Kebijakan Moneter Dalam Ekonomi Islam Analisis Kebijakan Mahathir Mohamad Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Malaysia Tahun 1997-1998

(1)

KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM

ANALISIS KEBIJAKAN MAHATHIR MOHAMAD DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI MALAYSIA TAHUN 1997-1998

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

OLEH:

Oleh :

KHAIRUL ANUAR BIN MOHD AMIN KHIR NIM : 104046101647

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T

FAKULTAS SYARIAH D AN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H / 2008 M


(2)

KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM

ANALISIS KEBIJAKAN MAHATHIR MOHAMAD DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI MALAYSIA TAHUN 1997-1998

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh:

KHAIRUL ANUAR BIN MOHD AMIN KHIR NIM : 104046101647

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM Dr. Anwar Abbas, M.Ag

NIP : 150 210 422 NIP : 131 273 007

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S YA R I A H P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T

FAKULTAS SYARIAH D AN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H / 2008 M


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menjadikan manusia sebagai makhluk yang sempurna serta memberikan nikmat, taufik dan hidayah serta rahmatNya. Salawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat baginda yang telah membawa dan menyebarkan agama Islam sebagai hidayah kepada jalan yang benar dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Skripsi berjudul: KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM

ANALISIS KEBIJAKAN MAHATHIR MOHAMAD DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI MALAYSIA TAHUN 1997-1998, ini ditulis untuk memenuhi dan sekaligus melengkapi syarat-syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Sesungguhnya di dalam menyelesaikan skiripsi ini penulis menghadapi ujian dan rintanagan akibat dari beratnya topik perbahasan yang teliti, namun penulis akhirnya memperolehi inspirasi dari beberapa individu yang sepanjang penulisan skiripsi ini banyak membantu dalam memberikan masukan yang berharga kepada penulis guna menyempurnakan skiripsi ini.


(4)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena mendapat dukungan dan bantuan dari pelbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, baik sebagai Dekan Fakultas Syariah & Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, maupun sebagai dosen pembimbing I yang dengan sabar memberikan petunjuk, arahan, dan masukan kepada penulis hingga tuntas skripsi ini. Hanya Allah SWT memberikan ganjaran yang berlipat ganda atas jasa baiknya kepada penulis. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, masing-masing

sebagai ketua dan sekretarias jurusan Muamalat yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.

3. Bapak Dr. Anwar Abbas, M.Ag, merupakan dosen pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dalam memberi arahan dan masukan kepada penulis hingga tuntasnya sebuah skripsi ini, hanya Allah saja yang selayaknya membalas jasanya. 4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, tidak lupa juga terima kasih yang sebesar-besarnya kepada staf perpustakaan, karyawan-karyawati yang banyak membantu penulis memfasilitasi penyelesaian penulisan skripsi ini.

5. Teristimewa buat Ayahanda tersayang Mohammad Amin Khir Bin Tohar dan Ibunda tercinta Zaidah Binti Abd. Ghani, serta seluruh ahli keluarga yang dikasihi dan tersayang. Terima kasih banyak atas bantuan kalian terutama dari segi keuangan, dan dukungan kalian. Terima kasih juga atas doa dan


(5)

pengorbanan kalian yang tidak terhingga serta sentiasa memberi semangat tanpa jemu hingga penulis dapat menyelesaikan pengajian di sini dengan selamat dan sempurna. Semoga Allah SWT menempatkan kalian di tempat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang soleh dan solehah. “semoga berjaya dan panjang umur”.

6. Kepada Prof. Madya Dr. Rahimin Affandi Abd Rahim (Dosen Universitas Malaya) Prof. Chamhuri Siwar (Dosen Universitas Kebangsaan Malaysia) merupakan narasumber yang bertanggungjawab memberi masukan ke dalam judul skripsi ini, beberapa pihak yang banyak memberi kerjasama samada berupa kritikan, saran-saran mahupun tempat tinggal yaitu Sekretariat Kelab UMNO Luar Negara, Jabatan Penuntut Malaysia di Indonesia, Atase Agama Kedutaan Besar Malaysia Di Indonesia, Bapak Elias Bin Jafary dan Istri serta keluarganya (Warden Wisma Malaysia) terima kasih atas partisipasinya. Semoga segala pengorbanan yang telah diberikan akan beroleh ganjaran pahala daripada Allah swt.

7. Teman-teman seangkatan 2004/2008, khususnya PS (C) dan juga individu-individu lain yang tidak dapat penulis sebutkan di sini satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama penulis belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

8. Teman-teman sahabat seperjuangan, Seth Effendi, Selan Taha, Mohd Ikram Othman, Ammar Abd Adzis, Intan Shafinas Bakaruddin, Norfaridah Hazman, Siti Nurhidayah Yahya, seluruh Ahli Jawatan Kuasa Kelab UMNO Jakarta


(6)

2006/2008 dan juga individu-individu lain yang tidak dapat penulis sebutkan di sini satu persatu jutaan terima kasih penulis ucapkan kepada saudara dan saudari yang mendoakan kejayaan dan memberi semangat dan inspirasi kepada penulis demi keberhasilan penulisan karya ilmiah ini.

9. Teman-teman Malaysia yang berada di Indonesia maupun di Malaysia dan teman-teman seangkatan 2004/2008 Program Studi Perbankan Syar’iah, dan tidak lupa juga kepada teman-teman yang berada di Indonesia Arif dan keluarga, semoga perkenalan ini dirahmati dan diberkati olehNya. Terima kasih atas kebersamaan kalian dalam menemani penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dan akhirnya semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif kepada para pembaca. Semoga bantuan diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangan, kekhilafan dan kesalahan, maka kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan dalam rangka perbaikan dan kesempurnaan tulisan ini.

Kepada Allah SWT jualah penulis memohon, semoga jasa baik yang telah mereka sumbangkan menjadi amal shaleh dan mendapat balasan yang lebih baik dari

Allah SWT. Amin Jakarta, 20 November 2008M

22 Zulkaedah 1429H Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR i

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 7

D. Review Studi Terdahulu 8

E. Metode Penelitian 9

F. Sistematika Penulisan 10

BAB II KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

A. Pengertian Kebijakan Moneter Dalam Islam 13

B. Macam-macam Kebijakan Moneter Dalam Islam 20

C. Fungsi dan Tujuan Kebijakan Moneter Dalam Islam 23

D. Instrumen Kebijakan Moneter Dalam Islam 28

BAB III EKSISTENSI DAN KEBIJAKAN EKONOMI MAHATHIR MOHAMAD DALAM PEMERINTAHAN MALAYSIA TAHUN 1997-1998

A. Sosiologi Ekonomi Politik di Malaysia 44

B. Biografi Mahathir Mohamad 46

C. Kondisi Ekonomi Malaysia Pada

Masa Pemerintahan Mahathir Mohamad 53

D. Strategi Mahathir Mohamad dalam


(8)

E. Analisis Terhadap Kebijakan Mahathir Mohamad 86

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 101

B. Saran-saran 102

DAFTAR PUSTAKA 104


(9)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Angka Pertumbuhan GDP Negara-negara ASEAN 1991-1996 (%) 58

2. Tabel 2 Pertumbuhan KDNK Benar (%) 1996-2005 74

3. Tabel 3 Nilai Tukar RM / AS (Januari 1996-Desember 2000) 76


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sebelum krisis ekonomi melanda, negara-negara Asia Timur, negara-negara seperti Korea, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Taiwan, Singapura dan Thailand telah dikagumi oleh negara luar kerana pencapaian ekonomi mereka dari segi pertumbuhan pesat, inflasi yang rendah, kestabilan makro ekonomi dan kekuatan kedudukan fiskal, kadar simpanan yang tinggi, keterbukaan ekonomi serta perkembangan sektor pengeksportan. Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berkekalan itu telah menyebabkan pencapaian kualitas hidup yang mengkagumkan. Selama lebih tiga dekade, sebagian besar Asia Timur menjadi model pembangunan ekonomi yang ingin dicapai oleh negara-negara membangun. Pendapatan per kapita meningkat secara keseluruhan antara empat hingga enam peratus setahun dalam tiga dekade yang lalu. Hal ini adalah tiga kali ganda berbanding Amerika Selatan dan Asia Selatan dan lima kali ganda berbanding Afrika.1

Isu krisis ekonomi menjadi perbualan hangat yang sering diperkatakan umum sejak isu itu melanda rantau Asia pada pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi ini dikatakan telah mendatangkan pelbagai implikasi buruk ke atas negara-negara Asia, tidak terkecuali Malaysia. Walaupun ekonomi Malaysia sebelum ini tersenarai diantara ekonomi dunia yang paling aktif dan berdaya saing, serta mempunyai asas-asas ekonomi yang kukuh, namun Malaysia tidak terlepas daripada menerima padah kemelesetan ekonomi serantau.

1

Nor Aini Haji Idris,dkk, Kegawatan Ekonomi Impak Terhadap Golongan Berpendapatan Rendah, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2007), h. 11


(11)

Krisis ekonomi yang melanda Malaysia pada bulan Juli 1997 didorong oleh beberapa faktor yang menyebabkan Malaysia mengalami tekanan yang amat berat sekali. Krisis ekonomi ini amat berkait rapat dengan kejatuhan nilai mata uang. Walaupun Malaysia diakui oleh banyak pakar ekonomi termasuk dari Barat, mempunyai asas ekonomi yang kukuh, namun kekukuhan itu masih belum cukup untuk menjamin negara ini terlepas dengan masalah besar yang dihadapi oleh semua negara ASEAN, yaitu kejatuhan nilai mata uang yang melampau. Pada umumnya, punca sebenar krisis ekonomi ini masih belum dapat kenal pasti. Namun begitu, terdapat beberapa pandangan yang mengatakan bahwa krisis ekonomi ini berlaku akibat daripada kelemahan sistem keuangan dan dasar perekonomian negara itu sendiri dan juga faktor luaran.2

Jelas bahwa pemicu utama terjadinya krisis ekonomi adalah krisis di sektor moneter. Kekacauan di sektor ini mengakibatkan kekacauan disektor riil (produksi, perdagangan dan jasa). Harga-harga barang dan jasa naik bukan karena hukum permintaan dan penawaran, tetapi karena suku bunga perbankan naik, juga karena terjadinya depresiasi Ringgit yang melewati batas kewajaran.

Salah satu kebijakan pemerintah Malaysia adalah dengan mengambil tindakan awal untuk memulihkan krisis ekonomi ialah dengan menubuhkan Majlis Tindakan Ekonomi Negara (MTEN) yang bertanggungjawab menyediakan Perencanaan Pemulihan Ekonomi Negara (PPEN). Selain daripada matlamat menstabilkan nilai Ringgit, memulihkan keyakinan pasar, mengekalkan kestabilan pasar uang,

2Ibid., h. 67


(12)

mengukuhkan asas ekonomi dan pemulihan sektor-sektor yang terjejas, sasaran PPEN adalah meneruskan agenda ekuiti dan sosioekonomi3.

Di Malaysia usaha memartabatkan perbankan Islam menunjukkan kejayaan yang terbatas. Ia dimulai dengan penggubalan Akta Perbankan Islam 1983 yang menubuhkan bank Islam hinggalah kepada beberapa pindaan akta-akta berkaitan bagi membolehkan bank-bank konvensional turut membuka kaunter yang menawarkan jasa perbankan dan keuangan Islam. Di samping itu, pelbagai kemudahan sokongan kepada industri perbankan Islam turut diperkenalkan seperti penubuhan perusahaan takaful dan mewujudkan pasaran modal Islam. Krisis ekonomi dan keuangan yang melanda negara-negara Asia semenjak tahun 1997 telah membuka jalan kearah peluang memperkenal dan memperluaskan sistem ekonomi Islam dengan lebih berkesan. Ini karena masyarakat dunia kiat mencari alternatif baru bagi menangani krisis yang berpontensi mencetuskan krisis baru yang lebih parah yaitu kemelesetan ekonomi sedunia, sekiranya masalah masa kini tidak di atasi secara global.4

Dalam konteks keresahan inilah sebarang alternatif baru itu akan menerima perhatian yang kritis dan sokongan sekiranya terbukti berkesan. Dan sekiranya ekonomi Islam itu ditonjolkan secara ilmiah dan pragmatik, maka tidak mungkin ia akan diabaikan oleh mereka yang rasional lagi profesional. Penyusunan ekonomi juga bermakna bagaimana manusia itu menyelesaikan masalah asas ekonomi berpandukan

3

Berita Harian Online, Pelan Pemulihan Diumumkan, artikel diakses pada 08 April 2008 dari http://161.139.39.251/akhbar/economic.conditions/1998/bh98724.htm

4

Nik Mustapha Nik Hassan, Ekonomi Islam dan Pelaksanaannya di Malaysia (Kuala Lumpur: IKIM, 2002), h. 18


(13)

nilai-nilai yang mereka percayai. Nilai-nilai ini menentukan sama ada penysunan ekonomi itu berupaya menepati sasaran pembangunan ekonomi.5

Malaysia di bawah kepemimpinan Mahathir Mohamad telah memacu ke tahap sebuah negara perindustrian maju menjelang tahun 2020, sebuah negara Islam contoh, sederhana tetapi dan progresif yang menjadi rujukan kepada negara-negara Islam lain. Keadaan itu berlaku karena sepanjang tempoh 22 tahun pemerintahannya keadaan politik adalah stabil, sistem pendidikan yang mantap, ekonomi yang berkembang pesat, perpaduan kaum yang utuh manakala hutang luar negara pula tidaklah sampai membebankan negara.6

Malaysia telah mencapai kemajuan pesat setanding dengan negara maju Barat hasil pandangan jauh, kebijaksanaan dan kemampuan Mahathir Mohamad sepanjang 22 tahun pemerintahannya. Pencapaian dan kemajuan ini adalah natijah daripada sains atau ilmu ketamadunan yang diperkenal dan dilaksanakan di dalam pemerintahan Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri sepanjang pemerintahan beliau.

Salah satu ide atau pandangan beliau dalam mengatasi krisis ekonomi adalah dengan mencadangkan supaya dinar Islam yang diperbuat daripada emas dan bukannya kertas, digunakan sebagai mata uang umat Islam di seluruh dunia.

Di samping itu ia juga membuka pintu penyelesaian kepada kemelut umat Islam yang sudah terlalu lama bergumpal dan bergelumang dengan riba, terutamanya dalam hal-hal berkaitan keuangan dan perniagaan.

5Ibid., h. 19 6

Mohd. Shah Abdullah, Mahathir ibarat Ibnu Khaldun, artikel diakses pada 03 April 2008 dari http:// mohdshahabdullah.blog.com/ MAHATHIR +IBARAT+IBNU+KHALDUN/


(14)

Beliau juga melihat, untuk melindungi diri daripada menjadi ratahan globalisasi, umat Islam memerlukan pasaran yang menggunakan satu mata uang untuk memanfaatkan kekayaan yang dianugerahi kepada wilayah-wilayah Islam. Lebih penting lagi, pelaksanaan penggunaan dinar Islam itu dengan sendirinya akan mewujudkan blok perdagangan Islam yang pastinya mencetuskan kerangka baru pasaran Islam dan keuangan Islam di peringkat dunia.7

Dalam skripsi ini dibahas komparasi kebijakan Mahathir Mohamad dalam mengatasi krisis ekonomi Malaysia dan pandangan beliau terhadap ekonomi Islam. Kefahaman beliau mengenai kepentingan mata uang dan sistem ekonomi dunia sudah pun mekar dalam minda dan hatinya sejak awal tahun 1980-an lagi dan tentunya krisis mata uang Asia 1997 menjadi pemangkin kepada kebenaran kefahaman beliau.

Bedasarkan pertimbangan, penulis merasa sangat perlu untuk membahas komparasi kebijakan Mahathir Mohamad tentang kebijakannya dalam mengatasi krisis ekonomi Malaysia 1997-1998 dalam persepktif ekonomi Islam. Pembahasan ini dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul : “Kebijakan Moneter Dalam Ekonomi Islam Analisis Kebijakan Moneter Mahathir Mohamad Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Malaysia Tahun 1997-1998”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

7

Khalid Noorshah, Dinar Dirham Sebagai Mata Wang Alternatif, artikel diakses pada 03 April 2008 dari http:// www.usm.my/dinar/article/GDRG%20Dinar%20Islam.htm


(15)

Skripsi ini membahas tentang kebijakan ekonomi Mahathir Mohamad dalam mengatasi krisis ekonomi yang melanda Malaysia, karena luasnya masalah krisis ekonomi ini maka penulis membatasi pembahasan pada kebijakan moneter Mahathir Mohamad dalam mengatasi krisis ekonomi Malaysia pada tahun 1997-1998.

2. Perumusan Masalah

Dalam uraian latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, maka yang dikaji penulis dalam skripsi ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep kebijakan moneter dalam Islam ?

2. Bagaimana kebijakan moneter yang digunakan Mahathir dalam mengatasi krisis ekonomi Malaysia pada tahun 1997-1998 ?

3. Bagaimana kesesuaian kebijakan moneter Mahathir dengan konsep kebijakan moneter dalam Islam ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian :

a) Untuk mengetahui sambil meneliti dan mengkaji kebijakan Mahathir Mohamad dalam mengatasi krisis ekonomi Malaysia terutama dalam perspektif ekonomi Islam. b) Menganalisa dan mencari tahu bagaimana strategi atau sistem yang digunakan dalam


(16)

c) Untuk mengetahui perkembangan ekonomi Islam di Malaysia pada saat ini.

2. Manfaat Penelitian :

a) Idelogi dan pemikiran Mahathir Mohamad dalam ekonomi Islam boleh dikatakan satu tindakan yang brilian dalam menyatupadukan seluruh umat Islam dan menangani krisis keuangan yang dicetuskan oleh para “perampok mata uang”.

b) Agar dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kebijakan pemerintah dalam mengatasi jatuh bangunnya ekonomi di Malaysia demi kemajuan serta membangun negara.

c) Manfaat penelitian ini diharapkan menjadi salah satu solusi terhadap permasalahan moneter di Malaysia, selain itu sebagai salah satu sarana sosialisasi sistem ekonomi Islam kepada masyarakat luas

d) Dalam tatanan praktis, penulis mengharapkan agar dapat menambah referensi atau pengetahuan bagi para mahasiswa syariah dan seluruh umat Islam di Indonesia dan Malaysia

D. Review Studi terdahulu

Berikut berapa anotasi dari beberapa Skripsi yang terkait dengan tema penulis yang didapatkan dari Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta:

1. Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Cepi Cahyana (Mahasiswa Perbankan Syariah UIN) yang berjudul Arah Kebijakan Moneter Sebelum Reshufle Kabinet Indonesia Bersatu. Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2006 ini fokus pada penjelasan mengenai cara mencapai tujuan strategis komprehensif negara selain dari


(17)

berusaha mencapai distribusi dan kesejahteraan yang wajar. Dari sisi metode penelitian, penelitian yang dilakukan Cepi Cahayana menggunakan kajian kepustakaan Penelitian yang dibuat oleh Cepi Cahayana jelas berbeda dengan penelitian yang penulis bahas. Perbedaan tersebut terletak (salah satunya ) pada objek penelitian. Objek penelitian penulis adalah pemikiran kebijakan Moneter Mahathir Mohamad Dalam Mengatasi Krsisi Ekonomi Malaysia.

2. Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Jalalluddin (Mahasiswa Perbankan Syariah UIN) yang berjudul Dinar dan Dirham; Mengasas Standarisasi Sistem Moneter Negara Islam. Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2003 ini mempunyai berfokus pada penjelasan mengenai konsep uang dalam Islam, standar mata uang universal yang layak menurut Islam. Dari sisi metode penelitian, penelitian yang dilakukan Jalalluddin menggunakan kajian kepustakaan. Penelitian yang dibuat oleh Jalalluddin jelas berbeda dengan penelitian yang penulis bahas. Perbedaan tersebut terletak pada (salah satunya) objek penelitian. Objek penelitian penulis adalah pemikiran Mahathir Mohamad tetapi yang dibahas adalah dinar dan dirham, namun konsep uang yang diutarakan bisa membantu penulis sebagai salah satu sumber data.

3. Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Wina Tresa Rahayu (Mahasiswa Perbankan Syariah UIN) yang berjudul Otoritas Moneter Masa Abbasiyah Kajian Pemikiran Moneter Ibnu Khaldun . Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2002 ini fokus pada masa peralihan khalifah Abbasiyah kekuasaan Dinasti Moghul dengan merujuk pada pemikiran Ibnu Khaldun. Dari sisi metode penelitian, penelitian yang dilakukan adalah dengan kajian kepustakaan. Penelitian yang dibuat oleh Wina jelas


(18)

berbeda dengan penelitian yang penulis bahas. Perbedaan tersebut terletak pada (salah satunya) objek penelitian. Objek penelitian penulis adalah kebijakan Mahathir Mohamad dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Malaysia.

E. Metode Penelitian

Untuk menyelesaikan penelitian ini, maka penulis menggunakan metode-metode berikut:

1. Penentuan Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data yang berhubungan dengan topik, yaitu mengenai kebijakan moneter dalam ekonomi Islam serta pandangan dan kebijakan Mahathir Mohamad dalam mengatasi krisis ekonomi Malaysia tahun 1997-1998.

2. Sumber Data

Sumber sekunder, adapun alasannya karena ada kesulitan dalam memperoleh data langsung dari sumber primer yaitu Mahathir Mohamad sendiri.

3. Pengumpulan Data

Skripsi ini berupa penelitian kepustakaan (library research) dengan data dan cara analisa kualitatif, cara mendeskripsikan dan menganalisa objek penelitian, yaitu membaca dan menelaah berbagai sumber yang berkaitan dengan topik, untuk kemudian dilakukan analisa dan akhirnya mengambil kesimpulan yang akan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.


(19)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian ini akan menemukan sebuah pandangan atau idelogi yang mana itu akan menjadi sebuah kebijakan pemerintah Malaysia dalam mengatasi krisis ekonomi Malaysia. Teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dan melayari internet di web site-web site yaitu dengan cara menelusuri karya-karya Mahathir Mohamad dan karya-karya lain yang menceritakan tentang Mahathir Mohamad yang berkaitan dengan pandangan beliau dan strategi beliau semasa memerintah Malaysia. Selain itu, penulis juga membuat studi lapangan dengan mewawancara terhadap dosen dan pakar ekonomi yang kompeten.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan penulisan dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis menuangkannya dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pada bab ini, penulis memulai dengan pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Perumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Langkah-langkah atau Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II Dalam bab ini, penulis menjelaskan tinjauan umum tentang kebijakan moneter yang terdiri dari: pengertian kebijakan moneter, macam-macam kebijakan moneter, fungsi kebijakan moneter, instrument kebijakan moneter dan kebijakan moneter dalam perspektif ekonomi Islam.


(20)

BAB III Pada bagian ini, penulis membahas sekilas tentang eksestensi Mahathir Mohamad dalam pemerintahan Malaysia. Selain itu, akan dikupas juga secara singkat tentang biografi Mahathir Mohamad. Bab ini juga akan membahas tentang kondisi ekonomi Malaysia sepanjang pemerintahan beliau. Di dalam bab ini juga, penulis membahas kebijakan moneter dalam ekonomi Islam; Mahathir Mohamad dalam mengatasi krisis ekonomi Malaysia tahun 1997-1998 yang mana akan dibahas tentang strategi beliau dalam mengatasi krisis ekonomi Malaysia, apakah pandangan serta idelogi beliau dalam ekonomi Islam, keunggulan dan kelemahan dalam pemerintahan beliau. Analisa penulis dalam bab ini juga akan membahas tentang strategi tersebut sama ada cocok atau tidak dengan sistem ekonomi Malaysia.

BAB IV Pada bab terakhir ini, penulis menarik suatu kesimpulan yang merupakan bab penutup dan memberikan saran-saran yang bisa dijadikan pedoman bagi pihak-pihak yang terkait.


(21)

BAB II

KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

Dalam peradaban manusia, uang telah memberi manfaat yang besar. Berdasarkan fungsi-fungsinya sebagai alat transaksi, satuan hitung dan penyimpan nilai, uang memberi manfaat bagi manusia dalam mengatasi kesulitan untuk melakukan berbagai kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, investasi, konsumsi dan menabung. Manfaat uang tersebut menyebabkan permintaan masyarakat akan dilatarbelakangi oleh motif yang berbeda-beda, antara lain untuk keperluan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Dengan latar belakang tersebut, pemerintah atau otoritas moneter suatu negara merasa perlu untuk melakukan upaya-upaya untuk mengendalikan jumlah uang beredar tersebut, dan ini lazimnya disebut sebagai kebijakan moneter.8

Berbagai definisi tentang kebijakan moneter antara lain disebutkan kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara. Biasanya otoritas moneter dipegang oleh bank sentral suatu negara. Dengan kata lain, kebijakan moneter merupakan instrumen bank sentral yang sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi variable-variabel finansial seperti suku bunga dan tingkat penawaran uang. Sasaran yang ingin dicapai adalah memelihara kestabilan nilai uang baik terhadap faktor internal maupun eksternal. Stabilitas nilai uang mencerminkan stabilitas harga

8

Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 3


(22)

yang pada akhirnya akan mempengaruhi realisasi pencapaian tujuan pembangunan suatu negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi, perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas ekonomi.9

Definisi lain juga menyatakan, kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah (bank sentral), untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter merupakan salah satu kebijakan di bidang ekonomi yang sangat berperan untuk mengatur dan menjaga stabilitas ekonomi suatu negara. Kebijakan ini lebih khusus mengatur tentang pengendalian jumlah uang yang beredar. Seperti kita ketahui, bidang keuangan di negara manapun sangat memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi, karena apabila jumlah uang yang beredar di suatu negara jumlahnya kurang maka negara tersebut akan mengalami kelesuan ekonomi. Begitu juga sebaliknya jika jumlah uang yang beredar melebihi kebutuhan maka akan terjadi inflasi. Dengan demikian jelas bahwa untuk menjaga kestabilan jumlah uang maka pemerintah melalui bank sentral harus berupaya senantiasa menjaga kestabilan moneter. Salah satu indikator keberhasilan kebijakan moneter adalah adanya stabilitas ekonomi dan perbaikan neraca pembayaran.10

Di dalam ekonomi Islam uang bukanlah modal. Uang adalah barang khalayak masyarakat luas. Uang bukan barang monopoli seseorang. Jadi semua orang berhak

9

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, Cet. Kedua), h.255

10

Nurmawan, Kebijakan Moneter, artikel diakses pada 14 Juni 2008 dari

http://www.dikmenum.go.id /bahan/kelas2/images/KEBIJAKAN%20MONETER, KEUANGAN-NEGARA-DAN-PAJAK.pdf


(23)

memiliki uang yang berlaku di sesuatu negara. Sementara modal adalah barang peribadi atau per orang. Jika uang sebagai flow concept sementara modal adalah stock concept.11

Fokus kebijakan moneter Islam lebih tertuju pada pemeliharaan berputarnya sumber daya ekonomi, di mana ini menjadi inti ekonomi Islam pada semua bentuk kebijakan dan ketentuan yang diperkenankan oleh syariah. Dengan demikian dalam Islam, secara sederhana para regulator harus memastikan tersedianya usaha-usaha ekonomi dan atau produk keuangan syariah yang mampu menyerap “potensi investasi” masyarakat atau ketentuan-ketentuan yang mendorong preferensi penggunaan “potensi investasi” pada usaha produktif terjadi. Dengan begitu waktu memegang uang oleh setiap pemilik dana akan ditekan seminimal mungkin di mana waktu tersebut sebenarnya menghambat velocity. Dengan kata lain penyediaan regulasi berupa peluang usaha, produk-produk keuangan syariah serta ketentuan lainnya berkaitan dengan arus uang masyarakat akan semakin meningkatkan velocity dalam perekonomian. Dengan demikian perhatian regulasi moneter tidak tertuju pada konsep money supply seperti yang dianut konvensional, tapi pada velocity perekonomian.12

Sementara pengeluaran yang berlebihan dilarang, penimbunan simpanan juga dikecam tegas oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sumber-sumber daya yang telah disediakan Allah harus dipergunakan untuk kegunaan si empunya (dalam batas-batas yang ditetapkan oleh Islam) atau diperuntukan bagi orang lain, sehingga memenuhi

11

Eko Suprayatino, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional

(Yogyakarta: Graha Imu, 2005), h. 197 12

Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern


(24)

tujuan dasar bagi penciptanya. Membiarkan menganggur dan tidak memanfaatkan bagi tujuan-tujuan konsumsi yang benar atau untuk pengembangan barang-barang umum lewat konstribusi kesejahteraan (zakat,sedekah dan pembayaran semacamnya) atau untuk investasi produktif, telah dikecam oleh Islam.13

Allah SAW berfirman:

!"

#$

%

& '( )

*

+,

-(.

/01

2

3)

5

67 89

:,

; <=

, >?*@A

BC

DE

F) G

+

+I

:J

K

6F

L

M 5 NO

'

:JB

6PQ

R

S"

#$

M '=

TUR

V?P<$#

C WX YF

0Z

[ \-

Y('

]

!

:JB

6PQ

^>< ._`a ;CA

Db

cBP>

L

d

G

)

Artinya :

“Hai orang-orang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (Q.S At-Taubah/09:34)14

13

Nurlaila, Mata Uang Emas Dalam Perspektif Islam Dan Prospek Aplikasinya Pada Perbankan Syariah ( Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007) h.19

14Al-Qur’an dan Terjemahnya,


(25)

Moderasi adalah jantung utama pesan Islam dalam semua kegiatan kemanusiaan. Karena itu, ketika Islam melarang asetisisme, ia juga melarang secara tegas berlebih-lebihan dan konsumsi pamer.15

Allah SWT berfirman:

!"

#$

Ce

-%

\-cYf G

g^C

%

>Ah

j

g^C

%

.*kF-

,#01

S l L

m

ECe

I)

C#

Artinya:

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) bakhil, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara keduanya.”(Q.S Al-Furqaan/25:67)16

Akan tetapi, dalam menjaga pendekatannya yang rasional dan unversal kepada persoalan-persoalan ini, Islam menggunakan pembatasan-pembatasan kualitatif (bukan kuantitatif) pada aspek konsumsi. Pengeluaran harus selara dengan hakikat seorang muslim yang secara moral adalah jujur dan rendah hati.

Secara ringkasnya, kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui

15

M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani, 2000), h.44 16 Al-Qur’an dan Terjemahnya,


(26)

pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.17 Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter islam tidak berbeda dengan tujuan kebijakan moneter konvensional yaitu menjaga stabilitas dari mata uang (baik secara internal maupun eksternal) sehingga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai.

Bank sentral hanya dapat memberikan kredit kepada bank-bank komersial; ia tidak mampu memaksa sektor swasta untuk melakukan investasi ketika prospek bisnis tidak cerah. Dalam keadaan seperti ini, pemerintah harus melihat ulang program pengeluarannya (belanjanya) dan menggantikan defisiensi dalam permintaan agregat sektor swasta dengan menyiapkan suatu proporsi peningkatan uang berdaya tinggi yang lebih besar melalui defisit fiskalnya.

Sektor eksternal pasti dapat menciptakan fluktuasi dalam uang beredar melalui capital flows di dalam dan di luar suatu negara yang tidak memiliki kontrol nilai tukar. Gerakan-gerakan ini dimungkinkan karena suatu kombinasi faktor-faktor ekonomi dan politik. Gerakan modal yang paling menganggu adalah spekulatif panas dalam capital flows yang terjadi karena perbedaan suku bunga dan ekspektasi (harapan) nilai tukar. Ada kemungkinan kecil capital flows ‘panas’ dalam sebuah perekonomian Islam yang terjadi karena perbedaan suku bunga, karena uang giral tidak akan memberikan bunga, sementara deposito mudharabah tidak saja akan berorientsi kepada ekuitas dan

17Kebijakan Moneter

, artikel diakses pada 20 Juni 2008 dari http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-serta-penjelasannya


(27)

komitmen kepada periode yang relatif lebih panjang, tetapi juga diterima oleh lembaga finansial hanya jika mereka menemukan dirinya sendiri dalam suatu posisi memanfaatkannya secara menguntungkan dalam suatu kerangkan bagi hasil. Aliran uang panas ke dalam, yang terjadi karena apresiasi mata uang yang prospektif, perlu dikurangi dengan larangan dan kontrol, seperti yang dipraktikkan dibeberapa negara maju. Efek moneter aliran dana ke dalam seperti ini dapat dinetralisasi dengan mewajibkan dana semacam ini, yaitu suatu ketentuan cadang wajib yang sangat tinggi.18

Pada umumnya, hanya negara-negara yang memiliki laju inflasi yang tinggi dan nilai mata uang yang terus mengalami depresiasi dibarengi dengan sistem pajak yang tidak realistis, mengalami capital outflows, meskipun mereka memiliki sistem kontrol nilai tukar. Tidak mungkin mengatasi kaburnya dana secara signifikasikan kecuali jika nilai eksternal mata uang tersebut distabilkan dan sistem perpajakan mereka direformasi untuk meminimalkan maraknya uang gelap (black money), di mana ‘biang keroknya’ adalah konsumsi pamer atau rekening ‘rahasia’ di negara lain. Nilai eksternal suatu mata uang tidak dapat distabilkan, seperti yang kini diterima tanpa menstabilkan nilai internalnya. Setiap upaya untuk menstabilkan nilai eksternal secara isolatif, akan menemui kegagalan. Pada gilirannya, nilai eksternal suatu mata uang tidak dapat distabilkan tanpa adanya suatu perekonomian domestik yang sehat dan kebijakan fiskal, moneter dan pandapatan yang sehat. Penekanan Islam yang tegas terhadap reformasi kemanusiaan, pembangunan ekonomi yang seimbang dan pengaturan sistem perbankan diharapkan dapat menciptakan perekonomian yang sehat dan menstabilkan nilai internal

18


(28)

dan eksternal mata uang negara-negara muslim yang komitmen kepada implementasi ajaran-ajaran Islam.19

B. MACAM-MACAM KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

Dalam sebuah perekonomian Islam, permintaan terhadap uang akan lahir terutama dari motif transaksi dan tindakan berjaga-jaga yang ditentukan pada umumnya oleh tingkat pendapatan uang dan distribusinya. Penghapusan bunga dan kewajiban membayar zakat dengan laju 2,5 persen per tahun tidak saja akan meminimalkan permintaan spekulatif terhadap uang dan mengurangi efek suku bunga “terkunci”, tetapi juga akan memeberikan stabilitas yang lebih besar bagi permintaan total terhadap uang. Hal ini akan lebih kuat oleh sejumlah faktor yang terdapat dalam macam-macam kebijakan moneter sebagai berikut:20

1. Aset pembawa bunga tidak akan tersedia dalam sebuah perekonomian Islam, sehingga orang yang hanya memegang dana likuid menghadapi pilihan apakah tidak mau terlibat dengan risiko dan tetap memegang uangnya dalam bentuk cash tanpa memperoleh keuntungan atau turut berbagi risiko dan menginvestasikan uangnya pada aset bagi hasil sehingga mendapatkan keuntungan.

2. Peluang investasi jangka pendek dan panjang dengan berbagai tingkatan risiko akan tersedia bagi para investor tanpa memandang apakah mereka adalah pengambilan

19Ibid.

20


(29)

risiko tinggi atau rendah, sejauh mana risiko yang dapat diperkirakan akan diganti dengan laju keuntungan yang diharapkan.

3. Tidak akan ada pemegang dana yang cukup irasional untuk menyimpan sisa uangnya setelah dikurangi oleh keperluan-keperluan transaksi dan berjaga-jaga selama ia dapat menggunakan sisanya yang menganggur untuk melakukan investasi pada aset bagi hasil untuk menggantikan paling tidak sebagian efek erosit zakat dan inflasi, sejauh dimungkinkan dalam sebuah perekonomian Islam.

Tidak mungkin menegakkan sesuatu bangunan kuat tanpa adanya suatu fondasi yang kokoh, begitu pula tidak mungkin menegakkan suatu ekonomi bebas riba yang berbasis pada penyertaan modal dan merealisasikan keseluruhan tujuan Islam, tanpa adanya suatu lingkungan yang mendukung. Meskipun penghapusan riba itu penting, namun hal itu tidak memadai karena ia bukan satu-satunya nilai yang ditegakkan oleh Islam. Penghapusan riba hanyalah salah satu dari beberapa nilai dan institusi penting yang secara bersama-sama membentuk pandangan hidup Islam. Hal ini sangat intergrasi dan terjalin sedemikian rupa sehingga tak satu pun dapat dikeluarkan tanpa menyebabkan kelemahan pada sistem atau membuatnya kurang efektif.

Walaupun bagaimana sulitnya, suatu kenyataan bahwa terjadi ketimpangan yang semakin tajam antara negara-negara kaya di satu pihak dan negara-negara miskin di pihak lain, serta semakin terkurasnya sumber-sumber ekonomi yang tidak dapat diperbaharui di negara-negara miskin akibat eksploitasi kapitalis yang berlebihan, akan menyadarkan semua pihak bahwa sistem ekonomi kapitalis tidak akan dapat mengatasi masalah kemiskinan dan keadilan. Pandangan Islam sendiri dengan jelas menegaskan


(30)

sebagaimana yang difirmankan dalam Al-Qur’an, bahwa bukanlah suatu keunggulan atau pilihan yang baik pada sistem ekonomi barat ataupun timur, tetapi yang unggul dan baik itu adalah sistem ekonomi yang mendasarkan dirinya tidak hanya pada nilai-nilai material, tetapi juga nilai-nilai yang sifatnya transendental.21

Allah SWT berfirman:

n

o F $

.

F

, G

%

p

>

g^*RP< 'r'

0J 6 #

s .7aPtF

bh F

PtF

u _R C

.

F

7

)

v

)

*

L

wg

BF

h _v8P

c6x

y?PtF

?

z_RF

v {|B

}+(

] D

*

D

PtF

~]y '

6'

€ Ce

~•y‚g \-F

~]Pt

z

F

!l_R V PtF

!F

:JB

6

„

]

!

_…

C#h|

w

C# G

y†~ y?‡O

] D

*

y†~ 01+€

M >A tF

g^

<

7‰P>

L

Ce

-%

 P‰

'

%

!"

.

‡O

]

!

*

PQA

;F

*

.Š‹

!l

y

+A

;F

R

P;x

C

ŒG

!"

#$

%

>#P V

%

P;x

C

ŒG

'^><

, \-ŽztF

Artinya:

“ Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan

21


(31)

(musafir), peminta-peminta dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Al-Baqarah/02:177)22

C. FUNGSI DAN TUJUAN KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

Kebijakan moneter bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi terdapat interdependensi terhadap berbagai variabel dalam perekonomian. Di satu sisi, kebijakan moneter banyak mempengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian, di sisi lain kebijakan moneter secara langsung juga mempengaruhi kondisi moneter dan keuangan yang pada gilirannya akan membawa pengaruh terhadap kondisi sektor riil atau sektor nyata.

Implementasi kebijakan moneter tidak dapat dilakukan secara terpisah dari kebijakan ekonomi makro lainnya, seperti kebijakan fiskal, kebijakan sektoral dan kebijakan lainnya. Semuanya mengarah pada pencapaian suatu tujuan akhir yaitu kesejahteraan sosial masyarakat. Secara keseluruhan, kebijakan fiskal yang merupakan suatu kebijakan yang terkait dengan anggaran pemerintah bersama-sama dengan kebijakan moneter mempengaruhi sisi permintaan dalam perekonomian, kebijakan sektoral seperti kebijakan dibidang perdagangan, perindustrian, pertambangan,

22Al-Qur’an dan Terjemahnya,


(32)

pertanian, tenaga kerja dan lain-lain, mempengaruhi sisi penawaran dari perekonomian.23

Pembangunan ekonomi pada dasarnya berhubungan dengan setiap upaya untuk mengatasi masalah keterbatasan sumber daya. Di negara-negara sedang berkembang, keterbatasan sumber daya ini terutama berupa keterbatasan sumber dana untuk investasi dan keterbatasan devisa, di samping tentunya keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dalam rangka mengatasi keterbatasan sumber daya tersebut, pilihan kebijakan yang diambil pada umumnya berfokus kepada dua aspek, yaitu aspek penciptaan iklim berusaha yang kondusif, terutama berupa kestabilan ekonomi makro, dan aspek pengembangan infrastruktur perekonomian yang mendukung kegiatan ekonomi. Kestabilan ekonomi makro tercermin pada harga barang dan jasa yang stabil serta nilai tukar dan suku bunga yang berada pada tingkat yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dengan kondisi neraca pembayaran internasional yang sehat.

Seperti telah disebutkan di atas bahwa keberhasilan dari kebijakan moneter di antaranya dapat menciptakan peningkatan kesempatan kerja dan semakin meningkatnya

23


(33)

iklim usaha yang bergairah. Dengan demikian apabila kita rinci lebih lanjut maka fungsi kebijakan moneter adalah sebagai berikut:24

a) Menjaga Stabilitas Ekonomi

Stabilitas ekonomi akan tercapai apabila tercipta keadaan ekonomi yang stabil, untuk mewujudkan hal ini maka harus terwujud arus perputaran barang dan arus perputaran uang yang berjalan secara seimbang dan terkendali. Dengan demikian perlu adanya pengatyuran jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan oleh bank sentral.

b) Menjaga Kestabilan Harga

Jumlah uang yang beredar di masyarakat sangat mempengaruhi tingkat harga-harga yang berlaku. Dengan adanya pengaturan jumlah uang yang beredar oleh bank sentral, maka tingkat harga dari waktu ke waktu relativf akan terkendali. Jika keadaan harga stabil, masyarakat akan percaya bahwa membeli barang sekarang akan sama dengan membeli barang pada masa yang akan datang.

c) Meningkatkan Kesempatan Kerja

Stabilitas ekonomi yang baik akan mendorong peningkatan jumlah investor untuk mengembangkan investasi-investasi baru, yang akan membuka lapangan kerja baru sehingga terjadi peningkatan kesempatan kerja. Stabilitas ekonomi tercapai apabila pengaturan jumlah uang yang beredar dapat dikendalikan dengan baik oleh bank sentral.

d) Memperbaiki Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran

24

Nurmawan, Kebijakan Moneter, artikel diakses pada 14 Juni 2008 dari

http://www.dikmenum.go.id/bahan/kelas2/images/KEBIJAKAN%20MONETER,%20KEUANGAN%20 NEGARA%20DAN%20PAJAK.pdf


(34)

Melalui kebijakan moneter, pemerintah dapat memperbaiki neraca perdagangan luar negeri menjadi surplus (ekspor lebih besar daripada impor) atau minimal berimbang. Bentuk kebijakan moneter pada permasalahan ini seperti pemerintah melakukan devaluasi (menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing). Dengan adanya devaluasi, diharapkan nilai ekspor kita meningkat dan berpengaruh pada neraca perdagangan dan neraca pembayaran ke arah yang lebih baik.

Tujuan-tujuan Kebijakan Moneter Islam:25

a. Menurut Iqbal dan khan

i. Kesejahteraan ekonomi yang dengan kesempatan kerja penuh dan laju pertumbuhan yang optimal

ii. Keadilan sosio-ekonomi dan distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata iii. Stabilitas nilai uang

b. Menurut Umer Chapra

i. Kelayakan ekonomi yang luas berlandaskan full employment dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum

ii. Keadilan sosio-ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan dan kesejahteraan

iii. Stabilitas dalam nilai uang sehingga memungkinkan medium of exchange dapat dipergunakan sebagai satuan perhitungan, patokan yang adil dalam penangguhan pembayaran, dan nilai tukar yang stabil

25

Luqman, Tujuan Kebijakan Moneter dalam Islam, artikel diakses pada 20 Sept 2008 dari http://luqmannomic.wordpress.com/2008/05/31/sistem-moneter-dalam-islam/


(35)

iv. Penagihan yang efektif dari semua jasa biasanya diharapkan dari sistem perbankan

Dari fungsi dan tujuan di atas sekilas hampir sama dengan sistem kapitalis, akan tetapi kalau dikaji lebih dalam, ada perbedaan penekanan dan komitmen yaitu tentang nilai-nilai spritual, keadilan sosio ekonomi dan persaudaraan manusia.

Sesebuah negara tidak boleh menjalankan otoritasnya secara semena-mena. Justeru negara harus menggunakan kekuasaannya untuk memungkinkan pasar berfungsi dengan baik dan menciptakan suatu lingkungan yang tepat bagi realisasi pembangunan dan keadilan. Negara hendaknya merupakan lembaga yang berorientasikan kepada kesejahteraan, moderat dalam berbelanja, menghormati hak milik orang lain dan menghindari perpajakan yang membebani. Sebagai pemerintah juga hendaknya berfungsi sebagai penolong dan membantu rakyat dalam menjalankan usaha mereka secara lebih efisien, mencegah mereka dari melakukan hal-hal yang berbahya dan menghapuskan segala bentuk ketidakadilan. Dengan demikian, maka sebuah pemerintahan itu akan menjamin berlakunya syariah, dan berperan sebagai fasilitator pembangunan manusia dan kesejahteraan.26

D. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

Seperti yang diketahui, mekanisme kebijakan moneter yang tidak saja akan membantu mengatur penawaran uang seirama dengan permintaan riil terhadap uang, tetapi juga membantu memenuhi kebutuhan untuk membiayai defisit pemerintah yang

26


(36)

benar-benar riil dan mencapai sasaran-sasaran sosioekonomi masyarakat Islam lainnya. Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan berbagai instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (goverment securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat.27

2. Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.28

3. Target Pertumbuhan dalam M dan Mo

27 Kebijakan Moneter

, artikel diakses pada 20 Juni 2008 dari http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-serta-penjelasannya


(37)

Setiap tahun, bank sentral harus menentukan pertumbuhan peredaran uang yang diinginkan (M) sesuai dengan sasaran ekonomi nasional, termasuk laju pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, tetapi yang berkesinambungan dan stabilitas mata uang. Target pertumbuhan dalam M ini harus dilihat ulang setiap kuartal atau kapan saja bila diinginkan dengan melihat kinerja perekonomian dan trend variabel-variabel penting lainnya. Hal ini disebabkan karena target moneter menganggap bahwa kecepatan pendapatan uang dapat dipredeksi dengan tepat selama periode tersebut. Sementara itu, hal ini dapat diharapkan lebih tepat dalam suatu perekonomian Islam sesudah penghapusan bunga dan implementasi reformasi yang disarankan. Walaupun begitu, ia akan diperlukan untuk menjaga target agar tetap terkontrol. Target-target ini jangan selalu sering diubah kecuali terdapat gejolak-gejolak ekonomi baik domestik maupun eksternal.29

Mengingat telah diakui bahwa pertumbuhan pada M berkaitan erat dengan pertumbuhan dalam Mo atau uang berdaya tinggi yang didefinesikan sebagai mata uang dalam sirkulasi plus deposito pada bank sentral, bank sentral harus mengatur ketersediaan dan pertumbuhan Mo. Tentu saja, hal ini menuntut suatu kebijakan fiskal yang berorientasi kepada sasaran dan pengaturan yang tepat terhadap akses kepada lembaga keuangan untuk mendapatkan kredit dari bank sentral. Seperti yang diketahui, suatu kebijakan fiskal yang baik perlu bagi semua negara untuk memenuhi target-target moneter. Akan tetapi, nyaris tidak dapat dihindarkan di negara-negara Muslim, di mana

29


(38)

peran kebijakan moneter secara alami terbatas karena kurangnya pasar uang yang terorganisasi dengan baik.

Karena penciptaan Mo terjadi karena hak khusus yang dinikmati oleh bank sentral untuk menciptakan uang, yang memang merupakan hak prerogatifnya, sumber-sumber daya yang dapat diturunkan dari kekuatan ini harus dimanfaatkan hanya untuk memenuhi sasaran-sasaran masyarakat Islam yang berorientasi kepada kesejahteraan sosial. Mereka harus dipergunakan terutama untuk membiayai proyek-proyek yang akan membantu merealisasikan ideal-ideal umat yang merupakan satu saudara, yang tidak akan dipisahkan oleh kesenjangan pendapatan dan kekayaan.

Untuk merealisasikan tujuan di atas, bank sentral harus membuat total Mo yang diciptakannya tersedia, sebagian bagi pemerintah dan sebagian bagi bank-bank komersial dan lembaga keuangan khusus. Proporsi Mo yang dialihkan penggunaannya oleh bank sentral bagi masing-masing lembaga ini harus ditentukan oleh kondisi perekonomian, sasaran-sasaran ekonomi Islam dan keinginan kebijakan moneter. Sebgaian dari Mo diberikan kepada pemerintah untuk membiayai proyek-proyek kepentingan sosialnya, termasuk penyediaan perumahan, fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi yang miskin.30

Sebagian Mo yang diberikan kepada bank komersial, yang pada umumnya dalam bentuk pinjaman mudharabah dan bukan mengandung diskonto, harus dipergunakan oleh bank sentral sebagai alat kontrol kuantitatif dan kualitatif untuk mengontrol kredit.


(39)

Ia harus memadai untuk memungkinkan bank-bank komersial membiayai aktivitas pertumbuhan ekonomi yang diinginkan dalam sektor swasta tanpa menimbulkan kepanasan inflasioner. Dalam merasionalkan kredit diantara bank-bank komesial, bank sentral harus selalu memonitor promosi kredit bank komersial untuk tujuan-tujuan dan sektor-sektor tertentu sesuai dengan keseluruhan sasaran perekonomian Islam. Sebagian laba yang diraih oleh bank sentral dari pinjaman ini harus diberikan kepada pemerintah untuk dipergunakan dalam membiayai proyek-proyek yang ditujukan untuk menghilangkan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan pendapatan dan sebagai disimpan oleh bank sentral untuk memenuhi pengeluarannya.

Sebagian Mo yang diberikan kepada lembaga-lembaga kredit khusus harus juga dalam bentuk pinjaman mudharabah. Ia harus dipergunakan terutama untuk membiayai aktivitas produktif seperti wirausaha, petani, industri rumah tangga dan pembiayaan bisnis kecil lainnya, yang meskipun layak dan secara sosial diperlukan, tetapi tidak mendapatkan dana yang cukup dari bank-bank komersial dan Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB).31

4. Saham Publik terhadap Deposito Unjuk (Uang Giral)

31Ibid


(40)

Sebagian uang giral bank komersial, sampai ukuran tertentu, misalnya 25 persen, harus dialihkan kepada pemerintah untuk memungkinkan membiayai proyek-proyek yang bermanfaat secara sosial di mana prinsip bagi hasil tidak layak atau tidak diinginkan. Ini merupakan tambahan bagi jumlah yang dilimpahkan kepada pemerintah oleh bank sentral untuk melakukan ekspansi basis moneter (Mo). Alasan dibalik usulan ini adalah : pertama, bank-bank komersial bertindak sebagai agen; kedua, bank-bank itu tidak membayar pengembalian apa pun pada uang giral; dan ketiga, publik tidak menanggung risiko apa pun pada deposito ini sekiranya ini sepenuhnya dijamin. Karena itu, adalah adil untuk mengharapkan bahwa sumber-sumber daya masyarakat yang menganggur dan dimobilisasikan dipergunakan untuk kemaslahatan sosial. Salah satu cara yang penting dalam menggunakannya untuk kemaslahatan umum adalah dengan mengalihkan sebagian deposito unjuk yang dimobilisasi kepada perbendaharaan publik untuk membiayai proyek-proyek yang bermanfaat secara sosial tanpa memaksakan beban pada pundak publik lewat pajak yang dikumpulkan untuk tujuan ini oleh perbendaharaan. Pemerintah harus memikul beban sebagian ongkos total memobilisasi deposito unjuk, memberikan pelayanan kepada para deposan yang berkaitan dengan deposito ini, dan membiayai skema asuransi deposito.32

Perlu ditambah di sini bahwa rasio 25 persen yang disebutkan di depan adalah sebagai batas maksimal dalam keadaan normal. Barangkali, hal itu dapat dilampui dalam keadaan-keadaan yang eksepsional, yaitu ketika terjadi keadaan darurat nasional atau

32Ibid.


(41)

ketika pemerintah harus berperan sebagai lokomotif dalam sebuah perekonomian yang sedang mengalami penurunan. Dalam sebuah resesi, bank-bank cenderung memiliki likuiditas berlebihan dan penggunaan yang lebih besar oleh pemerintah terhadap deposito unjuk akan memberikan pertolongan sementara kepada bank-bank tersebut melalui partisipasi pemerintah yang lebih besar dalam menanggung ongkos memobilisasi dan mencicil deposito ini. Dalam situasi normal, rasio yang dipakai pemerintah dapat lebih kecil dari 25 persen kecuali jika ia dipakai sebagai suatu mekanisme untuk menyalur sebagian laba ekstral bank pada saat perekonomian boom dan mengurangi likuiditas sektor swasta.33

5. Cadangan Wajib Resmi

Bank-bank komersial diwajibkan untuk menahan suatu proporsi tertentu, misalnya 10-20%, dari deposito unjuk mereka dan disimpan di bank sentral sebagai cadangan wajib. Bank sentral harus membayar ongkos memobilisasi deposito ini kepada bank-bank komersial, persis seperti pemerintah menanggung ongkos memobilisasi 25 persen deposito unjuk yang dialihkan kepada pemerintah. Cadangan resmi ini dapat divariasikan oleh bank sentral dengan anjuran kebijakan moneter.34

Alasan di balik cadangan wajib hanya diberlakukan kepada deposito unjuk, adalah sifat ekuitas deposito mudharabah dalam sebuah perekonomian Islam. Mengingat bentuk ekuitas lain dikecualikan dari cadangan wajib resmi, tak ada alasan

33Ibid

., h. 143

34Ibid.


(42)

untuk mewajibkan deposito mudharabah dengan ketentuan semacam ini. Hal ini tidak harus berdampak buruk pada kontrol sirkulasi uang yang harus direalisasikan melalui kontrol uang berdaya tinggi pada sumbernya.

Dapat dikatakan bahwa cadangan wajib resmi juga membantu menjamin keamanan deposito likuiditas yang memadai bagi sistem perbankan. Tujuan-tujuan ini dapat dicapai melalui suatu kewajiban modal yang lebih tinggi, adanya aturan yang baik dan dijalankan dengan tepat, termasuk rasio likuiditas yang sesuai, diperkuat dengan sistem pengujian bank yang efektif. Hal ini lebih dipilih untuk menahan sebagian deposito mudharabah melalui dana kewajiban cadangan yang cenderung membuat kurang mendatangkan keuntungan dibandingkan dengan bentuk-bentuk ekuitas lainnya. Suatu ketentuan cadangan demikian juga akan mendorong pergeseran deposito mudharabah dari bank-bank komersial kepada institusi-institusi finansial lainnya dengan meletakkan bank-bank komersial pada suatu posisi yang relatif kurang menguntungkan.35

Dapat juga dikatakan pada praktiknya, perbedaan antara giro dan tabungan atau deposito berjangka menjadi kabur, terutama jika cek dapat ditulis untuk deposito berjangka. Kemungkinan seperti ini secara substansial dapat dikurangi dalam sistem Islam karena sifat ekuitas deposito mudharabah dan keterlibatan dalam risiko yang diperlukan. Walaupun demikian, bank-bank Islam mungkin bersedia, seperti halnya dengan mitra bank-bank konvensional, untuk mencairkan cek yang ditulis untuk

35 Ibid.


(43)

deposito tabungan atau memperbolehkan penarikan deposito mudharabah sebelum jatuh tempo, dengan atau tanpa pemberitahuan. Untuk menghadapi kemungkinan seperti itu, bank-bank harus mempertahankan sejumlah kecil deposito demikian sebagai kas dalam saku, menyusul praktik perbankan konvensional. Jika mereka dituntut juga mempertahankan cadangan dengan bank sentral untuk deposito ini, cadangan-cadangan akan cenderung beku dan tidak tersedia bagi bank untuk memperbolehkan penarikan.

Dana-dana yang diterima oleh bank sentral melalui kewajiban cadangan resmi dapat digunakan untuk memungkinkannya dengan dua tujuan. Sebagian dari dana harus dipergunakan untuk memungkinkannya melayani peminjaman sebagai lender of last resort. Bank-bank komersial Islam, dengan sumber-sumber daya yang ada padanya dalam suatu kerangka bagi hasil, mungkin akan mendapatkan tugas mempredeksi cashflow-nya yang lebih sulit daripada perbankan konvensional. Karena itu, mungkin ada peluang ketika memerlukan bantuan dari bank sentral sebagai lender of last resort. Bank sentral dapat menciptakan suatu penghimpunan umum untuk meningkatkan sumber-sumber daya melalui suatu kewajiban cadangan khusus atau diversi proporsi tertentu dari total cadangan resmi bank komersial. Fungsi utama penghimpunan ini adalah untuk memungkinkan bank sentral berfungsi sebagai lender of last resort dalam batas-batas yang disepakati untuk menghindari penggunaan fasilitas ini secara tidak benar. Dalam suatu krisis, bank sentral dapat melampaui batas-batas ini, seperti yang


(44)

telah disarankan, dengan hukuman-hukuman yang tepat dan peringatan-peringatan serta suatu program korektif yang sesuai.36

Sisa dana yang ditinggalkan melalui cadangan wajib dapat diinvestasikan oleh bank sentral Islam, seperti yang dilakukan oleh bank sentral kapitalis. Karena obligasi pemerintah yang mengandung bunga tidak tersedia, bank sentral Islam harus menemukan lahan-lahan alternatif bebas bunga untuk investasi. Bagaimanapun juga, ia harus menahan diri dari melakukan investasi berapa pun dana yang ia anggap perlu untuk mengelola kebijakan moneter.

6. Pembatasan Pembiayaan

Alat-alat yang disebut di atas akan memudahkan bank sentral dalam melakukan ekspansi yang diinginkan pada uang berdaya tinggi, ekspansi pembiayaan masih dapat melebihi batas yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena : pertama, tidak mungkin menentukan secara akurat kecucuran dana kepada sistem perbankan, selain yang telah disediakan oleh peminjam mudharabah bank sentral, terutama dalam sebuah pasar uang yang masih kurang berkembang, seperti yang ada pada negara-negara muslim; kedua, hubungan antara cadangan bank komersial dan ekspansi kredit tidak akurat benar. Perilaku sirkulasi uang merefleksikan sebuah interaksi yang kompleks oleh berbagai faktor intertnal dan eksternal perekonomian. Karena itu, perlu menetapkan batasan pada kredit bank komersial untuk menjamin bahwa penciptaan kredit total adalah konsisten dengan target-target moneter. Dalam alokasi batasan diantara bank-bank komersial

36Ibid


(45)

individual, perlu melakukan kehati-hatian sehingga menjamin terwujudnya kompetisi yang sehat di antara bank-bank.37

7. Alokasi Pembiayaan Yang Berorientasi Kepada Nilai

Mengingat pembiayaan bank terjadi karena dana yang dimiliki oleh publik, pembiayaan harus dialokasikan dengan tujuan supaya membantu merealisasikan kemaslahatan sosial secara umum. Kriteria untuk alokasi ini, seperti dalam kasus sumber-sumber daya yang disediakan Allah pada umumnya, harus merealisasikan sasaran-sasaran masyarakat Islam dan kemudian memaksimalkan keuntungan privat. Hal ini dapat dicapai dengan menjamin bahwa :38

a) Alokasi pembiayaan akan menimbulkan suatu produksi dan distribusi optimal bagi barang dan jasa yang diperlukan oleh sebagian besar anggota masyarakat

b) Manfaat pembiayaan dapat dirasakan oleh sejumlah besar kalangan bisnis dalam masyarakat.

Cara yang tepat untuk mencapai tujuan pertama adalah dengan mempersiapkan suatu perencanaan yang berorientasi kepada nilai dan kemudian menyambungkan perencanaan ini dengan sistem perbankan komersial untuk implementasi yang efisien.

37Ibid. 38Ibid


(46)

Pendekatannya harus : pertama, menjelaskan kepada bank-bank komersial tentang sektor dan area mana dalam ekonomi yang harus didorong lewat pembiayaan bank-bank komersial dan apa sasaran-sasaran yang harus direalisasikan; kedua, mengadopsi tindakan-tindakan institusional untuk tujuan ini seperti yang akan dibahaskan di bawah ini. Tak ada upaya yang dilakukan untuk mengikat bank-bank komersial dengan suatu jaringan kontrol. Operasi kekuatan-kekuatan pasar telah diakui oleh Islam, namun dalam kerangka nilainya. Sekiranya perencanaan tersebut menentukan kerangka nilai dan tindakan-tindakan intitusional yang diperlukan itu dilakukan, tidak perlu memiliki kontrol-kontrol yang kaku atau memiliki intervensi yang berlebihan.39

Alasan yang secara normal diberikan oleh bank-bank komersial untuk memberikan sebagian kecil dana kepada pengusaha kecil dan menengah adalah risiko yang lebih besar dan biaya yang dilibatkan dalam pembiayaan semacam ini. Karena itu, usaha kecil menghadapi dua kesulitan : tidak mampu mendapatkan pembiayaan dari perbankan atau mendapatkannya dengan persyaratan yang mencekik (dalam bentuk ongkos dan kolateral) dibandingkan dengan mitra usaha besar mereka. Dengan demikian, pertumbuhan dan kelangsungan hidup usaha kecil terganggu meskipun mereka memiliki potensi besar untuk menyerap tenaga kerja dan memasuk output dan memperbaiki distribusi pendapatan.

Oleh karena itu, risiko dan biaya dari pembiyaan semacam ini perlu dikurangi dengan memperkenalkan suatu skema jaminan pinjaman yang dijamin sebagian oleh


(47)

pemerintah dan sebagian lagi oleh bank komersial. Dalam hal bank-bank Islam, scheme jaminan tidak dapat menjamin pengembalian utang dengan bunga seperti dalam kasus bank-bank konvensional. Betapapun juga, skema itu harus dapat menahan bank-bank untuk meminta jaminan kolateral dalam usaha kecil yang surat-surat pengesahan umumnya telah didaftar atau diberi sertifikat oleh skema jaminan. Scheme akan melakukan ini sesudah dilakukan investigasi yang tepat terhadap usaha yang dimaksud. Ia juga akan melakukan trining bisnis untuk mempertahankan rekening yang diinginkan dan dipersiapkan agar selalu dapat diaudit kapan saja saat diperlukan. Dengan demikian, sejumlah besar bisnis skala kecil akan dapat memperoleh pembiayaan dari bank tanpa harus menyerahkan kolateral yang diperlukan oleh bank-bank konvensional. Bank-bank akan menerima uangnya kembali pada saat terjadi kegagalan moral bisnis. Scheme juga dapat dilakukan untuk risiko non-komersial yang akan ditutup untuk meningkatkan ketersediaan dana bagi usaha kecil dan menengah. Pada saat terjadi kegagalan pasar dan kerugian, bank tentu akan ikut berbagi konsekuensi dengan bisnis, sesuai dengan proporsi pembiayaan yang diberikan.40

Biaya tambahan yang ditetapkan oleh bank-bank komersial dalam melakukan evaluasi dan pembiayaan kepada usaha kecil, harus diganti sebagian atau seluruhnya oleh pemerintah, bergantung pada sifat kasus dan tujuan-tujuan yang diberikan. Ongkos yang harus ditanggung oleh pemerintah terjadi karena scheme di atas dijustifikasi dengan mengikuti kepentingan yang lebih besar dari tujuan-tujuan ekonomi Islam.

40Ibid


(48)

Ongkos sebagian atau seluruhnya diganti oleh biaya gradual yang dikumpulkan oleh pemerintah dari keuntungan yang diraup dari pembiayaan demikian oleh perbankan dan usaha kecil.41

Teknik di atas harus diperkuat dengan penggunaan kontrol kualitatif dan selektif yang lebih efektif dan luas. Pembiayaan mudharabah bank sentral tidak dapat diberikan kecuali untuk tujuan-tujuan tertentu. Disamping itu, bank sentral dapat menerima rasio bagi hasil yang lebih rendah jika hal ini dipandang perlu untuk merealisasikan tujuan mendistribusikan pembiayaan bank komersial bagi sejumlah besar usaha produksi barang dan jasa yang diperlukan.42

Ekonomi Islam Di Malaysia

Perbankan dan keuangan Islam muncul sebagai satu atmosfera baru dalam sistem keuangan internasional kira-kira tiga dekade yang lalu, sungguhpun gerakan untuk mentarjemahkan prinsip-prinsip muamalat yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As- Sunnah ke dalam sektor perbankan dan keuangan telah bermula sejak awal kurun ke-20 lagi. Pada umumnya, kemunculan perbankan dan keuangan Islam adalah natihaj kepada kebangkitan Islam yang telah melahirkan kesadaran yang tinggi di kalangan umat Islam di Malaysia untuk melaksanakan Islam sebagai satu cara hidup yang lengkap, yang turut merangkumi bidang perbankan dan keuangan.

41Ibid. 42Ibid.


(49)

Kesadaran umat Islam di Malaysia terhadap penghayatan Islam secara total turut mempengaruhi pihak pemerintah Malaysia menuju satu alternatif perbankan dan keuangan yang tidak bertentangan dengan Syariah. Dilihat dari perkembangan bank-bank Islam di Timur Tengah dan dukungan dari Lembaga Tabung Haji sebagai institusi keuangan Islam yang berwibawa sejak 1963, beberapa pihak telah memberikan pandangan supaya bank Islam didirikan di Malaysia sebagai satu pilihan kepada umat Islam Malaysia disamping menambahkan bilangan perantaraan keuangan dalam sistem perbankan di Malaysia.43

Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) mula beroperasi pada 1 Juli 1983 sebagai bank Islam yang pertama di Malaysia dan di rantau Asia Tenggara dengan modal berbayar sebesar RM 80 juta (Rp 264t)44. BIMB telah diberi tempo tenang selama 10 tahun dari tanggal berdirinya bank tersebut agar BIMB dapat memperkokohkan kedudukannya tanpa saingan yang boleh menjejaskan pertumbuhannya di samping memberi ruang kepada BIMB untuk membuat sebanyak mungkin produk dan jasa keuangan Islam. BIMB telah tersenaraikan di Papan Utama Bursa Saham Kuala Lumpur (BSKL) pada tahun 1992.45

Kejayaan merintis jalan bagi sektor perbankan Islam turut membuka ruang kepada sektor takaful untuk bertapak di negara dan rantau ini. Pemerintah telah

43

Nik Mustapha Nik Hassan, Ekonomi Islam dan Pelaksanaannya di Malaysia, (Kuala Lumpur : IKIM, 2002), h. 316

44

Kadar tukar saat ini RM 1 = Rp 3 300 45Ibid


(50)

membuat satu badan yang disebut Badan Petugas Perusahaan Asuransi secara Islam di Malaysia pada tahun 1982 dan ide dari pandangan dan cadangan yang diberikan oleh badan tersebut telah diluluskan di Parlemen pada tahun 1984. Selanjutnya, Perusahaan Takaful Malaysia Sdn Bhd telah didirikan pada tahun 1984 dengan modal berbayar sebesar RM 10juta(Rp 33t). Sama seperti BIMB, Perusahaan Takaful Malaysia juga tersenarai di BSKL.46

Malaysia terus bergerak maju dengan berbenah menggapai impian untuk menjadi hub keuangan syariah dunia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan otoritas moneter. Mulai dari memberikan insentif pajak bagi keuangan syariah hingga mendorong lahirnya berbagai lembaga keuangan syariah (LKS). Saat ini, salah satu sektor keuangan non-bunga yang tumbuh cukup pesat di Malaysia adalah bisinis sekuritas syariah.47 Berdasarkan hasil pengkajian lembaga audit dan advisori internasional, Deloitte Touche Tohmatsu, dalam beberapa tahun terakhir, bisnis sekuritas di Malaysia terus menggurita dan berkembang cukup pesat.

Salah satu yang mendukung perkembangannya, karena posisi Malaysia sebagai negara penerbit obligasi syariah (sukuk) terbesar di dunia. Hingga saat ini, Malaysia mengkomposisi dua pertiga dari dua penerbitan sukuk dunia senilai 80 miliar dolar AS. Pasar sekuritas syariah Malaysia masih memiliki ruang untuk tumbuh dalam beberapa tahun mendatang. Hal itu dipicu terus meningkatnya minat investasi berbagai investor

46Ibid.

47


(51)

dari negara Timur Tengah dan saat ini Malaysia dinilai memilik iklim investasi syariah yang cukup kondusif.48

48Ibid.


(52)

BAB III

EKSESTENSI DAN KEBIJAKAN EKONOMI MAHATHIR MOHAMAD DALAM PEMERINTAHAN MALAYSIA TAHUN 1997-1998 A. SOSIOLOGI EKONOMI POLITIK DI MALAYSIA

Awal pemerintahan Malaysia bermula dengan Perdana Menteri pertama yaitu Tunku Abdul Rahman. Pada era Tunku Abdul Rahman merupakan tempo di mana orang-orang Melayu pada ketika itu cuba mencari jalan keluar untuk membebaskan diri dari penjajah yang turut mencetuskan semangat nasionalisme dikalangan orang Melayu. Selain itu, beliau juga berhadapan dengan masalah dalaman karena beliau mengambil alih kuasa kepimpinan partai daripada Onn Jaafar (Pengasas UMNO)49 yang membuat keputusan untuk meninggalkan partai selepas gagal meyakinkan para anggota untuk mengikut pandangan beliau agar membuka keanggotaan kepada kepada orang bukan Melayu.50 Beliau seterusnya telah membawa kepada kemerdekaan selepas Inggris bersetuju dengan konsep kerja sama sesama etnis di bawah partai Perikatan. Ini menyebabkan beliau digelar sebagai “Bapa Kemerdekaan”. Antara jasa yang beliau yang jelas dengan ide untuk membentuk keharmonian sesame bangsa di bawah satu partai.

49

UMNO (United Malays National Organisation), seterusnya akan disebut dengan UMNO

50

Sivamurugan Pandian, Legasi Mahathir (Kuala Lumpur: Utusan Publicatoin & Distributors Sdn Bhd, 2005), h. 22


(53)

Pengganti beliau selaku Perdana Menteri kedua adalah Tunku Abdul Razak yang mana beliau lebih menumpukan perhatian ke atas pembangunan terutama di kawasan luar kota. Beliau merupakan seorang yang workaholic dengan memegang berbagai jabatan dalam kabinet, antaranya Menteri Pembangunan Luar Kota, Menteri Pertahanan dan Wakil Perdana Menteri. Beliau juga telah membuat satu dasar pembangunan yang dikenali sebagai “Buku Merah” untuk kepentingan negara. Antara kejayaan lain beliau adalah pelancaran New Economic Policy (NEP) dan berdirinya Barisan Nasional (BN) pada tahun 1973. Beliau lebih dikenali sebagai “Bapa Pembangunan” karena jasanya yang paling utama adalah untuk kepentingan kawasan luar kota. Hal ini diteruskan oleh Perdana Menteri ketiga, Tun Hussein Onn yang lebih merupakan tempo pertukaran kuasa dan status pemerintahan yang tidak membawa perubahan kepada negara. Tun Hussein lebih mengutamakan isu perpaduan sehingga digelar “Bapa Perpaduan”,51 bertujuan untuk menyatupadukan masyarakat berbagai kaum supaya masalah keseimbangan ekonomi juga dapat diatasi. Akibat masalah kesehatan yang dihadapi oleh Tun Hussein, beliau terpaksa menjalani rawatan pada jantungnya pada tahun 1981, beliau memutuskan untuk pensiun daripada politik dan Mahathir Mohamad telah dipilih sebagai pengganti beliau.52

Mahathir, selaku Perdana Menteri Malaysia yang keempat tidak dapat dipertikaikan lagi merupakan 'Perintis Malaysia Negara Maju', beliau seorang pemimpin yang dihormati dan sering dirujuk untuk memberikan pandangan di kalangan

51 Ibid.


(54)

negara sedang membangun. Mahathir dianggap sebagai jurucakap bagi negara-negara sedang membangun terhadap polisi-polisi kuasa besar politik dari Barat. Beliau memikul harapan negara untuk merintis jalan ke arah suatu peranan kepimpinan di dalam dunia ekonomi dan politik internasional.53

Beliau tidak gentar dengan kontroversi dan pernah menggemparkan hubungan baik diplomatik Malaysia-British dengan mengamalkan dasar ‘Buy British Lasts’ sebagai satu tindak balas atas sikap London yang mendiskriminasikan kepentingan

Malaysia. Beliau kemudiannya memperkenalkan 'Dasar Pandang Ke Timur' dengan

menjadikan budaya kerja masyarakat Jepang dan Korea sebagai suatu yang harus diikuti oleh rakyat demi meningkatkan produktivitas serta memberi etika kerja professional.54

B. BIOGRAFI MAHATHIR MOHAMAD 1. Latar Belakang Mahathir

Mahathir dilahirkan pada tanggal 20 Disember 1925, di negara bagian Kedah sebagai anak terakhir daripada sembilan saudara dari keluarga Mohamad Iskandar dan Wan Tempawan Wan Hanapi. Bapa beliau yang berdisiplin dan berorientasikan pendidikan membentuk keperibadian beliau manakala ibunya lebih berperan sebagai suri rumah tangga yang menyediakan kasih sayang dan memastikan ilmu agama sebagai suatu yang wajib.55 Atas dasar inilah yang diwarisi oleh Mahathir dengan latar belakang

53Ibid. 54Ibid. 55

Mahathir Mohamad, Kebangkitan Semual Asia (Selangor: Pelanduk Publication), 1999, h. 15


(55)

keluarga, pendidikan dan agama, beliau menekankan disiplin diri dan cita-cita untuk berjaya.56

Dalam autobiografinya, Mahathir Mohamad mengatakan bahwa beliau mempunyai keturunan orang India (daripada bapanya) yang mempunyai kaitan dengan

Kerala, India, yang mana ibunya adalah orang Melayu yang dilahirkan di Kedah. Walau

bagaimanapun, beliau mengaku dirinya sebagai Melayu yang asli.57

Sejak kecil Mahathir dikatakan sebagai seorang yang pasti akan jalan tujunya dan cara mencapai matlamatnya. Secara alami beliau merupakan seorang yang rajin dan mempunyai determinasi untuk berjaya dalam apa jua bidang yang diceburinya.58

2. Pendidikan

Mahathir mendapat pendidikan awal di sekolah laki-laki Melayu di Seberang Perak, Alor Setar untuk tempo dua tahun sebelum melanjutkan persekolahan di sekolah negeri jurusan Ingris di Alor Setar. Selain berminat dengan bidang perdagangan, Mahathir juga tidak ketinggalan untuk membaca dan menulis sehingga memenangi hadiah untuk perlombaan bahasa Ingris. Beliau pernah menjadi editor jurnal sekolah dan menjadi osis kelas tetapi minatnya terhadap olahraga tidak begitu mendalam. Ketika berdagang, jika tidak ada langganan, Mahathir lebih minat untuk membaca.59 Semasa

56

Sivamurugan Pandian, Legasi Mahathir, h. 22 57Mahathir Bin Mohamad

-wikipedia, artikel diakses pada 11 Maret 2008 dari "http://ms.wikipedia.org/wiki/Mahathir_bin_Mohamad"

58

Mohamed Yusri Mohamed Yong, Mahathir Bin Mohamad, artikel diakses pada 3 April 2008 dari http://www.geocities.com/tokoh_agung/TokohPMMahathirbinMohammad.htm

59Mahathir Bin Mohamad


(1)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Selepas 22 tahun memerintah Malaysia, Mahathir melepaskan jabatannya pada 31 Oktober 2003. Pengundurannya cukup dirasai sebagai suatu “kehilangan besar” pada negara dan bangsa, tetapi demikianlah keputusan yang telah beliau buat. Sebagai bab akhir dari karya ilmiah ini, maka penulis menyimpulkan apa yang telah penulis uraikan dalam bab-bab sebelumnya, adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan moneter dalam Islam tidak hanya ditujukan untuk mengatur keseimbangan antara penawaran uang dengan permintaan riil terhadap uang dan menjaga stabilitas nilai tukar, tetapi juga ditujukan untuk menetapkan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan, meningkatkan kesempatan kerja, membantu membiayai defisit pemerintah dan mencapai sasaran-sasaran sosio-ekonomi masyarakat Islam lainnya.

2. Kebijakan yang diambil oleh Mahathir Mohamad untuk memulihkan perekonomian akibat krisis moneter Malaysia tahun 1997-1998 adalah dengan mendirikan Majelis Tindakan Ekonomi Negara (MTEN). Majelis ini mempunyai tugas untuk membuat Perencanaan Pemulihan Ekonomi Negara (PPEN). Cara yang diambil yaitu dengan menstabilkan nilai Ringgit, mengembalikan keyakinan pasar, menstabilkan pasar


(2)

uang, memperkokoh fondasi ekonomi dan menggairahkan sektor-sektor ekonomi yang lesu.

3. Dengan kebijakan moneter yang dibuat oleh Mahathir dalam mengatasi krisis moneter Malaysia jika dilihat dari aspek ajaran Islam tampak bahwa kebijakan yang dibuat oleh Mahathir masih menggunakan suku bunga. Hal ini jelas tidak sejalan dengan Islam yang melarang praktek ekonomi yang bersifat ribawi. Tetapi dalam hal-hal lain seperti memperkokoh fondasi ekonomi dengan mengalokasikan dana demi kepentingan masyarakat, menggairahkan sektor ekonomi yang lesu dengan cara membuka lowongan kerja, mengembalikan keyakinan pasar kawasan dengan meningkatkan kesejahteraan material serta meningkatkan kesempatan kerja penuh dan mengekalkan kestabilan pasar uang seperti membuka sektor keuangan non bunga, apa yang dibuat tersebut jelas tidak bertentangan bahkan sesuai dengan Islam karena kebijakan yang dibuat tersebut adalah bertujuan bagi tercipta kemaslahatan yang luas bagi masyarakat Malaysia khususnya.

B. Saran-saran

Prospek dan harapan ekonomi dan pembangunan Malaysia pada dekade akan datang bergantung pada bagaimana negara bertindak balas terhadap krisis moneter yang melanda negara-negara Asia dan pemulihan ekonomi dunia daripada krisis moneter. Oleh itu, penulis ingin memberikan saran-saran antaranya :


(3)

1. Sejauh manakah pula kecermelangan Malaysia yang dibangunkan di bawah era kepimpinan Mahathir itu dapat dikekalkan dan dipertahankan amatlah bergantung pada usaha, penerus serta gaya kepimpinan pengganti beliau.

2. Malaysia kini dalam era kemajuan, namun begitu, masih banyak lagi yang harus dilakukan bagi mengatasi ketidakseimbangan di antara penduduk kota dan luar kota. 3. Apabila sektor swasta tidak mampu memainkan perannya dengan baik, pemerintah

perlulah memainkan peranannya untuk menampung dengan meningkatkan investasi untuk memastikan ekonomi negara terus maju dan kualitas hidup rakyat tidak terganggu.

4. Di dalam usaha penysunan ekonomi negara, nilai-nilai Islam itu tersurat di dalam sistem ekonomi itu sendiri. Penyusunan ekonomi secara Islam itu tidak mungkin sukses apabila sistem ekonomi yang dihayati menggunakan nilai sistem kapitalis. 5. Untuk merealisasikan sasaran-sasaran Islam, tidak saja harus melakukan reformasi

perekonomian dan masyarakat sejalan dengan garis-garis Islam, tetapi juga memerlukan peran positif pemerintah dan semua kebijakan negara termasuk fiskal, moneter dan pendapatan, harus berjalan seirama. Praktik-praktik monopolistik perlu dihilangkan dan setiap usaha harus dilakukan untuk menghapuskan kekakuan struktural dan menggalakkan semua faktor yang mampu menghasilkan peningkatan penawaran barang dan jasa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Jakarta.

Affandi, Rahimin, ‘Konsep Tajdid dan Pemikiran Islam Dr. Mahathir: Satu Analisis’. Dalam Dr. Mahathir Pemikiran Islam Abad ke 21. T.t., Jabatan Hal Ehwal Khas Kementerian Penerangan Malaysia, t.th.

Berita Harian Online, Pelan Pemulihan Diumumkan. Artikel diakses pada 08 April 2008 dari http://berita-harian/akhbar/economic.conditions/1998/.htm

Chapra, M. Umer. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani, 2000 Haji Idris,dkk, Nor Aini. Kegawatan Ekonomi; Impak Terhadap Golongan Berpendapatan rendah. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2007.

A. Hadi, Syamsul. Strategi Pembangunan Mahathir dan Soeharto-Politik Industrilisasi dan Modal Jepang di Malaysia dan Indonesia. Jakarta: Pelangi Cendekia, 2005.

Haji Idris, Nor Aini. dkk. Kegawatan Ekonomi Impak Terhadap Golongan

Berpendapatan Rendah. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2007. Hilley, John. Malaysia: Mahathirisme, Hegemoni dan Pembangkang Baru. Kuala

Lumpur: ITNMB, 2008.

Jusmaliani.dkk. Kebijakan Ekonomi dalam Islam. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005 Leong, Ho Khai dan Chin, James. Pentadbiran Mahathir Prestasi dan Krisis dalam

Pemerintahan. Kuala Lumpur dan Singapura: Times, 2003.

Ling Hing, Joan Foam. dkk. Tun Dr. Mahathir’s Legasy An Inspirational Learning Experience. Kuala Lumpur: Krista Education Sdn Bhd, 2006.

Luqman. Tujuan Kebijakan Moneter dalam Islam, artikel diakses pada 20 Sept

2008 dari http://luqmannomic.wordpress.com/2008/05/31/sistem-moneter-dalam-islam/


(5)

B. Mohamad, Mahathir. Kebangkitan Semula Asia. Selangor: Pelanduk Publications, 1999.

C. Mohamad, Mahathir. Melayu Dilema. Singapura: Asia Pacific Press, 1971.

Mohamad, Mahathir. Islam, Knowledge and Other Affairs. Selangor: MPH Publising, 2006.

Mohamad, Muhamad Hisyam. Pembangunan dari Perspektif Islam. Selangor: MPH Publishing, 2007.

Mohamed Yong, Mohamed Yusri. Mahathir Bin Mohamad. Artikel diakses pada

03 April 2008 dari

http://www.geocities.com/tokoh_agung/TokohMahathirbinMohammad.htm Nurmawan. Kebijakan Moneter, artikel diakses pada 14 Juni 2008 dari

http://www.dikmenum.go.id/bahan/kelas2/images/KEBIJAKAN-MONETER, KEUANGAN-NEGARA-DAN-PAJAK.pdf

Nurlaila. Mata Uang Emas Dalam Prespektif Islam Dan Prospek Aplikasinya Pada Perbankan Syariah. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Nik Hassan, Nik Mustapha. Ekonomi Islam dan Pelaksanaannya di Malaysia. Kuala Lumpur: IKIM, 2002.

Noorshah, Khalid. Dinar Dirham Sebagai Mata Wang Alternatif. Artikel diakses pada 03 April 2008 dari http://www.usm.my/dinar/articleDinarIslam.htm Pandian, Sivamurugan. Legasi Mahathir. Kuala Lumpur: Utusan Publication &

Distributors Sdn Bhd, 2005.

Pohan, Aulia. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia. Jakarta: Rajawalipers, 2008

Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.

Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern. Jakarta: Paradigma dan Aqsa Publishing, 2007.


(6)

Shah Abdullah, Mohd. Mahathir ibarat Ibnu Khaldun. Artikel diakses pada 03 April 2008 dari http://mohdshahabdullah.blog.com/DR.+MAHATHIR +IBARAT+IBNU+KHALDUN/

Siwar, Chamhuri. dkk. Ekonomi Malaysia Edisi Keenam. Selangor: Pearson Malaysia Sdn Bhd, 2007.

Somun, Hajrudin. Mahathir The Secret of the Malaysian Success. Selangor: Pelanduk Publications, 2003.

Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005

Syakir, M. Bisnis Sekuritas Syariah Mulai Menggurita. Republika. 14 April 2008. Wawancara peribadi dengan Chamhuri Siwar. Universiti Kebangsaan Malaysia.

12 Maret 2008.

Wikipedia. Mahathir Bin Mohamad. Artikel diakses pada 11 Maret 2008 dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Mahathir_bin_Mohamad

Yusoff, Ishak. dkk. Ekonomi Malaysia ke Arah Pascaindustri. Selangor: Universiti Kebangsaan Malaysia, 2006.