52
c. Memgetahui perannya di lingkungan keluarga dan masyarakat untuk persiapan masa dewasa nanti.
d. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan- tindakannya dan sebagai pandangan hidup.
e. Mengetahui, memahami dan mengembangkan bakat dan minatnya. f. Mencapai kemandirian emosional.
g. Mengembangkan
kemampuan komunikasi
interpersonal dan
intrapersonal.
5. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Atas SMA
Siswa Sekolah Menengah Atas memiliki pada umumnya merupakan remaja yang berusia antara 15 hingga 18 tahun. Usia 15 hingga 18 tahun
menurut Konopka dalam Syamsu Yusuf, 2006 : 184 termasuk dalam kategori remaja madya atau remaja pertengahan. Masa remaja usia SMA seperti masa-
masa perkembangan lain, memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang khas atau unik. Berikut ini merupakan karakteristik remaja usia SMA berdasarkan
pendapat beberapa ahli : Remaja usia SMA yang tergolong dalam tahap pemikiran operasional
formal menurut Piaget dalam Desmita 2005: 195 remaja sudah dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis. Selain itu, remaja juga sudah mampu untuk
berpikir secara sistematik untuk memecahkan permasalahan. Pada masa ini, remaja memecahkan masalah dengan membuat perencanaan kegiatan terlebih
53
dahulu dan berusaha mengantisipasi berbagai macam informasi yang akan diperlukannya untuk memecahkan masalah.
Selain karakteristik khas berdasarkan kognitif, remaja usia SMA juga memiliki keunikan dari sisi perkembangan moral. Menurut Kohlberg dalam
Desmita 2005 : 207 remaja berada pada tahap penalaran konvensional. Pada tahap ini tingkatan moralitas remaja lebih matang daripada anak-anak. Remaja
sudah mulai mengenal konsep-konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan. Meskipun begitu, remaja tidak selalu mengikuti
prinsip-prinsip moralitas mereka sendiri. Sementara itu, David Elkind dalam Papalia, Old Feldman 2008: 561-
562 menyebutkan enam karakteristik remaja yang merupakan manifestasi dari ketidakdewasaan pemikiran remaja. Keenam karakteristik tersebut adalah :
a. Idealisme dan Kekritisan Remaja memiliki pandangan mereka sendiri tentang dunia yang ideal.
Hal ini menjadikan remaja cenderung meyakini bahwa mereka lebih mengetahui tentang dunia dan masa depan mereka daripada orang tua
mereka, karena inilah remaja sering kali mengkritik orang tuanya. b. Argumentativitas
Remaja senantiasa mencari kesempatan untuk mencoba atau menunjukkan kemampuan penalaran formal baru mereka. Hal ini
54
menjadikan mereka argumentatif ketika menyusun fakta dan logika untuk mencari alasan.
c. Ragu-raguPengalaman yang kurang menjadikan remaja cenderung mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan untuk menyelesaikan
permasalahan mereka. d. Menunjukkan
hipocrisy
Remaja sering
kali tidak
menyadari perbedaan
antara mengekspresikan sesuatu yang ideal dan membuat pengorbanan yang
dibutuhkan untuk mewujudkannya. Hal ini menunjukkan bahwa remaja tidak dapat membedakan hubungan antara perilaku mereka dan kondisi
ideal yang mereka suarakan. e. Kesadaran diri
Remaja cenderung memiliki pemikiran bahwa orang lain memiliki pemikiran yang sama dengan apa yang dia pikirkan. Hal ini merujuk pada
kondisi
imaginary audience
pengamat.
Imaginary audience
sendiri adalah terminologi Elkind untuk pengamat yang hanya eksis dalam pikiran
remaja dan sangat peduli dengan pemikiran dan tindakan yang sedang dilakukan oleh remaja tersebut.
f. Kekhususan dan Ketangguhan Remaja cenderung memiliki keyakinan bahwa dirinya spesial,
memiliki pengalaman yang unik dan mereka tidak tunduk pada yang
55
mengatur dunia. Bentuk egosentrisme ini menjadi dasar perilaku
self- destructive
pada remaja. Di sisi lain, Hurlock memiliki pandangan sendiri terkait karakteristik
remaja secara lebih, mencakup berbagai aspek. Berikut ini merupakan ciri-ciri remaja menurut Hurlock 2004: 207
a. Masa remaja sebagai periode yang penting Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan
cepatnya perkembangan mental yang cepat, trutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dann minat baru. b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Masa peralihan menjadikan status individu tidak jelas. Remaja sebagai masa peralihan membuat remaja bukan lagi lagi seorang anak
dan juga bukan orang dewasa. Jika remaja berperilaku seperti anak- anak, dia akan dianggap tidak bertindak sesuai umurnya. Jika remaja
berusaha berperilaku seperti orang dewasa, remaja sering kali dianggap tidak menghargai orang dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan Terdapat empat perubahan yang terjadi pada diri remaja secara
umum. Pertama adalah meingginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.
56
Kedua adalah perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Ketiga,
berubahnya minat dan pola perilaku memunculkan perubahan pula pada nilai-nilai yang dianut oleh remaja. Keempat, sebagian besar remaja
bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan yang dialaminya. Mereka menuntut kebebasan tetapi di sisi lainn sering kali takut untuk
bertanggungjawab atas akibatnya dan kurang percaya diri terhadap kemampuan diri untuk mengatasi tanggungjawab tersebut.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Pada masa remaja, permasalahan remaja sudah tidak lagi dibantu
oleh orang tua atau gurunya, seperti pada masa anak-anak. Remaja menghadapi dan berusaha menyelesaikan masalah mereka secara
mandiri. e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Remaja tidak puas dengan menjadi sama seperti teman-temannya dalam segala hal. Mereka mendambakan identitas dirinya sendiri.
Remaja berusaha untuk menunjukkan diri dan perannya di masyarakat melalui berbagai simbol status, misalnya cara berpakaian.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang-orang di
sekitarnya seperti yang dia inginkan bukan sesuai dengan kenyataan,
57
terutama dalam hal terkait dengan cita-cita. Cita-cita yang tidak realistis ini bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang di
sekitarnya, seperti teman-teman dan keluarga, menyebabkan tingginya emosi pada remaja.
g. Masa remaja usia yang menimbulkan ketakutan Adanya stereotip negatif mengenai remaja seperti anggapan remaja
tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak, memberikan pengaruh pada konsep diri remaja. Hal ini menjadikan
remaja sulit untuk melakukan peralihan menuju masa dewasa. h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin dekat dengan usia dewasa, remaja mengalami kegelisahan untuk meninggalkan masa belasan tahunnya. Remaja merasa belum
cukup berperilaku dewasa sehingga mereka mulai berperilaku dengan sesuatu yang yang dihubungkan dengan status dewasa. Sayangnya,
sering kali simbol perilaku dewasa tersebut merupakan hal negatif seperti merokok, minum-minuman keras, penggunaan obat-obatan dan
perilaku seks bebas.
D. Kerangka Berpikir 1. Pengaruh