5.5 Daya dukung kawasan wisata
Untuk menjaga kawasan agar tetap berkelanjutan perlu diadakan perhitungan daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata. Perhitungan ini
dilakukan untuk mengetahui batas kemampuan kawasan untuk mendukung kegiatan wisata yang terjadi di dalamnya dengan tanpa mengalami kerusakan.
Dengan demikian dalam pelaksanaannya daya dukung ini menjadi pembatas jumlah pengunjung yang datang ke kawasan DMHB sehingga pada jumlah
tertentu kawasan tidak boleh menerima pengunjung lagi. Apabila batasan daya dukung ini dilewati maka yang terjadi adalah pengunjung yang ada di kawasan
akan mengalami ketidak nyamanan saat melakukan kegiatan wisata karean kondisi kawasan sudah terlalu ramai, dan kawasan dapat mengalami kerusakan
sebagai akibat dari beban kegiatan wisata yang berlebihan. Dalam perhitungan daya dukung dilakukan perbandingan antara luas ruang
yang ada dengan standar kebutuhan ruang yang diperlukan dalam melakukan kegiatan wisata. Standar yang digunakan adalah standar yang dikemukakan oleh
Harris and Dines1988, Chiara dan Koppleman 1997, Gold 1980, dan WTO dalam Inskeep1991.
Tabel 12. Kebutuhan Ruang, Aktivitas, serta Daya Dukung kegiatan wisata No. Aktivitas
Fasilitas Standar
Kebutuhan Luas Daya
Dukung
Rekreasi Aktif 1. Berperahu
motor darmaga,
loket, perahu motor
2 unitHa 1 unit =
20 orang 8,58 Ha
340 orang 17 unit
perahu motor
2. Bersepeda air
darmaga, loket, sepeda
air 15 unitHa
1 unit = 2 orang
3,23 Ha 96 orang
48 unit
3. Menaiki banana
boat Darmaga,
loket, banana boat
1 unitHa 1 unit = 5
orang 5,26 Ha
25 orang 5 unit
4. Memancing dek
pemancingan 10 m²
orang 2163 m²
216 orang 5.
Piknik area piknik
100 orang Ha
1,4 Ha 140 orang
6. Bird watching
- 15 orang
Ha 1,3 Ha
20 orang 7.
Wisata kuliner restoran
4 m²orang 400 m²
100 orang
Lanjutan Tabel 11. No
. Aktivitas Fasilitas
Standar Kebutuhan
Luas Daya Dukung
8. Wisata belanja
kios cinderamata
1,5 m²orang
600 m² 400 orang
9. Bersepeda loket
penyewaan sepeda, jalur
sepeda, papan
penanda 16
m²orang 1 Ha
625 orang
10. bermain playground
6 m² 3300 m²
550 orang 11. Jalan-jalan
jalur pejalan
kaki, papan penanda
6 m²orang 1,2 Ha 2000
12. menyaksikan pertunjukan seni dan
budaya Teater, balai
pergelaran seni dan
budaya 2 m²orang
500 m² 250
13. melihat pameran
produk seni dan budaya
Balai pergelaran
seni dan budaya
4 m²orang 1500 m²
300 orang
14. mengunjungi rumah
kaca dan kebun stroberi agrowisata
rumah kaca, kebun
stroberi 9 m²orang
2 Ha 2222
orang
Rekreasi pasif
11. Menikmati pemandangan
Shelter, gazebo,
bangku taman
4 m²orang
840 m² 210 orang
12. Duduk 13. Istirahat
Pelayananan 14. Mengantri di loket
penyewaan alat pancing, dan sepeda
loket penyewaan
alat pancing dan seperda
1,5 m²orang
600 m² 400 orang
15. Toilet toliet
2 m²orang
125 612 orang
16. Beribadah musholla
2 m²orang
660 330 0rang
Total 8836 orang
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Kawasan DMHB memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata alam. Kondisi lingkungan kawasan yang cukup alami
merupakan potensi utama yang harus dijaga agar tidak mengalami penurunan nilai lingkungan. Kendala yang ditemukan dalam kawasan DMHB ini adalah jenis
tanah di kawasan yang berupa tanah andosol yang rentan terkena erosi, keadaan topografi kawasan yang berfariasi, serta penggunaan lahan disekitar danau yang
dimanfaatkan sebagai kawasan pertanian sehingga dapat mengancam lingkungan ekologis danau sebagai akibat dari pengolahan tanah dan penggunaan pupuk dan
pestisida. Kendala selanjutnya adalah dari jumlah pengunjung pada waktu-waktu tertentu melebihi daya dukung kawasan serta perawatan kawasan yang bersifat
insidental membuat kondisi kawasan tidak begitu terawat. Atraksi wisata yang ada di kawasan saat ini kurang menarik dan terkesan monoton sehingga perlu
dikembangkan jenis-jenis atraksi wisata yang lebih bervariasi. Perencanaan kawasan DMHB sebagai kawasan wisata yang awalnya
hanya seluas 34,1 Ha diperluas menjadi 60,3 Ha. Kawasan yang diperluas ini terdiri dari badan air berserta rawa ditengahnya seluas 31,8 Ha atau 52 dari luas
keseluruhan dan daratan seluas 28,5 Ha atau 48 dari luas keseluruhan. Alasan yang mendasai perluasan kawasan adalah untuk memperbesar daya tampung
kawasan sehingga dapat menerima lebih banyak pengunjung, alasan lainnya adalah untuk melindungi kondisi ekologis danau dengan mengalih fungsikan
lahan pertanian menjadi kawasan wisata alam. Dalam perencanaannya, kawasan DMHB dibagi menjadi tiga zona yaitu
zona inti yaitu tempat semua kegiatan wisata terjadi, zona pengembangan sebagai zona pendukung kegiatan wisata di zona inti, dan zona penyangga yang fungsinya
unbtuk menyangga kondisi kawasan agar terhindar dari kerusakan. Dengan menggunakan zonasi ini diharapkan dapat membuat kawasan DMHB menjadi
berkelanjutan dan mampu mempertahankan kondisi lingkungannya yang masih alami karena itu adalah objek wisata utama sekaligus menjadi identitas kawasan
ini.