Sunnatullah pada Alam: sebuah hukum penciptaan

A. Sunnatullah pada Alam: sebuah hukum penciptaan

Alam secara keseluruhan merupakan wujud yang diciptakan oleh Tuhan. Sebagai pencipta, Tuhan pasti juga merawat dan menjaganya, karena Tuhan tidak mungkin membuat penciptaan yang sia-sia atau melepas ciptaan-Nya begitu saja. Dalam al-Quran ditegaskan bahwa Tuhan yang menciptakan alam, dan Tuhan juga sebagai pemelihara dan pemberi petunjuk dalam pemeliharaan-Nya.

Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya); dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk. (Q.S. al-A'lâ (87):2-3)

Menurut Thanthawi Jauhari, kadar penciptaan Tuhan pada ayat ini menunjuk pada sebuah pemahaman bahwa alam disediakan untuk manusia dalam keadaan yang seimbang dan sempurna. Artinya, jika kehidupan tidak dalam kondisi yang teratur;

Sebelumnya, Greg Soetomo pernah berbicara tentang integrasi iman dan ilmu -atau dalam terminologinya ia memakai pula kata religiositas dan sains- yang saling berkaitan. Dalam tulisannya ia menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran revolusioner dari sains modern menuju sains baru yang mempertanyakan kembali problem filosofis dan teologis secara radikal. Pergerakan yang dimaksud Greg berlangsung dari kosmologi non-religius, alam semesta yang digambarkan secara mekanis dan materialis, menuju kosmologi yang penuh dengan nuansa religius. Lihat Greg Soetomo, Sains dan Problem Ketuhanan (Jakarta: Kanisius, 2002) cet. 6, h. 14-15.

matahari dan bulan tidak berputar pada porosnya; unsur-unsur dalam tumbuhan tidak sesuai dengan porsinya; organ pada manusia dan hewan tidak dengan ketentuan yang

khas, maka sesungguhnya alam tidak akan pernah berwujud. 332 Dalam proses penjagaan dan pengaturan inilah yang dimaksud dengan hukum-hukum Tuhan pada

ciptaan-Nya yang telah ditentukan sesuai dengan ukuran ciptaan tersebut, yaitu bagaimana Tuhan menentukan hukum pada air, udara, flora, laut, langit, manusia dan semua entitas yang ada pada alam. Dalam penciptaan-Nya, Tuhan menentukan berlakunya hukum alam, yang diciptakannya selalu dalam keadaan seimbang dan

dalam presisi keteraturan yang sangat tinggi. Hal ini berlaku dari tingkatan terkecil berupa sel sampai pada tingkatan yang sangat luas seperti alam raya. Musa Asy’ari menyebutnya sebagai "Mekanisme Alam" yang merupakan keterkaitan antara alam besar berupa air, udara, bumi, langit, dan manusia dengan alam kecil berupa udara

panas, bumi gersang, tandus dsb. 333 Segala fenomena yang terjadi pada lingkungan tentu karena adanya faktor

yang melatarbelakanginya. Dalam konteks perubahan iklim, emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang tertimbun di atmosfer yang berasal dari zat-zat hasil produksi manusia seperti karbondioksida, metana, CFC dan sebagainya telah melebihi kadar alami

dalam efek rumah kaca. 334 Hal ini adalah sebab langsung atau tidak langsung dari terjadinya pemanasan global. P.M. Kelly, seorang ilmuan Inggris, melakukan

penelitian untuk kelompok pecinta lingkungan, Greenpeace, menegaskan bahwa negara-negara industri bertanggung jawab atas 90 persen dari emisi GRK yang masih

Untuk itulah kenapa Muhammad saw., selalu memberikan bimbingan untuk memberikan porsi yang sesuai ukuran bagi asupan makanan dan minuman dalam tubuh; sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk oksigen. Takaran yang demikian adalah kadar tertentu bagi tubuh agar organ tetap berjalan sesuai komposisinya. Jika kadarnya melebihi takaran, maka organ terasa sesak untuk bekerja. Lihat Tanthâwî Jauharî, al-Jawâhir fî Tafsîr al-Qurân, (selanjutnya disebut al-Jawâhir), (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.) juz 11, jilid 11, h. 49.

333 Musa Asy’arie, Filsafat Islam: Sunnah Nabi dalam Berfikir (Yogyakarta: LESFI, 2002) cet. 3, h. 201.

334 Pada zaman pra-industri, konsentrasi GRK hanya 290 ppmv, sekarang mencapai 360 ppmv, bahkan diperkirakan pada 2050 mencapi 550 ppmv. Lihat Daniel Murdiyarso, Konvensi Perubahan

Iklim (Jakarta: Kompas, 2003) cet. 1, h. xiii.

tertimbun dan berlangsung terus menerus di atmosfer. 335 Dengan demikian, alam adalah fenomena, semua sistem yang ada pada alam merupakan satu kesatuan yang

harus berjalan seimbang dan tidak boleh timpang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, berlaku atasnya hukum-hukum yang harus dihormati. Bagaimanapun, salah satu penentu keseimbangan alam adalah penghormatan atas hukum-hukum itu dengan senantiasa melakukan pemeliharaan terhadap lingkungan hidup.

Dalam sektor energi penggunaan secara bebas akan berdampak pada habisnya cadangan energi, terutama yang bersumber dari gas minyak bumi. Sebagaimana diketahui bahwa energi masuk dalam kategori yang tidak dapat diperbarui (non- renewable resources ) sehingga menuntut penggunaan secara efisien namun berkelanjutan. Kenyataannya, upaya tersebut terhambat oleh produksi negara-negara industri dunia yang telah mengeksploitasi sumber daya bahan bakar fosil dalam skala besar. Proses-proses produksi ini berpotensi menimbulkan gangguan ekologis dan penderitaan manusia yang belum pernah terjadi di masa lalu. Penggunaan minyak yang berlebihan telah menimbulkan beberapa efek negatif seperti meluasnya penggunaan alat transportasi, sebagian minyak tertumpah di laut sehingga mengganggu siklus makanan laut serta menciptakan bahaya-bahaya ekologis yang belum banyak difahami, pertambangan di bawah laut menyebabkan kerusakan pada kesehatan para pekerja dan menciptakan konsekuensi lingkungan yang rusak.

Kerusakan yang paling banyak terhadap lingkungan dan kesehatan manusia bersumber dari pembakaran batu bara. Proses pembakran batu bara memancarkan asap, debu, gas dan berbagai senyawa organik dalam jumlah besar, di antaranya sulfur dioksida yang dapat merusak paru-paru. Tidak hanya itu proses ini juga mernghasilkan sulfur dan nitrogen dioksida yang merupakan polusi udara paling berbahaya yang tidak dapat dilihat, dan bercampur dengan proses turunnya hujan, ketika hujan yang mengandung asam tersebut turun di danau, maka berbagai ikan,

Amerika Serikat, Uni Soviet, Cina, Jerman, Jepang dan Inggris adalah negara-negara dengan emisi CO2 yang terbesar. Gabungan emisi mencapai 2/3 dari seluruh CO2 dunia. Lihat Hira Jhamtani dalam pengantarnya pada buku Gerald Foley, Pemanasan Global, h. xv.

serangga, tumbuh-tumbuhan dan bentuk-bentuk kehidupan lainnya menjadi mati, dan lambat laun danau itu akan mati sebagai akibat dari keasaman yang tidak dapat

dinetralisasi lagi. 336 Alam adalah kesatuan yang saling berkaitan. Keseimbangan alam merupakan

pondasi dasar penciptaannya yang terstruktur dan sistematis. Penafsiran al-Quran

berikut ini dapat dijadikan sebagai konsepsi yang menggambarkan hal ini:

(Rabb) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Qur'an, Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara, Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan, Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya, Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan), Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu, Dan tegakkanlah timbangan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (Q.S. ar-Rahman (55): 9)

Susunan ayat di atas memberikan pemahaman bahwa ada proses yang padu yang terjadi dalam berjalannya alam semesta. Setiap unsur dalam alam memiliki peran masing-masing. Pendekatan Islam terhadap lingkungan bersifat holistik. Semua ciptaan saling berhubungan satu sama lain. Apapun yang terjadi terhadap satu jenis ekosistem, akan berdampak pada keseluruhan sistem. Konsep keseimbangan dalam teks al-Quran di atas merupakan kunci dari keserasian dan keteraturan alam. Seluruh hukum fisika, kimia dan biologi yang dinyatakan sebagai temuan pakar Iptek, yang

Pritjof Capra, Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat, dan Kebangkitan Kebudayaan, terj. M. Thoyibi (Yogyakarta: Jejak, 2007) cet. 7, h. 283-284.

telah merubah peradaban manusia pada dasarnya bermula dari konsep keseimbangan Ilahi.

Prinsip pokok ekologi adalah keanekaragaman kehidupan dan peranannya sehingga bumi dapat dihuni. Semua makhluk hidup mempunyai hak untuk hidup dan berkembang di alam ini. Tidak saja karena memiliki nilai guna bagi manusia, akan tetapi keberadaannya akan menjadi penyeimbang harmoni dan proporsi dari ciptaan Allah. Manusia adalah satu dari sekian macam hasil ciptaan Tuhan yang hidup berdampingan satu sama lainnya. Kehidupan manusia sangat bergantung pada

kehidupan dan energi serta proses dalam jaringan sistem yang luas dan rumit. Setiap unsur dalam alam merupakan ekosistem, yakni sistem memberi dan menerima antar satu dengan yang lain. Tanah, air dan udara melalui manusia serta hewan dan tumbuhan adalah daur material yang akan kembali ke tanah, air dan udara. Charles H. Southwick mengatakan, bahwa setiap energi yang menjadi penggeraknya berasal dari matahari yang ditangkap oleh tumbuhan dalam makanan yang dibuatnya dalam

proses fotosintesis. 337 John W. Kimball menyebutkan, bahwa energi matahari bagi tumbuhan

diperlukannya untuk mempersatukan atom-atom di dalam persenyawaan yang lazim disebut makanan. Makanan tersebut kemudian dipergunakan oleh tumbuhan, oleh

hewan yang memakan tumbuhan atau hewan carnivora, 338 dan oleh manusia yang memakan tumbuhan dan hewan. Kehidupan setiap organisme dalam ekosistem saling

memberi pengaruh, sebagaimana tiap organisme itu harus mengatasi keadaan lingkungan fisik, demikian pula harus mengatasi masalah dan kesempatan yang

ditimbulkan oleh organisme lain yang hidup dalam komunitasnya. 339

Charles H. Southwick, Ecology and the Quality of Our Environment (London: D. Van Nostrand Company International, 1972) h. 115.

338 Hewan pemakan daging 339 Dramatisasi dari pernyataan ini dapat disimak dari sebuah penalaran sebagai berikut:

kebesaran Inggris tergantung pada perawan tuanya. Artinya, kekuatan Inggris terletak pada angkatan lautnya yang pada gilirannya bergantung pada kesehatan pelautnya. Kesehatan dijaga dengan memberi makan daging sapi panggang yang diberi makan klover (legum yang kaya dengan protein). Penyerbukan klover dilakukan oleh tawon besar yang sarangnya selalu diincar oleh tikus ladang. Tikus

Albert Einstein, seorang ilmuan besar, pernah memberikan kesaksian yang begitu menarik perhatian,

Lewat alam semesta ini, saya harus mengakui bahwa di sana terdapat suatu intelegensi yang begitu unggul. Dengan rendah hati, saya mengagumi keunggulan yang tiada batasnya yang tampak hingga hal yang paling kecil sekalipun. Semuanya itu dapat kita lihat dengan kemampuan intelegensi kita

yang tidak seberapa ini 340 .

Melalui pernyataan ini, Einstein tentu tidak berpretensi untuk bersaksi mengenai Allah SWT., atau menunjuk adanya Allah SWT., secara langsung sebagai sebab di balik ayat alam semesta yang penuh dengan misteri yang mengagumkan. Ia hanya menunjuk berbagai fenomena empiris yang diamati baik secara langsung maupun tidak langsung, dan ternyata memberikan sebuah kekaguman yang tidak

mudah dicerna melalui kaidah-kaidah sains (Q.S. al-Hijr (15): 21-22). 341 Kandungan ayat ini memberikan pandangan bahwa semua keseimbangan alam memberikan

manfaat, tidak saja bagi manusia akan tetapi bagi seluruh makhluk. Akan tetapi titik tekan ayat ini bertumpu pada Tuhan Yang Maha Pemberi. Artinya, Tuhan menghendaki keteraturan itu dengan hukum-hukum yang ditetapkan bagi alam.

ini jadi mangsa kucing dan tentu saja kucing dipelihara oleh perawan tua. Meski penalaran ini agak aneh, akan tetapi memberikan gambaran kenyataan bahwa tiap perubahan dalam lingkungan tidak saja menpunyai akibat langsung (banyak kucing = lebih sedikit tikus ladang) tetapi juga akibat tidak langsung yang menjalar ke seluruh komunitas organisme hidup dalam ekologi. Lihat John W. Kimball, Biologi (Jakarta: Erlangga,2006) cet. 5, h.1022.

L. Leahy, SJ., Filsafat Ketuhanan Kontemporer (Jakarta: Kanisius BPK Gunung Mulia, 1993) h. 84. lebih jauh mengenai Einstein dalam kaiannya dengan kesaksian semacam ini, baca Max Jammer, Einstein and Religion: Physics and Theology (New Jersey: Princeton University Press, 1999)

341 Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. Dan kami Telah meniupkan angin untuk

mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya

Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah kemudian menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah (Q.S. al-Hajj (22): 5)

Isyarat dalam ayat ini adalah berjalannya sunnatullah dalam tumbuh- kembangnya tumbuhan. Terdapat indikasi ilmiah pada pengaruh air terhadap butiran- butiran debu tanah yang mengaduknya sehingga butiran-butiran tanah menjadi tanah liat yang hidup kemudian semakin membesar yang mengakibatkan ia dapat menyimpan air irigasi hingga waktu pengecambahan. Dengan demikian air dapat tertahan dalam tanah tersebut. Setiap proses dalam sistem ekosistem, dalam al-Quran

Tuhan menyebutnya kadar muatan prosesnya sebagai "kadar tertentu", seperti yang tercantum dalam Q.S. al-Mu'minûn (23): 18 342

Penelitian dalam bidang ilmu tumbuhan menunjukkan bahwa unsur-unsur tanah dan jaringannya yang mati ketika disiramkan air di atasnya, akan larut dan bercampur. Hal tersebut memudahkan sampainya ke benih dan akar tanaman di mana ia berubah menjadi sel dan jaringan yang hidup. Oleh karenanya, ia terlihat hidup dan

bertambah besar. 343 Hubungan antar ekosistem dalam alam berlangsung sedemikian kaya dan berlangsung dengan sistem yang teratur dan bekerjasama. Tiap unsur saling

membutuhkan satu dengan yang lain. Tanaman membutuhkan karbondioksida dari udara dan air yang disediakan dalam tanah serta energi yang berasal dari matahari melalui proses fotosentesis. Semua ini diproses oleh tumbuhan untuk menghasilkan gula, serta melepaskan oksigen ke udara sebagai hasil sampingannya. Sementara gula dari tumbuhan tersebut dikonsumsi oleh binatang-binatang yang digunakan untuk memproduksi energi hidup, disertai pembuangan karbondioksida ke udara dan

pengeluaran air ke dalam tanah dalam bentuk urine. 344

Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu

menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkan.

343 Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah dalam al-Quran, (selanjutnya disebut Mukjizat), (Jakarta: Penerbit Akbar, 2007) cet. 6, h. 146-147.

344 John W. Kimball, Biologi, h. 954.

Pemanasan suhu permukaan bumi dan perubahan iklim dalam kaitannya dengan gejala-gejala alami yang tidak menguntungkan manusia seperti datang dan perginya musim yang tak menentu, krisis pangan, rusaknya ekosistem, hilangnya keanekaragaman hayati, pencemaran udara, air dan tanah jelas bencana alam dengan faktor antropogenik demikian besar di dalamnya, sehingga mengharuskan manusia yang arif untuk berpikir dan berupaya keras memperbaiki segala tindak-tanduknya di muka bumi. Manusia bisa saja menjauh dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu, namun yang pasti, bahwa sadar atau tidak isu lingkungan hidup telah menjadi persoalan yang

kompleks melibatkan banyak disiplin ilmu, bahkan menyentuh ruang-ruang pembicaraan ideologi. Islam yang meyakini keseluruhan alam tercipta dengan sunnatullah tentu memberikan penekanan akan pentingnya memperlakukan alam sesuai dengan kadar dan hukum yang diberlakukan di dalamnya. Melalui itu, kesadaran diri akan tercipta dan berimplikasi pada perlakuan etis manusia terhadap lingkungannya.

Quraish Shihab menyatakan, bahwa dalam alam, ada karakteristik natural dan hukum-hukumnya; benda langit berputar pada porosnya, air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, rumput menjadi hijau, kering, subur bahkan layu. Semua itu beroperasi mengikuti logika hukum alam yang telah diciptakan

dengan takaran masing-masing (Q.S. ar-Ra'd (13): 8). 345 Takaran dalam komposisi alam adalah taqdîr bagi alam, atau sepadan dengan penggunaan sunnatullah dalam

arti ada kepastian hukum dalam penciptaan. Doktrin kepastian ini juga dinamakan qadar (ukuran yang persis dan pasti), sebagaimana ditemukan dalam teks ayat:

ٍﺭﺪﹶﻘِﺑ ﻩﺎﻨﹾﻘﹶﻠﺧ ٍﺀﻰﺷ ﱠﻞﹸﻛ ﺎﻧِﺇ (Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan aturan

yang pasti ). Karena itu, salah satu makna iman kepada qadar dalam perspektif kosmologis ini adalah percaya kepada adanya hukum-hukum kepastian yang

Quraish Shihab, "Iptek Berwawasan Moral: Tinjauan Quran dan Sunnah", dalam Mastuhu (ed), Iptek Berwawasan Moral (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2007) cet. 1, h. 102-103.

menguasai alam sebagai ketetapan dan keputusan Allah yang tidak bisa dilawan. 346 Dengan begitu, dapat diperoleh kejelasan bahwa pengabaian terhadap takaran dalam

alam dapat berpengaruh terhadap semua sistem yang dengannya setiap makhluk hidup dalam jaringan ekologi menggantungkan dirinya.

Kembali ke persoalan perubahan iklim, jika dalam hukum alam itu terdapat komposisi yang seimbang antar sistem di bumi, maka apa yang sedang terjadi berupa pemanasan global saat ini adalah serangkaian interaksi yang tidak seimbang, dimana gas karbondioksida yang di atmosfer mengalami penimbunan dengan jumlah yang

lebih besar dan cenderung bertambah dari waktu ke waktu. 347 Tumbuhan yang

mengalami proses fotosintesa dengan menyerap karbondioksida, tak lagi mampu karena jumlahnya yang tidak seimbang, bahkan terus berkurang karena faktor manusia sendiri yang mengambil keuntungan semata. Katerkaitan antar potensi tumbuhan dengan emisi karbondioksida yang terus bertambah, seharusnya tidak hanya dilihat dari sektor itu saja, akan tetapi entitas lain yang menjadi pendukung terhadap keseimbangan ini pun perlu terus diperhatikan, di antaranya daur air, daur hara, dan kandungan mineral di bawah tanah. Dalam penilitian yang dirilis Walhi menjelaskan, bahwa kemampuan serap tumbuhan atas karbondioksida berjalan tidak konstan karena kondisi mikrolimatik seperti kelembaban, kesuburan, tanah dan usia

tumbuhan yang terganggu, 348 terlebih jika hutan yang merupakan tempat bagi banyak pohon telah beralih fungsi sehingga ekosistemnya menjadi tidak stabil. 349 Antara

News merilis sebuah penelitian yang berlangsung selama 20 tahun yang menganalisa

30 titik di Kutub Utara. Penelitian tersebut membuktikan bahwa kemampuan pohon menyerap karbondioksida (CO2) terus menurun. Memang, gas karbondioksida yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia biasanya diserap oleh pohon dan laut, untuk

Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992) cet. 1. h. 291.

347 Nominal penimbunannya dapat disimak secara lengkap pada bab sebelumnya. 348 Walhi, Kenali Perubahan Iklim, Resiko dan Masalahnya (Jakarta: Penerbit Walhi, 2007) h.

36. 349 Center for International Forestry Research, Forest and Climate Change: Tough but Fair

Decision Needed (Bogor: Cifor News, 2007) h. 1.

kemudian dilepaskan pada masa yang akan datang. Tapi ini bukanlah akhir dari siklus karbon. 350 Dengan semakin melimpahnya emisi gas yang antropogenik tersebut, maka

hukum alam pada tumbuhan yang memiliki peran menyerap karbondioksida tak lagi mampu memerankan perannya. Bahkan dengan temperatur yang semakin tinggi akibat perubahan iklim tidak hanya meningkatkan laju pertumbuhan pohon dan tanaman di seluruh dunia, tetapi juga memicu emisi CO2 yang berlebihan. Pohon kemudian berubah peran dari penyerap CO2 menjadi produsen gas karbon melalui proses penguraian yang lazim terjadi pada musim-musim akhir pertumbuhannya.

Dalam laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2004 yang disampaikan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dinyatakan bahwa terdapat 10 isu lingkungan yang perlu diperhatikan mengingat keadaannya yang semakin mengkhawatirkan, yaitu: pencemaran udara dan kerusakan atmosfer, kebutuhan akan sumber daya air dan pencemarannya, kerusakan dan pencemaran daerah pesisir dan laut, kerusakan hutan dan lahan yang menjadi rumah bagian jutaan spesies tumbuhan, kerusakan daerah aliran sungai, degradasi dan keamanan keanekaragaman hayati, kebutuhan dan diversifikasi energi, limbah-limbah domestik, serta bencana lingkungan hidup dan alam. Keterkaitan antar isu menunjukkan bahwa seluruh unsur di alam ini mempunyai nilai. Sementara itu manusia pada umumnya menganggap enteng nilai SDA yang mendukung kehidupannya, termasuk kualitas udara, air minum, dan kemampuan alam untuk mendukung berbagai perikehidupan di dunia. Manusia jarang memiliki persepsi tentang kebutuhan dan ketergantungannya kepada alam. Pelayanan alam atau lebih sering disebut layanan ekosistem atau layanan lingkungan hidup (environmental services) menjadi sangat penting ketika

kemampuan alam menurun karena kerusakan. 351

Antara News, "Pohon Bukan Salah Satu Solusi Perubahan Iklim", pada http:// www. antara. co.id, diakses pada 5 Maret 2008. 351 Wahana Langit Biru Bumi Hijau (Walibumhi), "Pengendalian Kerusakan Sumberdaya

Alam dan Lingkungan Hidup Melalui Fungsi Kontrol dan Pengawasan Legislatif", Diktat Workshop Nasional Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Rangka Pelaksanaan Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi (Inpres No 3/2006) dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan Yang

Menurut Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) dalam laporan pertamanya menyebutkan bahwa konsentrasi CO2 terus bertambah 0,5 % per tahun. Jumlah ini terus bertambah seiring ketergantungan manusia pada produksi industri dan hanya memiliki waktu yang relatif singkat untuk mencegah datangnya

efek terburuk dari perubahan iklim. 352 Namun waktu dan bukti-bukti ilmiah haruslah dijadikan sebagai panduan untuk bertindak, dan tidak ada solusi lain kecuali

menormalkan gas-gas entropogenik sehingga suhu bumi menjadi konstan sesuai hukum alamnya. Dengan begitu, hukum alam memiliki dua kemungkinan; menjadi

ramah kepada manusia, atau memberikan perlawanan atas perlakuan manusia terhadapnya. Jika hukum-hukum yang menyertai perjalanan alam diperhatikan, maka simbiosis-mutualisme pun berjalan baik. Sebaliknya, jika alam diremehkan, maka jiwa manusia menjadi taruhannya.