Ideologi Nasional Rukunegara Masa Kepemimpinan Tunku Abdul Rahman 1951-1971

62 Sebagai akibat dari adanya kerusuhan rasial tersebut, maka pemerintah mengumumkan negara dalam keadaan darurat, konstitusi dan parlemen ditunda, serta seluruh otoritas pemerintah berada ditangan sebuah Dewan Operasional Nasional National Operations Council yang terdiri dari 6 anggota Melayu dan 2 non-Melayu, kebanyakan berasal dari kabinet aliansi terdahulu. Selama 21 bulan badan ini dipimin oleh wakil perdana menteri Tun abdul Razak Hussein, yang menjalankan sepenuhnya tugas eksekutif dan menahan para penantang pemerintah. Robert N. Kearney, 1975: 188. Sebagai kelanjutan dari kerusuhan ini pemerintah secara bertahap berusaha merestorasi kembali kekuatan sipil untuk mencegah terjadinya kembali kerusuhan berdarah. Sebagai tahap awal, pemerintah membentuk suatu Dewan Penasehat National Consultative Council dan mengundang semua partai-partai mayoritas kecuali partai komunis MelayuMalayan Communist Party untuk mengirim wakil-wakilnya. Tetapi partai DAP Democratic Action Party mencalonkan seorang wakil yang telah ditahan peemrintah pada masa keadaan darurat dan saat pemerintah menolak untuk membebaskannya, partai DAP untuk memutuskan tidak bekerjasama dengan dewan penasehat pemerintah. Sebagai tambahan terhadap para pemimpin partai, para pemuka agama, profesi dan kelompok minoritaspun diundang untuk mengirimkan wakil-wakilnya. Ke 65 anggota dewan penasehat bertanggungjawab untuk mencari penyelesaian yang permanen terhadap masalah-masalah rasial, guna meyakinkna bahwa tragedi 13 Mei tidak akan terjadi lagi. Selama satu setengah tahun, dewan penasehat mencari jalan keluar terhadap penyelesaian maslah rasial dan ekonomi yang kemudian operasionalisasinya dilakukan oleh Dewan Operasi Nasional.

e. Ideologi Nasional Rukunegara

Secara umum pemerintah mejadi begitu peka terhadap kekhawatiran masyarakat Melayu akan kehilangan kedudukan dominan dalam sistem politik, di 63 mana bagi kebanyakan masyarakat Melayu hal ini merupakan jaminan utama dalam menghadapi dominasi dari kelompok masyarakat lain yang lebih berhasil dan agresif dalam ekonomi. Melihat kecenderungan ini, pemerintah memutuskan untuk mengintensifkan program ekonomi yang diusahakan untuk memberi bagian ekonomi yang besar kepada masyarakat Melayu, sebagai usaha yang bersifat yaitu untuk meningkatkan ekonomi nasional. Pemerintah memutuskan suatu sistem yang lebih luas bagi hak-hak istimewa Melayu dan berpaling pada usaha ekonomi yang utama yaitu mengadakan restrukturisasi masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepada kelompok Melayu bagian yang lebih besar dalam sektor ekonomi yang selama ini ada ditangan kelompok non-Melayu. Restrukturisasi masyarakat sudah dipikirkan pemerintah sebelum krisis rasial bulan Mei 1969 terjadi. Di mana dengan memberi kelompok Melayu bagian dalam sektor ekonomi akan lebih mempermudah untuk menerima partisipasi dari kelompok non-Melayu dalam politik. Namun ada masalah yang mendasar dari strategi ini, yaitu bahwa strategi ini dinilai terlalu bersifat komunal. Oleh sebab itu pemerintah perlu mencari berbagai cara guna meredam munculnya kesalahpahaman dalam debat dan diskusi publik, pada saat membicarakan isu-isu yang sangat komunal ini serta dakam waktu yang bersamaan berusaha agar mendapat dukungan bagi keberhasilan program yang diajukan. Pemerintah mengalami dilema, sehingga atas anjuran dari dewan penasehat masalah tersebut harus dilindungi dengan sebuah ideologi nasional Robert N. Kearney, 1975: 189. Maka pada hari ulang tahun kemerdekaan Malaysia tanggal 31 Agustus 1970, Yang Dipertuan Agung mengumumkan deklarasi Rukunegara sebagai sebuah pernyataan resmi dari adanya ideologi nasionalyang terdiri dari 5 prinsip sebagai berikut: 1 Kepercayaan Kepada Tuhan; 2 Kesetiaan Kepada Raja dan Negara; 3 Keluhuran Perlembagaan; 4 64 Kedaulatan Undang-undang; 5 Kesopanan dan Kesusilaan. A. W. Widjaja, 1987: 91-92. Ideologi Rukunegara merupakan sebuah pernyataan dukungan terhadap kebijaksanaan aliansi dalam menghadapi isu komunal. Untuk mengembalikan kedudukan parlemen, pemerintah mengharapkan agar semua partai politik dapat menerima Rukunegara serta melindungi diskusi publik atau kritik terhadap bagian-bagian dari konstitusi yang tercantum dalam deklarasi Rukunegara termasuk topik-topik seperti status dan kekuasaan para pemimpin Melayu, kewarganegaraan, hak-hak istimewa Melayu dan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional. Perdana menteri yang baru Tun Abdul Razak Hussein telah berhasil membuat diterimanya amandemen serta pembuatan konstitusi ini sehingga dapat mengakhiri diskusi publik terhadap isu-isu komunal yang sensitif ini, serta dapat memperkuat keadaan ke arah diberlakukannya kembali parlemen lebih lanjut perdana menteri menjelaskan bahwa amandemen ini dipertimbangkan sangat perlu untuk mengatasi terjadinya kembali insiden 13 Mei 1969, yang hanya melalui jalan itu dapat menjamin masa depan dari sistem demokrasi pemerintah serta terwujudnya persatuan. Dari semua penjelasan tersebut di atas, dapat kita lihat bahwa perencanaan pembangunan di Malaysia sebelum tahun 1970-an ternyata belum berhasil karena golongan Melayu merasa tidak puas dengan hasil pembangunan yang dicapai dan dianggap lebih menguntungkan golongan non-Melayu. Ketidakpuasan ini kemudian mencapai puncaknya dalam konflik 13 Mei 1969. Peristiwa rasial ini memaksa para pemimpin Malaysia untuk meninjau kembali strategi pembangunannya. Tunku Abdul Rahman sekalipun merupakan tokoh kharismatik di Malaysia, namun pamor dan pengaruhnya semakin merosot terutama sesudah peristiwa 13 Mei 1969 yang merupakan krisis rasial antara Melayu dan Cina yang 65 paling hebat. Abdul Rahman secara sukarela kemudian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden partai UMNOperdana menteri Malaysia.

3. Masa Kepemimpinan Tun Abdul Razak Hussein 1971-1976