekrup

3.6 Pengujian Nondestruktif

Pengujian non destruktif dilakukan menggunakan metode gelombang ultrasonik menggunakan alat Metriguard 239A stress-wave timer yang memberikan informasi berupa rambatan gelombang yang diperoleh dari kedua cujung contoh uji. Pada kedua contoh uji dibuat lubang berdiameter 5 mm dan sedalam ±2 cm untuk menempatkan tranduse penerima slop accelerometer dan tranduser pengirim star accelerometer yang akan memberikan informasi kecepatan rambat gelombang yang diperoleh dari panjang gelombang dan waktu tempuh gelombang. Waktu rambat akan terbaca pada layar kemudian waktu rambat akan digunakan untuk menghitung kecepatan gelombang suara SWV. Nilai SWV dan MOE dinamis dihitung menggunakan persamaan: Keterangan : SWV : kecepatan rambatan gelombang suara mdetik d : jarak tempuh gelombang antar dua transduser m t : waktu tempuh gelombang antar dua transduser detik MOE d : MOE dinamis kgcm 2 p : kerapatan kgm 3 g : konstanta gravitasi 9,81 mdetik 2 Gambar 10 Alat uji non destruktif merk Metriguard Menurut Sandoz 1994 sepanjang sisi longitudinal, relasi antara kecepatan perambatan gelombang ultrasonik dengan sifat elastisitas sampel ditunjukkan oleh persamaan: V = MOE dinamis diperoleh berdasarkan fungsi persamaan : MOE dL = Keterangan : MOE dL : modulus elastisitas dinamis pada arah longitudinal kgem 2 v : keecpatan perambatan gelombang ultrasonik ms p : kerapatan kgm g : konstanta gravitasi 9,81 ms2 d : selisih jarak antar transduser em t : waktu tempuh gelombang J.ls

3.7 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL faktorial 2 faktor dengan faktor A adalah veriasi jenis bambu dan B adalah variasi kadar perekat dan ulangan sebanyak 3 kali sehingga percobaan 2 x 3 x 3. Analisis data digunakan dengan bantuan program computer SPSS 17.0. Model umum rancangan yang digunakan yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ijk = µ + A i + B j + AB ij + ε ijk Keterangan : Y ijk = nilai respon pada taraf ke –i faktor jenis kayu yang digunakan dan pada taraf ke-j faktor ukuran papan yang dibuat µ = nilai rata-rata pengamatan. A i = pengaruh perlakuan pendahuluan pada taraf ke-i B j = pengaruh variasi kadar perekat taraf ke-j i = perlakuan pendahuluan steam dan non steam j = variasi kadar perekat 3 , 4, dan 5 pada perekat MDI k = ulangan 1, 2, 3 dan 4 ABij = pengaruh interaksi faktor perlakuan pendahuluan pada taraf ke –i dan faktor variasi kadar perekat pada taraf ke-j ijk = kesalahan galat percobaan. Analisis ragam pada selang kepercayaan 95 dilakukan untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap nilai pengamatan. Jika hasil analisis tersbut menunjukan hasil yang signifikan, maka dilakukan uji lanjut Duncan untuk melihat pengaruh yang berbeda nyata dari jenis bambu dan kadar perekat. Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan hasil pengujian nondestruktif dengan hasil pengujian destruktif pada OSB. Persamaan yang digunakan adalah : Y = α + βx + ε Keterangan : Y : peubah tak bebas nilai dugaan α : konstanta regresi β : kemiringan gradient x : nilai peubah bebas ε : galat

3.8 Penentuan OSB Terbaik

Penentuan OSB terbaik hasil penelitian ini dilakukan dengan cara menentukan urutan sifat-sifat OSB dari yang paling unggul hingga terendah pada masing-masing pengujian baik dari sifat mekanis maupun sifat fisis. Nilai yang diberikan atas keunggulan sifat dari 6 kombinasi jenis bambu dan kadar perekat OSB, mulai dari kualitas tertinggi hingga terendah diberikan poin 1 sampai 6. Hasil penentuan urutan disajikan pada Lampiran 16. Nilai terendah merupakan OSB dengan kualitas terbaik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 .1 Geometri Strand Hasil pengukuran nilai rata-rata geometri strand pada penelitian ini tertera pada Tabel 1 . Tabel 1 Nilai rata-rata pengukuran dimensi strand, perhitungan nilai aspect ratio dan nilai slenderness ratio Jenis Parameter Minimum Maksimum Rata-rata SD Tali Panjang 6,57 7,45 6,99 0,170 Lebar 1,53 2,31 1,96 0,18 Tebal 0,07 0,16 0,10 0,02 Aspect Ratio 3,02 4,56 3,60 0,36 Slenderness Ratio 43,50 101,86 73,24 11,73 Hitam Panjang 6,35 7,60 6,97 0,13 Lebar 1,62 2,50 2,05 0,21 Tebal 0,06 0,20 0,11 0,02 Aspect Ratio 2,69 4,36 3,44 0,36 Slenderness Ratio 35,55 126,67 67,74 11,46 Pengukuran strand dilakukan dengan mengambil secara acak 100 strand dari masing-masing jenis bambu. Hasil pengukuran strand bambu tali memiliki panjang berkisar 6,57-7,45 cm, lebar 1,53-2,31cm, dan tebal 0,07-0,16 cm, menghasilkan slenderness ratio 43,50-101,58 dan aspect ratio 3,02-4,46. Bambu hitam memiliki panjang strand 6,35-7,60 cm, lebar 1,62-2,50 cm, dan tebal 0,06- 0,20 cm, menghasilkan aspect ratio 2,69-4,36 dan slenderness ratio 35,55-126,67. Menurut Maloney 1993, nilai slenderness ratio yang tinggi akan lebih mudah diorientasikan sehingga kekuatan papan yang dihasilkan akan meningkat serta memerlukan lebih sedikit perekat per luasan permukaan untuk mengikat strand, nilai aspect ratio minimal bernilai 3 agar diperoleh nilai lentur dan kekuatan yang lebih tinggi atau dengan kata lain meningkatkan kekuatan mekanisnya.

4.2 Pengujian Sifat Fisis

4.2.1. Kerapatan

Kerapatan merupakan perbandingan antara berat dengan volume kering udara papan komposit. Kerapatan papan pada dasarnya dipengaruhi oleh kerapatan bahan baku yang pada akhirnya akan mempengaruhi sifat-sifat fisis-mekanis yang lain Tsoumis 1991. Nilai kerapatan OSB yang dihasilkan berkisar antara 0,72- 0,79 gcm 3 . Nilai kerapatan yang terendah terdapat pada papan OSB bambu hitam dengan kadar perekat 8 dan nilai yang tertinggi terdapat pada papan OSB bambu tali dengan kadar perekat 10. Nilai kerapatan OSB yang dihasilkan pada penelitian ini secara garis besar menghasilkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kerapatan target sebesar 0,7 gcm 3 . Hal ini dapat terjadi karena pengaruh penyebaran strand yang tidak merata sehingga ketebalannya beragam. Nilai rata-rata hasil pengujian kerapatan OSB dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Nilai rataan kerapatan OSB. Menurut Kelly 1997, terdapat dua faktor paling penting yang mempengaruhi kerapatan akhir papan yaitu kerapatan bahan baku dan kekompakan lembaran yang dibentuk saat pengempaan panas. Hasil analisis keragaman Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor jenis bambu memberikan pengaruh yang nyata terhadap kerapatan OSB , sedangkan kadar perekat dan interaksi antar keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kerapatan OSB. Standar CSA 0437.0 Grade 0-2 tidak menetapkan nilai kerapatan papan.

4.2.2. Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu sifat fisis papan yang menunjukan kandungan air papan dalam kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya terutama kelembapan udara. Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas air atau kering tanur Bowyer et al 2003. Hasil pengukuran kadar air OSB yang dilakukan menunjukkan nilai kadar air yang terkandung berkisar antara 9,03-9,89. Nilai kadar air terendah terdapat 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Tali Hitam K er apat an g c m 3 6 8 10