3.6 Metode Pengukuran
Data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap pengambil keputusan. Jawabantanggapan pengambil keputusan di bagi atas 4
kategori, yaitu : jawabantanggapan yang berhubungan dengan pembangunan kesehatan desa di Kabupaten Langkat, jawabantanggapan yang berhubungan
dengan desa siaga aktif dan target yang harus dicapai, jawabantanggapan yang berhubungan dengan proses advokasi anggaran desa siaga dan jawabantanggapan
yang berhubungan dengan harapan dan manfaat desa siaga aktif di Kabupaten Langkat. Seluruhnya disusun dalam sebuah matriks untuk melihat persamaan atau
perbedaanya. Metode pengukuran yang dipakai untuk data kuantitatif dalam penelitian
ini meliputi : a.
Menghitung benefit cost ratio dengan rumus : BCR
Total biaya dan manfaat ditransformasi ke dalam bentuk moneter terlebih dahulu, kemudian dihitung dengan rumus tersebut. Nilai yang diharapkan BCR
1.
b. Menghitung nilai net present value NPV, dengan rumus : NPV = - nilai proyek + cash flow 1 + cash flow 2 + cash flow 3 + cash flow 4
1 + i
1
1 + i
2
1 + i
3
1 + i
4
Nilai NPV yang diharapkan harus lebih besar dari nol NPV 0 dengan umur proyek 5 tahun 2007
– 2011 dan 15 tahun kedepan. c.
Menghitung internal rate of return IRR, dengan rumus :
Nilai IRR yang diharapkan harus lebih besar dari discount rate IRR 15 .
3.7 Metode Analisis Data
Data kualitatif dan kuantitatif akan dianalisis secara deskriftif, meliputi: pemahanan pengambil keputusan; analisis seluruh biaya yang sudah dikeluarkan
dan analisis seluruh manfaat yang yang diperoleh dengan pengembangan program ini di Kabupaten Langkat. Layak atau tidaknya program desa siaga ini
dikembangkan, akan dikaitkan pada dukungan pengambil keputusan di Kabupaten Langkat.
= 0
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Langkat terletak di antara 3
o
4‟ dan 4
o
3‟ Lintang Utara serta antara 97
o
52‟ dan 98
o
45‟ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera dan Kabupaten Aceh Timur
Propinsi Nangroe Aceh Darusssalam. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sumatera dan Kabupaten Aceh Tenggara
Propinsi Nangroe Aceh Darusssalam. Secara administrasi Kabupaten Langkat dibagi atas 23 Kecamatan, terdiri atas 37
Kelurahan dan 240 desa. Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6.263.29 Km
2
yang secara topografi dapat dibedakan menjadi 3 tiga bagian. yaitu : pesisir pantai dengan
ketinggian 0-4 meter dari permukaan laut, dataran rendah dengan ketinggian 4-30 meter dari permukaan laut dan dataran tinggi dengan ketinggian 30-1200 meter dari permukaan
laut. Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 tiga wilayah pembangunan, yaitu : 1
Wilayah pembangunan I yaitu Wilayah Langkat Hulu; 2 Wilayah pembangunan II yaitu Wilayah Langkat Hilir dan 3 Wilayah pembangunan III yaitu Wilayah Teluk Haru.
Data Biro Pusat Statistik BPS tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Langkat adalah sebesar 967.535 jiwa dengan jumlah Kepala
Keluarga KK sebanyak 238.551 KK atau rata-rata jiwarumah tangga sebesar 4,06
orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,14 . Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Langkat sebesar 154,48 jiwaKm
2
, namun pada kenyataannya secara keseluruhan wilayah Kabupaten Langkat mempunyai tingkat kepadatan yang yang tidak
sama antara satu kecamatan dengan kecamatan yang lainnya. Pada umumnya daerah perkotaan Kecamatan Stabat dan kecamatan Binjai mempunyai kepadatan yang dapat
menimbulkan permasalahan kesehatan jika tidak dilakukan intervensi terutama dalam masalah kesehatan lingkungan. Demikian juga halnya dengan daerah yang mempunyai
kepadatan rendah Kecamatan Bahorok, Batang Serangan dan Sawit Seberang karena biasanya mempunyai wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh kendaraan sehingga
penduduknya mempunyai akses yang kecil terhadap pelayanan kesehatan.
Mayoritas penduduk di Kabupaten Langkat beragama islam dengan suku asli setempat adalah melayu. Seiring kemajuan informasi dan teknologi serta
dunia usaha, berbagai suku bangsa bahkan etnis Cina dan India sudah banyak yang berdomisili di Kabupaten Langkat.
Kegiatan perekonomian yang berkembang di Kabupaten Langkat meliputi sektor pertanian, perkebunan dan perdagangan. Rata-rata beban ketergantungan di
Kabupaten Langkat adalah 99,17. Sedangkan anggaran per kapita untuk bidang kesehatan di Kabupaten Langkat baru mencapai Rp. 103.251,00 Dinas Kesehatan
Kabupaten Langkat, 2010. Distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa
usia 15-19 tahun memiliki proporsi yang paling banyak, disusul kelompok umur 10-14 tahun dan
kelompok umur 5-9 tahun. Rasio jenis kelamin laki-laki dengan
perempuan sebesar 101,63. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut yang bersumber dari BPS 2010 :
10,616 10,510
45,459 43,171
57,161 54,477
59,372 57,278
59,929 57,557
56,052 54,260
43,125 40,223
40,249 34,046
31,671 24,392
22,582 18,676
16,332 11,243
11,301 9,848
10,271 6,733
5,6525,471 5,400
44,090 35,044
32,333
7,237 5,653
10,000 20,000
30,000 40,000
50,000 60,000
70,000
LAKI-LAKI PEREMPUAN
JUMLAH
1 1 - 4
5 - 9 10 - 14
15 - 19 20 - 24
25 - 29 30 - 34
35 - 39 40 - 44
45 - 49 50 - 54
55 - 59 60 - 64
65 - 69 70 - 74
75+
Grafik 4.1 Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Di Kabupaten Langkat Tahun 2010 4.2 Identifikasi Pemahaman Pengambil Keputusan tentang Pengembangan
Program Desa Siaga Aktif
Pengambil keputusan yang terlibat dalam pengembangan program desa siaga aktif di Kabupaten Langkat terdiri atas :
1. Bapak dr. H. Indra Salahudin, M.Kes, M.M selaku Asisten II Pemerintah Kabupaten Langkat yang menangani masalah ekonomi dan pembangunan.
2. Bapak Bahrum, Bapak Safrial Buya, Bapak Syafrizal selaku Ketua dan Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Langkat yang juga terlibat langsung
dalam penyusunan anggaran bidang kesehatan. 3. Bapak Drs.H.Khairul Irwan Lubis, M.Si selaku Tim Anggaran Pemerintah
Daerah TAPD yang berasal dari Bappeda Kabupaten Langkat. 4. Bapak Muhammad Efendi Matondang, S.E selaku Kepala Bidang
Anggaran BPKAD sekaligus Tim Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.
5. Bapak dr. H. Gunawan, M.Kes. selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.
6. Bapak drg. Syaiful Sembiring, M.Kes. selaku Kepala Bidang PKLM Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.
7. Ibu Ahnela Sitepu, S.K.M, M.Kes selaku Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten
Langkat. 8. Bapak Legimun, selaku pemegang program desa siaga Dinas Kesehatan
Kabupaten Langkat. Seluruh pengambil keputusan memiliki tingkat pendidikan tinggi D3
– S2. Pengambil keputusan yang berasal dari TAPD dan Komisi II DPRD
Kabupaten Langkat umumnya pernah mendengar istilah program desa siaga dari
berbagai media, tapi tidak memiliki pemahaman yang detail tentang program tersebut dan manfaatnya.
Mengacu pada pedoman wawancara yang ada maka jawaban – jawaban
pengambil keputusan di bagi atas 4 kategori, yaitu : pertanyaan yang berhubungan dengan pembangunan kesehatan desa di Kabupaten Langkat, pertanyaan yang
berhubungan dengan desa siaga aktif di Kabupaten Langkat dan target yang harus dicapai, pertanyaan yang berhubungan dengan proses advokasi anggaran desa
siaga di Kabupaten Langkat dan pertanyaan yang berhubungan dengan harapan dan manfaat desa siaga aktif di Kabupaten Langkat. Data kualitatif yang berhasil
dihimpun dari para pengambil keputusan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Matriks Tanggapan Pengambil Keputusan tentang Pembangunan Kesehatan Desa di Kabupaten Langkat Tahun 2012
No Informan
Tanggapan yang disampaikan
1 Asisten II
“Pemerintah memiliki perhatian yang cukup besar pada masalah kesehatan bisa dilihat melalui anggaran di
Dinkes dan dinas lain yang berwawasan lingkungan juga kegiatan yang bersumber daya masyarakat. Misalnya
saja pembangunan atau perbaikan parit, manfaatnya sangat luas, termasuk untuk kesehatan masyarakat desa.
Posyandu juga demikian”. 2
Komisi II “Kami punya perhatian yang sangat besar supaya
masyarakat tetap sehat, selama pembangunan itu untuk memenuhi hak dasar rakyat, 100 akan kami dukung.
Tapi pelayanan kesehatan dasar juga harus terpenuhi karena itu hak semua rakyat, kesehatan mereka harus
dibantu.”
Tabel 4.1 Lanjutan No
Informan Tanggapan yang disampaikan
3 TAPD
“Pendidikan. kesehatan dan pengentasan kemiskinan memiliki porsi yang sangat besar dalam anggaran kita.
termasuklah pembangunan kesehatan di desa. Selama kebutuhan kesehatan tersebut diusulkan kemudian
dibahas dan disepakati, kita akan akomodir.” 4
Dinkes “Kita punya bidan desa dan Puskesmas yang langsung
bisa membantu masyarakat desa dalam hal kesehatannya. Untuk yang jauh kita buatkan pustu, polindes dan dengan
program desa siaga, sekarang kita banyak membangun poskesdes. Tinggal bagaimana mengatur kerjasama yang
baik
dengan masyarakat
dan kadesnya
supaya masyarakatnya bis
a tetap sehat.” Sumber : Hasil wawancara waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 134
– 135 Berdasarkan matriks diatas diperoleh informasi bahwa seluruh pengambil
keputusan sangat mendukung adanya pembangunan kesehatan desa di Kabupaten Langkat, baik yang sifatnya terfokus melalui bidang kesehatan maupun yang
bersifat lintas sektoral. Penegasan yang kuat disampaikan oleh Komisi II DPRD bahwa “kesehatan adalah hak rakyat yang harus dibantu ”.
Tabel 4.2 Matriks Tanggapan Pengambil Keputusan tentang Standar
Desa Siaga Aktif yang Harus Dicapai di Kabupaten Langkat Tahun 2012
No Informan
Tanggapan yang disampaikan
1 Asisten II
“Saya sangat setuju dengan program ini, tapi masih perlu kerja keras. Masyarakat harus diajak untuk berpartisipasi,
libatkan semua ormasy dan aparat juga harus tanggap.” 2
Komisi II “Kita belum punya aturan itu maksudnya sistem
pembiayaan kesehatan Kabupaten langkat, bedasarkan usulan saja. Kalau bisa semua desa jadi siaga aktif, kita
akan bantu dari sisi anggaran, apalagi itu untuk kepentingan rakyat supaya tetap sehat. Silakan diusulkan, dan jelaskan
kegunaannya.”
Tabel 4.2 Lanjutan No
Informan Tanggapan yang disampaikan
3 TAPD
“Pernah, berarti- kan program itu bagus. Kalau itu menjadi standar di kesehatan, kita bantu. Kalau diusulkan akan kita
bahas di musyawarah SKPD, secara teknis tentu Dinkeslah
yang atur.” 4
Dinkes “Mengajak masyarakat untuk peduli memang susah – susah
gampang. Tapi kita akan coba terus supaya Puskesmas berkoordinasi dengan Camat dan Kades, tentunya butuh
waktu.” Sumber : Hasil wawancara waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 134
– 135 Kategori pertanyaan yang disampaikan terkait masih rendahnya capaian
desa siaga aktif di Kabupaten Langkat, yaitu 3,61 atau hanya 10 desa. Seluruh pengambil keputusan menunjukkan sikap posistif untuk meningkatkan capaian
tersebut, mengingat tahun 2015 standar yang harus dicapai adalah 80 desa di Kabupaten Langkat harus menjadi siaga aktif.
Tabel 4.3 Matriks Tanggapan Pengambil Keputusan tentang Dukungan
dan Advokasi Anggaran Desa Siaga Melalui APBD Kabupaten Langkat Tahun 2012
No Informan
Tanggapan yang disampaikan
1 Asisten II
“Kita belum punya. Advokasi anggaran dan meminta dukungan pernah. tapi tidak fokus. Jadi kalau mau mencapai
target yang 80 tadi, tentu harus fokus dan serius. Kalau masa saya dulu, sifatnya bergulir. Satu desa dulu
perkecamatan. tahun berikutnya desa yang lain dan seterusnya. InsyaAllah Langkat punya kesiapan untuk itu.
Sebagai TAPD, saya akan bantu dalam hal meningkatkan anggaran pagu Dinkes secara umum untuk mengembangkan
desa siaga aktif ini, saya juga akan sampaikan nanti saat rapat dengan para camat untuk berkomitmen dan
menghimbau kadesnya supaya menghidupkan program ini.”
Tabel 4.3 Lanjutan No
Informan Tanggapan yang disampaikan
2 Komisi II
“Tidak pernah dilakukan, yang sampai ke kami global sekali. dan kalau tidak dijelaskan ke kami, kami tidak faham kalau
program itu baik untuk masyarakat. Kalau sudah dijelaskan
seperti ini, kami pasti dukung. Langkat siap kok.” 3
TAPD “Belum ada, secara detail belum pernah, mungkin banyak
yang sifatnya fisik seperti membangun poskesdes atau renovasi bangunan. Program masing
– masing bidang biasanya dipaparkan saat musyawarah SKPD. Tapi kalau
tidak dimasukkan dalam usulan, bagaimana kami bisa akomodir. Prinsipnya, selama itu diusulkan dan menjadi
prioritas akan kita bantu untuk memenuhi anggarannya. Apalagi bidang kesehatan, itu prioritas, InsyaAllah kita
siap.” 4
Dinkes “Untuk operasional belum pernah, hanya untuk
pembanguanan poskesdes dan penyediaan poskesdes kit-nya. SDM kita cukup, tinggal kreatifitas saja”.
Sumber : Hasil wawancara waktu dan dokumentasi terlampir pada halaman 134 – 135
Terkait dukungan dan advokasi anggaran program desa siaga, Komisi II DPRD, TAPD dan Asisten II bersikap positif. Pernyataan Asisten II menegaskan
kalau pelaksanaan program ini belum fokus, sedangkan TAPD dan Komisi II DPRD sangat mendukung pengembangan progam ini karena bidang kesehatan itu
prioritas dalam kegiatan pembangunan di Langkat. Dinas Kesehatan kurang melakukan advokasi dan koordinasi untuk kegiatan operasional desa siaga,
permintaan anggaran masih terfokus pada pemenuhan fisik dan inventaris desa siaga. Pada kategori terakhir seluruh pengambil keputusan sepakat bahwa :
“Kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan adalah tujuan besar dari pelaksanaan program desa siaga aktif ini. Harapannya adalah peningkatan
derajat kesehatan dan menurunkan biayabeban kesehatan masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian manfaatnya tentu lebih besar dari pada biaya yang
harus dikeluarkan.”
4.3 Identifikasi Desa Siaga Aktif di Kabupaten Langkat