Tinjauan Pustaka Bapak Bachtiar Hamzah, S.H.,M.Hum, selaku selaku Dosen Wali penulis

E. Tinjauan Pustaka

Kepentingan perkembangan perdagangan yang semakin cepat, meningkat, dan dalam skala yang lebih luas dan global, masalah utang piutang baik perorangan maupun perusahaan semakin rumit dan membutuhkan aturan hukum yang efektif. 7 Karena itu perubahan dilakukan terhadap Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan dengan memperbaiki, menambah dan meniadakan ketentuan-ketentuan yang dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, karena jika ditinjau dari segi materi yang diatur, masih terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan. 8 Kepailitan adalah dimana debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih sehingga debitur yang bersangkutan dapat memohon sendiri ataupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya ke Pengadilan untuk dinyatakan pailit. 9 Secara umum kepailitan sering diartikan sebagai suatu sitaan umum atas seluruh kekayaan debitur agar dicapainya perdamaian antara debitur dengan para krediturnya atau agar kekayaan debitur dapat dibagi-bagikan secara adil diantara para krediturnya. 10 Syarat kepailitan diatur dalam Pasal 2 ayat 1 UUK-PKPU, yang menyatakan debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan 7 Sunarmi, Hukum Kepailitan Jakarta : Softmedia, 2010, hlm. 1. 8 Rahayu Hartini, Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia Jakarta: Prenada Media Group, 2009, hlm.69. 9 Riduan Syahrini, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata Banjarmasin : Citra Aditya Bakti, 2000, hlm .179. 10 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, hlm .144. pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya. Kepailitan menyebabkan debitur demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk harta pailit, sejak putusan pernyataan pailit diucapkan. Kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Ketentuan sebagaimana sebagaimana disebutkan sebelumnya tidak berlaku terhadap : 1. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang digunakan oleh debitur dan keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 tiga puluh hari bagi debitur dan keluarganya, yang terdapat ditempat itu. 2. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya sendiri sebagai penggaian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah pensiun, uang tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas. 3. Uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu kewajiban member nafkah menurut undang-undang. Hak dan kewajiban debitur pailit akan beralih ke tangan kurator. Yang mana tugas utama seorang kurator adalah melakukan pengurusan dan pemberesan harta debitur pailit. Yang dimaksud dengan pengurusan adalah menginventarisasi, menjaga dan memelihara agar harta pailit tidak berkurang dalam jumlah dan nilai. Sedangkan pemberesan adalah penguangan atau pembagian harta debitur kepada para kreditur yang dilakukan setelah pengurusan harta pailit selesai. 11 Pasal 69 ayat 2 UUK- PKPU menyebutkan:” dalam melaksanakan tugasnya kurator tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau peyampaian pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur atau salah satu organ debitur, meskipun dalam keadaan diluar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan demikian dipersyaratkan dan dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga dalam rangka meningkatkan harta pailit ”. Harta pailit adalah harta milik debitur yang dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan. Pada ketentuan Pasal 21 UUK-PKPU secara tegas dinyatakan bahwa : “Kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur yang ada pada saat pernyataan pailit itu dijatuhkan oleh pengadilan, dan meliputi juga seluruh kekayaan yang diperoleh selama kepailitan b erlangsung”. Pihak-pihak yang terlibat dalam kepailitan tidak hanya debitur dan kreditur saja, tetapi ada juga hakim pengawas dan kurator. Menurut Pasal 1 angka 3 UUK-PKPU, yang dimaksud dengan debitur adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan dan yang dimaksud dengan debitur pailit adalah debitur yang sudah dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan. Sedangkan kreditur adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. 12 11 http:dali-telaumbanua.blogspot.com201206dt-15-akibat-hukum-kepailitan.html diakses pada 06 Maret 2015. 12 Sunarmi, Op. Cit., hlm. 107. Selama melakukan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit, tidak jarang kurator menemui hambatan. Salah satu pengahambat tugas kurator dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit adalah adanya perbuatan tidak kooperatif dari debitur pailit. Menurut Pasal 1 huruf b Perma Nomor 1 Tahun 2000, yang dimaksud dengan debitur tidak beritikad baik adalah “debitur, penanggung atau penjamin yang tidak mau memenuhi kewajibannya membayar utang-utangnya, pada hal mampu untuk memenuhinya.” 13 Terhadap debitur pailit dapat dikenakan paksa badan yang terutama ditujukan apabila si debitur pailit tidak kooperatif dalam pemberesan kepailitan. Paksa badan merupakan suatu upaya hukum yang disediakan untuk memastikan bahwa debitur pailit, atau direksi dan komisaris dalam hal yang pailit adalah perseroan terbatas, benar-benar membantu tugas kurator dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit. 14

F. Metode Penelitian