Beberapa Penafsiran Ilmiah terhadap Ayat-Ayat Lingkungan

3. Beberapa Penafsiran Ilmiah terhadap Ayat-Ayat Lingkungan

Sebagaimana yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, fenomena pemanasan global yang diawali dengan peningkatan rata-rata emisi GRK seperti karbondioksida yang mencapai 0,3 persen pertahun, telah menggangu keseimbangan ekologi sehingga berdampak negatif untuk manusia dan makhluk hidup secara keseluruhan. Ada empat entitas yang penting dalam lingkungan hidup yang akan dibahas dalam kaitan dengan perubahan iklim, antara lain: air, flora, udara dan manusia itu sendiri. Pembatasan pada empat entitas ini karena sifatnya yang terkait

langsung dengan penyebab terjadinya krisis lingkungan. Al-Quran memberi isyarat 217 pada keempat entitas ini sebagai sistem yang urgen untuk dipelihara demi kelestarian

lingkungan hidup.

a. Air Sebagai Sumber Kehidupan

Sejak dahulu, manusia telah mengamati tumbuhan dan hewan dalam keadaan basah ketika hidup dan kering dalam keadaan mati. Dengan fitrah yang diciptakan untuknya, terdapat hubungan yang erat antara air dan kehidupan. Secara bertahap, sains menemukan beberapa fakta yang disebutkan kebenarannya oleh al-Quran. Dengan penemuan itu, para ahli menyimpulkan air sebagai sesuatu yang mutlak

Afzalur Rahman, Ensiklopediana, h. 21. 217 Isyarat dalam al-Quran adalah dasar bagi wawasan dan perkembangan ilmu pengetahuan

manusia. Kesadaran ini menggiring manusia untuk lebih dekat memahami alam semesta berikut rahasia dan nilai yang dikandungnya. Baca Muhammad al-Ghazâlî, Berdialog dengan al-Quran: Memahami Pesan Kitab Suci untuk Kehidupan Masa Kini , terj. Masykur Hakim (Bandung: Mizan, 1997) cet. 3, h. 40.

diperlukan bagi kehidupan dan kelangsungan ekosistem. Tiada kehidupan tanpa air, bahkan sebagian ahli menggambarkan kehidupan itu adalah air. 218 Tersedianya air

dalam bentuk cair (liquid) serta susunan udara yang baik dan cocok telah menjadikan bumi sebagai tempat yang subur untuk berbagai kehidupan, atau disebut sebagai green planet (planet hijau). Terdapat beberapa ayat yang mengisyaratkan hal ini, di antaranya Q.S. al-Baqarah (2): 164:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah SWT., turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah SWT) bagi kaum yang memikirkan .

Melalui ayat ini, manusia diajak untuk mengamati penciptaan malam dan siang, bahtera yang berlayar di lautan dan siklus air. Khusus mengenai air, ar-Râzî memberi penjelasan bahwa fenomena air adalah dalil (petunjuk) penting tentang adanya Sang Pencipta, bahkan menjadi sumber kehidupan yang menghidupi setiap

makhluk. 219

Fuad Pasya, Dimensi Sains, h. 137. 219 Tumbuhan membutuhkan air dalam proses pertumbuhan, hewan membutuhkan air sebagai

penopang hidup, bahkan manusiapun berasal dari air kemudian tumbuh dan besar dengan air pula. Lihat Fakhruddin ar-Râzi, Mafâtih al-Ghaib (Beirut: Dar al-Fikr, t.th) juz 3, h. 221.

Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman? (Q.S. al-Anbiya' (21): 30)

Di dunia pemikiran filsafat dikenal seorang filosof Yunani, Thales, yang melahirkan ide tentang air. Air dalam pandangan Thales tidak saja merupakan sumber

kehidupan, namun bisa juga berfungsi sebagai penghancur. 220 Thales melahirkan ide tentang air berdasarkan pengalamannya sebagai seorang pelaut yang berkunjung ke

beberapa wilayah seperti Mesir. Bagi Thales, sumber kehidupan masyarakat Mesir adalah sungai Nil yang dijadikan sebagai sumber pengairan dalam bidang pengairan. Mekanisme kehidupan yang kompleks tidak dapat berfungsi dalam satu lingkungan selain dalam lingkungan cair, dan satu-satunya yang cair adalah air. 221 Ini berarti

segala yang hidup membutuhkan air, pemeliharaan kehidupan segala sesuatu adalah dengan air, bahkan persentase air di bumi sama dengan persentase air yang terdapat

di dalam tubuh manusia. 222 Penafsiran ar-Râzî, pada tahap berikutnya diperkuat dan dijabarkan lebih rinci

dengan penelitian ilmiah. Secara bertahap, sains menemukan beberapa fakta yang disebutkan kebenarannya dalam penafsiran ar-Râzî itu, di antaranya dari disiplin ilmu

sitologi, 223 yang mengatakan bahwa air adalah komponen terpenting dalam pembentukan sel yang merupakan satuan bangunan pada setiap makhluk hidup, baik

hewan maupun tumbuhan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa 70 % permukaan planet bumi terdiri dari air. 97 % dari angka tersebut tidak layak diminum. Dengan persentase ini maka hanya 2-3 % saja yang dapat dikonsumsi

oleh makhluk hidup. 224

Sebagai contoh, banjir dan gempa di laut yang menyebabkan terjadinya badai Tsunami yang menghancurkan alam daerah pantai dan sekitarnya.

221 Ar-Râzi, Mafâtih al-Ghaib, juz 3, h. 220 222 Quraish Shihab, Dia Dimana-Mana: Tangan Tuhan di Balik Setiap Fenomena (Jakarta:

Penerbit Lentera Hati, 2007) cet. V, h. 80. 223 Ilmu yang membahas tentang susunan dan fungsi sel

224 Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak Alam Semesta; Mengenali Jejak Sang pencipta, (selanjutnya disebut Membaca Gerak), (Jakarta: LIPI Press, 2007) cet. 2, h. 87.

Tidak hanya itu, dalam komposisi tubuh manusia, air adalah unsur yang penting. Air dalam darah terkandung 92 %, dalam otak manusia 75 % dan dalam tulang terdapat 20 %. Untuk hewan, porsi ar mencapai 70 % dan tumbuhan mencapai

persentase paling tinggi dengan 90 % kandungan air. 225 Atas dasar komposisi itu, maka dapat disimpukan bahwa setiap makhluk hidup membutuhkan asupan air secara

terus menerus. Karena fungsi alami tubuh manusia, seperti bernafas, membuang air seni, penguapan, dan sebagainya, maka air yang dibuang ini harus diganti. Pada hewan, asupan dilakukan dengan cara meminum air, sedangkan pada tumbuhan,

asupan dilakukan dengan cara penyerapan melalui akar-akarnya. Memang, ar-Râzî tidak mengungkap secara detail bagaimana eksistensi air dalam kehidupan, akan tetapi beberapa pandangannya menjadi pondasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Terbukti dengan semakin banyaknya penelitian dari para ahli mengenai kemampuan air yang tinggi dalam mencairkan berbagai zat yang memungkinkannya melakukan tugas berat seperti membawa atau memindahkan struktur tubuh makhluk hidup. Dengan kemampuan ini pula air memainkan peran utama dalam setiap interaksi vital, membersihkan lemah, racun dan kotoran. Semua itu selain fungsi melarutkan zat-zat yang diperlukan sebagai bahan makanan tumbuh- tumbuhan, membentuk permukaan bumi, dan mengubah komponen-komponennya

dari sati keadaan ke keadaan yang lain. 226

Data yang dirilis lembaga-lembaga lingkungan dan dipublikasikan secara luas di media menunjukkan bahwa air tawar yang tersedia di dunia ini hanya 2-3% saja, sedangkan sisanya adalah air asin yang terdapat di laut. Sebagian besar kebutuhan makhluk hidup didapat dari daur ulang air tawar yang jumlahnya sangat terbatas. Dalam pendauran ini air dapat hadir dalam bentuk gas (uap), cair atau padat (es). Tiga bentuk air ini dapat dijumpai di seluruh dunia; gunung-gunung es di kutub adalah air dalam bentuk padat, awan-awan di langit adalah air dalam bentuk gas, dan air yang

Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 87. 226 Fuad Pasya, Dimensi Sains, h. 138-139.

dikonsumsi manusia dan untuk mencuci berada dalam bentuk cair. Di semua habitat, air mengaami proses perubahan dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain secara terus-menerus. Budiman Chandra membagi air berdasarkan pada letaknya menjadi

tiga: air hujan, 229 air permukaan dan air tanah. Air, sebagaimana yang dikatakan ar-Râzî, sebagai sumber kehidupan makhuk

hidup, mengalami siklus, dimulai dari air yang mengalir di sepanjang hilir yang akan bergabung dengan hilir lainnya membentuk hulu yang jauh lebih besar. Dari sungai akhirnya mengalir ke laut. Sementara air mengalir melalui anak sungai, sebagian akan

menguap karena panas sinar matahari (berubah menjadi gas) tetapi sebagian besar terus mengalir sampai ke laut. Di laut inilah proses penguapan atau evaporasi selanjutnya berlangsung. Ar-Râzî juga mengungkapkan bahwa air yang dikatakan al- Quran berasal dari langit, sesungguhnya turun melalui proses di awan, namun demikian, baginya, tidak dibenarkan untuk menafikan hakikat yang sebenarnya

bahwa Tuhan yang menurunkannya. 230 Sekedar perbandingan, Sayyid Quthub dalam Tafsîr fî Zhilâl al-Qurân

membahas sebuah surat dengan memotong segmentasi-segmentasi topik yang berkaitan antara sekumpulan ayat-ayat. Pada Q.S. 'Abasa (80): 25-32 dibahas beberapa hal yang paling dekat dengan kehidupan manusia; mulai pembahasan makanan sampai lingkungan yang disediakan untuk kehidupan manusia. Tapi khusus

mengenai Q.S. ‘Abasa (80): 25 yang berbunyi ﺎﺒﺻ َﺀﺂ ﻤﹾﻟﺍ ﺎﻨﺒﺒﺻ ﺎﻧَ أ (Sesungguhnya Kami

benar-benar telah mencurahkan air (dari langit ), ayatnya dikatakan singkat tapi

Merupakan sumber utama air di bumi. Meski pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, akan tetapi cenderung mengalami pencemaran. Pencemaran di udara bias berbentuk partikel debu, mikroorganisme dan gas. Lihat Budiman Chandra, Kesehatan lingkungan, (selanjutnya disebut Kesehatan Lingkungan), (Jakarta: Penerbit Buku Kesehatan EGC, 2007) cet. 1, h. 42.

228 Meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan. Kemudian air itu akan mengalami pencemaran oleh tanah, sampah dan lainnya. Lihat

Budiman Chandra, Kesehatan lingkungan, h. 42. 229 Disebut ground water berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian

mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanahdan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Budiman Chandra, Kesehatan lingkungan, h. 42.

230 Ar-Râzi, Mafâtih al-Ghaib, juz 3, h. 220.

mendalam, pembahasan ayat tersebut dikaitkan dengan ilmu pengetahuan dengan perbandingan pemahaman tradisional. Pembahasan pencurahan air yang disebut berasal dari langit adalah suatu hakikat (kenyataan) yang dapat diketahui setiap manusia dalam semua lingkungan dan apapun tingkat pengetahuan mereka. Selanjutnya, ketika manusia mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan, maka kandungan yang disebut dalam ayat di atas akan difahami lebih jauh dan lebih luas lagi daripada hujan yang biasa terjadi setiap waktu dan dilihat setiap orang.

Sayyid Qutub mengutip pernyataan seorang ilmuwan tanpa menyebutkan namanya, bahwa jika benar bahwa panas bola bumi waktu lepas dari matahari itu sampai sekitar 12.000 °

C atau panas permukaan bumi mencapai derajat itu, maka pada waktu itu setiap unsur adalah panas. Karenanya, tidak mungkin terdapat wujud kimiawi apapun. Ketika bola bumi atau bagian-bagiannya mengalami pendinginan secara bertahap, maka terjadilah bentukan-bentukan dan terjadilah kehampaan alam sebagaimana yang diketahui. Tidaklah oksigen dan hidrogen dapat menyatu melainkan setelah suhu mengalami penurunan menjadi 4.000 °

F (Fahrenheit). Pada titik ini berjalanlah unsur-unsur itu secara bersama-sama, dan terciptalah air yang dikenal sekarang bahwa ia adalah hawa bola bumi, dan sudah tentu ia sangat besar

pada waktu itu. 231 Penafsiran ayat ini dalam fi Zhilâl diperluas pemahamannya mengenai sejarah asal-usul air yang berasal dari langit yang pembahasannya hanya

berupa perputaran air di bumi, dari penguapan sampai menghidupi bumi dengan hujan dari langit. Oleh karena itu dikatakan bahwa air adalah penghidup segala yang

hidup. 232 Perbandingan urgensi air dengan makanan; jika dengan makanan manusia mampu bertahan hidup selama 10 hari, maka tanpa air hanya mampu bertahan hanya

3 hari. 233

Sayyid Quthub, Tafsîr fî Zhilâl al-Qurân (Mesir: Dâr al-Syarq, 1977) juz 30, h. 41-44. 232 'Abdul Halîm 'Abdurrahmân Khadr, al-Manhaj al- Î mânî li ad-Dirâsât al-Kauniyyah fî al-

Qurân al-Karîm (Jiddah: al-Dâr al-Su'ûdiyyah, 1987) h. 543. 233 Madhat Hafidz Ibrâhîm, al-Isyârât fî al-Qurân al-Karîm, h. 25.

Pada dasarnya, Semua air mengalami penguapan, baik yang berasal dari hilir, hulu ataupun laut, membentuk uap air di atmosfer. Uap ini naik dan akan menjadi dingin saat mencapai atmosfer yang lebih tinggi. Jika terdapat banyak gas di atmosfer maka akan memadat menjadi awan. Jika awan tersebut mencapai bagian yang lebih tinggi lagi di lapisan atmosfer, uap air berubah menjadi tetes-tetes es. Bahkan debu yang berasal dari asap kendaraan bermotor, asap buangan industri, dan sejenisnya, kemungkinan akan terperangkap oleh uap air atau tetes-tetes es. Dengan demikian, volume dan beratnya akan bertambah. Air menjadi padat dan jatuh ketika awan

berkelompok mencapai puncak gunung atau melintasi dataran tinggi atau menjadi lebih dingin karena suhu atmosfer yang lebih rendah. Dari uap yang mengembun itu kemudian menjadi tetes-tetes air yang sangat kecil, maka jatuh ke bumi dalam bentuk

hujan hujan. 234 Di beberapa pegunungan tinggi atau di daerah yang dingin di dunia, es ini tidak mencair sebelum mencapai tanah, sehingga jatuh dalam bentuk salju atau

hujan es. 235 Sama halnya dengan hasil penemuan ilmiah dari Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) yang diungkap Arie Budiman pada bagian terdahulu, Q.S. at-Thâriq (86): 11 memberi isyarat hal yang sama dengan fokus pada kata “pengembalian” dengan ungkapan:

Demi langit yang mengandung pengembalian (mempunyai potensi

mengambalikan) (Q.S. at-Thâriq (86): 11)

Kata ﻊـﺟﺮﻟ ﹶﺍ mengandung arti bahwa air yang di laut menguap kemudian naik

ke angkasa sehingga menjadi awan, lalu awan kembali ke bumi dengan bentuk hujan.

Saryono, Pengelolaan Hutan, Tanah dan Air dalam Perspektif al-Quran, (selanjutnya disebut Pengelolaan), (Jakarta: Pustaka Alhusna, 2002) h. 145. lihat juga Muhammad Jamâl ad-Din al- Fandî, min Rawâ`i' al-I'jâz fi al-Qurân al-Karîm (al-Majlis al-A'lâ li al-Syu'ûn al-Islâmiyyah, 1979) h.24-28.

235 Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 90.

Atau, langit mengembalikan air ke bumi dan selesailah sebuah siklus air. Setelah itu, air laut dan samudera akan kembali menguap dan membentuk awan sehingga turunlah hujan. Terdapat beberapa keterangan yang mencoba mengungkapkan segi

kemukjizatan dalam ayat ini, di antaranya: 236 pertama, yang dimaksud dengan langit dalam ayat di atas adalah atmosfer yang berarti lapisan bawah atmosfer

mengembalikan uap air yang naik ke langit dalam bentuk hujan. Dengan begitu, ayat di atas mengindikasikan siklus hidrologik yang terus menerus dan tersebar di antara lautan dan sungai dari satu sisi, dan awan atmosfer di sisi lain. Kedua, langit dapat

dikatakan sebagai cermin yang memantulkan sinar dan gelombang elektromagnetik. Ketiga , ayat di atas mirip dengan cermin pamantul yang memantulkan sinar panas inframerah dan mengambalikannya ke bumi untuk menghangatkannya. Keempat, selain memantulkan dan mengambalikan sesuatu yang terkirim dari bumi, langit juga

menangkap dan menyebarkan sesuatu yang terkirim dari kosmos atau dunia luar. Dengan demikian, langit melindungi bumi dari kiriman sinar kosmos dan sinar ultraviolet yang dapat mematikan. Kelima, jika langit berarti kosmos dengan segala bintang, segala sesuatu yang ada di dalam kosmos itu akan kembali ke posisi semula.

Dari keterangan ini dapat difahami bahwa terdapat keterpaduan antara ahli bahasa, tafsir dan sains dalam menjelaskan ayat-ayat kauniyah dalam al-Quran. 237

Secara sederhana, isyarat pengembalian dalam al-Quran tadi digambarkan sebagai berikut:

237 Keterpaduan ini dalam Q.S. an-Nisa (4): 82 dikatakan sebagai bentuk kekuasaan Allak Gambar 3.1. kode perjalanan air dari SWT dalam alam yang tidak ada kekeliruan dalam penciptaan-Nya. Karena jika bukan karena lautan ke awan.

Fuad Pasya, Dimensi Sains, h. 75-75

kesempurnaan penciptanya, akan terdapat banyak pertentangan dalam alam. Sumber: William P. Cunningham dan

Mengamati gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa sinar matahari yang menembus ruang udara mengenai permukaan laut kemudian terjadi penguapan yang membawanya ke udara sehingga terjadi awan. Angin kemudian menghembuskan awan yang berisi uap air itu ditambah dengan sinar matahari yang menyebabkan awan menjadi padat, ketika itu perjalanan awan menuju tempat yang tinggi dihalangi oleh pegunungan dan terjadilah hujan. Thanthawî Jauhari menyatakan, potensi pengembalian dalam siklus air itu mengindikasikan bahwa peran udara dan air adalah

sama, yaitu menurunkan hujan. 238 Air tidak saja turun di permukaan laut, melainkan

juga mengalami pergeseran menuju daratan dan menurunkan hujan di sana. Pada siklus hidrologi selanjutnya, ketika turun ke daratan, air masuk ke dalam tanah dan diserap oleh akar-akar tumbuhan ketika terjadi hujan. Air ini digunakan untuk tumbuh, meskipun sebagian dilepaskan melalui daun sebagai uap air kemudian

kembali ke atmosfer. 239 Sebagian air yang jatuh juga masuk ke dalam poros batuan di tanah lapisan bawah dan disimpan sebagai "air tanah". Inilah yang menjadi sumber

air sumur bagi banyak kota dan desa di sekitarnya. Ada air hujan yang meresap jauh di bawah tanah, mengalir di sepanjang celah batu dan akan muncul sebagai mata

air. 240 Al-Quran mengisyaratkan kadar air tertentu yang turun dari celah awan sesuai

dengan proses penguapannya dari laut (Q.S. al-Mu'minûn (23): 18 241 ). Kalimat ﺎﻨﹾﻟﺰﻧﹶﺃﻭ ٍﺭﺪﹶﻘِﺑ ًﺀﺂﻣ ِﺀﺂﻤﺴﻟﺍ ﻦِﻣ menggambarkan bahwa air yang diturunkan dari langit adalah

Istilah yang ia pakai adalah Sababâni li Amrin Wâhid (dua sebab untuk satu perkara). Lihat Thanthâwî Jauharî, al-Jawâhir fi Tafsîr al-Qurân (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.) jilid 13, juz 15, h. 113-114. 239 Proses ini sama dengan proses sirkulasi darah dalam tubuh manusia, tanpa henti mengalir

untuk mengasupi bagian-bagian yang membutuhkan. Lihat al-Râzi, Mafâtih al-Ghaib, cet 2, juz 14, h. 61.

240 William P. Cunningham dan Barbara Woodworth Saigo, Environmental Science: A Global Concern , (selanjutnya disebut Environmental Science), (New York: McGraw-Hill, 2001) edisi 6, h.

74-75.

241 Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu

menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkan menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkan

dalam pertanian, perkebunan, sandang pangan dan kemaslahatan lainnya. 243

Adapun kalimat lanjutannya ِﺽﺭَﻷﹾﺍ ﻲِﻓ ﻩﺎﻨﹶﻜﺳﹶﺄﹶﻓ mengisyaratkan bahwa setelah

mengalami proses penguapan, air kemudian tertahan di awan dan terseret angin menuju dataran tinggi sehingga terbentur dengan pegunungan lalu turun ke bumi sebagai hujan. Air hujan dapat berbentuk salju maupun cair. Air tersebut terkumpul di samudera, danau dan sungai, di bawah tanah maupun di udara. Dari semua habitat, air

berada dalam proses perubahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya secara terus menerus. Dengan istilah yang sederhana, siklus air dapat dijelaskan seperti pola dalam gambar berikut:

Gambar 3. 2. Siklus Hidrologi Sumber: William P. Cunningham dan Barbara Woodworth Saigo, Environmental

Ar-Râzi sedikit mengulas perbedaan para mufassir terkait dengan asal turunnya hujan. Sebagian besar mengatakan bahwa hujan diturunkan dari langit karena sesuai dengan zhahir ayat. Pendapat ini disesuaikan dengan ayat lain yang berbunyi نوﺪ ﻋﻮﺗ ﺎ ﻣو ﻢ ﻜﻗزر ءﺎﻤﺴ ﻟا ﻲ ﻓو. Sebagian lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah awan melalui proses naik turun dari langit le langit dunia yang berupa lapisan-lapisan tertentu. Lihat ar-Râzi, Mafâtih al-Ghaib, juz 23, h. 89.

243 Ar-Râzi, Mafâtih al-Ghaib, juz 23, h. 89.

Science: A Global Concern (New York: McGraw-Hill, 2001) edisi 6, h. 424.

Tabel di atas memberi gambaran yang jelas tentang perjalanan air yang mengalami siklus yang terus menerus sepanjang masa. Al-Quran memang memberi simbol tentang terjadinya siklus air, akan tetapi tidak dengan deskripsi secara lengkap dan jelas dari pertama sampai terakhir. Ar-Râzî dalam hal ini pun tidak merinci dengan panjang lebar mengenai siklus air dari pertama sampai terakhir. Orang pertama yang memberikan wawasan tentang konsep siklus air dan menguraikannya secara benar adalah Bernard Palissy (1850). Sebelumnya, banyak para peneliti dan

filosof Yunani yang telah mencoba menguraikannya, namun tidak seluruhnya benar. 244 Namun demikian, terdapat beberapa ayat-ayat yang menguraikan

penggalan-penggalan proses secara akurat tentang siklus air, misalnya QS. ar-Ra'd

(13):17 246 dan az-Zumar (39): 21. Sebaliknya, ayat-ayat yang menguraikan dengan cukup akurat tentang air di awan yang menghasilkan hujan, termasuk tentang potensi

kilat yang terjadi di sana, terdapat pada beberapa ayat al-Quran, seperti Q.S. an-Nûr

(24):43 248 ; ar-Rûm (30): 48-49. Dengan demikian, al-Quran memberikan gambaran

Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 91. 245 Allah SWT., telah menurunkan air dari langit, maka mengalirlah ia di lembah-lembah

menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau barang-barang, buih seperti itu juga, demikianlah Allah SWT., membuat perurnpamaan tentang yang haq dan yang batil. Adapun buih, maka ia akan pergi ianpa bekas dan adapun yang bermanfaat bagi manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah SWT., membuat pemmpamaan-perumpamaan.

246 Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah SWT., menurunkan air dari langit, lalu Dia mengalirkannya menjadi mata-mata air di bumi, kemudian Dia mengeluarkan

dengannya tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lain ia menjadi kering lain engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian Dia menjadikannya hancur. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pdajaran bagi Ulil Albab

247 Tidakkah engkau melihat Allah SWT., mengarak awan kemudian mengumpulkan di antaranya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka engkau melihat hujan keluar dari celah-

celahnya dan Allah SWT., menurunkan es dari langit, dari gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Hampir-hampir saja kilauan kilatnya menghilangkan penglihatan

Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba- hambaNya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira. Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa.

air mengalami perpindahan dan bergerak secara konstan mulai dari penguapan pada air di laut kemudian diangkut menuju angkasa dan mengalami pemadatan di awan yang dikemudikan oleh gaya berat dan energi matahari. Setelah itu kemudian dikembalikan lagi ke daratan atau lautan dengan bentuk cair. Total perjalanan siklus

15 air tahunan dari daratan ke samudra berkisar 10.3 x 10 251 galon. Menurut Arie Budiman, siklus air terbagi menjadi dua: siklus air yang pendek

dan siklus air panjang. Siklus yang pertama terjadi di atas permukaan air laut atau danau yang luas (air menguap dari laut atau danau dan kembali jatuh ke laut dalam bentuk hujan). Sedangkan siklus air kedua adalah di mana air yang diuapkan menjadi awan, kemudian hujan di pegunungan dan mengalir melalui sungai kembali ke laut. Angin, awan, dan hujan merupakan tiga serangkai dari rentetan ciptaan Allah SWT., yang tidak ternilai. Ketiganya datang dan pergi dengan teratur di sekitar bumi. Adanya pergantian musim yang teratur ini, manusia dapat mengatur kehidupannya dengan sebaik-baiknya. Air adalah sumber hidup di muka bumi. Allah SWT., telah meletakkan hukum penciptaan-Nya dengan siklus ini, dimana awan melepaskan kadar kelembabannya dalam bentuk hujan, salju, hujan es, hujan bercampur salju dan embun. Sebagian air yang jatuh ke permukaan bumi tersebut masuk ke dalam jerami, sungai, danau dan samudera yang lazim disebut pelepasan air. Sebagian air kemudian menguap dan kembali ke atmosfer atau dikeluarkan lagi oleh tanaman, sebagian lagi menambah persediaan air di bawah tanah kemudian masuk ke dalam beribu-ribu

Merupakan ilmu yang mempelajari siklus air pada semua tahapan yang dilaluinya, mulai dari evaporasi (penguapan air), kondensi (pembentukan awan), presipitasi (persitiwa jatuhnya air ke bumi), sampai berlangsungnya proses daur ulang. Baca Budiman Chandra, Kesehatan lingkungan, h. 43.

250 Allah SWT., Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah SWT., membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-

gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.

251 William P. Cunningham dan Barbara Woodworth Saigo, Environmental Science, h. 424.

lubang ke permukaan batu karang. 252 Dengan siklus air itu, bumi menjadi subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dengan buahnya yang beraneka ragam. Air hujan

yang diturunkan Allah SWT., menyebabkan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan beraneka ragam buah untuk menjadi makanan manusia. Air yang berasal dari hujan merupakan fenomena alam yang paling penting bagi terjadinya

kehidupan di bumi. 253 Beberapa ayat dalam al-Quran bahkan mengindikasikan bahwa hujan dapat

"menghidupkan lahan yang mati". Di antaranya yang terdapat dalam Q.S. Yâsin (36):33). 254 Dalam ayat ini dikatakan secara umum bahwa hujan yang menghidupkan

lahan mati tersebut kemudian menetap di bumi, sebagian besar di laut baik yang berupa cairan seperti air laut, maupun yang beku di kutub ucara dan selatan (antartika dan artika) dan air yang ada di sungai dan danau maupun berupa uap air baik yang mengelompok sebagai awan ataupun tidak. Demikian juga air yang ada di bawah permukaan bumi yang berupa air tanah atau akuifer dan air artesis. Demikian juga air yang terdapat pada tubuh manusia, hewan dan tanaman, serta air dalam makanan dan

minuman. 255 Arie Budiman menjelaskan bahwa air dapat menghidupkan yang mati dalam teks ayat berarti kemampuan air dalam menghidupi tumbuhan yang

membutuhkan air dalam pertumbuhannya dari waktu ke waktu, kemudian darinya muncul beragam warna, rasa dan buah yang dapat dimanfaatkan makhluk hidup lain

dalam rangkaian simbiosis mutualisme. 256 Daniel B. Botkin menulis daftar yang menggambarkan ketersediaan air di

muka bumi dalam berbagai lokasi seperti di samudera, di udara, di sungai, di dalam tanah sebagai air dangkal (0,8 km), di danau air tawar, dan tutup es dan glesir. Di

Norman E.A. Hinds, "Bagaimana Air Mengubah Lahan", dalam Grolier International, Inc., Ilmu Pengetahuan Populer (Jakarta: PT. Widyadara, 2005) jilid 4, h. 17.

253 Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 93. 254 Dan suatu tanda (kekuasaan Allah SWT., yang besar) bagi mereka adalah bumi yang

mati.Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan

255 Saryono, Pengelolaan, h. 100. 256 Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 108.

dalam daftar terlihat bahwa 97,2% air terletak di samudera, 2,15% sebagai tutup es dan glesir, di air tanah dangkal 031%, 0,009% terletak di danau air tawar, di udara

0,001%, di sungai 0,0001%. 257 Berikut tabelnya:

Lokasi Luas Area Km 2 Volume Km 3 Pcrscntasc Residence time

Samudera 361.000.000 1.230.000.000 97,2 Ribuan tahun

Udara 510.000.000 12.700 0,001 9 had

Sungai 0 1.200 0,0001 2 minggu

Air tanah dangkal

130.000.096 4.000.000 0,31 Ratusan atau

(0,8 km) ribuan tahun

Danau ;air tawar 855.000 123.000 0.009 Puluhan tahun

tutup es/glesir 28.200.000 28.600.000 2,15

Jumlah 1.030.055.000 1.262,736.900 99,6701

Gambar 3.3. Tabel ketersediaan air Sumber: Daniel B. Botkin & Edward A. Keller, Environment Studies (Charles E. Merril Publishing Company, 1982) h. 195.

Air yang tercantum di tabel tidak bersifat permanen, akan tetapi mengalami keseimbangan dinamika yang terus menerus, air es glesir dapat mencair di musim panas, sedang di kutub pun ada kecenderungan mencair karena pemanasan bumi. Air yang di samudera berputar terus menerus menjadi uap di udara turun sebagai hujan mengalir menjadi air tanah, sungai dan danau. Air juga ada yang dikonsumsi tanaman

Daniel B. Botkin & Edward A. Keller, Environment Studies (Charles E. Merril Publishing Company, 1982) h. 195.

tata kelola, keadaan dan masa dimana ia dipergunakan. 259

b. Flora dan Kesempurnaan Sistem Alam

Alam yang luas separuhnya dipenuhi oleh tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan yang dimaksud disini adalah makhluk yang hidup dan terdapat di bumi yang bukan masuk dalam kategori hewan, seperti tanaman biji-bijian, sayur mayur pohon dsb. Namun

juga ada tumbuhan yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang. Tumbuhan berkembang sejak lebih dari satu miliar tahun yang lalu, bahkan keberadaan

tumbuhan lebih dahulu ada daripada binatang. 260 Al-Quran menggambarkan fenomena flora sebagai berikut:

Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. (Q.S. Thaha (20): 53)

Menurut ar-Râzî, 261 antar entitas dalam alam memiliki keterkaitan satu sama lain. Tumbuhan adalah entitas yang terlahir dari proses bersatunya air dengan tanah

kemudian dari hal itu pula muncul beragam bentuk, rasa dan warna. Tumbuh- tumbuhan adalah segala yang hidup dan berbatang, berdaun, berakar dan sebagainya.

Saryono, Pengelolaan, h. 101. 259 Daniel B. Botkin & Edward A. Keller, Environment Studies (Charles E. Merril Publishing

Company, 1982) h. 195.

260 Hingga saat ini (2007) terdapat 280.000-325.000 jenis tumbuhan yang ada di bumi. Baca Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 220.

261 Ar-Râzi, Mafâtih al-Ghaib, juz 11, h. 70.

Terdapat beragam jenis tanaman yang tumbuh di tanah atau air, antara lain kapang, jamur, cendawan, kaktus, rumput laut, tumbuhan berbunga, dan pohon-pohon, yang beraneka ragam bentuk dan besarnya. Ada yang sedemikian kecil sehingga tidak

terlihat dengan mata telanjang, ada juga yang sangat besar. 262 Tumbuh-tumbuhan adalah satu-satunya makhluk hidup yang dapat membuat makanannya sendiri. ini

agaknya sebagai pengganti dari keterbatasan gerak makhluk Ilahi ini. 263 Tumbuhan memperlihatkan suatu bentuk kekuasaan Tuhan jika dihayati

dengan seksama, seperti bahwa sifat tumbuhan yang memproduksi makannya sendiri, melalui proses fotosintesis di siang hari dengan bantuan sinar matahari. 264 Hal ini

disebabkan karena tumbuhan tidak mampu bergerak dan berpindah tempat seperti binatang, maka produksi makanan adalah dengan sendirinya dalam diri tumbuhan, namun tentunya dengan bantuan beberapa unsur. Dalam proses penyiapan makannya, tumbuhan menghasilkan gas oksigen (O2) yang digunakan oleh manusia untuk

bernafas. Oksigen ini dihasilkan oleh tumbuhan pada asiang hari. 265 Namun disamping itu binatang juga menghasilkan metabolisme yang digunakan tumbuhan

dalam proses metabolismenya. Jika dilihat dari segi umur, ada dua jenis tumbuhan, yakni tumbuhan yang umurnya relatif pendek, dan tumbuhan yang umurnya cukup lama. Yang masuk dalam kategori pertama adalah tumbuhan yang biasanya dijadikan sebagai bahan pokok makanan manusia, seperti sayur mayur, dan biji-bijian. Sedangkan kategori kedua biasanya difungsikan untuk bahan bangunan, seperti pohon-pohon. Secara garis besarnya tumbuhan memiliki tiga fungsi bagi kehidupan makhluk lain, seperti manusia dan hewan. Bagi manusia tumbuhan memiliki peran sebagai sandang, pangan dan papan. Tumbuhan memiliki peran besar dalam kehidupan manusia dan

General Sherman/Pohon Kayu adalah pohon yang terbesar yang tumbuh di California, Amerika Serikat. Tingginya lebih dari 83 meter, bahkan ada yang menyatakan 91 meter dan keliling batangnya lebih dari 25 meter. Selain itu ada pula teratai yang tumbuh di Brazil yang memiliki daun demikian lebar -sekitar dua meter- dan mampu menopang beban hingga 23 kg.

263 Quraish Shihab, Dia Dimana-Mana, h. 325. 264 Charles H. Southwick, Ecology, h. 115. 265 Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 221-223.

binatang. Bahkan makanan utama manusia adalah bersumber dari tumbuhan, seperti yang dijelaskan dalam al-Quran Q.S. 'Abasa (80): 24-32:

Maka hendaklah manusia melihat kepada makanannya. Sesungguhnya kami telah mencurahkan air sederas-derasnya, kemudian kami belah bumi dengan belahan sempurna, lalu kami tumbuhkan padanya biji-bijian dan anggur serta sayur-sayuran

dan zaitun serta pohon kurma, dan kebun-kebun lebat serta buah-buahan dan rumput-rumputan, untuk kesenangan kamu dan untuk binatang-binatang ternak kamu.

Dalam bidang pangan, manusia mengambil bahan makanan dari tumbuh- tumbuhan, seperti kapas yang dirajut menjadi pakaian. Dalam bidang papan, tumbuhan menjadi bahan-bahan bangunan dalam pembuatan tempat tinggal, seperti rumah, gedung dsb. Sedangkan bagi binatang seperti sapi, kuda, kerbau dsb juga sebagian besar bergantung pada tumbuhan sebagai makanan pokoknya.

Dalam segi fungsinya yang mungkin tidak dilihat dan diketahui oleh kebanyakan manusia adalah fungsi tumbuhan sebagai satu-satunya sumber bagi

tersedianya oksigen untuk bernafas. 266 Bahkan tumbuhan juga berfungsi sebagai bahan obat-obatan bagi manusia. Seperti obat-obatan secara medis dikenal dengan

nama obat herbal. 267 Sedangkan dalam obat-obatan tradisional ditemukan banyak sekali obat-obatan yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan. Dalam al-Quran dikatakan

bahwa madu adalah hasil dari tumbuhan yang berproses melalui lebah, dan madu

Budiyanto, Risalah, h. 72. 267 Dalam Islam dikenal tradisi pengobatan dengan cara ini. Nabi Muhammad saw., seringkali

mengobati para sahabatnya dengan menggunakan herbal untuk mempertahankan kondisi tubuh dan melengkapi asupan energi dalam tubuh. Lihat Ibnu al-Qayyîm al-Jauziyyah, at-Thib an-Nabawî (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th) h. 169.

banyak digunakan sebagai obat-obatan dan penambah vitamin (Q.S. an-Nahl (16): 68-69) 268

Tumbuhan juga berfungsi sebagai perekat dan penyeimbang bumi. Dengan terdapatnya pohon-pohon di dalam hutan, maka itu menjadi penguat dan penjaga terjadinya tanah longsor. Tumbuhan yang merupakan bagian dari alam ini juga merupakan makhluk yang tidak bisa hidup tanpa peran air. Namun juga tumbuhan bisa mengakibatkan terjadinya lingkungan yang dapat mengkonservasi air. Bahkan sebagian besar penyusun tumbuhan adalah air (lebih dari 70%), melalui akar

tumbuhan yang berada di dalam tanah berfungsi untuk mencari air dan makanan, dan bahan dasar tersebut dialirkan melalui saluran-saluran yang ada pada batang dan ranting ke daun. Di dalam daun, dengan proses fotosintesis, bahan makanan diproses

dan dijadikan makanan ini dialirkan keseluruh bagian tumbuhan. 269 Tumbuhan juga tidak akan bisa tumbuh tanpa lapisan bumi yang subur, gembur dan tipis. Lapisan ini

menyediakan bahan-bahan makanan mineral guna pertumbuhan tumbuhan, demikian juga dengan air yang ada di dalam tanah difungsikan oleh akar. 270

Ada integrasi dan dialektika hukum dan fungsi semua elemen dalam alam, sehingga akan melahirkan beragam bentuk kehidupan. Kesadaran ini yang menjadi

titik tolak pengembangan sains dalam Islam dalam berbagai bidang studinya. 271 Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa tumbuhan juga tidak akan bisa

hidup tanpa air, tanah dan udara, demikian juga air, tanah dan udara tidak akan

268 Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah:"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon- pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)

buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yanng telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan

269 Budiyanto, Risalah, h. 70. 270 Budiyanto, Risalah, h. 71. 271 Dalam dunia Islam tercatat nama-nama ilmuan yang telah melakukan riset dengan

kesadaran semacam ini, antara lain Jâbir ibn Hayyân, Abû Nâdir ibn Syumailî, Abû Zaid al-Anshâri, ibn al-Sikkît, Abû Sa’ad al-Asmâ’î, ‘Ali ibn Rabbân al-Thaharî, Hunain ibn Ishâq, Râzi, Abû Hanîfah ad-Dinawarî, ibn Sînâ, ibn Bajjâh, ibn Rusyd, ibn al-Awwâm, Ghafiqi, ibn Baitar, ‘Abd Lathîf al- Baghdâdî, al-Qazwînî, Syams ad-Dîn An-Nuwairî, Hamdallâh Mustawfî, al-Juzâlî, ‘Umar ibn al-Wardî dan Mulla Shadra. Lihat Afzalur Rahman, Ensiklopediana, h. 189-190.

memiliki fungsi dan makna jika tidak ada tumbuhan yang memanfaatkan semua zat yang ada padanya. Namun, di samping fungsi-fungsi positif di atas tumbuhan juga bisa mendatangkan bencana bagi manusuia, jika manusia tidak mampu melihat hukum yang ada dalam tumbuhan tersebut, dan kemudian melampaui hukum yang berlaku pada tumbuhan. Suatu contoh, Pohon disamping bisa memperindah pandangan dengan daunnya yang lebat dan hijau, sebetulnya memiliki fungsi yang sangat besar dan menjaga bencana alam. Namun jika pohon ditebang dengan besar- besaran maka akan mendatangkan tanah longsor, karena tidak ada yang menjadi

perekat pada tanah. Demikian halnya dengan fungsi tumbuhan dalam proses pengubahan energi sinar matahari menjadi energi kimia yang berlangsung dalam proses biologis photoplantis, tumbuhan menyerap karbondioksida di udara dan

mengubahnya menjadi klorofil 272 pada daun dan zat dasar gula pada batang dan rantingnya. 273 Dalam bahasa Al-Quran diasosiasikan dengan al-Khadhir atau bahan hijau (Q.S. al-'An'âm (6): 99 274

Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh- tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman

Klorofil memberi warna hijau pada pada tumbuh-tumbuhan. 273 Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah, h. 150-151.

274 Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau

Ayat ini termasuk ayat kunci dalam pembahasan mengenai tumbuhan yang merupakan entitas di alam yang unik. Keunikannya terletak pada daur ekologis yang dijalankannya sendiri. Oleh ar-razi, kandungan ayat ini merupakan salah satu argumen penting yang menunjuk pada kesempurnaan kreasi Tuhan dalam alam sekaligus di dalamnya mengandung ilmu, hikmah dan “budi baik” Tuhan kepada manusia dan lingkungan hidup. Pertanyaan yang kadang muncul dari kebanyak manusia adalah, bagaimana mungkin pohon yang terdiri dari kayu dengan asupan air yang sama bisa menghasilkan bermacam warna, rasa, bentuk dan karakteristik buah?

Di sinilah eksistensi dialektika hukum masing-masing elemen dalam lingkungan, sehingga muncul beragam warna kehidupan. Eksistensi itu berporos pada

kesempurnaan pengaturnya yang tidak ada kerancuan di dalamnya. 275 Fenomena- fenomena serupa mengenai hal ini dapat disimak pula dalam Q.S. al-Hajj (22): 63. 276

c. Udara dan Keterkaitan antar Unsur Fenomena pemanasan global yang sedang dihadapi manusia dewasa ini

merupakan proses panjang dialektika produksi manusia dan eksistensi udara 277 yang ada di sekitarnya. Ini berarti udara adalah faktor penting kestabilan iklim bumi. Jika

udara mengalami gangguan maka keseluruhan entitas di alam pun mengalami hal yang sama.

Salah ayat yang menjadi kunci dalam pembahasan ini adalah redaksi yang berbicara tentang distribusi angin dan awan. Ayat yang dimaksud terdapat pada Q.S.Fathir (35): 9

Lihat ar-Razi, Mafâtih al-Ghaib, juz 13, juz 7, h. 110-111. 276 Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah

bumi itu hijau 277 Udara memiliki karakter bergerak; datang dan pergi. Selanjutnya lihat James Stokley,

Awan dan Kabut dalam dalam Grolier International, Inc., Ilmu Pengetahuan Populer, h. 53.

Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianklah kebangkitan itu.

Ahmad Fuad Pasya menguraikan ayat ini dengan mengatakan bahwa ayat ini -untuk pertama kali dalam sejarah ilmu pengetahuan manusia- memberi pemahaman bahwa awan yang membawa hujan itu digerakkan oleh angin yang pengiriman dan distribuntuk usinya diatur oleh Allah. Perkembangan sains dan ilmu pengetahuan modern telah memberikan legitimasi tentang kenyataan yang diisyaratkan al-Quran ini. Observasi yang terhadap kenyataan ini juga berhasil mengungkap realita bahwa jika udara makin dingin, kemampuan angin untuk membawa uap air ke awan juga

makin berkurang. 278

Al-Quran menyebut angin dalam proses terbentuknya awan secara global dalam sebuah pernyataan yang menakjubkan dan memberikan sebuah arahan tentang keterkaitan antar unsur dalam alam dan angin adalah salah satu entitas yang penting dalam fenomena ini:

Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan- Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (Q.S. an-Nur (24): 43)

Dialektika unsur-unsur yang ada pada alam, baik air, bumi, udara, tumbuhan, hewan dan manusia dalam proses kehidupan merupakan proses simbiosis-mutualisme

yang sistematis dan indah, setiap unsur dalam elemen ini bersifat saling melengkapi,

Ahmad Fuad Pasya, Dimensi Sains, h. 159.

jika salah satu tidak terdapat pada alam, maka tidak akan terjadi sebuah kehidupan. Bumi tanpa air, akan menjadi gersang, demikian pula tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia tidak akan bisa hidup. Air tanpa bumi, udara, dan tumbuh-tumbuhan, tidak akan berfungsi dan tidak akan punya wadah, demikian seterusnya. Jadi tiap elemen dari alam adalah embrio kehidupan yang membentuk wujud dari segala entitas di bumi. Udara yang menghasilkan oksigen merupakan unsur kehidupan yang vital, manusia membutuhkan 90% oksigen di dalam otaknya agar semua sel yang ada pada mansuia berfungsi dengan normal. Sedangkan atmosfer bumi terdiri atas 78%

nitrogen, 21% oksigen, dan 1% gas-gas lain. 279

Oksigen merupakan zat yang paling signifikan, oksigen inilah yang paling banyak berperan dalam kehidupan makhluk hidup, gas ini yang turut berperan dalam mengatur reaksi kimia yang melepaskan energi dalam kehidupan makhluk hidup. Senyawa karbon C bereaksi dengan oksigen. Dan hasil dari reaksi ini adalah air, karbondioksida, dan energi. Maka kadar oksigen yang dibutuhkan harus sesuai, jika tidak maka kehidupan akan terancam musnah, seperti jika kadar oksigen dalam atmosfer naik 1% menjadi 21%, maka keselamatan kehidupan akan terancam, dan

pada kondisi yang demikian maka kebakaran akan meningkat. 280 Aspek lain dari atmosfer adalah kerapatannya. Kerapatan ini telah diatur

sedemikian tepat sehingga sesuai untuk bernafas makhluk hidup. Sebagaimana diisyaratkan Q.S. al-'Ankabût (29): 44. 281 Manusia dalam hidupnya membutuhkan

oksigen yang pas dan sesuai dengan kebutuhan. Yang demikian telah berjalan sesuai dengan hukum yang telah ditentuakan Tuhan. Tubuh telah menentukan sendiri kadar oksigen yang dibutuhkan, dalam setiap aktifitas, baik saat berlari, berjalan, tidur,

Quraish Shihab, Dia Dimana-Mana, h. 44. baca juga Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak,

h. 75. 280 Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 75-76.

281 Allah SWT., menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT., bagi orang-orang mu'min .

semua itu telah ditentukan kadar oksigennya sendiri dengan benar dan tepat. Saat manusia bernafas, oksigen meresap sekitar 300 juta ruang kecil dalam paru-paru. 282

Udara atau yang sering disebut oksigen (O 2 ) mengalami perputaran melalui angin yang bergerak secara horizontal dari udara di permukaan bumi dan di atas atmosfer. Gerakan angin yang dinamis adalah akibat perbedaan tekanan udara yang berubah-ubah disebabkan perubahan siang dan malam dan perubahan posisi matahari pada pergantian musim. Pergantian tersebut yang menyebabkan tekanan udara yang berubah dimana arah angin bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah

yang bertekanan rendah. Angin berpengaruh dalam terhadap terjadinya arus dan ombak di laut, demikian juga badai hujan di daratan dan lautan. Demikian juga badai

pasir di daerah sahara. 283 Dalam Q.S. ar-Rûm (30): 48 disebutkan:

Allah SWT., Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah SWT., membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira .

Ayat ini hendak mempertegas bahwa angin memiliki kemampuan menggerakkan partikel-partikel kecil di udara kemudian mengirimkannya ke awan menjadi butiran kecil (partikel air) dan menghasilkan hujan. Adapun dalam dunia flora, angin mampu membantu pembuahan pada tanaman.

Oksigen memiliki arti penting bagi kehidupan karena gas ini terlibat dalam sebagian besar reaksi kimia yang melepaskan energi yang dibutuhkan setiap makhluk

Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 77. 283 Saryono, Pengelolaan, h. 85.

hidup. Senyawa karbon (C) bereaksi dengan oksigen. Hasil reaksi ini adalah air, karbondioksida (CO2) dan energi. Ikatan kecil energi yang disebut Adenosinetriphosphate (ATP) dan digunakan oleh sel hidup, dihasilkan dari reaksi ini. Karena inilah setiap makhluk hidup selalu memerlukan oksigen untuk hidup, dan

bemafas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 284 Bahkan, akar dan organisme dalam tanah pun membutuhkan oksigen untuk pernafasan. Akar-akar memerlukan hal itu

pula agar dapat menghisap zat makanan dan air secara mencukupi. Oksigen sangat penting untuk berbagai macam aktifitas dalam tanah termasuk pengikatan nitrogen

dan nitrifikasi. Karena kebutuhan oksigen ini, maka jumlah gas biasanya lebih rendah pada tanah daripada di atmosfer luar. Namun jika tanah berpori-pori, maka ketidakseimbangan ini dapat dikurangi karena oksigen menyebar dari atmosfer ke dalam tanah. 285 .

Proses Fotosintesis

Fotosintesis adalah titik tolak dalam pembuatan zat makanan yang alamiah. Pigmen hijau klorofil yang dimiliki tumbuhan, cahaya matahari atau cahaya gelombang panjang sangat penting dalam proses ini. Bahan baku yang dibutuhkan berupa air dan karbondioksida. Prosesnya, air terlebih dahulu dihisap dari dalam tanah melalui akar tumbuhan. Karbondioksida kemudian didapat dari udara, gas itu memasuki tumbuhan melalui pori-pori yang disebut stomata dalam daun. Dengan adanya zat hijau daun dan cahaya matahari, air dan karbondioksida bereaksi secara kimia untuk membentuk oksigen dan gula yang dikenal dengan sebutan glukosa atau unsur makanan dari kelompok karbohidrat. Sebagian tinggal di dalam tumbuhan, dan

selebihnya keluar ke udara melalui stomata tadi. 286 Proses fotosintesis secara faktual baru terungkap pada sekitar tahun 1600-an,

yaitu sekitar 300 tahun setelah dimulainya penelitian mengenai fisiologi dan biokimia

Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 75. 285 Grolier International, Inc., Ilmu Pengetahuan Populer (Jakarta: PT. Widyadara, 2005) jilid

6, h. 21. 286 Grolier International, Inc., Ilmu Pengetahuan Populer, h. 3.

tumbuhan oleh para ahli tumbuhan. Pada tahun 1804, seorang ahli tumbuhan bernama De Saussure sampai pada satu kesimpulan bahwa ada dua tipe gas yang dipertukarkan pada proses ini. Satu dihasilkan saat ada sinar matahari, dan satu lainnya pada saat

gelap. Ditemukan bahwa bagian hijau tumbuhan menyerap CO 2 , dan melepaskan O 2 pada saat kehadiran sinar matahari. Temuan ini tampaknya menjadi dasar bagi pemikiran lebih lanjut. Setelah temuan ini, maka banyak temuan penting lain mengikutinya.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat proses terjadinya proses fotosintesis yang dirumuskan sebagai berikut:

6H 2 O + 6CO 2 + Cahaya matahari

Artinya: air dan karbondioksida dengan bantuan energi matahari menghasilkan gula/glukosa dan oksigen. Secara terperinci, yang terjadi dalam reaksi kimia itu adalah 6 (enam) molekul air (H 2 O) bergabung dengan 6 (enam) molekul karbondioksida (CO 2 ) melakukan reaksi yang memperoleh energi dari sinar matahari. Saat reaksi selesai, hasilnya adalah 1 (satu) molekul glukosa (C 6 H 12 O 6 ), suatu bentuk gula sederhana dan merupakan elemen makanan yang penting, dan 6 (enam) molekul

gas oksigen (O 287

2 ) yang penting untuk proses pernapasan. Untuk lebih memahami proses ini, berikut gambarnya:

Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 242.

Gambar 3.4. Proses terjadinya fotosintesis pada pohon. Sumber: Hadi S. Ali Kodra, "Kapasitas Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup", Diktat Kajian Islam

Komprehensif (Jakarta: Pascasarjana UIN, 2007) h. 11. t.d.

Dalam gambar ini diketahui bahwa tumbuhan memiliki fungsi yang tidak kecil dalam sistem alam. Reaksi yang tampaknya sederhana ini, secara alami hanya terjadi pada tumbuhan dengna pola yang tepat. Dari proses ini pula tumbuhan menghasilkan buah, daun-daun hijau dan makanan terbesar bagi semua makhluk

hidup; 288 binatang pemakan tumbuhan (herbivora) memperoleh asupan glukosa secara langsung dengan memakan bagian-bagian tumbuhan, sedangkan binatang

pemakan daging (karnivora) memperoleh glukosa dari memakan binatang lain, terutama binatang pemakan tumbuhan. Demikian juga serangga-serangga perombak, memperoleh asupan dari sisa-sisa tumbuhan dan bangkai binatang. Manusia tidak terkecuali. Energi yang kita miliki dihasilkan dari sumber yang sama. Kentang,

Lihat misalnya Q.S. ar-Ra'd (13): 4 yang berbicara tentang proses reproduksi pohon yang dibantu dengan asupan air dari tanah, kemudian dari hal itu muncul beragam bentuk, warna dan karakter tumbuhan yang bermacam-macam untuk kepentingan berbagai spesies di bumi. Lihat Afzalur Rahman, Ensiklopediana, h. 188.

Sel tumbuhan, tidak sebagaimana sel manusia atau binatang, dapat menggunakan secara langsung energi matahari. Tumbuhan akan mengubah energi matahari menjadi energi kimia, dan menyimpannya dalam bentuk nutrien dengan cara yang khusus. Jumlah oksigen yang diproduksi tumbuhan di bumi adalah sekitar 200 miliar ton per tahun. Produk ini sangat vital pada semua makhluk hidup di dunia. Fenomena tumbuh-tumbuhan dengan bentuk ini menjadi bahan penting dalam

merumuskan keseimbangan antar entitas di bumi. Pertanyaan kemudian adalah, mengapa hanya cahaya matahari yang dapat merangsang molekul klorofil untuk berproses dalam fotosintesa? Menurut George Greenstein, seorang ahli perbintangan (astronomi), yang sekaligus seorang yang meneliti evolusi makhluk hidup,

memperkirakan bahwa hanya satu peluang dari 10 25 kemungkinan bahwa matahari akan menyediakan jenis cahaya yang penting dan ada molekul makhluk hidup yang

mampu memanfaatkan cahaya tersebut. Dengan demikian, kecil kemungkinan unsur panjang gelombang dan unsur klorofil dapat bertemu. Ini adalah bukti nyata akan adanya suatu proses yang disengaja diadakan dan dirancang dengan sangat baik. Dengan kata lain, terdapat pencipta tunggal yang mengatur cahaya matahari dan molekul tumbuhan agar berinteraksi secara harmonis dan mendukung terjadinya suatu

kehidupan di bumi. 289 Sebagaimana diuraikan di atas, tumbuhan adalah entitas dalam alam yang

sangat penting untuk kelangsungan kehidupan makhluk lainnya. Disamping menghasilkan bahan makanan, proses fotosintesis yang dilakukan tumbuhan juga menghasilkan oksigen. Oksigen adalah bahan untuk bernapas bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia dan binatang. Apabila tidak ada tumbuhan sebagai penghasil oksigen, maka persediaan oksigen di udara suatu saat akan habis dan hal tersebut akan menjadi akhir dari semua makhluk hidup di bumi ini. Sebagai hasil

Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 243.

akhir proses bernafas adalah karbondioksida (CO 2 ) yang menjadi bahan baku bagi proses fotosintesis. Produktivitas fotosintesis diukur dengan menghitung tingkat keluaran oksigen. Produktivitas tertinggi terjadi pada pagi hari, di mana sinar matahari mulai muncul. Pada menjelang siang, maka daun mulai "berkeringat", dan fotosintesis meningkat. Pada sore hari, fotosintesis mulai menurun. Pada malam hari, saat hari mulai gelap, dan suhu mulai menurun, maka "keringat" mulai hilang dan daun beristirahat. Keseharian dalam proses ini adalah bentuk pergerakan massa oksigen

yang terus terjadi di udara. 290

Siklus antar sistem di alam berjalan dengan daur ulang yang sistematis. Binatang terus-menerus menghirup oksigen dan menghasilkan karbondioksida. Tumbuhan melakukan sebaliknya, karbondioksida dihirup untuk hidup, dan sebaliknya mengeluarkan oksigen. Berkat sistem ini, kehidupan terus berlanjut. Tumbuhan melepaskan jutaan ton oksigen ke atmosfer setiap hari. Tanpa kerjasama dan keseimbangan dari dua kelompok makhluk hidup yang berbeda ini, planet kita tidak mungkin dijadikan tempat hidup. Misalnya, jika makhluk hidup hanya menghirup karbondioksida dan melepaskan oksigen, maka atmosfer bumi akan mengakomodir kemungkinan kebakaran jauh lebih besar dari sekarang. Bahkan percikan api kecil saja sudah dapat menyebabkan kebakaran yang dahsyat. Kenaikan peningkatan kebakaran hutan adalah 70% untuk setiap penambahan 1% oksigen di atmosfer. Sebaliknya, jika seluruh makhluk menghirup oksigen dan melepaskan karbon- dioksida, kehidupan pada akhirnya akan musnah ketika seluruh oksigen telah habis digunakan.

Kekhawatiran ini telah tampak dalam lingkungan manusia dengan adanya kadar karbondioksida yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik, kendaraan bermotor dan aktifitas manusia yang bergantung pada bahan bakar fossil telah melebihi kadar yang

William P. Cunningham dan Barbara Woodworth Saigo, Environmental Science, h. 374.

seharusnya untuk ukuran alami pada efek rumah kaca, sehingga proses penyerapan dan fotosintetis pada tumbuhan dianggap kurang efektif, terlebih melihat oksigen yang merupakan unsur yang sangat mudah bereaksi, perubahan dalam komposisi suhunya juga memberikan berbagai tekanan atas kehidupan hewan dan tumbuhan. Maka proses pemanasan global pun tak dapat dihindari. Hal ini karena –di antaranya- ketidaksanggupan tumbuhan dalam menyerap karbondioksida di udara, apalagi melihat realitas tindakan manusia yang menggunduli hutan, menebang pohon dengan dasar keuntungan semata, maka ketersediaan pohon hijau menjadi menipis dan

perubahan iklim pun terjadi. Pencemaran udara banyak dilakukan oleh sektor industri tambang. Permasalahannya berkembang karena perusahaan yang melakukan penambangan tidak melakukan rehabilitasi atas hal itu 291 . IPCC memperkirakan, keadaan oksigen

yang seperti ini berimplikasi pada peningkatan suhu satu derajat celcius pada 2030, dan peningkatan keseluruhan sebesar tiga derajat celcius. Model ini memperkirakan bahwa udara permukaan menjadi panas lebih cepat di atas tanah daripada di atas lautan. Pemanasan juga diramalkan akan lebih tinggi daripada rata-rata di garis

lintang utara yang besar dan lebih rendah di daerah tropis. 292 Hal yang demikian menjadi pemicu penting dalam terjadinya pemanasan global. Dengan

ketidakseimbangan ini maka peningkatan GRK dalam atmosfer terus berjalan dan membahayakan sistem iklim bumi. 293